Ratibul Haddad adalah amalan yang mencakup salat dan dzikir yang disusun
oleh ulama Hadramaut Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad al Haddad
(1055-1132 H). Amalan ini memiliki banyak khasiat yang sangat kuat, sehingga
sering dijadikan amalan yang lazim bagi umat Islam, bahkan di pesantren.
Bacaan Ratib Al Haddad
Salah satu Perguruan Tinggi Islam yang menjalankan Ratiboul Haddad adalah
Perguruan Tinggi Islam Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Wali dua
perguruan tinggi Islam ini, KHR. As’ad Syamsul Arifin bahkan mendorong
siswanya untuk membaca Ratiboul Haddad setiap pulang ke kampung halaman.
Membaca Ratibul Haddad ini setelah shalat Isya “dan Subuh adalah cara
membaca yang paling sempurna, namun membaca Ratibul ini sekali sehari dan
malam dirasa sudah cukup. Hal terpenting adalah melakukan ini setelah
melakukan shalat Isya. Selama Ramadhan, membaca Ratib lebih diutamakan
daripada shalat Isya. (Sheikh Abu Bakar bin Ahmad al-Maliabar, al-Imdad dan
Syarhi Ratib al-Haddad, hal.55).
Aamanar Rasulu bimaa unzila ilayhi min Rabbihi wal mu’minun kullun aamana
Billaahi wa Malaaikatihi wa Kutubihi wa Rusulih laa nufarriqu bayna ahadin
min Rusulih wa qaalu sami’naa Wa ata’naa Ghufraanaka Rabbana Ghraanaka
Masasulih wa ata’na.
Laa ilaaha Illallaahu Wahdahu laa shariika lahu Lahul Mulku wa Lahul Hamdu
Yuhyii wa Yumiitu wa Huwa ‘alaa kulli shay’in Qadiir (3 x)
Subhaanallaahi wal Hamdu Lillaahi wa laa ilaaha Illallaahu Wallaahu Akbar (3
x)
Subhaanallaahi wa bi-Hamdihi subhaanallaahil ‘Aziim (3 x)
Rabbana’ghfir lanaa wa tub ‘alaynaa innaka Anta’t Tawwaab ur Rahiim (3 x)
Allaahumma Salli ‘alaa Muhammad Allaahumma Salli’ alaihi wa Sallim (3 x)
Kisah berkah Ratib Al-Haddad tercatat dalam kitab Syarah Ratib Al-Haddad,
diantaranya:
Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Jufri, yang tinggal di Seiwun (Hadramaut),
mengatakan: “Saat kami rombongan pergi ke Mekah untuk menunaikan haji,
perahu kami terhalang dan tidak bisa melanjutkan perjalanannya. karena tidak
ada angin yang terbengkalai.
Jadi kami membuang sauh di pantai dan kemudian mengisi gerbah kami
dengan air dan juga pergi siang dan malam karena kami khawatir kehilangan
haji. Di satu tempat kami mencoba minum air dari gerbah dan ternyata airnya
payau dan asin, jadi kami buang airnya. Kami duduk dan tidak tahu harus
berbuat apa.
Jadi saya mengatur kelompok kami untuk membaca Ratib Haddad ini. Kami
berharap Allah akan meringankan kami dari hal-hal yang harus kami hadapi.
Sebelum kami selesai membaca, kami tiba-tiba melihat sekelompok orang
mengendarai unta ke arah kami di kejauhan. Kami dulu sangat bahagia.
Namun saat kami mendekat, kami melihat bahwa mereka adalah pencuri yang
sering menyita barang dari orang yang lewat. Tapi ternyata Allah Ta’ala telah
melunakkan hati mereka ketika mereka menjebak kami di sana, lalu mereka
memberi kami minuman dan mengajak kami naik unta untuk membawa kami
alih-alih rombongan Syarif * tanpa diganggu oleh kami, dan dari sana kami
mulai . Dalam perjalanan menuju haji lagi, terimakasih atas pertolongan Allah
SWT atas berkah membaca nasehat ini