Anda di halaman 1dari 3

Bacaan Ratib Al Haddad Arab dan Latin

Ratibul Haddad adalah amalan yang mencakup salat dan dzikir yang disusun
oleh ulama Hadramaut Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad al Haddad
(1055-1132 H). Amalan ini memiliki banyak khasiat yang sangat kuat, sehingga
sering dijadikan amalan yang lazim bagi umat Islam, bahkan di pesantren.

Bacaan Ratib Al Haddad

Salah satu Perguruan Tinggi Islam yang menjalankan Ratiboul Haddad adalah
Perguruan Tinggi Islam Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Wali dua
perguruan tinggi Islam ini, KHR. As’ad Syamsul Arifin bahkan mendorong
siswanya untuk membaca Ratiboul Haddad setiap pulang ke kampung halaman.

Dilansir dari situs Yuksinau.co.id, Ratibul Haddad disusun berdasarkan


inspirasi pada malam Lailatul Qodar 27 Ramadhan 1071 H. Dari sekian banyak
doa dan dzikir yang dihimpun Habib Abdullah, Ratibul Haddad inilah yang
paling terkenal. Waktu terpenting membaca Ratiboul Haddad menurut Isya ‘,
seperti pernyataan berikut:

Membaca Ratibul Haddad ini setelah shalat Isya “dan Subuh adalah cara
membaca yang paling sempurna, namun membaca Ratibul ini sekali sehari dan
malam dirasa sudah cukup. Hal terpenting adalah melakukan ini setelah
melakukan shalat Isya. Selama Ramadhan, membaca Ratib lebih diutamakan
daripada shalat Isya. (Sheikh Abu Bakar bin Ahmad al-Maliabar, al-Imdad dan
Syarhi Ratib al-Haddad, hal.55).

Sejumlah literatur menjelaskan bahwa manfaat membaca Ratiboul Haddad


sangatlah banyak. Antara lain, Allah akan melindungi negara atau tempat
tinggalnya dari banyak cobaan dan siksaan. Juga, jika orang membacanya
dengan cermat, mereka akan menerima tambahan kekayaan, berkah, dan
kebaikan dari mereka.

Dalam buku karangan Willul Imam Al ‘Allamatud Dunya dijelaskan bahwa


sebagian ulama salaf mengklaim bahwa manfaat Ratib Al-Haddad antara lain
adalah kemampuan untuk memperpanjang umur, memprovokasi Husnul
khotimah dan melindungi dari segala bencana, baik di Bumi maupun di Bumi.
di dunia. di laut dan di udara.

Bacaan Ratib Al Haddad Arab Latin

Al Fatihah Ila Hadrotinnabiy Muhammadin willlahu alayhi wa overi wasallam-


Al Fatihah,
Bismillahir-Rahmanir-Rahim, al-hamdu lillahi Rabbil-‘ālamīn, ar-Rahmanir-
Rahim, Maliki yaumid-dīn

Allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm,


lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żī yasyfa’u ‘indahū illāalla bi`iż wah,
wah yuḥīṭụna bisyai `im min ‘ilmihī illā bimā syā`, wasi’a kursiyyuhus-samāwāti
wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-‘aaliyyul. (1 kali)

Aamanar Rasulu bimaa unzila ilayhi min Rabbihi wal mu’minun kullun aamana
Billaahi wa Malaaikatihi wa Kutubihi wa Rusulih laa nufarriqu bayna ahadin
min Rusulih wa qaalu sami’naa Wa ata’naa Ghufraanaka Rabbana Ghraanaka
Masasulih wa ata’na.

Yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa lahaa Maa kasabat wa ‘alayhaa maktasabat


Rabbanaa laa Tuaakhidhnaa in-nasiinaa aw akhta’naa Rabbanaa alal qawmil
kaafiriin… Aamiin.

Laa ilaaha Illallaahu Wahdahu laa shariika lahu Lahul Mulku wa Lahul Hamdu
Yuhyii wa Yumiitu wa Huwa ‘alaa kulli shay’in Qadiir (3 x)
Subhaanallaahi wal Hamdu Lillaahi wa laa ilaaha Illallaahu Wallaahu Akbar (3
x)
Subhaanallaahi wa bi-Hamdihi subhaanallaahil ‘Aziim (3 x)
Rabbana’ghfir lanaa wa tub ‘alaynaa innaka Anta’t Tawwaab ur Rahiim (3 x)
Allaahumma Salli ‘alaa Muhammad Allaahumma Salli’ alaihi wa Sallim (3 x)

A’udhu bi-Kalimaatillaahi’t taammaati min sharri maa khalaq (3 x)


Bismillaahilladhii laa yadurru ma’a Ismihi shay’un ardi wa laa fis-samaa ‘wa
Huwas Samii’ ul ‘Aliim (3 x)
Radiinaa Billaahi Rabbawwa bil Islaami inaw wa bi Muhammad-in Nabiyyaa (3
x)
Paus Bismillaahi Hamdu Lillaahi wal khayru wash sharru bi-Mashii’atillaah (3
x)
Aamannaa Billaahi wal Yawmil aakhir tubnaa iia llaahi baatinan wa zaahiraa (3
x)
Yaa Rabbanaa wa’fu ‘annaa wa’mhulladhii kaana minnaa (3 x)
Yaa Dhal Jalaali wal Ikraam amitnaa ‘alaa diil Islam (7 x)
Yaa Qawiyyu Yaa Matiinu ikfi sharraz-zaalimiin (3 x)
Aslaha llaahu umural muslim Sarafallaahu sharral mu’dhiin (3 x)
Yaa ‘Aliyyu Yaa Kabiiru Yaa’ Aliimu Yaa Qadiiru Yaa Samii’u Yaa Basiiru Yaa
Latiifu Yaa Khabiir (3 x)
Yaa Faarij al-Hammi Yaa Kaashifal-Ghammy Yaa Mann Li-‘abdihi Yaghfiru wa
Yarham (3 x)
Astaghfirullaaha Rabbal-baraayaa Astaghfirullaaha min al-khataayaa (4 x)
Laa ilaaha Illallaah (50/100 x, hingga 1000 x)
Muhammadur Rasulullahi Shalallahu ‘alayhi Wasallama wa sharrafa wa
karrama wa majjada wa’ azzama wa Radiya llahu ta’ala ‘dan’ ashabi Rasulillahi
‘ajma’iina wattabi’ina lahum bi’ihsaanin’ ila yau middini Ro’alaina
‘arhamarhaha llahu ta’ala ‘. Mutahhariin wa Ashaabihil Muhtadiin wat
Taabi’iina lahum bi-ihsaanin ilaa yawmiddiin.

Fadilah dan Kegunaan Ratib al Haddad

Kisah berkah Ratib Al-Haddad tercatat dalam kitab Syarah Ratib Al-Haddad,
diantaranya:

Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Jufri, yang tinggal di Seiwun (Hadramaut),
mengatakan: “Saat kami rombongan pergi ke Mekah untuk menunaikan haji,
perahu kami terhalang dan tidak bisa melanjutkan perjalanannya. karena tidak
ada angin yang terbengkalai.

Jadi kami membuang sauh di pantai dan kemudian mengisi gerbah kami
dengan air dan juga pergi siang dan malam karena kami khawatir kehilangan
haji. Di satu tempat kami mencoba minum air dari gerbah dan ternyata airnya
payau dan asin, jadi kami buang airnya. Kami duduk dan tidak tahu harus
berbuat apa.

Jadi saya mengatur kelompok kami untuk membaca Ratib Haddad ini. Kami
berharap Allah akan meringankan kami dari hal-hal yang harus kami hadapi.
Sebelum kami selesai membaca, kami tiba-tiba melihat sekelompok orang
mengendarai unta ke arah kami di kejauhan. Kami dulu sangat bahagia.

Namun saat kami mendekat, kami melihat bahwa mereka adalah pencuri yang
sering menyita barang dari orang yang lewat. Tapi ternyata Allah Ta’ala telah
melunakkan hati mereka ketika mereka menjebak kami di sana, lalu mereka
memberi kami minuman dan mengajak kami naik unta untuk membawa kami
alih-alih rombongan Syarif * tanpa diganggu oleh kami, dan dari sana kami
mulai . Dalam perjalanan menuju haji lagi, terimakasih atas pertolongan Allah
SWT atas berkah membaca nasehat ini

Anda mungkin juga menyukai