TUGAS PKL
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
UPT MATERIA MEDICA BATU
Oleh:
FATHAN LUTHFI HAWARI
14670027
Mengetahui,
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
UPT Materia Medica Batu
I.2 Tujuan
Pada penelitian ini terdapat tujuan umum dan tujuan khusus yang
dijabarkan sebagai berikut:
2.1.2 Taksonomi
Taksonomi kopi arabika adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea arabica (Ciptaningsih, 2012)
2.1.2 Morfologi Tumbuhan
Kopi (Coffea sp) merupakan tanaman perdu tahun yang berasal dari
Ethiopia. Tanaman kopi mempunyai akar tunggang. Hal ini membuat tanaman kopi
bisa berdiri kokoh dan tidak mudah rebah. batang tanaman kopi tegak lurus ke atas
dan beruas-ruas hampir pada setiap tumbuh kuncup-kuncup pada batang dan
cabang. Daun kopi berwarna hijau. Ujung daun tanaman kopi meruncing,
sedangkan pangkal daun memiliki tepi yang tidak pernah bertemu, terpisah oleh
pangkal ujung tangkai daun yang berbentuk tumpul. Buah kopi muda berwarna
hijau muda, berubah menjadi hijau tua lalu kuning, dan setelah matang berwarna
merah atau merah tua. Ukuran bijinya sekitar 12-18 mm untuk varietas arabika, dan
8-16 mm untuk jenis robuska.
2.1.3 Kandungan Kimia
Kandungan kopi yang dianggap paling penting adalah kafein. Kafein
termasuk salah satu derivat xantin yang mengandung gugus metil. Komponen kimia
lain pada kopi robusta adalah alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol.
Sedangkan kopi arabika mengandung tannin, alkaloid, flavonoid, koumarin, fenol
dan minyak atsiri (Ciptaningsih, 2012).
2) Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai penyarian
sempurna (exhaustive extraction) yang umunya dilakukan pada temperatur
ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi
antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus
sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali dari bahan
(Ditjen POM, 2000).
2) Semiboiled Saponification
Proses atau metode ini sama dengan “Cold – Process” tetapi dengan menjaga
temperatur lebih tinggi untuk mempercepat saponifikasi dan mengatur jumlah
alkali sebelum pencetakan. Lemak dan alkali dicampur pada temperatur 0–80ºC
sampai sabun licin. Bila akan dicetak maka sabun diberi aroma.
2. Metode Kontinu
Pada proses kontinyu, pembuatan sabun diawali dengan mengubah bahan baku
minyak menjadi asam lemak dan ditambahkan NaOH, sehingga diperoleh produk
berupa sabun murni. Pembuatan asam lemak terjadi di dalam hidrolizer atau proses
ini disebut proses hidrolisa. Ada 2 (dua) metode yang dikembangkan untuk proses
kontinyu, yaitu: Procter and Gamble Process dan Sharples Process.
1) Procter and Gamble Process atau Safonifikasi Asam Lemah
Pada tahun 1938, perusahaan Procter and Gamble Process memulai membuat sabun
dengan proses kontinu dengan cara mengubah lemak menjadi sabun. Lemak dan
seng oksida (ZnO) sebagai katalis direaksikan secara counter-current dengan air di
dalam tangki hidrolisa. Temperatur dijaga 250–3000ºC dan tekanan 60–70 Psia.
Pada hidrolizer akan dihasilkan asam lemak pada bagian atas dan gliserol pada
bagian bawah. Asam lemak kemudian didistilasi pada keadaan vakum dan
dinetralisasi pada proses kontinyu. Hal ini dilakukan dengan perbandingan larutan
NaOH dan garam dengan pencampuran yang cepat, dan dihasilkan sabun murni
yang dapat diolah menjadi berbagai bentuk.
2) Sharples Process atau Proses Safonifikasi Langsung Trigliserid.
Pada metode Sharples Process, lemak dapat diubah secara langsung menjadi sabun
murni dengan menggunakan sistem centrifuge (pemutar) agar dapat memisahkan
antara alkali dan gliserol. Proses saponifikasi dilakukan dalam 2 (dua) tingkatan,
dimana setiap tingkatan menggunakan mixer dan centrifuge. Proses awal dimulai
dengan trigliserida (CPO) dan natrium hidroksida yang diumpankan ke dalam
tangki pemanas pada suhu 70ºC kemudian di aduk selama 30 menit sehingga
terbentuk sabun. Lebih dari 99,5% minyak dapat disafonifikasi pada proses ini.
Hasil yang diperoleh kemudian ditambahkan pada tangki mixer I, bahan yang
ditambahkan pada tangki mixer I adalah TiO2, gliserin, dan tepung jagung.
Percampuran bahan ini di lakukan pada suhu 60–70ºC. Selanjutnya di umpankan
pada tangki mixer II, dan ditambahkan pewarna pada suhu 40ºC, selama proses
pemanasan dan percampuran, sabuh harus diaduk secara homogen. Hasilnya
kemudiaan didinginkan lalu dimasukan kedalam cetakan dan dibiarkan mengeras.
BAB III
METODE PENELITIAN