Anda di halaman 1dari 3

Nama : Juana All Mahendra

NIM : 11200321000011
Prodi : Studi Agama-agama
Matkul : Pengantar Filsafat Islam 3A

Al-Kindi; Riwayat Hidup dan Pemikirannya


A. Riwayat Hidup
Al-Kindi atau alkindus, lengkapnya Abu Yusuf Ya’kub ibn Ishaq ibn Sabbah ibn Imran
ibn Ismail Al-Ash’ ats ibn Qais Al-Kindi, lahir di Kufah, dikenal sebagai Iraq saat ini, tahun 801
M, pada masa khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dari dinasti Abbas (750-1258 M) 1 Nama
Al kindi sendiri dinisbatkan kepada marga atau suku leluhurnya salah satu suku besar zaman pra
Islam menurut Faud Ash 'ats ibn Qais, buyutnya, telah memeluk Islam pada masa Nabi dan
menjadi sahabat Rasul. Mereka kemudian pindah ke Kufah. Di Kufah, ayah Al-Kindi Ishaq ibn
Shabbah, menjabat sebagai gubernur, pada masa Khalifah Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi (785-
876 M), dan Harun Al-Rasyid (786-909 M), masa kekuasaan Bani Abbas (750-1258 M).2
Pendidikan Al kindi dimulai di Kufah, saat itu ia mempelajari Al-Qur'an, tata bahasa
Arab, kesusastraan, ilmu hitung, fiqih, dan teologi. Disamping Basrah, Kufah itu merupakan
pusat keilmuan dan kebudayaan Islam yang cenderung pada studi keilmuan rasional (aqliyah) 3
Al-Kindi kemudian pindah ke Baghdad. Di ibu kota pemerintahan Bani Abbas ini al-kindi
mencurahkan perhatiannya untuk menerjemah dan mengkaji filsafat serta pemikiran pemikiran
rasional lainnya yang marak saat itu. Menurut Al-Qifthi (1171-1248 M), Al-Kindi banyak
menerjemahkan buku filsafat menjelaskan hal-hal yang pelik dan meringkaskan secara canggih
teori-teorinya hal itu dapat dilakukan karena al-kindi diyakini menguasai secara baik bahasa
Yunani dan Syria bahasa induk karya-karya filsafat saat itu berkat kemampuannya itu juga al-
kindi mampu memperbaiki hasil-hasil terjemahan orang lain misalnya hasil terjemahan Ibn
Na'ima Al-Himsi, seorang penerjemah Kristen, atas buku Enneads karya Plotinus (204-270 M);
buku Enneads inilah yang di kalangan pemikir Arab kemudian disalahpahami sebagai buku
teologi karya Aristoteles (348-322 SM).4
Berkat kelebihan dan reputasinya dalam filsafat dan keilmuan al-kindi kemudian bertemu
dan berteman baik dengan Khalifah Al Makmun (813-833 M), seorang khalifah dari Bani Abbas
yang sangat Gandrung pemikiran rasional dan filsafat lebih dari itu ia diangkat sebagai penasehat
dan guru istana pada masa Khalifah Al Mu'tashim (833-842 M) dan Watsiq (842-847 M). Posisi
dan jabatan tersebut bahkan masih tetap dipegangnya pada awal kekuasaan Khalifah al-
mutawakkil (847-861 M). Sebelum akhirnya ia dipecat karena hasutan orang-orang tertentu yang
tidak suka dan iri atas prestasi prestasi akademik yang dicapainya.5
1
Fuad el-Ahwani, "al-Kindi" dalam MM. Syarif, Para Filosof Muslim, Terj. A Muslim (Bandung: Mizan, 1996), hlm.
11
2
Ibid.
3
Ibid, hlm. 12
4
Ibid; Atiyeh, Al-Kindi... Hlm. 6.
5
Fuad Ahwani, Para Filosof Muslim, hlm. 12-3
B. Filsafat Al-Kindi
Bagi Al-Kindi, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mulia. Filsafatnya tentang keesaan
Tuhan selain didasarkan pada wahyu juga proposisi filosofis. Menurut dia, Tuhan tak
mempunyai hakikat, baik hakikat secara juz’iyah atau aniyah (sebagian) maupun hakikat
kulliyyah atau mahiyah (keseluruhan). Dalam pandangan filsafat Al-Kindi, Tuhan tidak
merupakan genus atau species. Tuhan adalah Pencipta. Tuhan adalah yang Benar Pertama (al-
Haqq al-Awwal) dan Yang Benar Tunggal. AL-Kindi juga menolak pendapat yang menganggap
sifat-sifat Tuhan itu berdiri sendiri. Tuhan haruslah merupakan keesaan mutlak. Bukan keesaan
metaforis yang hanya berlaku pada obyek-obyek yang dapat ditangkap indera.
Menurut Al-Kindi, Tuhan tidak memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut lain yang terpisah dengan-
Nya, tetapi sifat-sifat dan atribut-atribut tersebut haruslah tak terpisahkan dengan Zat-Nya. Jiwa
atau roh adalah salah satu pembahasan Al-Kindi. Ia juga merupakan filosof Muslim pertama
yang membahas hakikat roh secara terperinci. Al-Kindi membagi roh atau jiwa ke dalam tiga
daya, yakni daya nafsu, daya pemarah, dan daya berpikir. Menurutnya, daya yang paling penting
adalah daya berpikir, karena bisa mengangkat eksistensi manusia ke derajat yang lebih tinggi.
Al-Kindi juga membagi akal mejadi tiga, yakni akal yang bersifat potensial, akal yang telah
keluar dari sifat potensial menjadi aktual, dan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari
aktualitas. Akal yang bersifat potensial, papar Al-Kindi, tak bisa mempunyai sifat aktual, jika tak
ada kekuatan yang menggerakkannya dari luar. Oleh karena itu, menurut Al-Kindi, masih ada
satu macam akal lagi, yakni akal yang selamanya dalam aktualitas.
C. Karya-karya Al-Kindi
Karya yang telah dihasilkan oleh al-Kindi kebanyakan hanya berupa makalah-makalah.
Ibnu Nadim, dalam kitabnya Al-Fihrits, menyebutkan lebih dari 230 buah. George N. atiyeh
menyebutkan judul-judul makalah dan kitab-kitab karangan al-Kindi sebanyak 270 buah.
Dalam bidang Filsafat, karangan al-Kindi pernah diterbitkan oleh Prof. Abu Ridah (1950)
dengan judul Rosail al-Kindi al-Falasifah (Makalah-makalah filsafat al-Kindi) yang berisi 29
makalah. Prof. Ahmad Fuad Al-Ahwani pernah menerbitkan makalah al-Kindi tentang filsafat
pertamanya dengan judul Kita al-Kindi ila al-Mu’tashim Billah fi al-Falsafah al-Ula (Surat al-
Kindi kepada Mu’tashim Billah tentang filsafat pertama).
Referensi :
Musthofa, Ahmad. 1997. Filsafat Islam. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Umum, Akal dan hati sejak Thales sampai
Capra. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Fuad el-Ahwani, "al-Kindi" dalam MM. Syarif, Para Filosof Muslim, Terj. A Muslim (Bandung:
Mizan, 1996),
Ibid; Atiyeh, Al-Kindi...

Anda mungkin juga menyukai