Anda di halaman 1dari 4

KISAH LUCU : KETIKA UMAR DIBUAT GERAM OLEH AMR BIN ASH

Ada hadits Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam...

Barangsiapa yang taat kepadaku bererti dia taat kepada Allah. Dan barangsiapa
derhaka kepadaku bererti dia derhaka kepada Allah. Barangsiapa yang taat kepada
pemimpin yang aku tunjuk maka dia taat kepadaku. Dan barangsiapa yang derhaka
kepada pemimpin yang aku tunjuk bererti dia derhaka kepadaku

Terkait hadits di atas, ada kisah yang menarik di zaman sahabat

Begini kisahnya...

Seorang sahabat Nabi bernama Amr bin Ash radiyallahu’anhu. Beliau ini dulu musuh
Islam. Setelah beliau masuk Islam lima bulan, kemudian Nabi shalallahu’alaihi
wasallam membentuk pasukan untuk menyerang salah satu suku besar arab iaitu suku
Qudha’ah yang memang dasarnya mahu menyerang madinah.

Amr bin Ash baru masuk Islam lima bulan, dan Nabi shalallhu’alaihi wasallam langsung
ditunjuk jadi pemimpin pasukan. Dan di dalam pasukan itu ada Abu Bakar, ada Umar
bin Khattab, ada Utsman bin Affan, ada Ali bin Abi Thalib, ada Zubair bin Awwam dan
Sahabat mulia lainnya.

Tapi Nabi shalallhu’alaihi wasallam menunjuk Amr bin Ash. Keputusan Nabi sudah
bulat, mesti Amr bin Ash yang jadi pemimpin perang. Dan pimpinan perang kalau sudah
ditunjuk mesti ditaati dan tidak boleh ada yang menentang perintahnya.

Kalau dia kata serang... serang, berhenti... berhenti, makan... makan, pulang... pulang.

Mesti dipatuhi. Panduannya hadits Nabi shalallahu’alaihi wasallam, barangsiapa taat


kepada pemimpin yang aku tunjuk maka dia taat kepadaku, dan barang siapa derhaka
kepadanya maka dia derhaka kepadaku.

Waktu itu pasukan dikirim, padang pasir, tempatnya jauh dan sedang musim dingin.
Saking dinginnya udara malam di sana rasanya seperti menusuk-nusuk tulang. Dingin
sekali! Zaman dulu kalau sedang musim dingin cara orang menghangatkan badan
dengan cara membuat api.

Waktu itu arahan Amr bin Ash kepada pasukannya, JANGAN ADA YANG
MENYALAKAN API!

Umar bin Khattab merasa tidak terima dengan arahan Amr bin Ash, Umar berkata
kepada Amr, “Wahai Amr …dingin, dan kamu melarang kami bakar api?” Kata Amr,
“Arahan aku tidak boleh bakar api!”
Kita tahu, Umar seandainya mengajak duel Amr, sekali pukul Amr ini bisa mati, Umar
orangnya tinggi besar, ketika itu emosi Umar tapi kemudian beliau meninggalkan Amr.
Lalu Umar berbicara kepada Abu Bakar dan berkata, “Wahai Abu Bakar, apa ini
maksudnya Amr baru masuk Islam sudah begini arahannya?”

Abu Bakar dengan bijak menjawab “Wahai Umar, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam
tidak menunjuk seseorang sementara beliau tahu ada Engkau dan Sahabatnya yang
lain kecuali memang dia yang paling pantas. Ikuti dia bererti mengikuti Rasulullah
shalallahu’alaihi wasallam. Diam! Sabar!”

Mendengar ucapan Abu Bakar tersebut akhirnya Umar diam dan sabar...

Besok pagi, menjelang subuh, pimpinan perang ini Amr bin Ash mimpi junub.

Sementara itu dia mesti memimpin solat subuh jadi imam. Tidak boleh yang lain.
Walaupun ada Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali yang semua para penghafal Al-Quran
semua ini. Tapi hukum syar’i bahawa siapa yang jadi pimipinan perang maka dia yang
mesti jadi imam solat.

Sementara dikisahkan Amr bin Ash dalam keadaan junub. Waktu keluar dari khemah,
beliau minta dibawakan air oleh beberapa pasukannya. Umar tanya, “Kenapa wahai
Amr?” Amr berkata, “Saya junub” Kebetulan selepas beliau pegang air, dingin sekali.
Lalu Amr bilang, “Saya mahu tayamum”. Kata Umar, “Ada air, tidak boleh tayamum.”
Kata Amr, “Saya mahu tayamum.”

Ini masalah lain lagi ni yang membuatkan Umar bin Khattab geram, sudahlah tadi
malam pasukan kedinginan kerana tidak boleh bakar api. Ini sekarang junub hanya
mahu bertayamum. Umar berfikir Amr ini baru masuk Islam tapi berani-beraninya
mengganti hukum mandi junub dengan tayamum.

Umar sudah tidak puas hati, kembali Umar menemui Abu Bakar, “Bagaimana ni Abu
Bakar?”, Kata Abu Bakar, “Ingat.. Ini utusan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, tidak
boleh bantah...” Umar pun berkata, “Baiklah...”

Akhirnya Amr bin Ash jadi imam solat shubuh dan para sahabat serta seluruh pasukan
bermakmum di belakangnya. Ini hal yang luar biasa. Seorang imam mandi junub
dengan tayamum saja, hal ini membuat para sahabat yang lain bertanya-tanya. Tapi
mereka tidak berani bantah, kerana Amr sekarang jadi pemimpin mereka.

Selesai solat, Amr memberi perintah untuk bersiap-siap menyerang musuh. Amr
memberi arahan supaya masing-masing orang mesti bersama temannya yang lain. Jadi
setiap orang diarahkan berjalan sama satu orang temannya, tidak boleh berpisah.
Serang musuh mesti selalu berdua, tidak boleh ditinggal.
Ini adalah bahagian strategi perang, untuk menghadapi musuh yang jumlahnya sangat
banyak. Konon seandainya suku ini menyerang Madinah, maka boleh hancur Madinah
ini karena sangat banyaknya jumlah mereka.

Akhirnya dengan jumlah pasukan yang hanya 300 orang saja berhasil mengalahkan
suku itu. Ketika pasukan musuh kucar-kacir, pasukan muslimin secara spontan hendak
mengejar musuh untuk dijadikan tawanan perang, boleh jadi budak untuk diperjual-
belikan.

Tapi kemudian Amr mengarahkan pasukan untuk tetap berdiri di sini, jangan mengejar
musuh. Biarkan musuh berlarian, yang penting mereka sudah kalah, kita kumpulkan
harta rampasan perang yang boleh didapatkan ini, lalu pasukan pulang.

Mendengar arahan ini, Umar bangkit lagi, “Wahai Amr, musuh sudah lari, kita kejar
mereka dan tebas leher mereka.” Kata Amr, “Tidak, arahan saya, kumpulkan ghonimah,
lalu kita pulang!”

Akhirnya pasukanpun kembali ke Madinah dengan membawa ghonimah dan berita


kemenangan kepada Rasulullah. Baru tiba di Madinah, turun dari kuda, Umar langsung
mengadukan keluhannya tentang arahan-arahan Amr kepada Rasulullah
shalallahu’alaihi wasallam.

Umar berkata, “Ya Rasulullah, ini Amr buat begini, tidak boleh menyalakan api
sementara kita kedinginan, malam-malam dia mandi junub hanya bertayamum,
kemudian musuh kalah kita dilarang menangkap musuh.”

Lalu, Rasulullah bertanya kepada Amr, “Wahai Amr, keluhan sudah datang kepadaku,
apa jawabanmu? Amr menjawab, “Ya Rasulullah, suku yang kita hadapi ini adalah suku
yang jumlahnya kalau mereka berhasil menyerang Madinah keesokan harinya, bisa
habis lah kita. Pertama, kalau kita menyalakan api, mereka tahu kita ada, maka
habislah pasukan kita yang berjumlah 300 orang sementara mereka jumlahnya ribuan.”
Kata Nabi shalallahu’alaihi wa sallam, “Engkau benar.”

Nabi bertanya, “Mengapa engkau mandi junub dengan tayamum?” Amr menjawab, “Ya
Rasulullah, airnya seperti ais, dingin sekali, kalau saya mandi saya boleh sakit, saya
pemimpin, kalau saya sakit siapa yang pimpin perang? Sementara Engkau amanatkan
pasukan ini kepada Saya. Maka saya putuskan bertayammum.” .” Kata Nabi
shalallahu’alaihi wa sallam, “Engkau benar.”

Umar yang tadinya marah... Redam marahnya...

Nabi bertanya lagi yang terakhir, “Mengapa kau bisarkan pasukan musuh lari?”
Amr menjawab, “Ya Rasulullah, 300 orang lawan sekian ribu orang, seandainya kita
menangkapi pasukan mereka, maka akan terlihat kelemahan kita yang jumlahnya
sedikit, kita akan dikalahkan pasti. Strategi saya pasukan kita harus berkumpul agar
terlihat seperti banyak jumlahnya. Dan targetnya kan hanya mengalahkan mereka,
mereka kalah dan takut, mereka juga tidak tahu jumlah pasukan kita karena langit
sedang gelap. Jadi menurut saya, tidak perlu kita mengejar mereka, toh ghonimah
sudah kita dapatkan.” Kata Nabi shalallahu’alaihi wa sallam, “Engkau benar.”

Abu Bakar menemui ke Umar bin Khattab, “Nah... Sudah tahu?”

Subhanallah hikmah dari kisah ini, Rasulullah tidak pernah salah dalam memilih
pemimpin. Walaupun pemimpian yang beliau itu orang baru dalam Islam, tapi
subhanallah ternyata Amr menunjukkan bahwa dia memang lebih pantas ketika itu
dibandingkan sahabat yang lainnya..

Anda mungkin juga menyukai