Anda di halaman 1dari 183

1

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diskursus mengenai al Quran adalah diskursus yang tidak pernah lapuk
karena hujan dan tidak pernah lekang karena panas. Ayat-ayat kauniyah dan
qauliahnya selalu aktual untuk dijadikan bahan kajian. Terbukti bahwa sejak
diturunkan empat belas abad silam al Quran telah diteliti dan dikaji oleh baik
muslim maupun non muslim. Jutaan buku dari berbagai kalangan intelektual
telah dipublikasikan. Namun, hingga saat ini mata air itu tidak juga kering.
Bahkan, semakin banyak diambil semakin banyak juga mata air yang
memancar dari sumber utama itu.
Ayat-ayat qauliyah yang dikandung al Quran dikaji dari bagiannya yang
terkecil. Dari segi huruf ia dikaji jumlahnya, susunannya, cara melafalkannya,
cara membacanya bila bertemu huruf lain, perubahan huruf dari yang satu
kepada yang lain bila terjadi kaidah tertentu.
Dari aspek kata ia dikaji jumlahnya, susunannya yang terkadang
seharusnya didahulukan namun pada saat-saat tertentu justru diakhirkan dan


2
2
sebaliknya, maknanya yang seringkali mengandung metafora, lawan
katanya, diksinya, dan lain-lain.
Dari sisi kalimat ia diteliti dari jumlah huruf dan katanya, struktur
kalimatnya, keserasian dan keseimbangannya dengan kalimat lain, situasi
dan kondisi ketika ia diungkapkan , pengertiannya yang terkadang samar
dan terkadang jelas, dan lain sebagainya.
Para pengkaji ayat-ayat qauliyah menyajikan kajian-kajiannya sesuai
dengan sudut pandang yang mereka lihat. Para sastrawan menampilkan
kajiannya sesuai dengan sudut pandang sastra, para linguis menawarkan
kajian lewat aspek linguistik, para mutakallimun (ahli kalam)
menyuguhkannya dari aspek tauhid, kaum sufi menelaahnya dari aspek
sufisme, dan lain-alin.
Dengan keberagaman latar belakang pengkaji dan keberagaman ruang
lingkup kajian sebuah ayat maka tidak heran kalau satu ayat bisa dikaji
hingga menghasilkan berjilid-jilid buku.
Mengutip tulisan Abdullah Darraz, Quraish Shihab mengatakan, apabila
Anda membaca al Quran, maknanya akan jelas di hadapan Anda. Tetapi


3
3
bila anda membacanya sekali lagi, akan anda temukan pula makna-makna
lain yang berbeda dengan makna-makna sebelumnya. Demikian seterusnya,
sampai-sampai Anda (dapat) menemukan kalimat atau kata yang
mempunyai arti bermacam-macam, semuanya benar atau mungkin benar.
(Ayat-ayat al Quran) bagaikan intan:setiap sudutnya memancarkan cahaya
yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lain. Dan tidak
mustahil, jika anda mempersilakan orang lain memandangnya, maka ia akan
melihat lebih banyak ketimbang apa yang Anda lihat.
1

Hal ini merupakan salah satu bukti dari firman Allah yang berbunyi:


) \ : (
Seandainya terjadi bahwa pepohonan di muka bumi menjadi pena dan
tujuh lautan yang airnya berubah menjadi tinta untuk menulis kalimat
Allah, maka pena dan tinta itu akan habis sementara kalimat Allah tidak
akan habis.(Q.S. Lukman/31 : 27)

Dalam ayat lain Allah berfirman :

1
Quraish Shihab, Wawasan Al Quran, (Bandung:Mizan, 1996), cet ke-2, h. 16


4
4

) \ : (
Katakanlah: Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis
(ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula). (Q.S. Al kahfi/18 : 109).

Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Sebagaimana firman Allah:
) \ : (
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan
berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (Q.S. Yusuf:2)

Untuk memahami suatu kalimat dalam bahasa Arab tidak cukup hanya
mengerti arti leksikal dan atau penguasaan gramatikal saja dari kalimat
tersebut. Sebagai contoh adalah ungkapan berikut " " . Secara
leksikal makna ungkapan ini adalah memuji, Ahmad, Umar. Pelaku dan
obyek dalam ungkapan ini belum diketahi sebelum ungkapan ini dibaca
dengan benar secara gramatikal. Kecuali bila lawan bicara sudah mengetahui
konteks pembicaraannya.


5
5
Dalam al Quran kita temukan ayat yang pemahamannya tidak cukup
hanya dengan mengetahui makna leksikal saja. Ayat berikut misalnya:
) \ : (

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama." (Q.S. Fathir/35 : 28)

Orang yang hanya mengandalkan pengetahuan secara leksikal untuk
memahami ayat ini akan membuka peluang kekeliruan yang sangat
mendasar.
Ayat ini memiliki pengertian sebagaimana tertera dalam terjemahan di
atas apabila lafal jallah ) ( dalam ayat tersebut dibaca dengan manshb
) ( dan lafal ulama dibaca dengan marf ) ( . Namun, bila kedua lafal
tersebut dibaca terbalik, Allah dibaca dengan dammah dan ulama dibaca
dengan fathah maka pengertiannya menjadi sesungguhnya Allah takut
kepada para ulama.
Contoh lain: ketika suatu jamaah sedang menunggu kedatangan
penceramah yang cukup lama ditunggu-tunggu, lalu salah satu dari jamaah
itu mengabarkan bahwa ia telah melihat penceramah itu di halaman. Kabar


6
6
seperti ini diungkapkan dengan " " (saya melihat
penceramah di halaman masjid). Karena yang menjadi pusat pembicaraan
dalam hali ini adalah penceramah, bukan siapa yang melihat, maka lafal
" didahulukan.
Ungkapan tersebut berbeda fokus perhatiannya dengan ungkapan "
" dan . " " .
Mengerti makna dan memahami gramatikal saja juga tidak cukup untuk
memahami suatu ayat al Quran. Ayat berikut misalnya :

) \ : (
Apabila dikatakan kepada mereka: berimanlah kamu sebagaimana
orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah
kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah,
sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak
tahu. (Q.S. Al-Baqarah/2 :13)

Bila ayat ini dibaca dengan harkat yang benar disertai pengertian kata per
kata juga benar tidak berarti bahwa memahami ayat itu sudah benar.
Potongan ayat yang digarisbawahi tersebut bermakna tetapi mereka tidak


7
7
tahu. Obyek dari ketidaktahuan mereka belum jelas dalam ayat itu. Obyek
itu tidak disebutkan. Bila obyeknya disebut ayat itu akan menjadi,

2
(mereka tidak mengetahui bahwa mereka bodoh.

) \ : (
(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang
dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa
lagi Maha Terpuji. (Q.S. Ibrahim14:1)

Ayat ini bila dipahami secara harfiah tentu saja membingungkan. Sebab,
bagaimana mungkin al Kitab bisa mengeluarkan manusia dari suasana yang
gelap kepada suasana yang terang. Karenanya, memahami ayat ini tidak cukup
dengan mengerti secara harfiah. Dalam kajian ilmu bayn, kata al zhulumt dan
al-Nr dalam ayat tersebut adalah termasuk istiarah. Yang dimaksud dengan
kedua lafal itu adalah al-dhall (kesesatan) dan al hadyu (petunjuk).
3

Di antara ayat-ayat al Qur an yang memiliki pemahaman yang harus
dicermati dari ilmu balaghah adalah"

2
Abdul Aziz Atik, Fi al Balghah al Arabiyyah:Ilm al Mani, (Beirut:Dar al Nahdlah al
Mishriyyah, 1985), h. 131
3
Al Zamakhsyari, Al Kasysyf an Haqiq al Tanzl wa Uyn al-Aqwl fi Wujuh al
Takwil, (Beirut:Dar al Fikr, tth), jilid 2, h. 365


8
8
) \ : (
Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain dari pada-Nya (untuk
disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan
mereka sendiri diciptakan. (Q.S. Al Furqan:3)

) \ : (
Dan apabila orang-orang (Yahudi atau munafik) datang kepadamu,
mereka mengatakan: Kami telah beriman, padahal mereka datang
kepada kamu dengan kekafirannya dan mereka pergi (daripada kamu)
dengan kekafirannya.(Q.S. Al Maidah/5 : 61)

) \ : (
Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau
kami memohon pertolongan. (Q.S. Al Fatihah/1 : 5)


) \ : (
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.
Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan
anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia. (At
Taubah/9 : 55)
) \ : (
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya. (Q.S. Al Jatsiah/45 : 23)



9
9
` `` ` ` ` ` `` ```
` ) \ : (
Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari
kiamat): "Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada
kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu
kamu kafir"(Q.S. Gafir:10)

Enam contoh terakhir tersebut adalah ayat-ayat yang mengandung taqdm-
takkhr. Taqdm-takkhr ini merupakan salah satu bagian dari kajian ilmu mani
dan merupakan bagian kecil dari ilmu balaghah.
Mengenai fungsi taqdm-takkhr para ulama berbeda pendapat. Para ulama
balaghah sebelum Abdul Qahir berpendapat bahwa fungsi takdim takkhir adalah
untuk memberikan perhatian kepada yang ditakdim dan karena mentakdimnya
lebih penting dari pada mentakkhirnya.
4

Perbedaan pendapat ini pada gilirannya memunculkan aliran-aliran
tentang fungsi tersebut. Di antara aliran-aliran itu adalah aliran ulama
balaghah, aliran Symsuddin bin al Soigh, aliran Diauddin bin al Atsir, dan
aliran mufassir.
5


4
Al-Jurjani, Dalil al Ijz, (Kairo:Maktabat al Khanji, tth), h. 108
5
Al-Mathani, Khashish al Tabr al Qur ani wa Simtuhu al Balgiyyah,
(Kairo:Maktabah Wahbah, 1992), jilid 1, h. 80


10
10
Karenanya, untuk memahami sebuah ayat al Quran dibutuhkan
pemahaman ilmu-ilmu bahasa Arab secara menyeluruh.. ilmu-ilmu bahasa
Arab itu mencakup:sharf, Irab (nahwu), rasm, al maani, al bayan, al badi,
al arud, alqawafi, qarld syiir, insya, khathabah, tarikh al adab, dan matn al
lughah.
6

Untuk memahami ayat-ayat qauliyah di atas dibutuhkan penguasaan
ilmu sharf, ilmu Nahwu, ilmu bayan, ilmu badi, dan ilmu maani.
Ilmu sharf adalah ilmu yang mengkaji tentang perubahan bentuk kata dari
yang satu kepada yang lain untuk merubah arti, mengambil derivasi dari isim
mashdar, membentuk kalimat pasif, dan lain-lain. Ia juga adalah ilmu tentang
perubahan kata dari bentuknya yang asal kepada bentuk lain dengan tujuan
lain, tidak untuk merubah makna.
7


6
Musthafa Ghulayayni, Jmi al Durs al Arabiyyah, (Beirut:al Mathbaah al
Ashriyyah, 1992), jilid 1, h. 8
7
Amin Ali al Sayyid, Fi Ilm al Sharf, (Mesir:Dar al Maarif, 1976), cet ke-3, h. 17


11
11
Ilmu Nahwu adalah kaidah-kaidah yang membahas tentang fungsi setiap
kata dalam kalimat, memberikan harakat pada setiap akhir kata, dan cara
meng-irabnya.
8

Mengenai kedudukan ilmu nahwu dalam kajian keislaman, Abbas Hasan
berkata, ilmu nahwu adalah penyangga ilmu-ilmu bahasa Arab dan
undang-undangnya yang tertinggi. Tidak ada satu ilmu bahasa Arabpun yang
bisa berdiri tanpa ilmu ini. Ilmu-ilmu naqliyyah tidak bisa terhindar darinya.
9

Ilmu Bayan adalah ilmu tentang menyampaikan suatu arti dari sebuah
ungkapan dengan ungkapan yang bermacam-macam, baik dengan cara
menambah lafal atau menguranginya, untuk memperoleh maksud yang
tepat. Untuk mengatakan Zaid dermawan misalnya, bisa diungkapkan
dengan ungkapan " " , " " , " " , " ."
10


8
Fuad Nikmah, Mulakhkhash Qawid al Lugah al Arabiyyah, (Beirut:Dar al Saqafah al
Islamiyyah, tth), h. 17
9
Abbas Hasan, Al Nahw al Wf, (Mesir:Dar al Fikr:, 1961), , cet. Ke-5, jilid 1, h. 1
10
Badruddin bin Malik, Al Misbh fi al-Mani wa al-Bayn wa al Badi,
Jamamiz:Maktabah al Adab, tth), h. 103


12
12
Ilmu Badi adalah ilmu untuk memperindah pembicaraan setelah
pembicaraan itu sesuai dengan situasi dan kondisi.
11

Ilmu maani adalah ilmu merangkai kalimat.
12

Al Sakkaki mendefinisikan ilmu maani dengan:


.
Ilmu mani adalah ilmu yang menelaah karakteristik susunan kalimat
dari pemberi pengertian serta keindahan dan lain-lain yang terkait agar dapat
terhindar dari kesalahan dalam menerapkan kalimat sesuai dengan situasi
dan kondisi
13

Esensi kedua definisi ilmu maani tersebut adalah mengajarkan orang
untuk menghadapi lawan bicara. Bagaimana berbicara dengan intelektual,
awam, bodoh, dewasa, anak-anak, dan lain-lain. Pendeknya, ilmu ini

11
Al-Hasyimi, Jawhir al Balghah fi al Mani wa al Bayn wa al Badi, (Beirut:Dar al
Fikr, 1991), h. 360
12
Fadhl Hasan Abbas, Al-Balghah : Funnuh wa Afnnuh, (Yordan:Dar al Furqan,
1985) h. 87
13
Al Sakkaki, Mifth al-Ulm, (Mesir:Al Mathbaah al Maimaniyah, tth), h. 70


13
13
mengajarkan cara berbicara sesuai dengan porsi dan secara proporsional
(likulli maqamin maqalun wa likulli maqalin maqamun).
Dari latar belakang masalah tesis ini bisa diketahui bahwa betapa ilmu-
ilmu bahasa Arab saling terkait untuk memahami ayat-ayat al Quran.
Mengingat bahwa ilmu-ilmu bahasa Arab sangat banyak dan memiliki
kajian yang sangat luas, maka untuk mempermudah penelitian ini penulis
membatasi penelitian ini pada pembahasan tentang taqdim-takhir pada
seratus ayat pertama surat al Baqarah. Penulis juga hanya membatasi kajian
ini menurut aliran Ibn Al Shoigh.
B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas tergambar bahwa ruang
lingkup kajian ilmu balagah sangat luas. Karenanya, untuk meneliti seluruh
kajian yang dicakup ilmu balagah dibutuhkan waktu yang cukup lama, biaya
yang tidak sedikit, dan kemampuan yang sangat mendalam.
Pada contoh-contoh yang mengandung struktur taqdm-takhr yang
penulis kemukakan dalam latar belakang masalah nampak bahwa para


14
14
ulama memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai fungsi taqdm-
takkhr, sebagaimana, secara sekilas, telah penulis singgung.
Selain itu, takdim-takhir yang telah penulis kemukakan ada yang dapat
diketahui dengan mudah. Lafal yang ditakdim atau ditakkhir ada dalam ayat
tersebut dan jelas bahwa lafal tertentu ditakdim. Seperti dalam ayat-ayat
berikut

Musnad ilaih dalam ayat ini didahulukan

Maful bih dalam ayat ini didahulukan
Kedua ayat tersebut berbeda dengan ayat beirikut

Artinya:
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.
Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan
anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia. (Q.S.
At-Taubah/9 : 55)



15
15
Taqdm-takkhr dalam ayat ini berbeda dengan ayat-ayat sebelumnya.
Taqdm-takkhr dalam ayat ini tidak bisa dilihat hanya dari teks. Ia perlu
ditafsirkan. Tafsiran dari ayat ini adalah


Janganlah kalian tercengang dengan harta dan anak mereka di dunia.
Sesungguhnya dikarenakan harta dan anak mereka itu Allah akan
mengazab mereka di akhirat.
14


Untuk mengetahui adanya takdim-takkhir dalam ayat berikut juga
diperlukan penafsiran.

Makna leksikal ayat ini adalah apakah kamu pernah melihat orang yang
menjadikan tuhannya sebagai hawanya?
Pengertian semacam ini tentu saja tidak salah. Sebab, orang yang
menjadikan Tuhan sebagai hawanya tidak menyalahi prinsip Islam.
Karenanya, tidak tercela. Namun, maksud ayat ini tidak demikian. Yang

14
Al-Suyuthi, Al Itqan fi Ulum al Quran, (Beirut:Dar al Fikr, tt), h 180


16
16
dimaksud adalah, apakah anda pernah menemukan orang yang
menjadikan hawanya sebagai tuhannya.
15
(Q.S. Al-Jatsiah/45 : 23)
Adapun yang menjadi bahan pertanyaan penulis dalam tesis ini adalah:
1. Bagaimana mengidentifikasi suatu ayat yang mengandung taqdm-takhr
dalam perspektif Syamsuddin Ibn al-Shaigh?
2. Ayat-ayat manakah yang termasuk dalam perspektif Syamsuddin Ibn al-
Shaigh dalam surat al-Baqarah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah dan pokok permasalahan
sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui:
1. Dapat mengidentifikasi suatu ayat yang mengandung taqdm-takhr
dalam perspektif Syamsuddin ibn al- Shaigh dalam surat al-Baqarah
2. Ayat-ayat yang mengandung taqdm-takkhr menurut perspektif
Syamsuddin ibn al-Shaigh dalam surat al-Baqarah

15
Ibid


17
17
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
peminat kajian al Qur an dan pengkaji bahasa Arab.
D. Tinjauan Pustaka
Sebagaimana telah disebutkan dalam pokok permasalahan bahwa
penelitian ini memusatkan perhatian pada penyelidikan tentang ayat-ayat
dalam surat al-Baqarah yang mengandung taqdm-takkhr dalam perspektif
Syamsuddin ibn al-Shaigh.
Sepanjang yang penulis ketahui bahwa penelitian semacam ini belum
ada. Namun, kajian tentang teori taqdm-takkhr Ibn al-Shaigh yang penulis
dapatkan ada dua buku: Al-Itqn fi Ulm al-Qur n karya al-Suyuthi dan
Khashish al-Tabr al-Qur ni wa Simtuhu al-Balghiyyah karya Abdul
Azhim al-Mathani.
Dalam karyanya itu, al-Suyuthi hanya memaparkan pembagian taqdm-
takkhr yang dimunculkan Ibn al-Shaigh.
Dalam disertasinya yang kemudian dibukukan itual-Mathani
mengkritisi teori ibn al-Shaigh.


18
18
Di antara obyek yang menjadi kritikannya adalah bahwa ibn al-Shaigh
tidak menyingkap rahasia yang terkandung dalam taqdm-takkhr yang
diajukannya.
E. Metodologi Penelitian
Karena penelitian ini sepenuhnya bertumpu pada kajian pustaka, maka
riset ini akan dilakukan dengan cara menganalisis data-data yang tertulis
dalam sumber-sumber kepustakaan yang bertalian dengan masalah yang
dikaji. Sumber-sumber kepustakaan tersebut terbagi dua: sumber primer (al-
marji al-awwaliyyah) dan sumber-sumber sekunder (al-marji al-
tsnawiyyah).
Untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, akan
digunakan metode analisis. Melalui metode ini penulis akan menguraikan
teori-teori tentang struktur taqdm-takkhr dari empat perspektif, yaitu
perspektif ulama balaghah, Syamsuddin ibn al- Shaigh, Ibn al-Atsir, dan para
mufassirun. Dari teori ibn al- Shaigh penulis akan menganalisis ayat-ayat
dalam surat al-Baqarah yang mengandung struktur taqdm-takhr menurut
teorinya.


19
19
Karena penulis tidak mendapatkan karya Syamsuddin ibn al-Shaigh ,
maka penulis menjadikan karya al- Suyuthi, yaitu al-Itqn f Ulm al- Qur
n dan karya Abdul Azhim al-Mathani, yaitu Khshish al-Tabr al- Qur ni
wa Simtuhu al-Balghiyyah sebagai sumber-sumber primer.
Sumber-sumber rujukan sekunder adalah karya-karya yang terkait
dengan kajian tentang al-Quran.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini mengacu kepada sistem penulisan yang
berlaku dalam penyusunan tesis. Adapun sistematika penulisan tesis ini
adalah sebagai berikut:
1. Bab I merupakan bab pendahuluan yang mencakup sub-sub
bahasan, yaitu latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan
2. Bab II merupakan deskripsi tentang struktur taqdm-takkhr dalam
perspektif para ulama, yaitu ulama balaghah, Syamsuddin ibn al-
Shaigh, ibn al-Atsir, dan para mufassirun serta tentang taqdm-takkhr
ghair ishthilhi


20
20
3. Bab III adalah bab yang membahas tentang surat al-Baqarah yang
mencakup latar belakang penamaan surat al-Baqarah, cakupan surat
al-Baqarah, keutamaan surat al-Baqarah, pelajaran dari surat al-
Baqarah, ayat-ayat dalam surat al-Baqarah yang mengandung
struktur taqdm-takkhr dalam perspektif Ibn al-Shaigh, baik yang
sulit difahami maknanya secara lahiriah maupun yang mudah
4. Bab IV merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan














21
21




















22
22










15
BAB II
TAQDM-TAKKHR DALAM PERSPEKTIF PARA ULAMA

Bila struktur bahasa Arab dibandingkan dengan bahasa lain, nampak bahwa
struktur bahasa Arab memiliki keunikan tersendiri. Salah satu keunikannya terdapat
pada kelenturan pokok-pokok kalimat atau pelengkapnya yang bisa dikedepankan
(taqdim) atau diakhirkan (takkhir). Contoh :jalasa Umar. Kalimat ini adalah
kalimat sederhana (jumlah basithah) yang terdiri dari dua pokok kalimat, yaitu
musnad (jalasa)dan musnad ilaih (Umar). Kalimat ini tetap menjadi kalimat yang
benar bila berbunyi Umar jalasa. Kata Umar didahulukan dari kata kerjanya,
jalasa.
Kalimat tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
Umar duduk atau ke dalam bahasa Inggris Umar sits. Masing-masing kata dalam
kedua ungkapan ini tidak benar bila posisinya ditukar.
Pergantian posisi suatu kata atau kalimat seperti yang tertera dalam contoh
bahasa Arab tersebut memiliki penekanan subyek pembicaraan yang berbeda,
sebagaimana yang telah penulis jelaskan dalam pokok permasalahan.
Karenanya, mengetahui urgensi taqdm-takkhr adalah sebuah keniscayaan
bagi para pengkaji dan atau peminat bahasa Arab.
A. Pengertian taqdm-takkhr
Secara etimologi kata taqdim adalah isim mashdar dari kata kerja qaddama.
Dalam kamus Hans Wehr kata ini berarti: sending forward, sending off, dispatching,

16
presentation, submission, turning in, filing, offering up, oblation, dedication, offer,
proffer, tender, bid, memorial.
1

Kata-kata tersebut bermakna: pengiriman, pemberian, penyajian, perkenalan,
ketundukkan, kepatuhan, lemari, arsip, pengabdian, persembahan, tawaran, saran,
pengajuan, penguluran (tangan).
2

Dalam kamus al-Munjid kata ini juga memiliki beragam makna sesuai dengan
konteksnya.
Memberikan
Memperlihatkan
Mengajukan



Menyerahkan diri


Memberikan jam

Mempersenjatai


Mengangkat senjata untuk penghormatan

Mengedepankan


Berbuat


Membuat pendahuluan (buku)


1
J.M. Cowan (editor), Arabic English Dictionary:The Hans Wehr Dictionary of Modern
Written Arabic, (New York: Itacha, 1976), h. 749
2
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia(Jakarta:Gramedia, 1996), cet.
XXIII, h. 188,403,445, 565, 240, 169, dan 449

17
Tidak memberi manfaat dan tidak
memberi bahaya


Mendekatkan

Mempercepat perjalanan

Memperkenalkan
3


Kata ini dengan fiil mudhari dan amr nya dalam al-Quran disebutkan tidak
kurang dari 27 ayat, yaitu pada : Shd/38:60,61, Al-Qiymah/75:3, Al-
Baqarah/2:95,110, 223 Al-Imrn/3:182, An-Nis/4:62, Al-Midah/5:80, Al-
Anfl/8:51, Al-Kahfi/18:57, Al-Hajj/22:10, Al-Qashash/28:47, Al-Rm/30:36, Al-
Syr/42:48, Al-Hasyr/59:18, Al-Jumuah/62:7, Al-Naba/78:40, Al-Infithr/82:5,
Qf/50:28, Al-Fajr/89:24, Yusuf/12:48, Ysin/36:12, Al-Hujurt/49:1, Al-
Mujdilah/58:12, 13, Al-Muzzammil/73:20.
Berikut ini ayat-ayat al-Quran yang mengandung kata qaddama dengan
pengertian yang berbeda-beda.
) \ : (
Artinya:

Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selamanya karena
kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh mereka. (Q.S. Al-Baqarah/2:9)

) \ : (

3
Antowan Nikmah, Isham Mudawwar dkk (editor), Al Munjid fi al-Lughah al-Arabiyyah al-
Mushirah, (Bairut:Dar al-Masyriq, 2000), h. 1132

18

Artinya:
Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, pada hal sesungguhnya Aku
dahulu telah memberikan ancaman kepadamu. (Q. S. Qf/50:28)

) \ : (

Artinya:

Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya. (Q.S.
Yusuf/12:48)

) \ : (

Artinya:

Mereka berkata (lagi): ya Tuhan kami; barang siapa yang menjerumuskan
kami ke dalam azab ini maka tambahkanlah azab kepadanya di neraka.(Q.S.
Shad/38:61)

) \ : (

Artinya:

Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka,
yaitu kemurkaan Allah kepada mereka. (Q.S. Al-Maidah/5:80)


) \ : (

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-
Nya. (Q.S. Al-Hujurt/49:1)
) - \ : (
Artinya:


19
Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan
sedekah.(Q.S. Al-Mujdilah/58:13)
Secara etimologi kata takkhr adalah isim mashdar dari kata kerja
akhkhara.Makna kata ini tidak Sebanyak makna yang dimiliki oleh kata taqdm.
Dalam kamus Al-Munjid kata ini berarti: membentangkan, menunda,
menangguhkan, memalingkan, merintangi, membatalkan, mengkhirkan, meletakkan
sesuatu setelah sesuatu yang lain.
4

Dalam kamus Hans Wehr kata ini berarti: delay, deferment, postponement,
obstruction, retardation, putting back.
5

Dalam kamus Inggris-Indonesia, kata-kata tersebut bermakna: kelambatan,
penundaan, penangguhan, pemunduran, halangan, gangguan, kembali.
6

Dalam al-Quran, kata ini dengan fiil mudhari dan amrnya disebutkan
sebanyak 15 kali, yaitu : Al-Qiymah/75 : 13, Al-Infithr/82 : 5, An-Nis/4 : 77, Al-
Isr/17 : 62, Al-Munfiqn/63 : 10, 11, Hd/11 : 8, 104, Ibrhm/14 : 10, 42, 44,
Nuh/71 : 4, An-Nahl/16 : 61, dan Fthir/35 : 45.
Berikut ini adalah ayat-ayat yang mengandung kata tersebut dengan
pengertian yang berbeda-beda:
) \ : (
Artinya:

Apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah dilalaikannya. (Q.S. Al-
Qiymah/75:13


4
Antowan Nikmah, Isham Mudawwar dkk (editor), op. cit., h.11. lihat juga Majma al-
Lughah al-Arabiyyah, Al-Mujam al-Wajz, h.8
5
J.M. Cowan (editor), op. cit., h. 8
6
John M. Echols dan Hassan Shadily, op. cit., h. 172, 440, 401, 458

20
) \ : (
Artinya:
Mereka berkata:ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang
kepada kami?mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang)
kepada kami beberapa waktu lagi? (Q.S. An-Nisa/4:77)

Pengertian taqdm-takkhr secara terminologis tidak didapatkan dalam
literatur balaghah. Namun, dari literatur yang mengulas tentang taqdm-takkhr dapat
disimpulkan bahwa definisi taqdm-takkhr sangat beragam sesuai dengan perspektif
ulama yang mengkajinya:
1. Menurut ahli Balaghah taqdm-takkhr adalah mengedepankan atau
mengakhirkan letak suatu kata atau kalimat sebelum atau sesudah kata atau
kalimat yang lain baik dengan maksud mengedepankan atau mengakhirkan
ataupun tanpa maksud tersebut.
2. Menurut Syamsuddin ibn al-Shaigh taqdm-takkhr adalah mengedepankan
atau mengakhirkan suatu kata atau kalimat dari suatu kata atau kalimat
yang lain.
3. Menurut Ibn al-Atsir taqdm-takkhr adalah mendahulukan atau
mengakhirkan suatu kata dari kata yang lain dengan adanya perubahan
makna. Atau lafal yang didahulukan lebih difokuskan dari pada yang
diakhirkan
4. Menurut Mufassirin taqdm-takkhr adalah mendahulukan atau
mengakhirkan suatu makna dari makna yang lain atau suatu kisah dari
kisah yang lain atau jr dan majrr dari yang lain

21

B. Taqdm-Takkhr dalam al-Quran
Ayat-ayat al-Quran yang zhanni al-dallah membuka peluang kemungkinan
interpretasi yang sangat beragam. Keberagaman ini memunculkan banyaknya aliran-
aliran dalam tafsir. Interpretasi terhadap ayat-ayat itu sesuai dengan mainstream (alur
berfikir) mufassirnya.
Keberagaman penafsiran ayat-ayat al-Quran juga terjadi dari perspektif
keindahan susunan kata-kata dan kalimat-kalimatnya. Di antaranya adalah terjadi
pada salah satu bagian kecil yang dikaji dalam ilmu balaghah, yaitu taqdm-takkhr.
Keberagaman dalam perspektif ini melahirkan banyak perspektif di kalangan para
pakar di bidangnya. Di antara perspektif-perspektif itu adalah:
1. Perspektif Ulama Balaghah
Para ulama balaghah membagi taqdm menjadi dua:
a. Taqdm (mendahulukan) dengan niat mengakhirkan yang lain. Seperti
mendahulukan khabar (predikat) dari mubtadanya (subyek) dan mafl (obyek) dari
failnya (pelaku). Contoh " " dan " ". Lafal dan
meskipun letaknya berada sebelum lafal namun urutan yang sebenarnya adalah di
akhir.
b. Taqdm tanpa maksud mengakhirkan yang lain. Contoh dan
. Kedudukan Irab lafal dan berubah sesuai dengan letaknya.
7


7
Abd al-Qahir al-Jurjani, Dalil al Ijz, (Kairo:Maktabat al Khanji, tth), h. 106

22
Obyek taqdm-takkhr mereka klasifikasikan menjadi : taqdm al musnad
ilaih, taqdm al musnad, dan taqdm al mutaalliqt ala awamilih.
8
Masing-
masing obyek tersebut memiliki tujuan-tujuan tertentu.
Yang termasuk kategori musnad adalah: 1. Khabar al Mubtada. Contoh kata
dalam kalimat (Allah Maha Mampu). 2. Al-Fiil al Tam (kata kerja
sempurna). Contoh kata kerja dalam kalimat (pemimpin telah
datang). 3. Isim al Fiil. Seperti --. 4. Mubtada shifat yang marfunya
tidak memerlukan khabar.contoh kata dalam kalimat .5.
Khabar kna dan akhwatnya dan khabar inna dan akhawatnya. 6. Al Mafl al tsni
li Zhanna wa akhawatuh. 7. Al-Mafl al Tslits li Ar wa Akhawtuh. 8.
Mashdar yang berfungsi sebagai fiil amr. contoh (berusahalah untuk
kebaikan).
Musnad ilaih ada enam: 1. fail 2. Asm Nawsikh. 3. Mubtada yang memiliki
khabar. 4. Al-Mafl al Awwal lizhanna wa akhawtih. 5. Al-Mafl al Tsni li Ar
wa akhawtih. 6. Naib al-Fail.
9

Tujuan-tujuan taqdm al-musnad ilaih adalah sebagai berikut:
a. Sesuai dengan asal urutan letaknya dan tidak ada kepentingan untuk
meletakkannya di akhir. Contoh :al-adl ass al-najh (keadilan adalah pangkal
kesuksesan)

8
Abdul Azhim Ibrahim al Mathlai, Khashish al Tabr al Qurni wa Simtuhu al
Balghiyyah, (Kairo:Maktabah wahbah, 1992), Cet. Ke-I, Jilid 2, h. 81
9
Ahmad al-Hasyimi, Jawhir al Balghah f al Man wa al-Bayn wa al-Bad, (Beirut:Dar
al-Fikr, 1991), h. 49-52

23
b. Menjadikan khabar berkesan/menarik pada telinga pendengar. Sebab, pada
mubtada ada sesuatu yang membuat pendengar tertarik untuk mengetahuinya.
10

Contoh bait syair Abul Ala al-Maarri berikut ini:
#
Yang membuat bingung manusia pada hari kebangkitan
Kebangkitan mereka kembali setelah mereka menjadi tanah

Musnad ilaih dalam bait syair ini adalah isim maushl, yaitu kata alladz.
Shilahnya adalah hrat al- bariyyat fhi. Yang membuat menarik keingintahuan
mukhthab (lawan bicara) adalah m alladz hrat al-bariyyat fhi (apa
yang membuat bingung makhluk?). Lalu dijawab dengan hayawnun mustahdatsun
min jamdin
11

c. Mempercepat kabar yang menggembirakan atau yang menyedihkan (tajl al-
masarrah aw al-mas ah). Contoh : Al-sad f drika aw al-nahs f drika (di
rumah Anda ada kebahagiaan. Atau di rumah Anda ada kesialan)
d. Mempercepat berkah (tajl al-barakah). Contoh : ismullh alaika (semoga Allah
memberkatimu)
e. Mempercepat rasa aman (tajl al-amn). Contoh : Al-salmualaikum
warahmatullh wabaraktuh (semoga Allah melimpahkan keselamatan, berkah,
dan rahmat-Nya pada mu)

10
Ahmad Mushthafa al-Maraghi,

Ulm al Balghagh:al Bayn wa al Mani wa al Bad,
(Makkah al Mukarromah:Dr al Ihy al Turts al Islmi, 1992), Cet ke-10, h. 93
11
Fadhl Hasan Abbas, Al-Balghah Funnuh wa Afnnuh: Ilm al-Man, (tt:Dar al-
Furqn, tth), Cet ke-2, h.212

24
f. Mempercepat kenikmatan (tajl al-taladzdzudz). Contoh bait syair Imru al-Qais
berikut ini:
#
wahai wanita-wanita cantik katakanlah kepada kami
adakah Lailaku berada di antara kalian

g. Mempercepat penghormatan atau penghinaan. Contoh :
) : \ (
Artinya:
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan
dia adalah keras terhadap orang-orang yang kafir, tetapi berkasih sayang
sesama mereka. (Q.S. Al-Fath/48 : 29)

h. Yang diinginkan adalah kaitan informasi dengan musnad ilaih, bukan informasi itu
sendiri. Contoh : bila Anda ditanya tentang si Fulan kaifa hluhu? M bluhu?
(bagaimana kabar si Fulan). Maka Anda menjawab Fulan yasyrab wa yuthrib wa
yalh wa yalab (si Fulan suka minum, bernyanyi, dan main-main)
12

i. Berfungsi untuk generalisasi negasi (umm al salab) dan menegasikan
generalisasi (salab al umm)
Fungsi pertama (umm al-salab) terjadi bila musnad ilaih yang ditaqdim
menunjukkan makna umum dan diikuti oleh huruf nafyi. Musnad ilaih tersebut
tidak mengandung makna nafyi (negasi). Contoh kullu muhmil l yanjah (setiap

12
Abduh Abd al-Aziz Kalkilah, Al-Balghah al-Ishthilhiyyah, (Kairo:Dr al-Fikr, 1991), cet
ke-2, h. 204

25
orang yang tidak peduli tidak sukses). Musnad ilaih dalam contoh ini adalah lafal
kull yang menunjukkan makna umum. Lafal ini tidak memberikan makna
negasi. Yang memberikan makna negasi adalah huruf nafyi. Struktur ini berfungsi
untuk men-generalisasi sesuatu yang negatif. Ungkapan dalam contoh tersebut
bermakna semua orang yang mengabaikan (suatu urusan) tidak sukses. Dalam
struktur ini lafal yang menunjukkan makna umum mendominasi huruf nafyi.
Fungsi generalisasi sesuatu yang negatif itu akan memiliki makna sebaliknya,
menegasikan generalisasi ketika lafal yang menunjukkan makna umum terletak
setelah huruf nafyi. Sebagai contoh adalah bait syair Al-Mutanabbi berikut ini:
#
Tidak semua yang diangan-anganka seseorang dapat diraihnya
Angin berhembus dari arah yang tidak disenangi perahu.
13


Badruddin bin Malik al-Andalusi brpendapat bahwa ada tiga syarat bagi
musnad ilaih yang ditaqdim bila brfungsi untuk umm al-salab (umm al-nafyi) :
1. musnad ilaih dihubungkan dengan huruf umum. Bila tidak dihubungkan maka
didahulukan atau diakhirkan tidak berbeda. Contoh Muhammad lam yuqshir
(Muhammad tidak mengqashar). Makna ungkapan ini sama saja dengan lam
yuqshir Muhammad, lafal Muhammad diakhirkan.
2. Irab musnad ilaih bila diakhirkan menjadi fail. Bila tidak demikian maka
didahulukan atau diakhirkan tidak ada pengaruhnya. Contoh : kullu insnin lam

13
Abduh Abdul Aziz Qalqilah, op.cit., h.206

26
yaqum abhu(bapak semua orang tidak berdiri) menjadi lam yaqum ab kullu
insanin, lafal kullu insanin tidak lagi menjadi fail.
3. Musnad ilaih harus dihubungkan dengan huruf nafyi. Bila tidak maka tidak wajib
didahulukan. Contoh : kullu insanin qma. Musnad ilaih (kull) dalam contoh
ini didahulukan atau diakhirkan tetap memilki makna umum.
Mendahulukan musnad ilaih untuk fungsi umm al-nafyi, yaitu untuk
menafyikan hukum (aturan) dari semua orang seperti dalam contoh kullu insaanin
lam yaqum(semua orang tidak berdiri) adalah wajib. Bila ungkapan tersebut menjadi
lam yaqum kullu insanin maka bisa mengandung makna menafyikan hukum bagi
sebagian orang saja.
14

j. Memberikan fungsi pengkhususan (ifdat al-takhshsh).
15

Fungsi ini terjadi bila pada musnad ilaih terpenuhi dua syarat :
Pertama, khabar atau musnadnya terbentuk dari fiil (kata kerja)
Kedua, musnad ilaih terletak setelah huruf nafyi.
Taqdm-takkhr yang berfungsi untuk takhshsh ini memiliki tiga pola:
1. Musnad ilaih terletak setelah huruf nafyi dan musnadnya terbentuk dari fiil.
Contoh : bila Anda mengatakan m an fatahtu al-bb (bukan saya yang
membuka pintu), maka Anda ingin mengatakan bahwa: 1. Anda tidak mengakui
bahwa Anda yang membuka pintu. 2. Anda menyatakan bahwa orang lain yang

14
Mahmud al-Sayyid Syaikhun, Asrar al-Taqdim wa al-Takkhir fi Lughat al-Quran al-
Karim, (Kairo:Dar al-Hidayah, tth), h. 64
15
Yang dimaksud dengan fungsi pengkhususan adalah suatu perbuatan tidak dilakukan oleh
musnad ilaih, namun dilakukan oleh yang lain. Contoh : bila Anda mengatakan m an ghasyisytu f
al-imtihn maka yang Anda maksud adalah anda menafikan bahwa Anda menyontek dan menyatakan
bahwa yang menyontek adalah orang lain. (Fadhl Hasan Abbas, op.cit., h. 214

27
membukanya.Secara tersirat, struktur ini menyatakan bahwa, orang lain yang
membuka pintu, bukan saya
Bila Anda mengatakan, m an ghibtu fi al-muhdharah (bukan saya yang
absen pada perkuliahan tersebut) maka Anda ingin mengatakan bahwa :1. Anda
hadir dalam perkuliahan. 2. Yang tidak hadir dalam perkuliahan adalah orang lain,
bukan Anda.
Berdasarkan kaedah di atas adalah salah bila kita berkata an m fatahtu al-
bb wa l ghair (bukan saya yang membuka pintu dan juga bukan orang lain).
Sebab, dalam struktur ini terjadi dua makna yang bertentangan, yaitu antara makna
positif yang tersirat dari ugkapan an m fatahtu al-bb dengan makna negatif
dari ungkapan l ghair (bukan orang lain). Makna positif yang tersirat adalah
orang lain yang membukanya.
Persyaratan pertama untuk ifdat al-takhshsh (musnad ilaih terletak setelah
huruf nafyi) disepakati oleh para ulama balaghah. Sementara untuk syarat yang
kedua (musnad terbentuk dari fiil) adalah pendapat Abd al-Qahir. Al-Zamakhsyari
memperluas syarat kedua ini dengan isim-isim yang semakna dengan fiil, seperti
isim fail dan isim maful. Contoh firman Allah berikut:

) \ : (
Artinya:
Mereka berkata:hai Syuaib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang
kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang
yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami

28
telah merajam kamu, sedang kamu bukanlah seorang yang berwibawa. (Q.S.
Hud/11 : 91)

Musnad ilaih dalam ayat tersebut jelas berfungsi untuk pengkhususan. Sebab,
tujuan kaumnya tidak hanya menafikan kemuliaan darinya. Namun mereka
memilki tujuan lain, yaitu menetapkan kemuliaan itu kepada keluarga dan
kaumnya.
Al-Zamakhsyari memperkuat pendapatnya itu dengan ayat selanjutnya
) : \ (
Artinya:
Syuaib menjawab : hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut
pandangamu dari pada Allah. (Q.S. Hud/11:92)

Musnad ilaih dalam ayat tersebut jelas berfungsi untuk pengkhususan. Sebab,
tujuan kaumnya tidak hanya menafikan kemuliaan darinya, namun mereka
memiliki tujuan lain, yaitu menetapkan kemuliaan itu kepada keluarga dan
kaumnya.
Al-Zamakhsyari memperkuat pendapatnya itu dengan ayat selanjutnya
) \ : (
Artinya
Syuaib menjawab, hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut
pandanganmu dari pada Allah. (Q.S. Hud/11 : 92)

Di antara contoh yang semakna dengan fiil adalah firman Allah:
) : \ (


29
Artinya:
Mereka ingin keluar dari neraka, padahal mereka sekali-kali tidak dapat keluar
dari padanya. (Q.S. Al-Maidah/5:37)

Tujuan ayat ini tidak hanya menafyikan mereka keluar dari neraka, tapi juga
memberikan pernyataan lain, yaitu selain mereka keluar dari neraka.
16


2. Huruf nafyi terletak setelah musnad ilaih dan musnadnya terbentuk dari fiil.
Contoh : an m fatahtu al-bb (saya tidak membuka pintu)
Pola ini berfungsi untuk memperkuat pernyataan/perlakuan (taqwiat al-
hukm).
17
Contoh : an l udhu waqt, al-muslim l yuswim al dnihi, al-
mustaghriq f syahwatihi l yuawwalu alaihi fi khidmati wathanihi (saya tidak
menyia-nyiakan waktu saya, orang muslim tidak melakukan penawaran terhadap
agamanya, orang yang tenggelam dalam syahwatnya tidak dapat diandalkan untuk
berkhidmat kepada tanah airnya).
Ungkapan-ungkapan tersebut Anda tidak maksudkan untuk takhshsh dan
tidak juga untuk menyatakan bahwa orang lain melakukan hal yang sama dengan
yang Anda lakukan. Yang Anda maksud adalah untuk menegaskan bahwa Anda
melakukan perbuatan itu.
18

Ungkapan anta l tuhsinu hdz (Anda tidak pandai untuk melakukan hal
ini) bentuk negasinya lebih kuat dari pada bila Anda mengatakan l tuhsinu

16
Ibid., h. 216
17
Yang dimaksud dengan taqwiat al-hukm adalah menegaskan kebenarannya. (Ibid., h. 217)
18
Ibid

30
hdz. Bahkan sekalipun Anda memperkuat ungkapan ini mejadi l tuhsinu anta
hdz.
19

Di antara ayat-ayat al-Quran yang mengandung fungsi ini adalah :
) \ : (
Artinya:

dan orag-ornag ang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka sesuatu
apapun (Al-Muminun/23 : 59),

) \ : (
Artinya:
sedang mereka tidak menyadarinya (Q.S. Al-Ankabut/29 : 53)
Pola ini bisa juga memberi pengertian pengkhususan dengan syarat ada
qarinahnya (konteks). Contoh firman Allah berikut:
) \ : (
Artinya:
sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan
tidak (pula) di langit) (Q.S. Al Imran/3 : 5)

Ayat ini, selain mengandung makna taqwiat al-hukm bila dilihat dari
konteksnya, juga mengandung fungsi pengkhususan. Sebab, hanya Allah yang
dapat melihat semua apa yang ada di langit dan di bumi.
20

Semua ini bila musnad ilaih terbentuk dari isim makrifat (definite). Namun
bila musnad ilaih terbentuk dari isim nakirah (indefinite) dan khabarnya terbentuk

19
Abd al-Qahir, op.cit., h. 138
20
Fadhl Hasan Abbas, op.cit., h. 218

31
dari fiil maka pengertiannya tergantung pada qarnah, khususnya tergantung pada
mukhthab (lawan bicara). Karenanya pola ini terkadang megandung makna
takhshsh dan terkadang taqwiat al-hukm. Bila Anda mengatakan thlibun nla
al-jizah(seorang mahasiswa menerima hadiah) maka bisa Anda maksudkan
untuk menekankan jenis kelamin. Hal ini adalah bila lawan bicara beranggapan
bahwa yang menerima hadiah adalah wanita. Bisa juga Anda maksud untuk
menyatakan bilangan tunggal bagi lawan bicara yang beranggapan bahwa yang
menerima hadiah lebih dari satu.
Bila Anda berkata rajulun jan (seorang laki-laki mendatangiku) dengan
mendahulukan isim dari kata kerjanya, maka Anda ingin memberitahukan bahwa
yang datang adalah seorang laki-laki, bukan wanita dan ungkapan tersebut Anda
tujukan kepada orang yang sudah mengetahui bahwa seseorang telah datang
kepada Anda.
21
Ungkapan tersebut berbeda dengan apabila anda mendahulukan
fiil (kata kerja) dari isimnya. Seperti j an rajulun tidak berfungsi untuk
takhshssh dan tidak juga untuk taqwiat al-hukm. Sebab, ungkapan itu tidak
menutup kemungkinan ada orang lain yang datang bersama orang laki-laki
tersebut, baik laki-laki atau wanita.
22

3. Musnad ilaih Mutsbat (positif). Contoh : an fatahtu al-bb (saya sudah
membuka pintu).
23


21
Abd al-Qahir, op.cit., h. 143
22
Fadhl Hasan Abbas, loc.cit.
23
Ibid., h. 214

32
Tujuan pola ini adalah untuk memberikan perhatian pada fail yang
didahulukan dan pusat pembicaraan tertuju kepadanya.
Sebab terjadinya perhatian tersebut ada dua:
a. Jelas, tujuannya adalah membatasi fiil hanya kepada fail dan menafikan
yang lainnya atau semua kecuali isim yang muqaddam (didahulukan). Contoh
: an katabtu f man fuln (saya yang menulis semua urusan si fulan).
Ungkapan ini Anda maksud untuk menghilangkan anggapan bahwa ada orang
lain yang menulis bersama Anda.
b. Struktur dengan pola ini hanya untuk menjelaskan dan meyakinkan pendengar
bahwa fil telah berbuat suatu perbuatan, tidak berfungsi untuk membatasi
perbuatan itu hanya kepada fil yang muqaddam tersebut. Contoh: huwa
yu'th al-jazl, huwa yuhib al-tsan (dia banyak memberi, dia senang
pujian).
24

Contoh ini hanya ingin menegaskan bahwa dia banyak memberi dan senang
pujian tanpa ada maksud untuk menafikan ada juga orang lain yang banyak
memberi dan senang pujian.
Ungkapan muhammad najaha dengan najaha muhammad (muhammad
berhasil) memiliki implikasi pengertian yang berbeda. Ungkapan pertama
berfungsi untuk taqwiat al-hukm, yaitu dengan menisbahkan keberhasilan kepada
muhammad dan kata ganti (dhamr) huwa dari kata kerja najaha yang juga

24
Abd al-Qahir, op.cit., 128

33
kembali kepada Muhammad. Sementara ungkapan kedua tidak berfungsi
demikian.
25

Dengan demikian, sebab pertama berfungsi untuk takhshsh dan yang kedua
adalah untuk taqwiat al-hukm.
Taqdm musnad ilaih yang berfungsi untuk taqwiat al-hukm menurut Abd
al-Qahir terjadi pada tujuh tempat:
1. Bila didahului oleh pengingkaran mukhthab (lawan bicara). Contoh : mukhthab
berkata laisa l 'ilmun billadz taql (saya tidak mengetahui apa yang Anda
katakan). Lalu Anda berkata kepadanya anta talamu anna al-amr 'al m aql,
walkinnaka tamlu il khashm (Anda mengetahui apa yang aku katakan.
Namun, Anda tidak menerimanya)
2. Ketika ada keraguan. Contoh : bila seseorang berkata kepada Anda ka annaka l
talamu m shanaa fuln wa lam yuballighka (nampaknya Anda tidak tahu apa
yang dilakukan si Fulan dan tidak ada yang menginformasikannya kepada Anda).
Untuk menghilangkan keraguan itu Anda berkata an alam walkinn udrhi
(saya mengetahuinya, tapi saya meragukannya).
26

3. Untuk dusta. Contoh firman Allah berikut :
) \ : (
Artinya:
Dan apabila orang-orang (Yahudi atau munafik) datang kepadamu, mereka
mengatakan: Kami telah beriman, padahal mereka datang kepada kamu

25
Abduh Abdul Aziz Kalkilah, op.cit., .205
26
Abd al-Qahir, op.cit., h. 133

34
dengan kekafirannya dan mereka pergi (dari pada kamu) dengan kekafirannya
juga. (Q. S. Al Maaidah/5: 61)

Ungkapan mann adalah pengakuan mereka bahwa mereka tidak keluar
dengan kekafirannya.
4. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak masuk akal. Contoh firman Allah
berikut:
) \ : (
Artinya:
Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain dari pada-Nya (untuk
disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka
sendiri diciptakan. (Q.S. Al-Furqan/25:3)

5. Segala sesuatu yang menyalahi kebiasaan dan dianggap asing. Contoh :al tajab
min fuln? Yaddai al azhm wa huwa yay bil yasr, wa yazam annahu
syujun, wa huwa yafzau min adn syai (tidakkah Anda heran terhadap si
Fulan? (Dia mengaku terhormat, padahal terhadap sesuatu yang remeh ia tidak
menyadari. Dia menganggap dirinya pemberani, padahal dia takut terhadap
sesuatu yang paling rendah).
6. Ketika orang yang Anda janjikan atau berikan jaminan ragu terhadap penepatan
janji Anda. Dia membutuhkan pernyataan yang lebih tegas. Contoh: an
uthka, an akfka, an aqmu bihdzal amr (saya akan memberimu, saya akan
mencukupimu, saya akan mengatasi masalah ini)

35
7. Untuk memuji. Contoh : anta tuthi al jazl, anta tuqr f al mahall, anta tajdu
hna l yajdu ahad (Anda banyak memberi, Anda menghormati (tamu) di
rumah (Anda), Anda sangat baik ketika orang lain tidak baik)
Tujuan-tujuan mendahulukan musnad :
1. Untuk pengkhususan. Contoh firman Allah berikut:
) \ : (
Artinya:
Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). (Q.S. Al-
Rum/30:4)

Maksud ayat ini adalah inna al amr lillhi wahdah (semua urusan hanyalah
milik Allah). Maksud ayat ini bukan hanya meyatakan bahwa segala urusan
adalah milik Allah, tapi juga ingin menafyikan bahwa selain Allah tidak memiliki
urusan.
2. Untuk mengingatkan bahwa musnad adalah khabar
Khabar dan shifat sangat mirip. Keduanya dibedakan dari segi arti. Kata
shifat terkadang bisa juga menjadi khabar. Contoh : mustaqarr f al-ardh lan.
Kata lan dalam kalimat tersebut bisa menjadi shifat bisa juga menjadi khabar.
Kedudukan khabar lebih kuat dari shifat. Sebab, khabar adalah termasuk pokok
kalimat. Sementara shifat hanya sebagai pelengkap.
3. Menarik (tasywq)
Musnad ditaqdim sebagai daya tarik untuk mengetahui musnad ilaihnya.
Contoh bait syair berikut :

36
#
Ada tiga yang menyinari dunia dengan tulus
Mata hari di waktu dhuha, Abu Ishaq, dan rembulan

Asal bait syair tersebut adalah
#
Mata hari di waktu dhuha, Abu Ishaq, dan rembulan
Adalah tiga yang menyinari dunia dengan tulus

4. Untuk optimisme (Al Taful). Contoh :
#
5. Untuk menjadikan hati pendengar terpaut. Contoh: qad halaka khashmuka, qad
zhahara natjatu imtihnik (musuhmu telah musnah, hasil ujianmu sudah ada)
6. Untuk menunjukkan bahwa musnad lebih penting dari musnad ilaih. Contoh :
alaihi min al-rahmn m yastahiq (dia berhak menerima apa pun dari Allah)
7. Untuk memperlihatkan kepedihan. Contoh : min si hazhzh ann tazawwajtu
imra ah ldziah (di antara nasibku yang tidak baik adalah bahwa aku menikahi
wanita tidak baik).
27

C. Taqdm-Takkhr Ghair Ishthilhi
Pada aliran-aliran taqdm-takkhr di atas telah dibicarakan mengenai taqdm-
takkhr seputar :
1. Taqdm dengan niat mengakhirkan yang lain

27
Abduh Abd al-Aziz Qalqilah, op.cit., h. 208

37
2. Taqdm tanpa maksud mengakhirkan yang lain
Taqdm-takkhr ghair ishthilhi adalah taqdm-takkhr yang bila dilihat secara
tekstual tidak terlihat adanya taqdm-takkhr, setiap kata atau kalimat sudah berada
sesuai dengan letaknya. Tadm-takkhr jenis ini baru kelihatan bila ada perbandingan
antara satu ungkapan dengan ungkapan lain yang memiliki makna yang
sama.
28
Contoh :

) \ : (

Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul
Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana
yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan
katakanlah:Bebaskanlah kami dari dosa, niscaya Kami ampuni kesalahan-
kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada
orang-orang yang berbuat baik,(Q. S. Al-Baqarah/2 : 58)


) \ : (

Artinya:
Dan (ingatlah), ketika dikatakan kepada mereka (Bani Israil): Diamlah di
negeri ini saja (Baitul Maqdis) dan makanlah darinya (hasil bumi) di mana
saja kamu kehendaki. Dan katakanlah: Bebaskanlah kami dari dosa kami
dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk, niscaya Kami ampuni
kesalahan-kesalahanmu. Kelak akan Kami tambah (pahala) kepada orang-
orang yang berbuat baik. (Q. S. Al-Araf/7 : 161)


28
Al-Mathlai, op.cit., h. 147

38
Dari kedua ayat di atas jelas bahwa bila kita hanya melihat salah satu di
antaranya, maka kita tidak akan menemukan adanya kata atau kalimat yang ditaqdm
atau ditakkhr.
Pada surat al-Baqarah kata sujjadan lebih dahulu dari kata hiththah.
Sebaliknya pada surat al-Araf, kata hiththah terletak lebih dahulu dari kata
sujjadan.
Untuk melihat adanya taqdm-takkhr dalam kedua ayat tersebut al-Mathlai
menjelaskan bahwa sujud yang dikenal ada dua : karena bersyukur dan karena
memohon ampun (istighfr). Sujud dalam surat al-Baqarah didahulukan dari
permohonan ampun adalah untuk menunjukkan bahwa syukur dalam ayat tersebut
lebih diutamakan dari pada permohonan ampun. Pengutamaan ini berangkat dari dua
alasan:
Pertama, dalam ayat tersebut Allah dengan jelas memerintahkan untuk
bersyukur
Kedua, nikmat yang Allah berikan kepada mereka dalam ayat inilebih
jelas dan lebih sempurna
Teks dalam surat al-Baqarah berlangsung dengan cara percakapan. Sementara
dalam al-Araf dengan cara hikayat.
Makan (kul) dalam surat al-Baqarah diathafkan kepada masuk (udkhul)
dengan huruf fa. Hal ini menujukkn bahwa makan yang mereka lakukan terjadi

39
setelah mereka masuk. Sementara athaf dalam surat al-Araf dengan huruf wawu
yang hanya berfungsi untuk menghimpun (li al-jami al-muthlaq).
29

Perintah untuk bersujud dan memohon ampunan (al-qaul bi al-hiththah)
dalam surat al-Baqarah disandarkan kepada kata ganti yang, dengan jelas, kembali
kepada Allah(wa idz quln) sementara dalam surat al-Araf fail (pelaku) nya tidak
disebutkan (wa idz qla).
Ungkapan dalam surat al-Baqarah berfungsi untuk terjadinya pemberian
nikmat sebagai akibat dari rasa syukur. Sementara dalam al-Araf tidak demikian.
Sebab, makna udkhul berbeda dengan uskun. Yang pertama mengindikasikan
bahwa mereka berada di luar kemudian diperintahkan untuk masuk. Sementara yang
kedua menunjukkan bahwa mereka sudah ada di dalam, kemudian datang perintah
baru agar mereka tetap tinggal di dalamnya.
30

Untuk lebih jelas mengenai kedua ayat tersebut berikut penulis kutipkan ayat
sebelum ayat-ayat di atas:
.

) \ : - (

Artinya:
Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu
bersyukur. Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan

29
Ibn Hamdun, Hsyiyat al-Allmah ibn Hamdun al Syarh al-Makudi li Alfiat ibn Malik,
(Indonesia:Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, tth), jilid 2, h. 21
30
Al-Mathlai, op.cit., h. 152

40
kepadamu manna dan salwa. Makanlah dari makanan yang baik-baik
yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami,
akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Q. S. Al-
Baqarah/2 : 56-57)






) \ : (

Artinya:
Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya
berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta
air kepadanya: Pukullah batu itu dengan tongkatmu!. Maka memancarlah
dari padanya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui
tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan
Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami berfirman)
Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezkikan kepadamu.
Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya
dirinya sendiri. (Q. S. Al-Araf/7 : 160)

Ayat-ayat yang mengandung jenis taqdm-takkhr seperti ini ada pada 21
tempat,
31
selain ayat dalam surat al-Baqarah dan al-Araf tersebut adalah ayat-ayat
berikut:
` ` ` `
) /
: (


31
Ibid, h. 148

41
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani, orang-orang Shbi-n, siapa saja di antara mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian dan beramal saleh mereka akan
menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Q.S. Al-Baqarah/2 : 62)


-
) / : (

Artinya:
Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang
Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang
musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat.
Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu (Q.S. Al-Hajj/22 :17)



) \ : (

Artinya:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah
itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak
lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu ((Q.S. Al-Baqarah/2 :120)


42


) \ : (

Artinya:
Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang
tidak dapat mendatangkan kemanfa`atan kepada kita dan tidak (pula)
mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan
dikembalikan ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita,
seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang
menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang
memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): "Marilah ikuti
kami". Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya)
petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam,
(Q.S. Al-Anm/6 :71)




) \ : (

Artinya:
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang
adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak
menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali
bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan
menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kepada manusia . (Q.S. Al-Baqarah/2 :143)


43



) \ : (

Artinya:

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.
Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu
dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia
(Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan
(begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas
dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali
Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan
sebaik-baik Penolong (Q.S. Al-Hajj/22 : 78)


) \ : (

Artinya:
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S.
Al-Baqarah/2 : 173)



) \ : (

44

Artinya:
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. (Q.S. Al-
Midah/5 :3)



) \ : (

Artinya:
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku,
sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi --karena
sesungguhnya semua itu kotor-- atau binatang yang disembelih atas nama
selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Anm/6 : 145)


) \ : (

Artinya:
" Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai,
darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain
Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak
menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang(Q.S. Al-Nahl/16 :115)


45


) \ :
(

Artinya:
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (Q.S. Al-
Baqarah/2 : 264)


) \ : (

Artinya:
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah
seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin
kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang
telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang
jauh (Q.S. Ibrahim/14 : 18)



) \ : (


46

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir
(orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka
apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang:
"Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak
dibunuh." Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu,
Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah
menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan
(Q.S. Ali Imran/3 : 156)


) \ : (

Artinya:
Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan
sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan
kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Anfl/8 : 10)



) \ : (

Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah
lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan
(kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah
Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan (Q.S. An Nisa/4 : 135)

47



) \ : (

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Maidah/5 : 8)


) \ : (

Artinya:
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka
sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu(Q.S. Al-Anam/6 :
102)
) \ : (

Artinya:
Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, {encipta segala sesuatu, tiada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka bagaimanakah kamu
dapat dipalingkan (Q.S. Ghafir/40 : 62)

) \ : (


48

Artinya:
Yang demikian itu adalah karena Tuhanmu tidaklah membinasakan kota-kota
secara aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan lengah (Q.S. Al-Anam/6 :
131)


) \ : (
Artinya:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (Q.S. Al-
Isra/17 : 31)


) \ : (

Artinya:
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka)
padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya. Maka perhatikanlah betapa
kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan (Q.S. An Naml/27 :14)



) \ : (

Artinya:
Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan
yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat
memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang
dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal

49
berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya
kamu bersyukur (Q.S. Fthir/35 : 12)

) \ : (
Artinya:

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al
Qur'an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak
menyukai kecuali mengingkari (nya) (Q.S. Al-Isra/17 : 89)


) \ : (

Artinya:

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al
Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk
yang paling banyak membantah. (Q.S. Al-Kahfi/18 : 54)

) \ :
(

Artinya:

Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini
dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu kala!". (Q.S.
Al-Mukminun/23 :83)
) \ :
(
Artinya:

Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan (juga) bapak-bapak
kami dahulu; ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu
kala"(Q.S. An Naml/27 : 68).


50
) \ :
(
Artinya:

Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-
hamba-Nya".(Q.S. Al-Isra/17: 96)


) \ : (

Artinya:

Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia
mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya
kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang
merugi (Q.S. Al-Ankabut/29 : 52)


) \ : (
Artinya:

Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya
berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang
kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu" (Q.S. Al-
Qashash/28 : 20)

) \ : (

Artinya:

Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki (Habib An Najjar) dengan
bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu (Q.S.
Ysn/36 : 20)


51

) \ : (
Artinya:

Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang
aku telah sangat tua dan isterikupun seorang yang mandul?" Berfirman Allah:
"Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya" (Ali Imran/3 : 40)


) \ : (
Artinya:

Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal
isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah
mencapai umur yang sangat tua"(Q.S. Maryam/19 :8)


) \ : (

Artinya:

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana (Q.S. Al-Baqarah/2 : 129)


) \ : (
Artinya:

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As- Sunnah) (Q.S. Al-
Jumuah/62 : 2)


52

) \ : (
Artinya:

Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini,
dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang
kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang zalim (Q.S. Al-Baqarah/2 : 35)

) \ : (
Artinya:

Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul
Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana
yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan
katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-
kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada
orang-orang yang berbuat baik" (Q.S. Al-Baqarah/2 : 58)


) \ : (
Artinya:

Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat
menggantikan seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan
daripadanya dan tidak akan memberi manfa`at sesuatu syafa`at kepadanya dan
tidak (pula) mereka akan ditolong (Q.S. Al-Baqarah/2 : 123)


) \ : (
Artinya:

Dan jagalah dirimu dari (`azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang
tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak

53
diterima syafa`at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong
(Q.S. Al-Baqarah/2 : 48)


) \ : (
Artinya:

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau
belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Q.S. Al-Anam/6 :32)


) \ : (
Artinya:
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan
jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu
dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu (Q.S. Muhammad/47 : 36)


) \ : (
Artinya:

(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan
senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka". Maka pada hari
(kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan
pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu
mengingkari ayat-ayat Kami.( Al-Araf/7:51)


) \ : (
Artinya:

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui. (Al-Ankabut/29 : 64)
BAB III
STRUKTUR TAQDM-TAKKHR DALAM SURAT AL-BAQARAH
A. Sekilas tentang Surat Al-Baqarah
Surat al-Baqarah adalah surat terpanjang yang ada di dalam al-Quran.
Surat ini memuat dua setengah juz (7,5 %) dari isi al-Quran yang berjumlah tiga
puluh juz. Dengan jumlah ayat dua ratus delapan puluh enam ayat (286), surat
ini memiliki jumlah kata sebanyak enam ribu seratus dua puluh satu kata (6121).
1

Surat ini adalah termasuk surat yang diturunkan di Madinah kecuali satu,
yaitu ayat 281 yang diturunkan di Mina ketika haji wada.
2
Seperti surat-surat
lainnya yang turun di Madinah, surat ini membahas tentang aturan-aturan dan
undang-undang syariat yang membekali umat islam untuk bersosial.
3

A. 1. Latar Belakang Penamaan Surat al-Baqarah
Khalid bin Midan menamakan surat ini dengan fusthth al-Qur n (tenda
al-Quran). Nama ini tertera dalam musnad al-firdaus dengan hadits marf.
Dinamakan dengan fusthth al-Qur n adalah karena ia memuat sebagian
hukum-hukum yang tidak ada pada surat lain. Bahkan, sebagian ulama berkata,
dalam surat ini terdapat seribu perintah, seribu larangan, seribu informasi, dan

1
Abdullah Mahmud Syahanah, Ahdfu kulli srah wa maqshiduh f al-qur- n al-
Karm, (Kairo : Al-Haiah al-Mishriyyah al-mmah li al-Kitb, 1986), juz 1, h. 11
2
Abu Ali al-Fadhl bin al-Hasan al-Thabrasi, Majma al-Bayn f tafsr al-Qur n, (Kairo :
Syirkat al-Marif al-Islmiyyah, tth), jilid 1, h. 32
3
Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwat al-Tafsr, (Beirut : Dr al-Qur n al-Karm, 1981),
jilid 1, h.29
lima belas permisalan. Karena itulah ibn Umar menghabiskan waktu selama
delapan tahun untuk mempelajarinya. Dalam hadits al-mustadrak, surat ini juga
dinamakan dengan sanm al-Qur n(pemimpin al-Quran).
4

Nama lain dari kedua nama tersebut dan yang termasyhur adalah al-
Baqarah.
5
Dinamakan dengan al-Baqarah adalah karena mengingat
pembunuhan yang terjadi pada Bani Israil pada zaman nabi Musa as. Al-Baqarah
adalah nama hewan yang sudah dikenal yang dijadikan Bani Israil sebagai tuhan.
Hewan ini memiliki unsur ketuhanan dalam peristiwa pembunuhan tersebut.
Ketika suatu hari terjadi pembunuhan di antara penduduk Bani Israil, tidak
satupun yang mau berterus terang untuk mengatakan siapa pembunuhnya. Alih-
alih, mereka mereka saling menuduh. Sebenarnya di antara mereka ada yang
mengetahui pelakunya. Namun, ia tetap diam.
6

Untuk menengahi perselisihan yang terjadi di antara mereka, akhirnya
mereka sepakat untuk memilih seseorang menjadi penengah. Pilihan itu pun
jatuh kepada Musa as.
Musa bertanya kepada Tuhannya tentang cara mengetahui pelaku
pembunuhan tersebut. Berdasarkan wahyu yang diterimanya, Musa
memerintahkan penduduk Bani Israil untuk menyembelih sapi dan memukul

4
Al-Alusi, Rh al-Man f Tafsr al-Qurn wa al-SabI al-Matsn, (Beirut : Dr Ihy
al-Turts al-Arabiy, tth), juz 1, h. 98
5
Ibid
6
Abdullah Mahmud Syahanah, loc.cit.
korban tersebut dengan lidah sapi. Alih-alih mengerjakan perintah musa, mereka
malah berdiri tegak sambil berkata, apakah kamu mempermainkan kami hai
Musa?
7

Mereka banyak mengajukan pertanyaan mengenai perintah ini.
Sebagaimana tertera dalam ayat 68 sampai ayat 71 dalam surat ini.
Mereka berkata, Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia
menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu,? Musa menjawab,
Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina
yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu!

Mereka berkata : Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia
menerangkan kami apa warnanya? Musa menjawab : Sesungguhnya
Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning,
yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang
memandangnya.

Mereka berkata: Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia
menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena
sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami
insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).

Musa berkata: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu
adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk mengairi tanaman,
tidak bercacat, tidak ada belangnya. Mereka berkata: Sekarang barulah
kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya.
8


Sapi yang dimaksud adalah milik seorang kakek yang miskin tapi soleh
dan zahid. Ia tidak memiliki harta kecuali satu ekor sapi itu. Ketika mendekati

7
Ibid
8
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta :
DEPAG, 1971), h. 21
ajalnya, ia berkata, duhai Allah aku titipkan sapi ini kepada-Mu untuk anak
hingga ia dewasa. Sepeninggalnya, sapi itu dipelihara anaknya yang yatim dan
mewariskan kesalehan ayahnya.
9

Ketika Bani Israil diperintah untuk menyembelih sapi, mereka banyak
bertanya tentang perihal sapi tersebut sehingga mereka hampir saja tidak
mendapatkannya. Sebab, semua keterangan mengenai sapi itu tertuju hanya
kepada satu sapi yang dimiliki anak yatim itu. Mereka pun akhirnya membeli sapi
itu dengan harga yang sangat mahal. Perintah Allah pun dapat dilaksanakan.
Setelah disembelih, terjadilah mukjizat dari sapi itu, yaitu korban pembunuhan
hidup kembali setelah dipukul dengan sebagian anggota tubuh sapi. Korban pun
berbicara atas nama pembunuhnya.
10

A. 2. Cakupan Surat al-Baqarah
Dengan jumlah ayat yang paling banyak ketimbang surat-surat lain, surat
al-Baqarah memuat banyak hal yang di antaranya mencakup :
1. Sebagian besar hukum Islam yang terkait dengan akidah, ibadah,
muamalat, moral, perkawinan, cerai, iddah (masa menunggu bagi istri
yang dicerai), dan lain-lain.
11
Misalnya, tentang qishash pembunuhan
dengan sengaja, puasa, Itikaf, peringatan tentang makan harta anak

9
Abdullah Mahmud Syahanah, op.cit., h. 12
10
Ibid
11
Al-Shabuni, loc.cit.
yatim dengan cara yang tidak benar, bulan-bulan yang menjadi sandaran
manusia untuk beribadah, pertanian, haji, umrah, sebab-sebab dan tujuan
perang, arak, perjudian, hukum pernikahan dengan orang-orang musyrik,
menstruasi dan pembersihannya, cerai, iddah (masa menunggu untuk
istri yang dicerai), khulu (permintaan istri untuk cerai), persusuan, jual-
beli dan riba, hutang-piutang, dan pegadaian.
12

2. Surat ini mengawali pembicaraannya tentang sifat-sifat orang-orang
mukmin, kafir, dan munafik. Karenanya, ia menjelaskan dengan
gamblang tentang hakekat orang-orang tersebut dalam rangka
mengadakan perbandingan antara penduduk surga dan penduduk
neraka.
13

3. Pembicaraan tentang awal penciptaan manusia. Karenanya, ia berbicara
sejarah Nabi Adam, bapak seluruh umat manusia lengkap dengan
peristiwa-peristiwa yang mengagumkan yang terjadi ketika itu untuk
menunjukkan betapa Allah memuliakan makhluknya yang bernama
manusia.
14

4. Memaparkan sejarah kaum Yahudi, mendiskusikan akidah mereka,
mengingatkan mereka atas nikmat Allah yang telah Ia berikan kepada

12
Abdullah Mahmud Syahanah, op.cit., h. 14
13
Al-Shabuni, loc.cit.
14
Ibid
pendahulunya dan musibah yang menimpanya, yaitu ketika mereka
kebingungan menerima kebenaran dari nabi-nabi terdahulu.
15
Alasan
kenapa surat ini jauh lebih banyak membahas kaum Yahudi dari pada
Nashrani adalah karena kaum yahudi hidup bertetangga dengan orang-
orang Islam di Madinah. Karenanya, surat ini mengingatkan umat Islam
untuk waspada kepicikan dan kelicikan mereka, pengingkaran janji, dan
kriminalitas lainnya yang menunjukkan betapa mereka sangat berbahaya.
Pembicaraan tentang Yahudi ini memuat sepertiga isi surat dimulai dari
ayat 40 sampai 124.
16

A.3. Keutamaan Surat al-Baqarah
Sebuah riwayat mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw., bertanya
kepada para sahabatnya, apa yang paling mulia dalam al-Quran? mereka
menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Nabi berkata, surat al-Baqarah.
Nabi melanjutkan pertanyaannya, ayat manakah yang paling mulia dalam surat
ini? mereka menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Nabi saw., berkata,
ayat kursi.
17

Ubay bin Kaab dari Nabi saw., berkata, siapa yang membacanya maka
akan memperoleh rahmat dari Allah, ganjarannya seperti orang yang berjihad di

15
Abdullah Mahmud Syahanah, op.cit., h. 13
16
Al-Shabuni, loc.cit.
17
Al-Alusi, loc.cit.
jalan Allah dan selama satu tahun tidak dihinggapi kegundahan. Nabi saw.,
berkata kepadaku hai Ubay perintahkan umat Islam untuk mempelajarinya.
Sebab, mempelajarinya adalah berkah dan meninggalkannya adalah rugi.
Bathalah tidak bisa membacanya. Apa itu bathalah wahai baginda? Tanyaku.
Bathalah adalah tukang sihir jawabnya.
18

Sahl bin Saad meriwayatkan bahwa Nabi saw., bersabda, segala sesuatu
memiliki pemimpin dan pemimpin al-Quran adalah surat al-Baqarah. Siapa
yang membacanya di dalam rumahnya di siang hari maka selama tiga hari setan
tidak bisa memasuki rumahnya. Siapa yang membacanya di malam hari maka
selama tiga malam setan tidak bisa memasuki rumahnya.
19

Melalui al-Syabi, al-Darimi meriwayatkan dalam musnadnya bahwa
Abdullah bin Masud berkata, siapa yang membaca sepuluh ayat dari surat al-
Baqarah di malam hari maka setan tidak bisa memasuki rumahnya pada malam
itu : empat ayat pertama, ayata kursi, dua ayat setelahnya, dan tiga ayat
terakhir. Dalam riwayat lain redaksinya adalah setan tidak mendekatinya dan
keluarganya pada hari itu dan tidak ada suatu apa pun yang ia benci. Bila
dibacakan kepada orang gila maka ia akan sembuh.
20

A. 4. Pelajaran dari Surat al-Baqarah

18
Al-Thabrasi, loc.cit.
19
Ibid
20
Said Hawwa, al-Ass f al-Tafsr, (Kairo : Dr al-salm, 1991), cet. Ke-3, jilid 1, h. 60
Ketika Bani Israil diperintah untuk menyembelih sapi, mereka banyak
mengajukan pertanyaan yang justru akibatnya menyulitkan mereka. Kalau saja
mereka langsung mengerjakannya, maka mereka tidak akan mendapatkan
kesulitan dalam menemukan sapi. Karenanya, ada atsar yang mengatakan,
janganlah seperti Bani Israil, mereka mempersulit karenanya mereka
dipersulit.
21

Dalam surat al-Araf/7 :144 Allah berfirman, berpegang teguhlah kepada apa
yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur.
B. Ayat-Ayat dalam Surat Al-Baqarah yang Mengandung Struktur Taqdm-
Takkhr dalam Perspektif Syamsuddin ibn Al-Shaigh
Untuk mengetahui ayat-ayat yang terkait dengan kajian penulis, maka
penulis memandang perlu untuk mengutip tafsiran-tafsiran sebagian ayat-ayat
yang penulis anggap pemahamannya tidak cukup hanya dengan mengetahui
terjemahannya atau tanpa dikutipkan tafsirnya.
Selain itu, penulis juga mengutip ayat secara utuh pada ayat-ayat yang
penulis anggap tidak bisa dipahami bila tidak dikutipkan secara utuh. Pada ayat-
ayat tertentu yang penulis anggap bisa dipahami dengan penggalannya saja
maka penulis hanya mengutipkan penggalan ayatnya saja.

21
Abdullah Mahmud Syahanah, loc.cit.
Di sisi lain, penulis sengaja mengulang penafsiran ayat-ayat yang sama
tafsirannya untuk memperjelas alasan ayat-ayat yang mengandung pembahasan
dalam tesis ini. Untuk lebih jelasnya tentang pembahasan ini penulis akan
membuat tabel.
Ayat-ayat yang digarisbawahi berikut ini adalah ayat-ayat yang
mengandung struktur taqdm-takkhr dalam perspektif Syamsuddin ibn al-Shaigh.
B.1. Taqdm-Takkhr yang termasuk m Asykala Manhu bi Hasab al-
Zhhir


.
) - (
126-127. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah
rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di
antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman:
Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara,
kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-
buruk tempat kembali. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail
(seraya berdoa): Ya Tuhan kami terimalah daripada kami
(amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.

Dalam kedua ayat tersebut terdapat struktur taqdm-takkhr . sebab,
ungkapan Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa tidak
mungkin terjadi kecuali bila Ibrahim telah memasuki negeri itu. Karenanya,
kalimat Ibrahim meninggikan (membina) meskipun diakhirkan
penyebutannya, namun dari segi makna ia lebih dahulu.
22

) (
Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya
Kedudukan Ibrahim dalam ayat ini adalah obyek (mafl bih) dan
Rabbuhu pelaku (fil). Pelaku dalam susunan kalimat dalam ayat ini harus
diakhirkan. Sebab, ia sudah digabungkan dengan kata ganti (dhamr) yang
kembali kepada obyek.
23

B.2. Taqdm-takkhr yang Mudah Didiketahui
`` `` ` ` `` ` ``` ) (
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat
dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada
mereka.

Sumber keimanan adalah hati. Mereka (orang-orang yang beriman)
adalah sahabat-sahabat Rasulullah dan para pengikutnya hingga hari kiamat.

22
Mahmud al- Sayyid Syaikhun, Asrr al-Taqdm wa al-Takkhr f lughat al-Qur n al-
Karm, (Kairo : Dar al-Hidayah, tth), h. 110
23
Gharib al-Qur n, juz 1, h. 453
Mereka percaya dengan kegaiban al-Quranmeskipun mereka tidak
menyaksikanbahwasanya ia dari Allah. Berangkat dari keimanan seperti inilah
mereka menjadikan al-Quran sebagai tolok ukur untuk menghalalkan dan
mengharamkan sesuatu. Mereka juga selalu mengerjakan shalat dan
mengeluarkan zakat.
24

Dalam menafsirkan ayat ini, Said Hawa berkata, sifat orang-orang yang
bertakwa adalah beriman, shalat, dan bersedekah. Iman merupakan dasar semua
ibadat. Sementara shalat dan sedekah adalah kriteria ibadah jasmaniah dan
material. Dengan demikian, ibadat-ibadat yang lain adalah dinisbahkan kepada
kedua ibadah ini.
25

Dari tafsiran-tafsiran tersebut dapat diketahui bahwa kewajiban beriman
kepada yang gaib adalah mendahului kewajiban-kewajiban yang lain. Sebab, ia
merupakan fondasi keimanan. Sementara kewajiban yang lain adalah bangunan.
Di antara kewajiban iman kepada yang ghaib adalah iman kepada Allah.
Dan iman kepada Allah adalah fondasi dari segala keimanan. Dalam sebuah
ceramahnya di salah satu televisi, Quraish Syihab mengumpamakan orang baik
yang tidak beriman kepada Allah lalu di akhirat ia meminta ganjaran kepada

24
Al-Samarqandi, Tafsr al-Samarqandi al-Musamm Bahr al-UlmBahr al-Ulm,
(Beirut : Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), cet. Ke-1, jilid 1, h. 90
25
Said Hawwa, op.cit., h. 68
Allah adalah bagaikan orang yang bekerja kepada si A namun meminta upahnya
kepada si B.
Dengan demikian, struktur ayat ini juga termasuk taqdm yang bertujuan
untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang
harus didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
` ` ` ` ` ``` `` `` ) (
Mereka yang beriman kepada yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat.

Ayat ini diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., yang masih hidup
sedangkan nabi-nabi yang lain yang mendapatkan kitab telah tiada.
Dengan demikian struktur penggalan ayat ini termasuk taqdm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia
dari yang sesudahnya (li al-tasyrf). Dalam hal ini memuliakan yang hidup dari
yang mati.
) (
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup

Dalam tafsir al-Jaml, ungkapan al qulbihim ditafsirkan sebagai
berikut : yang dimaksud hati di sini bukanlah hati yang berbentuk raga sanubari.
Sebab, hati semacam ini adalah hati hewan dan makhluk Allah yang mati.
Namun, yang dimaksud adalah raga (jism) yang halus yang berada di hati yang
berbentuk daging. Hati inilah yang menjadi wadah pengetahuan.
26

Al-Alusi dalam Rh al-Man menyatakan bahwa hati adalah tempat
iman bersemi. Sementara telinga dan mata adalah sekadar sarananya.
27

Penafsiran lain menyatakan bahwa Sama didahulukan dari bashar
adalah karena sama mempunyai keserupaan dengan qalb (hati) dalam hal
fungsinya, yaitu dapat menerima sesuatu dari enam arah. Sementara bashar
tidak. Dari sinilah sama dianggap lebih mulia dari bashar.
28

Sama (pendengaran) adalah kekuatan mendengar. Para ulama
berpendapat bahwa sama lebih mulia dari bashar (penglihatan). Sebab, sama
adalah syarat untuk kenabian. Karenanya, Allah tidak pernah mengutus seorang

26
Sulaiman bin Umar al-Ajili al-SyafiI, Al-futht al-Ilhiyyah bi Taudhh Tafsr al-
Jallain li al-Daqiq al-Khafiyyah, (Kairo:Dr Ihy al-Kutub al-Arabiyyah, tth), h. 15

27
Al-Alusi, op.cit., h. 135
28
Ibid., h. 138
27. Abu Saud Muhammad bin Muhammad al-Amdi, Tafsr Ab al-Sad al Musamm
Irsyd al-Aql al-Salm il Mazy al-Qur n al-Karm, (Beirut : Dr Ihy al-Turts al-Arabiy,
tth), juz 1, h. 38

utusanpun yang pekak (asham). Karena, pendengaran merupakan sarana
kesempurnaan akal untuk memperoleh pengetahuan.
29

Dengan demikian struktur penggalan ayat ini termasuk taqdm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia
dari yang sesudahnya (li al-tasyrf).
` ` ` ` `` `` ) (
8. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah
dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-
orang yang beriman

Kalau pada ayat tiga dalam surat ini keimanan kepada yang ghaib tidak
dirinci, maka pada ayat ini kita bisa melihat di antara rincian kewajiban beriman
kepada yang ghaib adalah beriman kepada Allah lalu hari akhir.
Dengan demikian, struktur ayat ini juga termasuk taqdm yang bertujuan
untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang
harus didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
``` `` ` `` `` ) (
18. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke
jalan yang benar)



Al-Shumm (tuli) disebutkan lebih dahulu adalah karena, secara otomatis,
bila seseorang tuli ia juga menjadi bisu.
30

Kata shummun (pekak/tuna rungu) didahulukan dari kata bukmun(tuna
wicara) adalah karena tuna rungu menyebabkan orang menjadi tuna wicara.
Sedangkan umyun (buta) diakhirkan adalah karena ia mencakup kebutaan hati
yang disebabkan oleh panca indera.
31

Dalam ayat ini sesuatu yang dianggap lebih berharga disebutkan lebih
dahulu. Dengan demikian struktur ayat ini termasuk taqdm dengan tujuan untuk
memuliakan lafal yang disebut lebih dahulu (al-tasyrf).
` ` `` `` ` ` `` `
` ` ` ` ) (
19. atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai
gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak
jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah
meliputi orang-orang yang kafir

Yang dimaksud dengan gelap dalam ayat ini adalah kegelapan karena
derasnya hujan, gelapnya awan, dan malam.
32

Rad adalah suara yang didengar dari awan dan barq adalah api yang
keluar dari suara itu. Ali, Ibn Abbas, dan sebagian besar mufassir menafsirkan

30
Al-Alusi, op.cit., h. 171
31
Ibid
32
Abu al-Saud, op.cit., h. 53
rad dengan nama malaikat yang menggiring awan. Barq adalah kilatan pecut
dari cahaya yang dijadikan malaikat untuk menggiring awan. Ada juga yang
mengatakan tasbihnya malaikat. Tafsiran lain mengatakan bahwa rad adalah
ucapan malaikat dan barq adalah suara tawanya. Mujahid berkata bahwa rad
adalah nama malaikat yang suaranya juga dinamakan dengan rad, barq juga
nama malaikat yang menggiring awan.
33

Dari tafsiran tersebut ayat ini dapat dikatakan bahwa barq terjadi setelah
rad. Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd).
` ` `` ` ` ` ) (
20. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali
kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila
gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki,
niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka.
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu

Sama didahulukan dari bashar adalah karena sama mempunyai
keserupaan dengan qalb (hati) dalam hal fungsinya, yaitu dapat menerima

33
All-Baghawi, Tafsr al-Baghawi al-Musamm Malim al-Tanzl, (Beirut : Dr al-Kutub
al-Ilimiyyah, tth), juz 1, h. 25

sesuatu dari enam arah. Sementara bashar tidak. Dari sinilah sama dianggap
lebih mulia dari bashar.
34

Sama (pendengaran) adalah kekuatan mendengar. Para ulama
berpendapat bahwa sama lebih mulia dari bashar (penglihatan). Sebab, sama
adalah syarat untuk kenabian. Karenanya, Allah tidak pernah mengutus seorang
utusanpun yang pekak (asham). Karena, pendengaran merupakan sarana
kesempurnaan akal untuk memperoleh pengetahuan.
35

Dengan demikian struktur ayat ini termasuk taqdm dengan tujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu lebih mulia dari yang
setelahnya (al-tasyrf).
`` ``` `` ` ` ` ) (
21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu,

Struktur ayat ini adalah termasuk dalam ketegori taqdm yang bertujuan
untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia dari yang
sesudahnya (li al-tasyrf). Sebab, ungkapan menciptakanmu menunjukkan
bahwa yang diajak bicara masih hidup sementara ungkapan yang sebelummu
dalam ayat ini menunjukkan orang-orang yang sudah tiada.

34
Al-Alusi, loc.cit.
33. Abu Saud, loc.cit.

` ` ` ) (
22. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap,

Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdm yang


bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd). Sebab, Allah menciptakan bumi lebih
dahulu dari pada langit.
36


` ` `` ` ` ` ` `` ) (
25. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan
berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya

Dalam banyak ayat al-Quran kata iman sering kali dipersandingkan
dengan amal saleh. Dalam surat al-Ashr misalnya disebutkan
. . . ) \ : (
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh
Pada ayat 3 surat al-Baqarah di atas telah disebutkan bahwa iman adalah
fondasi semua perbuatan dan perbuatan itu sendiri adalah bangunannya.
Namun demikian, dalam Islam berbuat baik adalah juga sebuah kewajiban.
Hanya saja prioritasnya berada di bawah kewajiban iman kepada yang ghaib.

36
Al-Alusi, op.cit., h. 187
Dengan demikian, struktur ayat ini juga termasuk taqdm yang bertujuan
untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang
harus didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
` `` ` ` ) (
26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa
nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.

Said Hawa menafsirkan kalimat fam fauqah dengan yang melebihi
sesuatu yang diumpamakannya baik dalam hal kehinaan maupun bentuknya.
37

Struktur ayat ini adalah termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu lebih rendah dari yang
sesudahnya.(al-tadall min al-al il al-adn).
` ` ` ` ` `` `` ``
` `` ` ) (
27. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah
perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah
(kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan
di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi

Yang dimaksud dengan alladzna yanqudhna ahdallh min badi
mtsqih adalah melanggar apa yang Allah tetapkan dalam kitab-kitab para

37
Said Hawwa, op.cit., h. 98
Rasul, yaitu beriman kepada Muhammad saw., atau melanggar semua perjanjian
tentang iman kepada Allah, Rasul, dan pelaksanaan syariat.
Wa yaqthana m amarallhu bihi an yshala adalah memutuskan
tali persaudaraan dengan saudara kandung, kerabat, dan kepada semua yang
Allah anjurkan.
Wa yufsidna f al-ardh adalah membuat kerusakan di muka bumi
dengan berbuat maksiat, membuat dan menyebarkan fitnah, melarang untuk
beriman, dan memunculkan keraguan terhadap al-Quran.
38

Beriman kepada yang Allah perintahkan adalah kewajiban pertama yang
harus dipatuhi oleh semua hamba Allah. Kewajiban selanjutnya, dalam ayat ini,
adalah menyambung tali persaudaraan (shilat al-rahim) lalu dilanjutkan dengan
kewajiban untuk menjaga keutuhan lingkungan agar tidak terpecah belah.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
``` ` ` ` ` ` ``` `` ` ` `
``` ) (

38
Al-Shabuni, op.cit., h. 45

28. Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu
Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-
Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?

Pendapat-pendapat mengenai tafsiran ayat ini:
1. Ibn Abbas, Ibn Masud, dan Mujahid ra., berkata: yang dimaksud dengan
kematian dalam kalimat padahal kamu tadinya mati adalah sebelumnya
tidak ada. Dan yang dimaksud dengan Allah menghidupkan kamu
adalah penciptaan kamu. Ungkapan Mematikan adalah yang dijanjikan
di dunia. Dan menghidupkan yang kedua adalah kebangkitan di hari
kiamat
2. Ada yang berpendapat bahwa kematian pertama adalah sejak mereka
menjadi nuthfah (sperma) di dalam rahim hingga masa-masa setelah di
dalam rahim habis. Kehidupan pertama adalah peniupan ruh setelah
masa-masa tersebut. Mematikan adalah kematian yang dijanjikan.
Menghidupkan berikutnya adalah kebangkitan.
39

Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).


39
Al-Alusi, op.cit., h. 214
` ` ` ) (
32. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana

Baidhawi menafsirkan kata al-Alm dengan tidak ada yang tersembunyi
bagi-Nya (Maha Mengetahui) dan al-Hakm hanya berbuat sesuatu bila ada
hikmahnya.
40

al-Alm dalam al-Nukat ditafsirkan dengan mengetahui tanpa ada yang
mengajarkan dan al-Hakm memiliki tiga tafsiran: 1. Yang berkuasa terhadap
seluruh perbuatan-Nya 2. Yang Mencegah kerusakan 3. Yang selalu benar atau
memiliki kebenaran.
41

Al-Thabari dalam Jmi al-Bayn mengatakan bahwa kata al-Alm
berarti Yang ilmu-Nya sudah sempurna dan al-Hakm adalah Yang telah
sempurna kebijaksanaan-Nya.
42

Al-Halabi menafsirkan potongan ayat ini sebagai berikut : kata al-Alm
didahulukan dari al-Hakm adalah karena kata al-Alm mempunyai hubungan
dengan kata al-Hakm yang tertera dalam potongan ayat allama dan l ilma

40
Al-Baidhawi, Anwr al-Tanzl wa Asrr al-Takwl al-Marf bi Tafsr al-Baidhwi,
(Beirut : Dr Shdir, tth), juz 1, h. 139
41
Al-Mawardi, Al-Nukat wa al-Uyn Tafsr al-Mwardi, (Beirut : Dr al-Kutub al-
Ilmiyyah, tth), juz 1, h. 101
42
Al-Thabari, Jmi al-Bayn an Takwl y al-Qur n, (Beirut : Dr al-Fikr,tth), juz 1,
h. 221
lan. Selain itu, hikmah (kebijaksanaan) muncul dari pengetahuan dan
pengaruhnya.
43

Dari tafsiran-tafsiran tersebut nampak jelas bahwa kata al-Hakm
mengandung makna berbuat segala sesuatu dengan penuh pertimbangan dan
kadar tertentu yang didasarkan pada pengetahuan. Dengan demikian dalam ayat
ini pengetahuan akan melahirkan suatu perbuatan yang akan menguntungkan.
Karenanya, dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah sebab yang
memunculkan kebijaksanaan (hikmah).
Struktur ayat ini adalah termasuk jenis taqdm yang bertujuan untuk
menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab
munculnya lafal yang setelahnya(al-sababiyyah).
` `` ` ` ) (
33. bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi

Langit dalam ayat ini didahulukan dari bumi adalah mengindikasikan
bahwa yang didahulukan lebih mulia dari yang diakhirkan. Struktur ayat ini
termasuk taqdm dengan tujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut
lebih dahulu lebih mulia dari yang setelahnya (al-tasyrf).

43
Al-Halabi, Al-Durr al-Mashn f Ulm al-Kitb al-Maknn, (Beirut: Dr al-Kutub al-
Ilmiyyah, tth), juz 1, h. 184

` ` ``` `
) (
34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah
kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan
takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir

Ab ( ) berarti menolak untuk mengerjakan perintah. Istakbara
()berarti sombong. Bila dilihat dari segi lahiriah, penolakan merupakan awal
kesombongan. Sedangkan bila dilihat dari batiniah maka kesombongan adalah
awal dari penolakan.
44

Potongan ayat ab wa istakbara dalam tafsir al-Wdhih dijelaskan sebagai
berikut : Iblis menolak untuk bersujud dan bersikap sombong sambil berkata.
apakah aku harus bersujud kepadanya (Adam) padahal aku lebih baik darinya.
Kau ciptakan aku dari api. Sedangakan dia dari tanah.
45

Abu Al-Saud menyatakan bahwa kata ab didahulukan dari kata
istakbara adalah karena kata ab adalah penyebab munculnya kata istakbara
(sombong).
46


44
Ibn Athiyyah, Al-Muharrar al-Wajz f Tafsr al-Kitb al-Azz, (Dr al-Kutub al-
Ilmiyyah, 1993), cet. Ke-1, juz 1h. 247
45
Tafsr al-Wdhih, h. 31
46
Abu Saud, op.cit., h. 89
Struktur ayat ini adalah termasuk jenis taqdm yang bertujuan untuk
menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab
munculnya lafal yang setelahnya(al-sababiyyah).
`` ` `` ` ` ) (
35. Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu
surga ini,

Allah menciptakan Siti Hawa dari rusuk kiri Nabi Adam as. Karenanya
perempuan disebut dhilun awaj (tulang rusuk yang bengkok).
47

Struktur ayat ini termasuk taqdm dengan tujuan untuk menyatakan
bahwa lafal yang disebut lebih dahulu lebih mulia dari yang setelahnya (al-
tasyrf). Sebab, Nabi Adam as., adalah laki-laki dan Siti Hawwa perempuan.
` `` `` ``` ) (
37. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang

Dalam menafsirkan penggalan ayat ini, Al Mawardi berkata, kata
al-Tawwb (Maha Penerima taubat) dipersandingkan dengan ungkapan
al-Rahm (Pemberi rahmat) adalah dengan tujuan agar Allah memberikan nikmat
kepada hamba-Nya.
48


47
Al-Mawardi, op.cit., h. 104
46. Ibid., h. 110


Dengan tafsiran seperti ini dapat dikatakan bahwa taubat adalah sarana
atau proses untuk memunculkan kasih sayang dari Sang Penerima taubat.
Hal ini juga sejalan dengan permohonan pertolongan dari Allah. Seorang
hamba tidak serta merta langsung dapat memperolehnya tanpa ada proses.
Proses itu adalah berdedikasi kepada Allah sebagaimana tertuang dalam ayat 5
surat al Fatihah : yang ditafsirkan oleh Nasafi dengan : ibadah
adalah wasilah untuk memungkinkan diterimanya sebuah permohonan.
Karenanya, ibadah didahulukan dari permohonan pertolongan.
49

Dari kedua tafsiran tersebut dapat dikatakan bahwa Struktur ayat ini
adalah termasuk jenis taqdm yang bertujuan untuk menjelaskan bahwa lafal
yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya lafal yang
setelahnya(al-sababiyyah).
` `` ` ` ` ` ) (
43. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orang-
orang yang ruku

Dalam tafsr al-Qurn al-Karm ayat ini ditafsirkan dengan hai orang-
orang Yahudi shalatlah seperti shalatnya orang-orang Muslim! Bayarlah zakat
sesuai dengan syariat mereka. Sebab, melakukan shalat dan menunaikan zakat

49
Al Nasafi, Tafsr al-Nasafi al-Musamm bi Madrik al-Tanzl wa Haqiq al-Takwl,
(Beirut : Dr al-Fikr, tth), juz 1, h. 7
tanpa mengikuti syariat Islam hanya sia-sia. Karenanya, kalian wajib shalat
bersama-sama orang-orang Muslim yang salah satu rukunnya adalah ruku.
50

Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
` ``` `` ` ``` ` `` ``` `
` ` ` ` ` ) (
49. Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir`aun) dan
pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang
seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan
membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang
demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu

Ayat ini berbicara tentang penyiksaan Firaun terhadap kaum Yahudi.
Memiliki anak laki-laki adalah lebih mulia dari perempuan. Karenanya,
penyembelihan anak laki-laki di sini lebih didahulukan dari perempuan agar
siksaan terasa lebih pedih.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
memperlihatkan bahwa lafal yang didahulukan adalah sesuai dengan
konteksnya (munsabat al-muqaddam li siyq al-kalm)

50
Mahmud Muhammad Hamzah dan Husain Ulwan, Tafsr al-Qur n al-Karm, (Kairo :
Dr al-Mariff, 1953), jilid 1, h. 44
`` ``` ` ) (
Dalam menafsirkan penggalan ayat ini, Al Mawardi berkata, kata
al-Tawwb (Maha Penerima taubat) dipersandingkan dengan ungkapan
al-Rahm (Pemberi rahmat) adalah dengan tujuan agar Allah memberikan nikmat
kepada hamba-Nya.
51

Dengan tafsiran seperti ini dapat dikatakan bahwa taubat adalah sarana
atau proses untuk memunculkan kasih sayang dari Sang Penerima taubat.
Hal ini juga sejalan dengan permohonan pertolongan dari Allah. Seorang
hamba tidak serta merta langsung dapat memperolehnya tanpa ada proses.
Proses itu adalah berdedikasi kepada Allah sebagaimana tertuang dalam ayat 5
surat al Fatihah : yang ditafsirkan oleh Nasafi dengan : ibadah
adalah wasilah untuk memungkinkan diterimanya sebuah permohonan.
Karenanya, ibadah didahulukan dari permohonan pertolongan.
52

Struktur ayat ini adalah termasuk jenis taqdm yang bertujuan untuk
menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab
munculnya lafal yang setelahnya(al-sababiyyah).

51
Al -Mawardi, loc.cit.
52
Al Nasafi, loc.cit.

` ` ` ` ` `
`` `` `` `` ` ` ```` `` ) (
62. Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-
orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang
benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh,
mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati

Kewajiban dalam penggalan ayat ini didahului oleh kewajiban beriman
kepada Allah yang merupakan fondasi seluruh ibadah,
53
lalu disusul dengan
kewajiban untuk beriman kepada hari akhirat dan kewajiban beramal saleh.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).

` ` ` ``` ` ``` `` ` ` `` ) (
64. Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau
tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong
orang-orang yang rugi

Dalam al-Nahr al-Mad, fadhlullh ditafsirkan dengan diterimanya taubat
dan rahmah dengan pemberian ampunan dari kesalahan.



53
Said Hawwa, op.cit., h.68
54
Al-Andalusi, Al-Nahr al-Md min al-Nahr al-Muhth, (Beirut :Dr al-Fikr, 1987), cet.
Ke-1, juz 1, h. 86
Said hawa menafsirkannya dengan menunda adzab kepada kalian atau
dengan memberikan taufik kepada kalian untuk bertaubat dan mengutus para
Nabi dan Rasul.
55

Dari kedua tafsir tersebut dapat dihemati bahwa seseorang akan
mendapatkan rahmat Allah bila telah melakukan taubat yang dalam ayat ini
diistilahkan dengan fadhlullh (pemberian taubat dari Allah).
Struktur ayat ini adalah termasuk jenis taqdm yang bertujuan untuk
menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab
munculnya lafal yang setelahnya(al-sababiyyah).
` ` `` ` ) (
66. Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di
masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa

struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdm yang bertujuan
menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu
(al-sabaq bi Itibr al-wujd). Sebab, ungkapan datang kemudian
mengindikasikan masa depan (mustaqbal) dan ungkapan masa itu dalam ayat
ini menunjukkan masa lampau (mdhin)


55
Said Hawwa, op.cit., h. 157
` `` `` ` `` ` `
``` ` ) (
68.Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar
Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa menjawab:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina
yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu"

Struktur ayat ini adalah termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menjelaskan penurunan dari yang besar kepada yang lebih kecil (al-tadall min
al-al il al-adn).
` ` ` `` ` `` ) (
82. Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu
penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.

Kewajiban dalam penggalan ayat ini didahului oleh kewajiban beriman
kepada Allah yang merupakan fondasi seluruh ibadah,
56
lalu disusul dengan
kewajiban untuk beramal saleh.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).


56
Said Hawa, op.cit., h. 68
` ` ` ` ` ``
` ` ` ) (
83. berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik
kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.

Susunan ini adalah berangkat dari yang paling dekat. Dimulai dengan
kedua orang tua. Sebab, tentu saja pertama-tama yang harus diperlakukan
dengan baik oleh seorang anak adalah orang tua. Kerabat adalah hubungan
rahim. Sehingga, hubungan ini sangat kuat. Dalam hubungan kerabat ini orang
tua berperanserta sebagai sumber adanya hubungan. Dalam hadits disebutkan
bahwa Allah berbicara kepada rahim, kamu rahim dan Aku Rahman. Aku
menyambung persaudaraan kepada orang yang menyambung persaudaraan
denganmu. Dan Aku memutuskannya kepada orang yang memutuskannya. Lalu
disambung dengan yatm adalah karena mereka tidak mempunyai kemampuan
untuk mencari nafkah. Sementara miskin bisa menjaga diri sendiri dan bisa
mencari nafkah.


Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).

57
Al-Alusi, op.cit., h. 308
` ` ` `` ` ) (
98. Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-
Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang
kafir.

Jibril didahulukan dari Mikail adalah karena ia lebih mulia. Malaikat
disebut lebih dahulu dari Rasul dan Allah dari yang lainnya adalah karena
permusuhan terhadap Rasul disebabkan oleh turunnya kitab-kitab. Kitab-kitab
turun disebabkan turunnya para malaikat dan malaikat turun karena perintah
Allah.
58

Dalam ayat ini nama Allah didahulukan. Perspektif ibn Shaigh dalam hal
taqdm adalah bila suatu hal yang dianggap penting didahului dengan nama
Allah maka itu menunjukkan tujuannya adalah untuk mendapat berkah (al-
tabarruk)
` ` ` ) (
102. antara seorang (suami) dengan isterinya.

Struktur penggalan ayat ini adalah termasuk dalam ketegori taqdm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia
dari yang sesudahnya (li al-tasyrf). Seperti tertera dalam ayat 35 ketika Adam

58
Sulaiman bin Umar al-Jili al-SyafiI, op.cit., h. 83

dianggap lebih mulia dari Siti Hawwa karena kelelakiannya. Begitu juga dalam
ayat ini. Suami dianggap lebih mulia dari istri.

``` ` `` ` `` ` ` `` ` ` ) (
103. Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya
mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi
Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.

Potongan ayat yang digarisbawahi tersebut ditafsirkan dengan kalaulah
mereka yang belajar sihir percaya kepada Allah dan takut terhadap azab-
Nya
59

Dalam ayat tiga telah disebutkan bahwa iman adalah fondasi yang
menjadi dasar kewajiban yang lain. Sehingga ia merupakan kewajiban pertama
yang harus dimiliki oleh semua hamba Allah.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
`` ` `` ` ` ` ) (
107. Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi


59
Al-Shabuni, op.cit., h. 84

Struktur penggalan ayat ini adalah termasuk dalam ketegori taqdm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia
dari yang sesudahnya (li al-tasyrf). Sebab, langit lebih mulia dari bumi. Karena
itu, ia didahulukan.
` ` ` ` ) (
110. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.

Ketika membicarakan iman sebagai fondasi atas segala perbuatan dalam
ayat tiga, di sana juga dibahas tentang kewajiban berzakat dalam ayat tiga
disebut dengan infaq-- yang berada dalam urutan setelah shalat.
Ayat ini menggunakan kalimat tunaikanlah zakat, tidak menggunakan
kata infaq sebagaimana dalam ayat tiga. Namun demikian, ungkapan
tunaikanlah zakat dalam ayat ini juga berada pada urutan kewajiban setelah
shalat.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
``` ` `` ` `
`` `` ` `` `` ` ``
` ) (
114. Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-
halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha
untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya
(mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia
mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat

Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd). Sebab, dunia disebutkan lebih dahulu
dari akhirat .

` ``` ` ` ` ` ` ` ) (
116. Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha
Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan
Allah; semua tunduk kepada-Nya.

Struktur penggalan ayat ini adalah termasuk dalam ketegori taqdm yang
bertujuan untuk memuliakan (al-tasyrf ). Sebab, langit lebih mulia dari bumi.
Karena itu, ia didahulukan.

` ` ` ) (
117. Struktur penggalan ayat ini adalah termasuk dalam ketegori taqdm
yang bertujuan untuk memuliakan (al-tasyrf ). Sebab, langit lebih mulia dari
bumi. Karena itu, ia didahulukan.

` ` ` `
` ) (

125. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
"Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i`tikaaf,
yang ruku` dan yang sujud".

Ismail as. adalah anak Ibrahim as. Karenanya, Ibrahim as., ada lebih
dahulu dari Ismail as. Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai
taqdm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi
atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd).
` ` ``` ) (

126. Siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari
akhir

Kewajiban dalam penggalan ayat ini didahului oleh kewajiban beriman
kepada Allah yang merupakan fondasi seluruh ibadah,
60
lalu disusul dengan
kewajiban untuk beriman kepada hari akhir.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
` ` ` ` `` ) (

60
Said Hawa, loc.cit.
127. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar
Baitullah bersama Ismail

Nabi Ibrahim as., adalah orang tua nabi Ismail. Karenanya Struktur ayat
ini adalah termasuk taqdm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut
lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd).
`` ` ` ` ``` ` ` ` ``
` ` ` ``` ) (
128. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh
kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang
tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara
dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.


Kewajiban menjaga diri dalam Islam adalah kewajiban yang pertama
sebelum menjaga yang lain, bahkan terhadap anak dan istri sekalipun. Ayat ini
mengajarkan hamba Allah untuk menjaga diri dari penyimpangan terhadap
Allah, yaitu agar ia selalu dijadikan Allah termasuk orang-orang muslim.
Selain itu, ayat ini juga mengajarkan orang tua untuk bertanggungjawab
tidak hanya terhadap dirinya sendiri. Namun, ia juga harus bertanggungjawab
terhadap anak dan keturunannya. Karenanya, doa dalam ayat ini tidak hanya
dikhususkan untuk keselamatan pribadi orang tua, tapi lebih dari itu juga untuk
anak-cucunya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Tahrim/66 : 6 yang
berbunyi :


Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka.

Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
Dalam menafsirkan penggalan kedua ayat ini, Al Mawardi berkata, kata
al-Tawwb (Maha Penerima taubat) dipersandingkan dengan ungkapan
al-Rahm (Pemberi rahmat) adalah dengan tujuan agar Allah memberikan nikmat
kepada hamba-Nya.
61

Dengan tafsiran seperti ini dapat dikatakan bahwa taubat adalah sarana
atau proses untuk memunculkan kasih sayang dari Sang Penerima taubat.
Hal ini juga sejalan dengan permohonan pertolongan dari Allah. Seorang
hamba tidak serta merta langsung dapat memperolehnya tanpa ada proses.
Proses itu adalah berdedikasi kepada Allah sebagaimana tertuang dalam ayat 5

61
Al-Mawardi, loc.cit.
surat al Fatihah : yang ditafsirkan oleh Nasafi dengan : ibadah
adalah wasilah untuk memungkinkan diterimanya sebuah permohonan.
Karenanya, ibadah didahulukan dari permohonan pertolongan.
62

Dari kedua tafsiran tersebut dapat dikatakan bahwa struktur ayat ini
adalah termasuk jenis taqdm yang bertujuan untuk menjelaskan bahwa lafal
yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya lafal yang
setelahnya(al-sababiyyah).

``` ` ` ` ` `` ` ````
` ` ` `` ) (



62
Al-Nasafi, loc.cit.
129. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-
Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Al-Maraghi menafsirkan penggalan ayat al-Azz al-Hakm dengan Yang
Maha Kuat dan Yang Maha Bijaksana atas semua perbuatan-Nya terhadap
hamba-hamba-Nya. Karenanya, Ia tidak pernah berbuat sesuatu kecuali ada
hikmah dan maslahat untuk hamba-hamba-Nya.
63

Selain bermakna Maha Kuat, al-Azz juga bermakna Maha Mulia. Dari
Yang Maha Mulialah muncul kebijaksanaan. Karenanya, Syaikhun
mengkategorikan ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk menjelaskan
bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya
lafal yang setelahnya(al-sababiyyah). Syaikhun mengungkapan li annahu azza
fa hakama
64
(kerena Dia Mulia maka bertindak bijaksana).

` ` ` ` `` ` `` ` ```
` ) (
130. Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang
yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya

63
Al maraghi, Tafsr al-Marghi, (Kairo : Syirkat al-Maktabah wa Mathbaah Mushthafa
al-Bbi al-Halabi wa Awlduhu, 1973), cet. Ke-4, jilid 1, h. 217
64
Mahmud al-Sayyid Syaikhun, h. 81
di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-
orang yang saleh.

Dengan dunia didahulukan dari akhirat, Struktur ayat ini adalah termasuk
taqdm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi
atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd).
` `` `` ``` ` ` `
``` ``` ) (
132. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya,
demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah
kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

Struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdm yang bertujuan
menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu
(al-sabaq bi Itibr al-wujd). Sebab, Yaqub adalah Israil bin Ishaq bin Ibrahim.
65


` ``` ` ` ``` ``
` ` ` ``` ` `` ) (
133. Adakah kamu hadir ketika Ya`qub kedatangan (tanda-tanda) maut,
ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah
sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu

65
Al-Jazairi, Aisar al-Tafsr li Kalm al-Aliy al-Kabr, (Al-Madinah al-Munawwarah :
Maktabat al-Ulm wa al-Hikam, 1994), cet. Ke-1, jilid 1, h. 117
dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan
Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."

Ungkapan menyembah Tuhanmu menunjukkan bahwa seseorang
sedang berbicara dengan mukhthab (orang kedua). Dengan demikian, orang itu
masih hidup. Sedangkan ungkapan nenek moyang dalam ayat ini
mengindikasikan bahwa orang-orang tersebut telah tiada. Karenanya, yang hidup
dalam ayat ini lebih dimuliakan dari yang telah tiada dengan mengedepankan
penyebutannya.
Oleh sebab itu, Struktur penggalan ayat ini adalah termasuk dalam
ketegori taqdm yang bertujuan untuk memuliakan (al-tasyrf ).

` ` ` ``` ` ` ` ` `` `
) (
133. Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya
dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan
diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka
kerjakan.

Ungkapan umat yang lalu:baginya apa yang telah diusahakannya
menunjukkan masa yang telah lampau. Karenanya ungkapan ini lebih
didahulukan penyebutannya dari bagimu apa yang sudah kamu usahakan
yang menunjukkan bahwa orang yang sedang diajak bicara (mukhthab) masih
hidup.
Struktur ayat ini adalah termasuk taqdm yang bertujuan menjelaskan
bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi
Itibr al-wujd).
` ` ` ` ` ` ` `
` ` ` ` `` ` `
``` ` `` ``` ) (
134. Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah
dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan
kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya, dan apa
yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan
kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya".

Allah adalah Zat yang menurunkan wahyu untuk orang-orang mukmin.
Karenanya, iman kepada-Nya merupakan kewajiban sebelum mengimani yang
lain.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
Setelah berbicara tentang iman kepada Allah dan wahyu yang diturunkan
untuk orang-orang mukmin, ayat ini juga memerintahkan orang-orang beriman
untuk mengimani wahyu yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq,
Yaqub, dan nabi-nabi yang lain.
Susunan nama-nama tersebut adalah sesuai dengan urutan yang paling
dahulu diutus Allah. Sebab, Ismail adalah anak Ibrahim. Ishaq dilahirkan setelah
beberapa tahun dari kelahiran Ismail dan Yaqub adalah anak dari Ishaq.
66

Dengan demikian, penggalan struktur ayat ini adalah termasuk taqdm
yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau
ada lebih ada dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd).
` ` ` ` ` ` ` ` `
) (
140. ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan
bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya, adalah
penganut agama Yahudi atau Nasrani?

Susunan nama-nama tersebut adalah sesuai dengan urutan yang paling
dahulu diutus Allah. Sebab, Ismail adalah anak Ibrahim. Dengan demikian,
penggalan struktur ayat ini adalah termasuk taqdm yang bertujuan menjelaskan
bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi
Itibr al-wujd).
``` ` ` ` ` ` ) (

66
Ahmad Bahjat, Sejarah Nabi-Nabi Allah, (Jakarta : Lentera, 2001), h. 144
141. Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya
dan bagimu apa yang kamu usahakan;

Dalam Aisar al-tafsr ayat ini ditafsirkan dengan bagi umat yang lalu
keimanan dan perbuatannya (amal saleh) yang baik dan bagi kalian (umat
yahudi) kekufuran dan maksiat.
67

Bunyi ayat ini persis sama dengan ayat 134 di atas. Potongan ayat ini
disebutkan kembali adalah untuk lebih mengingatkan (mublaghah f al-
tahdzr).
68

Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu (umat yang lalu)
terjadi atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd).
` `` `` ` ) (
152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (ni`mat) -Ku.

Mengingat nama, sifat, janji, dan ancaman-Nya akan menumbuhkan cinta
dan ridha-Nya. Dan dengan bersyukur kepada-Nya dengan cara menegakkan
shalat dan melaksanakan semua kewajiban akan mendatangkan rahmat-Nya.
Ingatlah Aku dengan cara mentaati perintah-Ku niscaya Aku akan mengingat

67
Al-Jazairi, op.cit., h.118
68
Mahmud Muhammad Hamzah dan Husain Ulwan, op.cit., h.104
kalian dengan memberikan ganjaran dan bersyukurlah kepada-Ku atas segala
nikmat yang Kuberikan kepada kalian.
69

Dari tafsiran tersebut kita bisa mengatakan bahwa struktur ayat ini adalah
termasuk jenis taqdm yang bertujuan untuk menjelaskan bahwa lafal yang
disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya lafal yang
setelahnya(al-sababiyyah).
` ` ` ) (
158. Sesungguhnya Shafaa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar
Allah.

Al-Shaf adalah bukit yang berhadapan dengan kabah yang berada di
bagian tenggara. Secara etimologi kata al-Shaf adalah bentuk jama dari shaft,
shafan, dan ashf. maknanya adalah batu-batu licin yang keras berwarna putih.
Al-Marwah adalah bukit/gunung yang berhadapan dengan al-Shaf dari
arah utara. Secara etimologi al-marwah adalah bentuk jama dari al-marwu.
Maknanya adalah batu-batu kecil yang di dalamnya ada ln.
70

Kewajiban saI (lari-lari kecil) dalam haji adalah dimulai dari bukit shafa ke
bukit marwah. Ayat ini adalah termasuk taqdm dari sisi kewajiban.

69
Al-Zamakhsyari, Al-Kasysyf an Hqiq al-Tanzl f wujh al-Takwl, (Beirut : Dr al-
Fikr, tth), jilid 1, h. 323
70
Al-Jazairi, op.cit., h. 135
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan
melihat kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-
taklf)
` ``` ` ` ` ` ``
` ``` ` ``` ) (

159. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk,
setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka
itu dila`nati Allah dan dila`nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat
mela`nati,

Dalam penggalan ayat ini lafal Allah didahulukan dari makhluk ketika
melaknat adalah bertujuan untuk mengagungkan nama Allah. Karenanya,
struktur taqdm dalam ayat ini adalah untuk mengagungkan (al-tazhm)
`` `` ` ` `` `` ``` ) 160 (
160. kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan
menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima
taubatnya dan Akulah Yang Penerima taubat dan Maha Penyayang.

Tb berarti kembali beriman dan berislam. Ashlah berarti memperbaiki
akidah, akhlak, dan jiwa manusia yang telah mereka rusak. Bayyan berarti
menerangkan ilmu yang wajib dijelaskan dan yang tidak boleh disembunyikan
yang telah mereka sembunyikan.
71


71
Ibid., h.137
Ayat ini menjelaskan bahwa ada beberapa kewajiban yang harus dijalani
oleh seorang pendosa bila ingin mendapatkan ampunan dari Allah.
Kewajiban-kewajiban tersebut adalah bertaubat, melakukan perbaikan
terhadap apa yang telah diperbuatnya, dan tidak menyembunyikan kebenaran.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
`` ` `` ` ` ` `
` ) (
161. Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan
kafir, mereka itu mendapat la`nat Allah, para malaikat dan manusia
seluruhnya.

Dengan mendahulukan nama Allah dari malaikat dan manusia, maka
struktur penggalan ayat ini adalah bertujuan untuk mengagungkan (al-
tazhm)Allah.
` ` ` ` ` `
` ` ` ` ` ` ` ` ` ` ` `
` ` ` `` ` ` ` `
) (
164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa
air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan
Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;

Dalam perspektif ibn Shaigh langit lebih mulia dari bumi. Karenanya,
penyebutannya didahulukan dari bumi. Dengan demikian struktur penggalan
ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang
didahulukan adalah lebih mulia dari yang sesudahnya (li al-tasyrf).
Sedangkan malam didahulukan dari siang adalah karena malam lebih
dahulu diciptakan.
72
Karenanya, penggalan ayat ini adalah termasuk taqdm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd).
Ayat ini diakhiri dengan taqdm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa
lafal yang didahulukan adalah lebih mulia dari yang sesudahnya (li al-tasyrf).
` ` ` `` ` ``` `` `
` `` ) (
171. Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah
seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak
mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan
buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.



72
Al Alusi, op.cit., h. 429
Al-Shumm (tuli) disebutkan lebih dahulu adalah karena, secara otomatis,
bila seseorang tuli ia juga menjadi bisu.
73

Kata shummun (pekak/tuna rungu) didahulukan dari kata bukmun(tuna
wicara) adalah karena tuna rungu menyebabkan orang menjadi tuna wicara.
Sedangkan umyun (buta) diakhirkan adalah karena ia mencakup kebutaan hati
yang disebabkan oleh panca indera.
74

Dalam ayat ini sesuatu yang dianggap lebih berharga disebutkan lebih
dahulu. Dengan demikian struktur penggalan ayat ini termasuk taqdm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia
dari yang sesudahnya (li al-tasyrf).

``` ` ` ` ` ` ` ` `
` ` ` `
` ` ` ` `
` `` ` `` `
`` `` ) (
177. bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,

73
Ibid., h. 171
74
Ibid
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-
orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-
orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa.

Ayat ini menjelaskan ukuran kebaikan yang meliputi beberapa kewajiban.
Ukuran kebaikan pertama adalah kewajiban keimanan yang merupakan fondasi
dari kewajiban-kewajiban berikutnya. Kewajiban pertama ini meliputi beriman
kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, dan nabi-nabi. Karenanya, struktur ayat
ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut
lebih dahulu adalah kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-
wujb wa al-taklf).
Ukuran kebaikan kedua adalah kewajiban mengeluarkan harta yang
disukai untuk diberikan kepada orang-orang yang sudah terinci dalam ayat ini.
Dzawi al qurb didahulukan dari yang lain adalah karena memberikan sedekah
kepada mereka lebih baik dari pada golongan selanjutnya.
75

Nabi saw., bersabda:


Sedekah kepada orang miskin memperoleh saatu ganjaran, yaitu ganjaran
bersedekah dan sedekah kepada kerabat memperoleh dua ganjaran, yaitu
ganjaran sedekah dan ganjaran mempererat persaudaraan

75
Al Alusi, op.cit., h. 443

Dengan demikian, penggalan struktur ayat ini juga termasuk taqdm yang
bertujuan melihat kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-
wujb wa al-taklf)

`` ` ` ` ` `` ` `
` ` ) (
178. hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan
orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita.

Orang merdeka didahulukan dari hamba dan wanita adalah karena
dianggap lebih mulia. Karenanya, potongan struktur ayat ini termasuk taqdm
yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih
mulia dari yang sesudahnya (li al-tasyrf).
` `` ` `` ` `
`` ) (

180. Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat
untuk ibu-bapak dan karib-kerabatnya secara maruf

Ayat ini adalah termasuk termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf). Sebab, kewajiban berbuat
baik kepada orang tua adalah lebih dahulu dari pada kewajiban berbuat baik
kepada yang lain. Indikasi ini bisa dilihat dari ayat al-Quran yang
mempersandingkannya dengan kewajiban bersyukur kepada Allah dalam surat
Luqman / 31 : 14 yang berbunyi :



Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua
orang tuanya: ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lelah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada Kedua orang tuanya.


` `` ` ` ``
` ` ) (
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa,

Lawan bicara (mukhthab) dalam ayat ini adalah orang yang masih
hidup, yaitu tertera dalam kalimat hai orang-orang yang beriman. Ayat ini
adalah taqdm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan
adalah lebih mulia dari yang sesudahnya (li al-tasyrf). Karena, kalimat tersebut
didahulukan dari ungkapan orang-orang sebelum kamu yang mengindikasikan
bahwa mereka telah tiada.
` ` ` ` ``
``` ``` `` ) (
186.Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Falyastajb l walyumin b ( ``` ``) ditafsirkan dengan bila
berdoa, hendaklah mereka memohon perkenan-Ku atau hendaklah mereka
memenuhi panggilan-Ku bila Aku mengajak mereka untuk beriman
sebagaimana Aku memenuhi permohonan mereka bila mereka memohon
kepada-Ku.
76

Ungkapan `` didahulukan dari ``` adalah karena konteks ayat ini
berbicara tentang permohonan. Dengan demikian, struktur ayat ini juga termasuk
taqdm yang bertujuan untuk memperlihatkan bahwa lafal yang didahulukan
adalah sesuai dengan konteksnya (munsabat al-muqaddam li siyq al-kalm)

76
Al- Alusi, op.cit., h. 460
`` ` ` ` `` ````
` `` ` ` `` ` ` `` `
``` `` ` ` ` ` `` ` `
` ` ` ` `` ``` ` ` `
) (
196. Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. Jika
kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka
(sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur
kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada
di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur),
maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau
berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang
ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (didalam bulan haji), (wajiblah ia
menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak
menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa
tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang
kembali.

Penggalan struktur ayat ini adalah termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu lebih rendah lebih ringan
dari yang sesudahnya (al-tadall min al-al il al-adn). Sebab, berpuasa tiga
hari lebih ringan dari pada tujuh hari. Karena itu kedudukannya lebih tinggi.
` ` ``` `
` ) (
201. Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a: "Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa neraka".

Struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdm yang bertujuan
menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu
(al-sabaq bi Itibr al-wujd). Sebab, kata dunia yang ada lebih dahulu dari
akhirat dalam ayat ini didahulukan penyebutannya.
` ` ) (
209. Bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Al-Maraghi menafsirkan penggalan ayat al-Azz al-Hakm dengan Yang
Maha Kuat dan Yang Maha Bijaksana atas semua perbuatan-Nya terhadap
hamba-hamba-Nya. Karenanya, Ia tidak pernah berbuat sesuatu kecuali ada
hikmah dan maslahat untuk hamba-hamba-Nya.
77

Selain bermakna Maha Kuat, al-Azz juga bermakna Maha Mulia. Dari
Yang Maha Mulialah muncul kebijaksanaan. Karenanya, Syaikhun
mengkategorikan ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk menjelaskan
bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya

77
Al maraghi, op.cit., h. 217
lafal yang setelahnya(al-sababiyyah). Syaikhun mengungkapkan li annahu azza
fa hakama
78
(kerena Dia Mulia maka bertindak bijaksana).

` ` ` `` ` ` ` ) (
213. Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka
Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan,

) (

215. Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada
ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan.

Susunan ini adalah berangkat dari yang paling dekat. Dimulai dengan
kedua orang tua. Sebab, tentu saja pertama-tama yang harus diperlakukan
dengan baik oleh seorang anak adalah orang tua. Kerabat adalah hubungan
rahim. Sehingga, hubungan ini sangat kuat. Dalam hubungan kerabat ini orang
tua berperanserta sebagai sumber adanya hubungan. Dalam hadits disebutkan
bahwa Allah berbicara kepada rahim, kamu rahim dan Aku Rahman. Aku
menyambung persaudaraan kepada orang yang menyambung persaudaraan
denganmu. Dan Aku memutuskannya kepada orang yang memutuskannya. Lalu
disambung dengan yatm adalah karena mereka tidak mempunyai kemampuan

78
Mahmud al-Sayyid Syaikhun, op.cit., h. 81
untuk mencari nafkah. Sementara miskin bisa menjaga diri sendiri dan bisa
mencari nafkah.


Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
``` ` ` ` `` ` `` `` ` `
) (
217. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia
mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di
dunia dan di akhirat,

Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd). Sebab, kata dunia yang ada lebih
dahulu dari akhirat dalam ayat ini didahulukan penyebutannya.
` ` ` ` ``
` ` ) (

79
Al-Alusi, op.cit., h. 308
218. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang
berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat
Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Landasan semua perbuatan mukmin adalah iman. Iman dalam ayat ini
didahulukan dari hijrah dan jihad adalah karena kewajiban beriman mendahului
kewajiban yang lain.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
` ` ` ` ` ` ` ) (
219. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:
"Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa`at bagi
manusia,

Al-Khamr adalah semua yang merusak dan menutp akal, sehingga
peminumnya tidak bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk serta
tidak bisa berfikir. Pada dasarnya, kata al-khamr digunakan untuk air anggur bila
telah mendidih kemudian maknanya berkembang menjadi semua yang
memabukkan yang dapat menutup akal.
Al-Maisir adalah berasal dari kata yusr (mudah). Maknanya adalah al-
qimr (perjudian). Dinamakan maisir adalah karena orang yang bermain judi
memperoleh uang (harta) dengan mudah.
80

Itsm didahulukan dari manfi adalah karena bahaya yang terdapat dalam
khamr lebih banyak dari pada manfaatnya.
81

Dengan demikian, struktur penggalan ayat ini adalah termasuk taqdm
dengan tujuan menjelaskan bahwa yang didahulukan memiliki makna lebih
banyak (al-katsrah al al-qillah).
` , ` ) (
220. tentang dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.

Struktur potongan ayat ini dikategorikan sebagai taqdm yang bertujuan
menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu
(al-sabaq bi Itibr al-wujd).Sebab, kata dunia yang ada lebih dahulu dari
akhirat dalam ayat ini didahulukan penyebutannya.
Al-Maraghi menafsirkan penggalan ayat kedua dalam ayat al-Azz al-
Hakm dengan Yang Maha Kuat dan Yang Maha Bijaksana atas semua

80
Al-Jazairi, op.cit., h, 201
81
Al-Alusi, op.cit., h. 509
perbuatan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya. Karenanya, Ia tidak pernah
berbuat sesuatu kecuali ada hikmah dan maslahat untuk hamba-hamba-Nya.
82

Selain bermakna Maha Kuat, al-Azz juga bermakna Maha Mulia. Dari
Yang Maha Mulialah muncul kebijaksanaan. Karenanya, Syaikhun
mengkategorikan ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk menjelaskan
bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya
lafal yang setelahnya(al-sababiyyah). Syaikhun mengungkapkan li annahu azza
fa hakama
83
(kerena Dia Mulia maka bertindak bijaksana).
, ) (
228. jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Struktur penggalan ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).Sebab, dalam ayat ini,
iman kepada Allah yang merupakan rukun iman pertama bagi orang-orang islam
didahulukan dari iman kepada hari akhirat.
Sedangkan struktur penggalan ayat kedua termasuk taqdm yang
bertujuan untuk menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah

82
Al maraghi, loc.cit.
83
Mahmud al-Sayyid Syaikhun, loc.cit.
menjadi penyebab munculnya lafal yang setelahnya(al-sababiyyah). Seperti pada
ayat 220 di atas.
`` ` ` ` ``` ` ` ` `
`` ``` `` ` ) (
232. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan
lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.


Seperti ayat 228 di atas, penggalan pertama dalam ayat ini juga termasuk
taqdm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu
adalah kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-
taklf).
`` ` ` ) (
239. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil
berjalan atau berkendaraan.

Berkendaraan adalah lebih mulia atau lebih tinggi dari berjalan.
Karenanya, ayat ini adalah termasuk taqdm yang bertujuan untuk menyatakan
bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih bawah (al-taraqq)
`` `` ` ` ` `` . . ` ` `
) (
240. Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antaramu dan
meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya. Dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Al-Maraghi menafsirkan penggalan ayat kedua dalam ayat al-Azz al-
Hakm dengan Yang Maha Kuat dan Yang Maha Bijaksana atas semua
perbuatan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya. Karenanya, Ia tidak pernah
berbuat sesuatu kecuali ada hikmah dan maslahat untuk hamba-hamba-Nya.
84

Selain bermakna Maha Kuat, al-Azz juga bermakna Maha Mulia. Dari
Yang Maha Mulialah muncul kebijaksanaan. Karenanya, Syaikhun
mengkategorikan ayat ini termasuk taqdm yang bertujuan untuk menjelaskan
bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya
lafal yang setelahnya(al-sababiyyah). Syaikhun mengungkapkan li annahu azza
fa hakama
85
(kerena Dia Mulia maka bertindak bijaksana).
` ` `` `` ` `` `` ` `
` ` ` ) (
247. "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah
memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.

Maha Luas Pemberian-Nya didahulukan dari Maha Mengetahui adalah
untuk munsabah (kesesuaian), yaitu kesesuaian dengan informasi

84
Al maraghi, loc.cit.
85
Mahmud al-Sayyid Syaikhun, loc.cit.
pertama(memilih menjadi raja). Sebab, pemilihan ini merupakan anugerah juga.
Selain itu, kata Alm juga lebih tepat untuk fshilah.
86

Dengan demikian, struktur ayat ini juga termasuk taqdm yang bertujuan
untuk memperlihatkan bahwa lafal yang didahulukan adalah sesuai dengan
konteksnya (munsabat al-muqaddam li siyq al-kalm)


) (
248.Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda
ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya
terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga
Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat.

Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd).
Struktur potongan ayat ini adalah termasuk kategori taqdm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd). Sebab, Musa lebih tua dari Harun.
` ` `` ``` ` ` `
) (

86
Al-Alusi, op.cit., h. 559
251. Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah
dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah
memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah
meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang
dikehendaki-Nya.

Al-Mulk didahulukan dari al-hikmah adalah karena Allah lebih dahulu
memberikannya.
87

Dengan penafsiran seperti ini, maka ayat ini digolongkan kepada jenis
termasuk kategori taqdm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut
lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd).
` ` ` `` `` ` `
` ` ` ` `` `` `` `` `
`` ` ` ` ` ` ``
` ` ` ) (
254. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang
Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di
bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya.
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah
Maha Tinggi lagi Maha Besar.


87
Al-Alusi, op.cit., h. 564
Kebiasaan yang terjadi pada manusia sebelum tidur adalah selalu diawali
dengan mengantuk. Karenanya, penggalan ayat ini adalah termasuk jenis
taqdm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi
atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd).
Dalam penggalan kedua, langit didahulukan dari bumi adalah karena
langit lebih mulia dari bumi. Karenanya, struktur taqdm dalam penggalan ayat
ini bertujuan untuk menyatakan bahwa yang disebut lebih dahulu lebih mulia
(al-tasyrf)
Mengenai penafsiran m baina aidhim, Mujahid, Ibn Juraij, dan lain-lain
menafsirkannya dengan urusan di dunia dan wa m khalfahum dengan urusan
di akhirat. Ada juga yang menafsirkannya dengan sebelum dan sesudah
mereka.
88

Kedua penafsiran tersebut mengindikasikan bahwa struktur potongan ayat
ini taqdm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu
terjadi atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd).
` ` ` `` ` ` `
`` `` ` ` ) (
258. Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim
tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang
itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku

88
Al-Alusi, Ibid., juz 2, h. 10
ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya
dapat menghidupkan dan mematikan".

Kedua struktur penggalan ayat yang digarisbawahi tersebut sebagai
taqdm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi
atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi Itibr al-wujd). Sebab, tidak ada yang
dimatikan kecuali sebelumnya dihidupkan. Dengan demikian, hidup berada
sebelum mati.
` ` ` ` ` ` ``
`` ` ) (
259. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab:
"Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman:
"Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah
kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah

Masa satu hari adalah lebih lama dari setengah hari. Karenanya, dalam
ayat ini ungkapan satu hari didahulukan dari setengah hari. Struktur ayat ini
adalah termasuk taqdm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang
didahulukan adalah lebih sedikit atau lebih ringan (al-tadall min al-al il al-
adn)
` ` `` ) (
260. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Al-Maraghi menafsirkan penggalan ayat kedua dalam ayat al-Azz al-
Hakm dengan Yang Maha Kuat dan Yang Maha Bijaksana atas semua
perbuatan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya. Karenanya, Ia tidak pernah
berbuat sesuatu kecuali ada hikmah dan maslahat untuk hamba-hamba-Nya.
89

Selain bermakna Maha Kuat, al-Azz juga bermakna Maha Mulia. Dari
Yang Maha Mulialah muncul kebijaksanaan. Karenanya, Syaikhun
mengkategorikan ayat ini termasuk taqdm bertujuan untuk menjelaskan bahwa
lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya lafal
yang setelahnya(al-sababiyyah). Syaikhun mengungkapkan li annahu azza fa
hakama
90
(kerena Dia Mulia maka bertindak bijaksana).

``` `` ` ``` ` ```` ``
` ` `` `` `` `` ) (
262. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian
mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-
nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan sipenerima),
mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Pada dasarnya kata Al-Mann berarti al-qathu (memotong/memutuskan).
Karenanya ada ungkapan hablun mann (tali yang terputus). Kata (al-mann) ini
juga terkadang digunakan untuk makna pemberian. Sebab, yang memberikan
memotong/mengurangi hartanya untuk orang yang diberi.

89
Al maraghi, op.cit.
90
Mahmud al-Sayyid Syaikhun, op.cit.
Makna al-adz adalah al-tathwul wa al-tafkhur (sombong/congkak)
terhadap orang yang diberikan. Al-mann didahulukan dari kata al-adz adalah
karena al-mann lebih sering terjadi dari pada al-adz.
91

Dengan demikian, struktur ayat ini adalah termasuk taqdm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa yang disebutkan lebih dahulu adalah lebih
banyak dari yang setelahnya (al-katsrah al al-qillah).
` `` ` ` ``` `
` ``` ) (
264. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Pada dasarnya kata Al-Mann berarti al-qathu (memotong/memutuskan).
Karenanya ada ungkapan hablun mann (tali yang terputus). Kata (al-mann) ini
juga terkadang digunakan untuk makna pemberian. Sebab, yang memberikan
memotong/mengurangi hartanya untuk orang yang diberi.
Makna al-adz adalah al-tathwul wa al-tafkhur (sombong/congkak)
terhadap orang yang diberikan. Al-mann didahulukan dari kata al-adz adalah
karena al-mann lebih sering terjadi dari pada al-adz.
92


91
Al-Alusi, op.cit.,, h. 33
92
Ibid
Dengan demikian, ayat ini adalah termasuk taqdm yang bertujuan
untuk menyatakan bahwa yang disebutkan lebih dahulu adalah lebih banyak dari
yang setelahnya (al-katsrah al al-qillah).
Beriman kepada Allah dan hari kemudian dalam ayat ini termasuk
struktur taqdm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa yang disebutkan lebih
dahulu adalah kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb
wa al-taklf)

` ``` `` ` ` `` ` `
`` ` `` ` ) (
265. Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya
karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti
sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan
lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan
lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu perbuat.

Struktur ayat ini adalah termasuk taqdm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang didahulukan merupakan sesuatu yang lebih besar
dari lafal yang diakhirkan(al-tadall min al-al il al-adn). Dalam ayata ini
hujan lebat diungkapkan lebih dahulu dari gerimis.
``` `` ` ` ` ` ```` ``
`` `` `` `` ) (
274. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang
hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.

Malam dalam ayat ini didahulukan dari siang adalah karena ia lebih
dahulu diciptakan dari pada siang.
93
Karenanya, penggalan ayat ini adalah
termasuk taqdm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut
lebih dahulu adalah lebih dahulu adanya (al-sabaq f al-wujd).
` ` ```` `` ` ` ` ` `
`` `` `` `` ` ) (

277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.

Dalam ayat 3 telah disebutkan bahwa iman adalah fondasi semua amal
orang-orang yang beriman. Karenanya, ia adalah kewajiban pertama yang harus
terpatri pada setiap mukmin. Oleh karena itu, dalam ayat ini ia didahulukan dari
mengerjakan amal saleh.

93
Ibid., jilid 1, h. 429
Dengan demikian, struktur taqdm ayat ini dapat dikategorikan sebagai
taqdm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa yang disebutkan lebih dahulu
adalah kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-
taklf).
Mendirikan shalat dalam ayat ini didahulukan dari membayar zakat juga
merupakan sebagai taqdm karena kewajiban yang harus didahulukan (al-sabaq
bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
` ` ` ` ) (
279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.

Lafal Allah dalam ayat ini didahulukan dari Rasul adalah untuk
mengagungkan-Nya. Karenanya, ayat ini termasuk struktur taqdm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah Zat Yang
Maha Agung (al-tazhm).

`` ` ` `` `` ``` ` ` `
` `` `` ` ` ` ` `
` `` `` `` ` ` ` `
` ` ` ` ``` ` ` `` ` ` ``
` ` `` ` `` ` `` `
``` `` `` ` `` `
` ` ` ` `` `
``` `` `` `` `` ` `` ``
` `` `` ` ` `` ` ``` `
` ` ` ) (
282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya
atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,
maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu). Jika tak ada
dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan
dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang
lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis
hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya.
Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan
persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu,
(Tulislah mu`amalahmu itu), kecuali jika mu`amalah itu perdagangan
tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu,
(jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual
beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu
lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu;
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

` ` (seorang laki-laki dan dua perempuan). Laki-laki dalam
potongan ayat ini didahulukan dari perempuan adalah untuk menunjukkan
kemuliaan laki-laki. Karenanya, ayat ini berstruktur taqdm dengan kategori untuk
menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia dari yang
sesudahnya (li al-tasyrf).
` (kecil maupun besar). Potongan ayat ini adalah termasuk
berstruktur taqdm dengan kategori menurun dari yang tinggi kepada yang lebih
rendah (al-tadall min al-al il al-adn). Sebab, hutang yang kecil
kedudukannya lebih tinggi dari pada hutang yang banyak.
` ` ) (
284. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi

Lafal langit didahulukan dari bumi adalah karena langit lebih mulia
dari bumi. Karenanya, penggalan ayat ini berstruktur (al-tasyrf)
` ``` ` ` ` ``
`` `` ` ` `` ` ` ` `
` ) (

285. Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-
rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan kami ta`at". (Mereka berdo`a):
"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".

Penggalan pertama ayat ini adalah termasuk taqdm yang bertujuan
untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang
harus didahulukan ( al-sabaq bi Itibr al-wujb wa al-taklf).
Rasul, sebagai pemimpin orang-orang yang beriman, memiliki kewajiban
lebih dahulu dari pada yang dipiminnya untuk mempercayai apa yang ia
sampaikan.
Penggalan kedua ayat ini adalah perincian hal-hal yang wajib diimani. Ini
pun termasuk taqdm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang
disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi
Itibr al-wujb wa al-taklf).
Kewajiban beriman kepada Allah adalah berada sebelum kewajiban
mengimani yang lain yang kemudian dirinci dalam ayat ini.
Samin wa athan adalah kalimat yang termasuk berstruktur al-sabaq f
al-wujd. Sebab, ketika ayat wa in tubd m f anfusikum aw tukhfhu
yuhsibkum bihillh dibacakan orang-orang mukmin gundah dan berkata
siapa yang akan menyelamatkan kami bila kami disalahkan karena kami
menyembunyikan kesedihan dan gangguan di dalam diri kami. Lalu Nabi
menjawab, katakanlah kami mendengar dan mentaati.
94



















94
Al-Jazairi, op.cit. h. 280

CATATAN SMP ayat 105


*Ibn Shaigh tidak membedakan konteks dalam tabarruk atau yang lainnya. Yang
jelas bila kata Allah didahulukan dari yang lain adalah termasuk tabarruk
*Yang ditaqdim dari fiil/jumlah al sabaq fi alwujub, sababiyyah (contoh iyyaka
nabudu wa iyyaka nastain
*ukuran ma asykal maknahu adalah meskipun sudah jelas Irabnya namun tidak
bisa difahami maknanya secara tekstual.
*bisa jadi yang ditaqdim/ditakkhir tertera dalam ayat atau tidak. Contoh yang
tertera=tidak mesti mahdzuf qaaluu arinallah jahratan menjadi jahratan
arinallah. Yang tidak tertera falaa tujibka amwaaluhum
dalam menafsirkan ayat wa maa yastawii al ahyaa wa lalamwaat, Zamakhsyari
mengetakan bahwa ini adalah perumpamaan. Al-Ahy ia umpamakan dengan
orang yang sudah msuk Islam dan al-amw t dengan orang yang masih kafir. H.
306, j 3
*kriteria tabarruk, memulai sesuatu yang penting dengan nama Allah tidak jelas.
Lahaa.tasyrif

Berikan kami kekuatan untuk menghadapi kekerasan dan kekejaman perang
Urutan doa ini adalah sangat indah. Permohonan dikuatkan kesabaran
didahulukan karena kesabaranlah yang menguasai hal tersebut lalu dilanjutkan
dengan permohonan itsbat al qadam sebagai bagian dari kesabaran dan diakhiri
dengan permohonan kemenangan yang merupakan tujuan tertinggi dari doa ini.
Saud, 283-284

Kesimpulan

Dari keempat pandangan para ulama tentang taqdim-takkhir kita dapat melihat
bahwa:
*tidak menyebtukan rahasia apa yang terdapat dalam maa asykal manahu. Al
mathlai, 104. Analisa:karena yang dibutuhkan dalam takdim-takkhir semacam ini
adalah pemahaman terhadap teks.
Apa yang menjadi ukuran maa asykala manahu adalah arti teks sulit difahami
meskipun struktur katanya sudah jelas. Contoh


*Baik pada model I maupun II taqdim-takkhir Ibn al-Shaigh tidak berkisar pada
mendahulukan atau mengakkhirkan musnad atau musnad ilaih seperti metode
ulama balaghah dan tidak juga seperti Ibn al-Atsir dan Mufassirun. Taqd m-
takkh r yang ia suguhkan cenderung lebih bisa difahami lewat konteks.
#Taqd m-takkh r jenis kedua sangat sarat dengan muatan norma-norma
Islam. Hal ini berangkat dari kapasitasnya yang dikenal sangat relegius dan
sebagai seorang ahli fiqih (faq h) .
Pada jenis kedua Taqd m-takkh r dalam poin berikut ini membuktikan
muatan norma-norma itu.
a. nampaknya, Taqd m yang terjadi adalah secara hirarkis, yaitu Allah,
malaikat, dan ulul ilmi
b. Tabarruk. Contoh..
konsep tabarruk dalam hadits dan quran??????????????
Dalam hadits disebutkan man lam yabda bi bismillah..
Nampaknya ibn shaigh cenderung kepada konsep ini
#bila dilihat secara sekilas antara tabarruk dan takzhim nampak tidak ada
perbedaan.al mathlaI tidak melihat perbedaan antara keduanya. H.105
analisa almathlai bisa jadi benar. Sebab, ibn shaigh sendiri tidak memberikan
kriteria khusus untuk keduanya. Namun, penulis berpendapata bahwa antara
keduanya memiliki perbedaan, yaiatu kriteria takzhim terkait dengan kewajiban
hamba kepada Allah sementara tabarruk terkait dengan otoritas Allah
#kriteria dzawat al syan juga tidak didefinisikannya. Sehingga pada contoh
tabarruk dan takzhim tidak berbeda. Karena, keduanya penting.
#secara hirarkis memang Allah, tentu saja, lebih mulia dari selain-Nya. Namun,
pendahuluan lafal Allah pada contoh tersebut tidak hanya terbatas pada
hirarkisme. Lebih jauh contoh itu juga sesuai dengan konsep tabarruk yang
difahami umat islam.
Dalam contoh untuk tasyrif, ibn shaigh nampaknya melihat kemuliaan dari
perspektif fiqh. Hal ini bisa jadi berangkat dari kapasitasnya sebagai ahli fiqih dan
ahli nahwu.
Untuk Taqd m-takkh r ini ibn shaigh di antaranya memberikan contoh ayat-
ayat yang ;mendahuylukan laki-laki dari permpuan. Seperti dalam ayat berikkut:
...
Sesungguhnya orang-orang Islam laki-laki dan orang-orang Islam
perempuan
Dalam tata bahasa Arab laki-laki selalu memenangkan kondisi. Misalnya, bila
Anda bertemu dengan tiga orang yang dua di antaranya perempuan maka salam
Anda menggunakan kata ganti laki-laki (al-sal mu alaikum ), bukan kata ganti
wanita (al-sal mu alaikunna ).
Dalam bidang fiqih laki-laki selalu dijadikan orang terdepan. Misalnya dalam
shalat, warisan, dan lain-lain.
Penulis tidak sependapat dengan ibn shaigh. Sebab, menurut jpenulis Taqd m-
takkh r ini tidak ada tendensi untuk lebih memuliakan laki-laki dari perempuan.
Sebab, dalam al-Quran Allah dengan jelas menyatakan bahwa yang
membedakan nilai hamba di sisi-Nya adalah ketakwaan. Sebagaimana tertera
dalam ayata berikut:

Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling
bertakwa.
......

Penulis lebih cenderung untuk mengatakan bahwa ini adalah karena laki-laki
diciptakan lebih dahulu (al-sabaq f al- j d)
Dalam contoh lain ia mengatakan bahwa telinga lebih mulia dari penglihatan di
antaranya dengan merujuk kepada ayat-ayat berikut:
,
Dalam banyak ayat al-Quran didapatkan bahwa kata sama atau yang satu
pecahan dengannya tidak hanya didahulukan dari bash r atau yang satu
pecahan dengannya, namun juga dengan kata-kata yang lain, seperti al-Sam u
al-Al m , Sam un Qar b .
Nampaknya, tasyrif yang diajukan ibn shaigh tidak bisa dijadikan hujjah untuk
struktur Taqd m-takkh r .
Mengenai alasan kenapa pendengaran didahulukan dari penglihatan, al-Rajihi
berkata adalah karena seorang bayi lebih cepat mendengar dari pada melihat.
Selain itu, daya dengar bisa diperoleh dari berbagai arah. Sementara penglihatan
hanya satu arah. Hal ini berlaku untuk semua hamba-hamba Allah kecuali bila
ada kepentingan kesusastraan (malhazh bal ghiy) . Abdul Ghani Iwadh al-
Rajihi, Al-Manhaj al-Had ts f Tafs r Ahsan al-Had ts, h. 83
Namun demikian, hal ini tidak berlaku bagi Allah. Baginya tidak ada perbedaan
antara pendengaran yang didahulukan atau penglihatan. Dalam surat kahfi
ayatyang berbunyi.didahulukan dari..dan dalam surat
Thaha..didhulukan dari.
Dalam hal ini tidak ada yang lebih mulia atau lebih rendah dari yang lain.
Apalagi bila konteks lafal dan maknanya menuntut salah satu antara keduanya
untuk didahulukan. Ibid
Mengenai pernyataan ibn shaigh tentang manusia lebih mulia dari jin karena
dalam al-Quran ada ayat yang mendahulukan lafal ins (manusia) dari jin seperti
dalam surat Al-Rahmn ayat 39, 56, 74 Al-Anm/. :112 Al-Isr/17:88 dan Al-
Jin..:5 Al-MathlaI menyebutkan bahwa lafal jin disebut lebih dahulu dalam al-
Quran sebanyak 12 kali, yaitu dalam Al-Anm/:13, Al-Arf/:38, 179, Al-
Naml/.:17, Fushshilat/.: 25, 29, Al-Ahqf/: 18, Al-Dzriyt/:56, Al-
Rahmn/:33, Hd/:119, Al-Sajadah/.:13, Al-Ns/:6. dengan demikian,
pernyataan ibn shaigh bahwa manusia disebut dalam al-Quran lebih dahulu dari
jin karena lebih memuliakan manusia adalah salah. Al-MathlaI, h.114
Ayat berikut memperkuat pendapat Al-MathlaI bahwa tidak semua ayat yang
mendahulukan lafal ins dari jin selalu berfungsi untuk lebih memuliakan manusia
dari jin.
) \ :... (
Ayat ini jelas-jelas menyatakan bahwa setan yang berbentuk manusia dan jin
adalah musuh setiap Nabi. Menurutnya, taqdm di sini adalah karena kasus yang
lebih besar, yaitu permusuhan manusia kepada Rasul sangat jelas dan
penolakannya juga tidak bisa dibantah. Bani Israil misalnya, membangkang
terhadap Rasul, bahkan membunuhnya. Sementara jin tidak ada yang
membunuh Rasul atau Nabi. Al-MathlaI, h. 115
*kriteria ma asykal maknahu adalah taqdim maknanya


Al-Sabaq


No. AYAT TUJUAN KETERANGAN
1 Maa asykal
2


Al-Tabarruk
(mendapat
berkah)

3 Al-Tazh m
(mengagungkan

4





) (

) (
`` `` ` ) (
` ` `

Al-Tasyr f
(memuliakan)

5


Al-Mun sabah
(kesesuaian)

6 Al-Hatstsu alaih
(menganjurkan)

7



Al-Sabaq (lebih
dahulu)






` ` ) (
` ` ``` ` ``` ` `` `
```
` ` `` `` ) (
` ` ) (
) (



`` ` ) (
` ` ` ` ``
` `` ` ` ) )



8

) )



Al-Sababiyyah
(sebab)

9 Al-Katsrah al
al-qillah (lebih

banyak
10




Al-Taraqq
(meningkat)

11
` `` ) (

) (


Al-Tadall
(menurun)


BAB IV
Kesimpulan
Perspektif ibn al- Shaigh tentang taqdm-takhr tidak mengkaji struktur
bahasa Arab secara kesuluruhan. Namun, perspektifnya hanya terbatas pada
ayat-ayat al- Qur an. Perspektif ini mencoba memahami ayat al- Qur an melalui
konteks ketika suatu ayat sulit difahami melalui teks apa adanya. Karenanya,
menurut perspektif ini, memahami suatu ayat tidak bisa hanya melalui perangkat
gramatikal dan leksikal saja. Ini bisa dilihat pada taqdm-takhr yang ia sebut
dengan m asykala manhu al hasab al-zhhir.
Setelah penulis meneliti ayat-ayat yang terdapat dalam surat al- Baqarah
yang termasuk struktur taqdm-takhr dalam perspektif ibn al- Shaigh, penulis
dapat menyimpulkan bahwa ayat-ayat tersebut berpijak pada dua kategori:
1. Ayat-ayat yang tidak dapat dilogikakan, yaitu ayat-ayat yang terkait
dengan keimanan, seperti mendahulukan iman kepada Allah dari
pada iman kepada yang lainnya, hukum, seperti mendahulukan
kewajiban shalat dari zakat, dan norma-norma ke-Islaman, seperti


184
184
untuk mendapat berkah ketika suatu ayat diawali dengan lafal jallah
atau lebih memuliakan laki-laki dari perempuan.
2. Ayat-ayat yang dapat dilogikakan, yaitu ayat-ayat yang mengandung
sejarah, seperti mendahulukan Ibrahim as., dari Ismail, as., hukum
alam (sunnatullah), seperti mendahulukan rasa kantuk dari tidur,
sebab-akibat, seperti mendahulukan untuk mengakhirkan pemberian
rahmat dari pada pemberian taubat.
Penulis juga menyimpulkan bahwa jumlah ayat yang dianggap termasuk
struktur taqdm-taikhr dalam perspektif Syamsuddin ibn al-Shaigh dalam surat
al-Baqarah berjumlah 79 ayat dari 286 ayat. Dalam satu ayat bisa terdiri dari
satu sampai tiga struktur, yaitu dengan rincian sebagai berikut :
1. Al-Sabaq bi itibr al-Wujb sebanyak 23 struktur
2. Al-Tasyrf sebanyak 21 struktur
3. Al-Sabaq bi itibr al-Wujd sebanyak 21 struktur
4. Al-Tadall sebanyak 4 struktur
5. Al-Sababiyyah sebanyak 12 struktur
6. Munasbat al-lafzh li Siyq al-Kalm sebanyak 3 struktur


185
185
7. Al-Tazhm sebanyak 4 struktur
8. M Asykala Manh Al Hasab al-Zhhir sebanyak 2 struktur
9. Al-Taraqq sebanyak 2 struktur
10. Al-Katsrah al al-Qillah sebanyak 2 struktur
Dengan demikian, tidak semua struktur taqdm-takkhr yang diajukan
Ibn al-Shaigh penulis dapatkan dalam surat al-Baqarah. Perincian ayat-ayat
tersebut dapat dilihat dalam lampiran.
Struktur taqdm-takkhr yang diajukan Syamsuddin ibn al-Shaigh sangat
berpeluang untuk menuai kritik. Dalam taqdm-takkhr yang berfungsi untuk al-
tabarruk misalnya, ia katakan bahwa bila dalam hal yang penting suatu ayat
didahului dengan nama Allah maka ayat ini berfungsi untuk al-tabarruk. Ia tidak
memberikan kriteria atau batasan yang jelas tentang kalimat hal yang penting.
Pada hal, ada juga ayat yang berbunyi untuk melaknat dan didahului dengan
nama Allah. Misalnya ayat berikut :
) \ : (
Mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk)
yang bisa melaknati. (Q.S. Al-Baqarah/2 :159)


186
186

Meskipun begitu struktur dalam perspektif ini tetap sangat penting untuk
lebih dalam memahami al-Quran.
















187
187


LAMPIRAN
Ayat-ayat dari surat al- Baqarah yang termasuk dalam perspektif Ibn al-
Shaigh dalam surat al-Baqarah adalah sebagaimana yang tertera dalam tabel
berikut:
No.
Urut
Penggalan
Ayat
Jenis Taqdm-
takkhr
No. Ayat dan Keterangan
1.






2.






3.





4.











) (






) (





) (



) (


Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf


Al-Tasyrf




Al-Tasyrf




Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
3. Iman kepada yang
ghaib didahulukan dari
shalat dan shalat dari
zakat

4. Kata ganti kamu
(Muhammad, nabi yang
masih hidup)
didahulukan dari nabi-
nabi yang telah tiada

7. Hati didahulukan
dari telinga dan telinga
dari mata


8. Iman kepada Allah
didahulukan dari hari


188
188




5.











6.




7.




8.





9.



10.




11.



) (










) (




) (



) (




.. ) )



.. ) (




) (

wa al-Taklf


Al-Tasyrf










Al-sabaq bi
itibr al-Wujd

Al-Tasyrf


Al-Tasyrf




Al-sabaq bi
itibr al-Wujd


Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf

Al-Tadall
akhirat


18. Shummun(tuli)yang
bersumber pada telinga
didahulukan dari
Bukmun (bisu) yang
bersumber pada mulut
dan bisu didahulukan
dari umyun (buta) yang
bersumber pada mata

19. Gelap didahulukan
dari guntur dan guntur
dari kilat

20. Pendengaran
didahulukan dari
penglihatan

21. Yang hidup
didahulukan dari yang
telah tiada

22. Bumi didahulukan
dari langit

25.beriman
didahulukan dari
beramal saleh

26.Nyamuk
didahulukan dari yang


189
189



12.










13.




14.


15.





16.





17.




18.








) (






) (




) (


) )


) (



) (





) (




Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf





Al-Sababiyyah


Al-Tasyrf



Al-Sababiyyah




Al-Tasyrf




Al-Sababiyyah





Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
lebih rendah

27.(kewajiban
menepati) perjanjian
kepada Allah
didahulukan dari
(kewajiban) silaturrahmi
dan merusak di muka
bumi

32. Maha Mengetahui
didahulukan dari Maha
Bijaksana

33. Langit didahulukan
dari bumi

34. Menolak
didahulukan dari
sombong

35. Laki-laki (Adam)
didahulukan dari
perempuan (Siti
Hawwa)

37. Maha Penerima
taubat didahulukan dari
Maha Pengasih

43. Shalat didahulukan
dari zakat dan zakat dari
shalat berjamaah


190
190


19.







20.



21.





22.




23.



24.


25.




26.






) (



) (




) (


) (



) (



) (



) (






) (


wa al-Taklf


Munsabat al-
Lafzh li Siyq
al-Kalm



Al-Sababiyyah



Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf



Al-Sababiyyah




Al-Sabaq bi
itibr al-Wujd

Al-Tadall


Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf

Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf

Menyembelih anak laki-
laki didahulukan dari
membiarkan hidup
anak-anak perempuan

54.Maha Penerima
taubat didahulukan dari
Maha Pengasih

62. Iman kepada Allah
didahulukan dari hari
akhirat dan hari akhirat
dari beramal saleh

64. Pemberian taubat
didahulukan dari
pemberian rahmat

66. Dunia didahulukan
dari akhirat

68. Tua didahulukan
dari muda

82. beriman
didahulukan dari
beramal saleh

83. Berbuat baik
kepada orang tua
didahulukan dari anak-
anak yatim dan orang-


191
191




27.




28.





29.



30.


31.





32.



33.




34.



35.



) (




) (


) (


) (

) (



) (


) (




.. ) (


) (





Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf


Al-Tazhm




Al-Tasyrf


Al-Tasyrf

Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf


Al-Tasyrf


Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf

Al-sabaq bi
itibr al-Wujd


orang miskin dan juga
didahulukan dari shalat.

83. Shalat didahulukan
dari zakat


98. Allah didahulukan
dari yang lainnya


98. Jibril didahulukan
dari Mikail

102. Suami
didahulukan dari istri

103. Beriman
didahulukan dari
bertakwa


107. Langit
didahulukan dari bumi

110. shalat didahulukan
dari zakat


114. Dunia didahulukan
dari akhirat


116. Langit


192
192




36.



37.




38.





39.




40.





41.




42.




43.




) (



) (





) (




.. ) (





) (
) (



.. ) (





.. ) (


) (


Al-Tasyrf



Al-Tasyrf


M Asykala
Manhu bi
hasab al-Zhhir


Al-sabaq bi
itibr al-Wujd



Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf


M Asykala
Manhu bi
hasab al-Zhhir


Al-sabaq bi
itibr al-Wujd


Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf


didahulukan dari bumi

117. Langit
didahulukan dari bumi


124. Obyek
didahulukan dari pelaku


125. Ibrahim
didahulukan dari Ismail


126. Iman kepada Allah
didahulukan dari Hari
Akhir

126. Dari segi makna
ayat 126 seharusnya
berada setelah ayat 127


127. Ibrahim
didahulukan dari Ismail


128. orang tua (Ibrahim
as.) didahulukan dari
anak-cucu

128. Maha Penerima
taubat didahulukan dari


193
193



44.





45.



46.



47.




48.




49.





50.





51.




) (




.. ) (



) (



) (





) (







) (





) (



) (


Al-Sababiyyah




Al-Sababiyyah



Al-Sababiyyah


Al-sabaq bi
itibr al-Wujd


Al-Tasyrf





Al-sabaq bi
itibr al-Wujd

Al-sabaq bi
itibr al-Wujd



Al-sabaq bi
itibr al-Wujd




Al-sabaq bi
Maha Pengasih

129. Maha Perkasa
didahulukan dari Maha
Bijaksana

130. Dunia didahulukan
dari akhirat

132. Ibrahim
didahulukan dari
Yaqub

133. Yang hidup
didahulukan dari yang
mati

134. Umat yang lalu
didahulukan dari umat
sekarang

136. Nama-nama ini
dimulai dari yang lebih
dahulu ada

136. Kewajiban
beriman kepada Allah
didahulukan dari iman
kepada kitab-kitab

140. Ini adalah urutan
nabi-nabi yang ada
lebih dahulu


194
194


52.



53.




54.




55.



56.









57.





58.



59.



) (


) (





) (




) (


) 160 (






) (



) (


) (
itibr al-Wujd


Al-sabaq bi
itibr al-Wujd

Al-Sababiyyah




Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf


Al-Tazhm


Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf





Al-Sababiyyah



Al-Tazhm




141. Umat yang lalu Ini
didahulukan dari umat
sekarang

152. Dzikir didahulukan
dari pemberian
ganjaran (dari Allah)

158. Shafa didahulukan
dari Marwah


159. Allah didahulukan
dari yang lain

160. Kewajiban
bertaubat didahulukan
dari mengadakan
perbaikan dan
mengadakan perbaikan
dari menjelaskan
kebenaran

160. Maha Penerima
taubat didahulukan dari
Maha Pengasih

161. Allah didahulukan
dari yang lain

164. Langit
didahulukan dari bumi


195
195


60.



61.



62.











63.





64.





65.





66.


) (


) (








.. ) (







) (





) (




) (




Al-Tasyrf



Al-Tasyrf


Al-sabaq bi
itibr al-Wujd


Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf









Al-Tasyrf



Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf



Al-Tasyrf





164. Langit
didahulukan dari bumi

164. Malam
didahulukan dari siang

177. Ini adalah urutan
hal-hal yang wajib
diimani lalu urutan
orang-orang yang wajib
diberikan infaq dan
diakhiri dengan
kewajiban mendirikan
shalat, membayar zakat,
dan menepati janji

178. Orang merdeka
didahulukan dari budak


180. Kewajiban
berwasiat kepada orang
tua didahulukan dari
saudara-saudara

183. Yang hidup
didahulukan dari yang
mati (kalian dan orang-
orang sebelum kalian)

186. Perintah untuk
memenuhi perintah


196
196






67.




68.



69.




70.



71.



72.




73.




74.




) (







) (





) (


) (





) (

) (



) (




) (




) (
Munsabat al-
Lafzh li Siyq
al-Kalm





Al-Taraqq



Al-Sabaq bi
itibr al-Wujd


Al-Sababiyyah



Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf


Al-Sabaq bi
itibr al-Wujd


Al-Taraqq




Munsabat al-
Lafzh li Siyq
al-Kalm

Al-Sabaq bi
Allah didahului dari
perintah untuk beriman
kepada-Nya

196. Tiga hari
didahulukan dari tujuh
hari

201. Dunia didahulukan
dari akhirat

209. Maha Perkasa
didahulukan dari Maha
Bijaksana

215. Ini adalah urutan
orang-orang yang wajib
diberi infaq

217. Dunia didahulukan
dari akhirat

239. Berjalan
didahulukan dari
berkendaraan

247. Maha Luas
didahulukan dari Maha
Mengetahui

248. Musa as.,
didahulukan dari Harun
as.


197
197


75.




76.




77.


78.



79.


80.





81.




82.




83








) (




) (


) (
) (

) (




) (



) (




) (




) (
itibr al-Wujd




Al-Sabaq bi
itibr al-Wujd


Al-Sabaq bi
itibr al-Wujd


Al-Tasyrf


Al-Tasyrf



Al- Sabaq bi
itibr al-Wujd

Al- Sabaq bi
itibr al-Wujd



Al-Sababiyyah




Al-Katsrah al
al-Qillah


Al-Katsrah al

251. Kerajaan
didahulukan dari
hikmah

255. Kantuk
didahulukan dari tidur

255. Langit
didahulukan dari bumi

255. Langit
didahulukan dari bumi

255. Dunia didahulukan
dari akhirat

258. Menghidupkan
didahulukan dari
mematikan

260. Maha Perkasa
didahulukan dari Maha
Bijaksana

262. Menyebut-nyebut
didahulukan dari
menyakiti

264. Menyebut-nyebut
didahulukan dari
menyakiti



198
198

84.




85.




86.



87.




88.



89


90.





91.




92.








) (



) (




) (




) (



) (


) (


) (




) (



.. ) (
al-Qillah


Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf


Al-Tadall



Al-Sabaq bi
itibr al-Wujd


Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf

Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf

Al-Tazhm


Al-Tasyrf




Al-Tadall




Al-Tasyrf
264. Iman kepada Allah
didahulukan dari Hari
Akhir

265. Hujan lebat
didahulukan dari
gerimis

274. Malam
didahulukan dari siang

277. Mendirikan shalat
didahulukan dari
membayar zakat

277. Beriman
didahulukan dari
beramal saleh

279. Allah didahulukan
dari yang lain

282. Laki-laki
didahulukan dari
perempuan

282. Sedikit
didahulukan dari
banyak

284. Langit
didahulukan dari bumi



199
199
93.





94.










) (




) (



















Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf



Al-Sabaq bi
itibr al-Wujb
wa al-Taklf



285. Iman kepada Allah
didahulukan dari iman
kepada malaikat dan
lalu kepada kitab-Nya

285. Mendengar
didahulukan dari
mentaati

















200
200






No. AYAT JENIS/TUJUAN KETERANGAN
1





) (

) (





) (
M asykala
manhu al
hasab al-zhhir




Dari segi makna
ayat 126
seharusnya berada
setelah ayat 127



Obyek didahulukan
dari pelaku
2
Al-Tabarruk
(mendapat
berkah)

3


Al-Tazhm
(mengagungkan)



Semua ayat ini
mendahulukan
nama Allah dari


201
201
) (
) (

) (

) (


yang lainnya
4


) (

) (

) (



) (



) (


) (

Al-Tasyrf
(memuliakan)






Ayat 4, 21, 133,
dan 183
mendahulukan
yang hidup dari
yang mati









Hati didahulukan
dari telinga dan
telinga dari mata


Shummun(tuli)yang
bersumber pada
telinga didahulukan


202
202














) (





) (
) (
) (
) (
) (
) (
) (
) (
.. ) (

dari Bukmun
(bisu) yang
bersumber pada
mulut dan bisu
didahulukan dari
umyun (buta) yang
bersumber pada
mata

Pendengaran
didahulukan dari
penglihatan




Langit dalam ayat
33, 107, 116, 117,
164, 255, 284
didahulukan dari
bumi














203
203
) (
) (
) (



) (


Laki-laki (Adam)
dalam ayat 35
didahulukan dari
perempuan (Siti
Hawa), begitu pula
dalam ayat 102
dan 282.

Orang merdeka
didahulukan dari
budak.
5



) (





) (





Munsabah
Siyq al-Kalm
(kesesuaian
konteks
pembicaraan)






Menyembelih anak
laki-laki
didahulukan dari
membiarkan hidup
anak-anak
perempuan


Perintah untuk
memenuhi perintah
Allah didahului dari
perintah untuk
beriman kepada-
Nya



204
204
) (

Maha Luas
didahulukan dari
Maha Mengetahui
6
Al-Hatstsu alaih
(menganjurkan)

7


) (

) (
) (
) (
) (
) (






) (




Al-Sabaq (lebih
dahulu)

Ayat 3, 8, 126,
264, 25, 27, 43,
62, 82, 83, 110,
103, 215, 128,
136, 158, 160,
177, 180, dan
258 adalah
termasuk jenis al-
sabaq
bi Itibr al-
wujb wa al-
taklf).













Dalam ayat 3, 8,
126,dan264,
Kewajiban beriman
kepada yang ghaib
didahulukan dari
shalat dan zakat



Dalam ayat 25 dan
82 kewajiban
beriman
didahulukan dari
beramal saleh

Dalam ayat 27
Perjanjian kepada
Allah adalah
kewajiban pertama
yang mereka
langgar, kemudian
memutus
hubungan yang
Allah perintahkan
untuk
menyambungnya,


205
205






) (




) (







) (






) (
) (
























dan membuat
kerusakan di bumi.


Kewajiban shalat
lebih didahulukan
dari membayar
zakat dan shalat
berjamaah

Iman kepada Allah
didahulukan dari
iman kepada hari
akhir dan iman
kepada hari akhir
didahulukan dari
beramal saleh.

Ini adalah urutan
orang-orang yang
harus diperlakukan
dengan baik lalu
disusul dengan
kewajiban shalat
yang didahulukan
dari membayar
zakat


Kewajiban
mendirikan shalat
dalam ayat 110
dan 277


206
206




) (




) (


) (





) (



) (



) 160 (

























didahulukan dari
membayar zakat

Kewajiban beriman
didahulukan dari
bertakwa

Ini adalah urutan
orang-orang yang
wajib diberi infaq

Permohonan untuk
keselamatan diri
didahulukan dari
anak-cucu.

Kewajiban beriman
kepada Allah
didahulukan dari
iman kepada kitab-
kitab


Kewajiban saI
diawali dari shafa


Kewajiban
bertaubat
didahulukan dari
mengadakan
perbaikan dan
menjelaskan


207
207








) (







) (






) (



) (










bi Itibr al-
wujd.



kebenaran

Ini adalah urutan
hal-hal yang wajib
diimani lalu urutan
orang-orang yang
wajib diberikan
infaq dan diakhiri
dengan kewajiban
mendirikan shalat,
membayar zakat,
dan menepati janji


Kewajiban
berwasiat kepada
orang tua
didahulukan dari
saudara-saudara


Iman kepada Allah
didahulukan dari
iman kepada
malaikat dan lalu
kepada kitab-Nya

Mendengarkan
didahulukan dari
mentaati

Kewajiban beriman
didahulukan dari


208
208
) (


) (


) (




) (


) (

) (

) (
) (


) (
) (



) (

beramal saleh


Dunia didahulukan
dari akhirat


Gelap didahulukan
dari guntur dan
guntur didahulukan
dari kilat

Dunia diciptakan
lebih dahulu dari
langit


Dalam ayat 114,
130, 201, dan 217
dunia didahulukan
dari akhirat












Pada ayat 125 dan


209
209



) (


) (




) (



) (





) (


) (

) (



127 Ibrahim as.,
didahulukan dari
ismail as.


Ibrahim as.,
didahulukan dari
Yaqub as.

Ini adalah urutan
nabi-nabi yang ada
lebih dahulu



Musa as.,
didahulukan dari
Harun as.

Susunan nama-
nama ini adalah
sesuai dengan yang
ada lebih dahulu



Kerajaan yang
Allah berikan
kepada Daud as.,
lebih dahulu dari
pada hikmah




210
210


) (

) (


) (

) (




Menghidupkan
didahulukan dari
mematikan


Pada ayat 134 dan
141 umat yang
telah berlalu
didahulukan dari
lawan bicara yang
masih hidup



Pada ayat 164 dan
274 malam
didahulukan dari
siang karena Allah
lebih dahulu
menciptakan
malam dari siang


Rasa kantuk
didahulukan dari
tidur

Dunia didahulukan
dari akhirat


8 Al-Sababiyyah
(sebab)



211
211
) (



) (
) (
) (

) (
) (
) (
) (

) )
) (



) (





Maha Mengetahui
didahulukan dari
Maha Bijaksana

Dalam ayat 129,
209, dan 260 Maha
Mulia didahulukan
dari Maha
Bijaksana



Maha Penerima
taubat dalam ayat
37, 54, 128, dan
160 didahulukan
dari Maha Pengasih

Menolak
didahulukan dari
sombong


Pemberian taubat
dari Allah
(fadhlullah)
didahulukan dari
rahmat

Dzikir hamba
kepada Allah


212
212
memunculkan
dzikir (pemberian
ganjaran) Allah
kepadanya


9 ) (
) (
Al-Katsrah al al-
qillah (lebih
banyak
Dalam ayat 262
dan 264 menyebut-
nyebut (al-mann)
didahulukan dari
menyakiti (al-adz)
10 ) (

Al-Taraqq
(meningkat)
Berjalan
didahulukan dari
berkendaraan
11

) (

) (

) (

) (

) (


) (

Al-Tadall
(menurun)


Nyamuk
didahulukan dari
yang lebih rendah
darinya


Tua (fridhun)
didahulukan dari
muda (bikr)

Hujan lebat
(wbilun)
didahulukan dari
hujan gerimis
(thallun)



213
213
Satu hari
didahulukan dari
beberapa hari

Hutang yang kecil
didahulukan dari
hutang yang besar

Puasa tiga hari
didahulukan dari
tujuh hari



CATATAN SMP ayat 105

*batasan penting tidak jelas
*maa asykala manahu bisa terjadi antar ayat (taqdim-tak ibn
shaigh)

*Ibn Shaigh tidak membedakan konteks dalam tabarruk atau yang lainnya. Yang
jelas bila kata Allah didahulukan dari yang lain adalah termasuk tabarruk
*Yang ditaqdim dari fiil/jumlah al sabaq fi alwujub, sababiyyah (contoh iyyaka
nabudu wa iyyaka nastain


214
214
*ukuran ma asykal maknahu adalah meskipun sudah jelas Irabnya namun tidak
bisa difahami maknanya secara tekstual.
*bisa jadi yang ditaqdim/ditakkhir tertera dalam ayat atau tidak. Contoh yang
tertera=tidak mesti mahdzuf qaaluu arinallah jahratan menjadi jahratan
arinallah. Yang tidak tertera falaa tujibka amwaaluhum
dalam menafsirkan ayat wa maa yastawii al ahyaa wa lalamwaat, Zamakhsyari
mengetakan bahwa ini adalah perumpamaan. Al-Ahy ia umpamakan dengan
orang yang sudah msuk Islam dan al-amw t dengan orang yang masih kafir. H.
306, j 3
*kriteria tabarruk, memulai sesuatu yang penting dengan nama Allah tidak jelas.
Lahaa.tasyrif

Berikan kami kekuatan untuk menghadapi kekerasan dan kekejaman perang
Urutan doa ini adalah sangat indah. Permohonan dikuatkan kesabaran
didahulukan karena kesabaranlah yang menguasai hal tersebut lalu dilanjutkan
dengan permohonan itsbat al qadam sebagai bagian dari kesabaran dan diakhiri
dengan permohonan kemenangan yang merupakan tujuan tertinggi dari doa ini.
Saud, 283-284

Kesimpulan

Dari keempat pandangan para ulama tentang taqdim-takkhir kita dapat melihat
bahwa:
*tidak menyebtukan rahasia apa yang terdapat dalam maa asykal manahu. Al
mathlai, 104. Analisa:karena yang dibutuhkan dalam takdim-takkhir semacam ini
adalah pemahaman terhadap teks.
Apa yang menjadi ukuran maa asykala manahu adalah arti teks sulit difahami
meskipun struktur katanya sudah jelas. Contoh


215
215


*Baik pada model I maupun II taqdim-takkhir Ibn al-Shaigh tidak berkisar pada
mendahulukan atau mengakkhirkan musnad atau musnad ilaih seperti metode
ulama balaghah dan tidak juga seperti Ibn al-Atsir dan Mufassirun. Taqd m-
takkh r yang ia suguhkan cenderung lebih bisa difahami lewat konteks.
#Taqd m-takkh r jenis kedua sangat sarat dengan muatan norma-norma
Islam. Hal ini berangkat dari kapasitasnya yang dikenal sangat relegius dan
sebagai seorang ahli fiqih (faq h) .
Pada jenis kedua Taqd m-takkh r dalam poin berikut ini membuktikan
muatan norma-norma itu.
a. nampaknya, Taqd m yang terjadi adalah secara hirarkis, yaitu Allah,
malaikat, dan ulul ilmi
b. Tabarruk. Contoh..
konsep tabarruk dalam hadits dan quran??????????????
Dalam hadits disebutkan man lam yabda bi bismillah..
Nampaknya ibn shaigh cenderung kepada konsep ini
#bila dilihat secara sekilas antara tabarruk dan takzhim nampak tidak ada
perbedaan.al mathlaI tidak melihat perbedaan antara keduanya. H.105
analisa almathlai bisa jadi benar. Sebab, ibn shaigh sendiri tidak memberikan
kriteria khusus untuk keduanya. Namun, penulis berpendapata bahwa antara
keduanya memiliki perbedaan, yaiatu kriteria takzhim terkait dengan kewajiban
hamba kepada Allah sementara tabarruk terkait dengan otoritas Allah
#kriteria dzawat al syan juga tidak didefinisikannya. Sehingga pada contoh
tabarruk dan takzhim tidak berbeda. Karena, keduanya penting.
#secara hirarkis memang Allah, tentu saja, lebih mulia dari selain-Nya. Namun,
pendahuluan lafal Allah pada contoh tersebut tidak hanya terbatas pada
hirarkisme. Lebih jauh contoh itu juga sesuai dengan konsep tabarruk yang
difahami umat islam.
Dalam contoh untuk tasyrif, ibn shaigh nampaknya melihat kemuliaan dari
perspektif fiqh. Hal ini bisa jadi berangkat dari kapasitasnya sebagai ahli fiqih
dan ahli nahwu.


216
216
Untuk Taqd m-takkh r ini ibn shaigh di antaranya memberikan contoh ayat-
ayat yang ;mendahuylukan laki-laki dari permpuan. Seperti dalam ayat berikkut:
...
Sesungguhnya orang-orang Islam laki-laki dan orang-orang Islam
perempuan
Dalam tata bahasa Arab laki-laki selalu memenangkan kondisi. Misalnya, bila
Anda bertemu dengan tiga orang yang dua di antaranya perempuan maka salam
Anda menggunakan kata ganti laki-laki (al-sal mu alaikum ), bukan kata ganti
wanita (al-sal mu alaikunna ).
Dalam bidang fiqih laki-laki selalu dijadikan orang terdepan. Misalnya dalam
shalat, warisan, dan lain-lain.
Penulis tidak sependapat dengan ibn shaigh. Sebab, menurut jpenulis Taqd m-
takkh r ini tidak ada tendensi untuk lebih memuliakan laki-laki dari perempuan.
Sebab, dalam al-Quran Allah dengan jelas menyatakan bahwa yang
membedakan nilai hamba di sisi-Nya adalah ketakwaan. Sebagaimana tertera
dalam ayata berikut:

Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling
bertakwa.
......

Penulis lebih cenderung untuk mengatakan bahwa ini adalah karena laki-laki
diciptakan lebih dahulu (al-sabaq f al- j d)
Dalam contoh lain ia mengatakan bahwa telinga lebih mulia dari penglihatan di
antaranya dengan merujuk kepada ayat-ayat berikut:
,
Dalam banyak ayat al-Quran didapatkan bahwa kata sama atau yang satu
pecahan dengannya tidak hanya didahulukan dari bash r atau yang satu
pecahan dengannya, namun juga dengan kata-kata yang lain, seperti al-Sam u
al-Al m , Sam un Qar b .


217
217
Nampaknya, tasyrif yang diajukan ibn shaigh tidak bisa dijadikan hujjah untuk
struktur Taqd m-takkh r .
Mengenai alasan kenapa pendengaran didahulukan dari penglihatan, al-Rajihi
berkata adalah karena seorang bayi lebih cepat mendengar dari pada melihat.
Selain itu, daya dengar bisa diperoleh dari berbagai arah. Sementara
penglihatan hanya satu arah. Hal ini berlaku untuk semua hamba-hamba Allah
kecuali bila ada kepentingan kesusastraan (malhazh bal ghiy) . Abdul Ghani
Iwadh al-Rajihi, Al-Manhaj al-Had ts f Tafs r Ahsan al-Had ts, h.
83
Namun demikian, hal ini tidak berlaku bagi Allah. Baginya tidak ada perbedaan
antara pendengaran yang didahulukan atau penglihatan. Dalam surat kahfi
ayatyang berbunyi.didahulukan dari..dan dalam surat
Thaha..didhulukan dari.
Dalam hal ini tidak ada yang lebih mulia atau lebih rendah dari yang lain.
Apalagi bila konteks lafal dan maknanya menuntut salah satu antara keduanya
untuk didahulukan. Ibid


218
218
Mengenai pernyataan ibn shaigh tentang manusia lebih mulia dari jin karena dalam
al-Quran ada ayat yang mendahulukan lafal ins (manusia) dari jin seperti dalam surat
Al-Rahmn ayat 39, 56, 74 Al-Anm/. :112 Al-Isr/17:88 dan Al-Jin..:5 Al-
MathlaI menyebutkan bahwa lafal jin disebut lebih dahulu dalam al-Quran
sebanyak 12 kali, yaitu dalam Al-Anm/:13, Al-Arf/:38, 179, Al-
Naml/.:17, Fushshilat/.: 25, 29, Al-Ahqf/: 18, Al-Dzriyt/:56, Al-
Rahmn/:33, Hd/:119, Al-Sajadah/.:13, Al-Ns/:6. dengan demikian,
pernyataan ibn shaigh bahwa manusia disebut dalam al-Quran lebih dahulu dari jin
karena lebih memuliakan manusia adalah salah. Al-MathlaI, h.114
Ayat berikut memperkuat pendapat Al-MathlaI bahwa tidak semua ayat yang
mendahulukan lafal ins dari jin selalu berfungsi untuk lebih memuliakan manusia
dari jin.
) \ :... (
Ayat ini jelas-jelas menyatakan bahwa setan yang berbentuk manusia dan jin adalah
musuh setiap Nabi. Menurutnya, taqdm di sini adalah karena kasus yang lebih besar,
yaitu permusuhan manusia kepada Rasul sangat jelas dan penolakannya juga tidak
bisa dibantah. Bani Israil misalnya, membangkang terhadap Rasul, bahkan
membunuhnya. Sementara jin tidak ada yang membunuh Rasul atau Nabi. Al-
MathlaI, h. 115
*kriteria ma asykal maknahu adalah taqdim maknanya



219
219

Al-Sabaq

Anda mungkin juga menyukai