Anda di halaman 1dari 23

Makalah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman

IDENTIFIKASI BEBERAPA JENIS GULMA

Disusun
Oleh :
Nama : Muhammad Thedi
NIM : 1605101050073
Kelas : 03
Hari/jam : Jumat/10.00 WIB

LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2016
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan,
gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya
secara khas. Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang
berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat
inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan.
Ditinjau dari segi ekologi gulma merupakan tumbuhan yang mudah beradaptasi
dan memiliki daya saing yang kuat dengan tanaman budidaya. Karena gulma
mempunyai sifat mudah beradaptasi dengan tempat lingkungan tumbuhnya maka gulma
memiliki beberapa sifat diantaranya: (1) mampu berkecambah dan tumbuh pada kondisi
zat hara dan air yang sedikit, biji tidak mati dan mengalami dorman apabila lingkungan
kurang baik untuk pertumbuhannya, (2) tumbuh dengan cepat dan mempunyai pelipat
gandaan yang relatif singkat apabila kondisi menguntungkan, (3) dapat mengurangi hasil
tanaman budidaya dalam populasi sedikit, (4) mampu berbunga dan berbiji banyak, (5)
mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat, terutama yang berkembang biak secara
vegetative.
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat
mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-
obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai
gulma pada semua kondisi. Namun demikian banyak juga tumbuhan diklasifikasikan
sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara
teratur pada lahan tanaman budidaya.
Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun
secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlag
sangat banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun manusia.
Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di dalam
tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian
juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan
membentuk tumbuhan baru.
Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya)
dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam tanah,
penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh. Sebagian besar
tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat toksin (racun),
berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan tanaman
lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah allelopati. Sebagai tempat
hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta dan hama
sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan baik.
Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun
tanaman budidaya.

1.2. Tujuan Praktikum


Untuk mengidentifikasi beberapa jenis gulma.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bioekologi Gulma Teki


2.1.1. Bioekologi teki Cyperus rotundus L
2.1.1.1. Klasifikasi Cyperus rotundus L
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Cyperales
Family : Cyperaceae
Genus : Commelina
Spesies : Cyperus rotundus L.
Nama Daerah : Rumput Teki

2.1.1.2. Morfologi Cyperus rotundus L

Akar Rumput teki (Cyperus rotundus L.) merupakan sistem perakaran serabut, akar
rumput teki memiliki banyak percabangan dan akar rumput teki memiliki banyak anak
cabang akar, akar rumput teki memiliki rambut-rambut halus. Akar rumput teki tumbuh
memanjang dan menyebar di dalam tanah.
Batang Rumput teki (Cyperus rotundus L.) tumbuh tegak, berbentuk segitiga,
berongga kecil dan agak lunak, tingginya 10-30 cm dan penampangnya 1-2 mm.
membentuk umbi di pangkal batang, membentuk rimpang panang yang dapat
membentuk tunas baru, daun-daun terdapat di pangkal batang.
Daun Rumput teki (Cyperus rotundus L.) berbangun daun garis, licin, tidak
berambut, warna permukaan atas hijau tua sedangkan permukaan bawah hijau muda,
mempunyai parit yang membujur di bagian tengah, ujungnya agak runcing, lebih pendek
dari batang yang membawa bunga, lebarnya 2-6 mm.
Bunga Rumput teki (Cyperus rotundus L.) memiliki bulir longgar terbentuk di ujung
batang, braktea dua sampai empat, tidak rontok, panjangnya lebih kurangnsama atau
melebihi panjang perbungaan, bercabang utama tiga sampai Sembilan yang menyebar,
satu bulir berbunga sepuluh sampai empat puluh.
Buah Rumput teki (Cyperus rotundus L.) berbentuk bulat telur berisi tiga, panjangnya
kurang lebih 1,5 mm, buah rumput teki memiliki warna coklat kehitam-hitaman. Buah
rumput teki tersusun berselang-seling sedikit bertumpang-tindih dan merapat ke sumbu,
buah rumput teki berbentuk bulat telur dan lepes.
Biji Rumput teki (Cyperus rotundus L.) terdiri dari sepuluh sampai empat puluh
buliran yang tersusun berselang-seling sedikit bertumpang-tindih dan merapat ke sumbu,
biji berbentuk bulat telur dan lepes, panjangnya kurang lebih 3 mm, berwarna coklat
kemerah-merahan, benang sari dan putik tersembul keluar.

2.1.1.3. Habitat
Tanaman ini tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari,
seperti di tanah kosong, tegalan, lapangan rumput, pinggir jalan, atau di lahan pertanian,
dan tumbuh sebagai gulma yang susah diberantas.

2.1.2. Bioekologi Teki Cyperus iria


2.1.2.1. Klasifikasi Cyperus iria
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisio : Magnoliophypa
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Family : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus iria
Nama Daerah : Jekeng
2.1.2.2. Morfologi Cyperus iria
Akarnya merupakan sistem perakaran serabut, terdapat beberapa daun, cabang
sepatu berduri sekitar 2,5 cm.
Batang berbentuk 3 bersudut tajam, berumbai, halus, tinggi batang 5-80 cm.
Daun basal, kasar menyentuh bagian di bagian atas, linear, lembek, dengan secara
bertahap meruncing titik dan 3-8 mm, berwarna kemerahan atau kecoklatan,
membungkus batang di pangkalan.
Umbel sederhana atau senyawa yang terdiri dari berbagai tegak, penyebaran
spikelets rata 3-10 mm. Benang sari dan kepala putik ada 3 bagian.
Buah berbentuk 3 siku, 1,0-1,5 mm dengan sisi sedikit cekung, dan mengkilap coklat tua
sampai hitam.
Biji terdiri dari sepuluh sampai empat puluh buliran yang tersusun berselang-seling
sedikit bertumpang-tindih dan merapat ke sumbu, biji berbentuk bulat telur dan lepes,
panjangnya kurang lebih 3 mm, berwarna coklat kemerah-merahan, benang sari dan
putik tersembul keluar.

2.1.2.3. Habitat
Daerah basah, di sawah, rawa-rawa, hingga permukaan laut dengan kedalaman 300
meter.

2.2. Bioekologi Gulma Rumput


2.2.1. Bioekologi Rumput Echinochloacrus – galli
2.2.1.1. Klasifikasi botani gulma E. crus-galli adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Echinochloa Beauv.
Spesies : Echinochloa crus-galli (L.) Beauv

2.2.1.2. Morfologi E. crus-galli


Rumput E. crus-galli sangat mirip dengan padi bila masih muda (Kasasian, 1971). E.
crus-galli termasuk tumbuhan tahunan yang memiliki perawakan tegak, berberías. Jenis
rumput ini memiliki tinggi sekitar 20-150 cm (Soerjani et al., 1987). Galinato et al.
(1999) menambahkan bahwa tinggi E. crus-galli bisa mencapai 200 cm. Gambar 1
menunjukkan bagian-bagian gulma E. Crus-galli.
Daun E. crus-galli pada saat masih muda sangat mirip dengan daun padi. Daerah
pangkal daun dapat digunakan untuk membedakan daun E. crus-galli dan daun padi.
Pangkal daun E. crus-galli tidak memiliki ligula dan aurikel, sedangkan pangkal daun
padi memiliki ligula yang bermembran dan aurikel yang berbulu (Itoh, 1991). E. crus-
galli memiliki daun yang tegak atau rebah pada dasarnya. Daunnya memiliki ukuran
panjang sampai 35 cm dan lebar 0.5-1.5 cm. Warna daun rumput ini hijau sampai hijau
keabuan. Setiap daun memiliki pelepah yang tidak berambut dan memiliki panjang 9-13
cm (Waterhouse, 1994). Pelepah daun umumnya berwarna kemerahan di bagian
bawahnya. Helaian daun berukuran 5- 65 cm x 6-22 mm, bersatu dengan pelepah,
berbentuk linear dengan bagian dasar yang lebar dan melingkar dan bagian ujung yang
meruncing. Permukaan daun rata, agak kasar dan menebal di bagian tepi (Duke, 1996).
Helaian daun memiliki beberapa rambut halus pada bagian dasarnya dan agak lebat pada
permukaan daun (Fishel, 2000).
Batang E. crus-galli kuat, tidak berambut dan berbentuk silindris dengan intisari
yang menyerupai spons putih di bagian dalamnya (Sastroutomo, 1990). Batang E. crus-
galli umumnya bercabang di dekat pangkal batang (Waterhouse, 1994). Di lahan sawah,
anakan pertama dari E. crus-galli muncul 10 hari setelahperkecambahan, dan biasanya
sekitar 15 anakan yang terbentuk.
Akar E. crus-galli memiliki jenis akar yang berserat dan tebal. Akar E. crusgalli
dihasilkan pada setiap ruasnya (Soerjani et al., 1987).
Pembungaan berupa panikel apikal atau malai yang berada di ujung dengan 5-40
bunga majemuk bulir yang mempunyai tipe raceme, dengan cabang-cabang pendek yang
menaik. Bunga majemuknya terdiri dari banyak spikelet yang berbelok pada satu sisi,
berbentuk tegak pada awalnya tetapi selanjutnya sering membengkok ke bawah
(Soerjani et al., 1987). Panjang malai bisa mencapai 5-21 cm. Malai kaku dengan
permukaan yang agak kasar. Bulir terbawah merupakan bulir yang paling panjang,
sekitar 1.75-8 cm, sedangkan bulir yang paling atas sangat pendek. Setiap bulir terdapat
susunan spikelet yang berselang-seling di setiap sisinya. Spikelet tersusun soliter pada
bulir paling atas. Susunan spikelet bisa mencapai 2-4 spikelet pada bulir di bawahnya
dan pada bulir bagian bawah susunan spikelet bisa mencapai 4-10 spikelet (Soerjani et
al., 1987). Spikelet tebal dan padat, sedikit berbentuk elips dengan panjang 3.2-3.5 mm.
Spikelet biasanya sedikit berambut dan terkadang terdapat rambut yang tebal dan kaku
yang panjangnya dapat mencapai 13 mm. Spikelet berwarna kehijauan dan sedikit
berwarna ungu (Ampong-Nyarko dan De Datta, 1991). Stamen yang ada pada E. crus-
galli berjumlah 3 dengan anther yang berwarna kuning. Jumlah putik ada 2 dengan
stigma yang berbulu, berwarna ungu, menonjol keluar di bawah ujung spikelet.
Caryopsis memiliki panjang 1.5-2 mm, berbentuk ovoid sampai obovoid.
Biji Lemma dari floret yang pertama memiliki permukaan yang datar atau sedikit
cembung atau tumpul. Glume bagian bawah memiliki panjang sekitar 1.5- 2.5 mm,
berbentuk ovate, memendek dan memiliki ujung yang memendek secara bertahap.
Glume bagian atas memiliki panjang yang sama dengan spikelet, berbentuk ovate-
oblong, runcing, memiliki rambut yang tebal dan kaku sepanjang 0.5-3 mm serta
berambut pendek (Galinato et al., 1999). Produksi benih bervariasi dari 2 000 – 40 000
benih per tanaman pada daerah bergulma. Hal tersebut menunjukkan bahwa E. crus-galli
mampu menghasilkan lebih dari 1 000 kg benih/ha .

2.2.1.3. Habitat
E. crus-galli tumbuh pada daerah dengan ketinggian yang rendah sampai sedang.
Gulma ini tumbuh baik pada tempat dengan penyinaran penuh sepanjang tepi perairan
(Soerjani et al., 1987). E. crus-galli membutuhkan waktu 42-64 hari untuk melengkapi
siklus hidupnya. Benih akan langsung tumbuh setelah ditanam tetapi sebagian lagi
mengalami dormansi selama 4-48 bulan. Fotoperiodisme mempengaruhi jumlah benih
yang dorman dan intensitas dari dormansi tersebut.
2.2.2. Bioekologi Rumput Cynodon dactylon ( L ) Pers ( Kakawatan )
2.2.2.1. Klasifikasi botani gulma Cynodon dactylon ( L ) Pers adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkindom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Family : Poacea
Genus : Cynodon
Spesies : Cynodon dactylon

2.2.2.2. Morfologi Tanaman Cynodon dactylon ( L ) Pers


Rumput menahun dengan tunas menjalar yang keras; tinggi 0.1 – 0.4 m. Batang
langsing, sedikit pipih, yang tua dengan rongga kecil. Daun kerapkali jelas 2 baris. Lidah
sangat pendek. Helaian daun bentuk garis, tepi kasar, hijau kebiuran, berambut atau
gundul, 2.5 – 15 kali 0.2 – 0.7 cm. Bulir 3 – 9, mengumpul, panjang 1.5 – 6 cm. Poros
bulir berlunas. Anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri kanan lunas, menghadap ke satu
sisi, menutup satu dengan yang lain secara genting, duduk, ellips memanjang, panjang
kurang lebih 2 mm, kerapkali keungu-unguan. Sekam 1 – 2 yang terbawah tetap tinggal.
Jumlah benang sari 3, tangkai putik 2, kepala putik ungu, muncul di tengah-tengah anak
bulir.
Bunga tegak seperti tandan. Biji membulat telur, kuning sampai kemerahan terna
bertahunan yang berstolon, merumput dengan rimpang bawah tanah menenbus tanah
sampai kedalaman 1 m atau lebih. Lamina melancip – memita, berlapis lilin putih keabu-
abuan tipis dipermukaan bawah, gundul atau berambut pada permukaan atas . pelepah
daun panjang halus, bermabut atau gundul. Ligula tampak jelas berupa cincin rambut –
rambut putih.
2.2.2.3. Habitat
Rumput Bermuda tumbuh paling bagus pada suhu diatas 240C dan tahan terhadap
kekeringan. Tumbuh paling baik pada tanah yang berdrainase baik tapi toleran terhadap
banjir yang berkepanjangan. pH optimal yaitu diatas 5,5. Juga toleran terhadap
kesuburan tanah yang rendah tetapi tidak toleran terhadap naungan. Daerah dengan
musim kemarau yang tegas, di daerah cerah matahari dengan ketinggian 1 – 1650 m.

2.3. Bioekologi Gulma Berdaun Lebar


2.3.1. Bioekologi Ipomoea aquatic (kangkung)
2.3.1.1. Klasifikasi botani Ipomoea aquatic (kangkung)adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio :Spermatophyta
Sub Divisio :Angiospermae
Kelas : icotyledoneae
Ordo :Convolvulales
Famili :Convolvulacae
Genus :Ipomoea
Spesies : Ipomoea aquatica.

2.3.1.2. Morfologi Ipomoea aquatic (kangkung air)


Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.
Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar
menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm,
dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis
kangkung air
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air
(herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang
banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak
daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk
daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau
tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase
pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis
kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun
mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung .
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk
buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan
hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah
kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna
cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung
darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generative.

2.3.1.3. Habitat
Habitat alami kangkung air adalah di perairan yang tergenang. Kangkung biasanya
tumbuh liar (secara alami) di sawah, parit tepi sungai atau bahkan di parit. Tumbuhan ini
kebanyakan tumbuh di daerah tropis dan subtropis, beberapa tumbuh di daerah sedang
(Lawrence, 1951). Kangkung termasuk tumbuhan hidrofit yang sebagian tubuhnya di
atas permukaan air dan akarnya tertanam di dasar air, mempunyai rongga udara dalam
batang atau tangkai daun sehingga tidak tenggelam dalam air dan daun muncul ke
permukaan air.

2.3.2. Bioekologi Limnocharis flava ( genjer )


2.3.2.1. Klasifikasi botani Limnocharis flava ( genjer ) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio :Spermatophyta
Sub Divisio :Angiospermae
Kelas : icotyledoneae
Ordo :Convolvulales
Famili :Convolvulacae
Genus :Ipomoea
Spesies : Ipomoea aquatica.
2.3.1.2. Morfologi Limnocharis flava ( genjer )
Tanaman genjer (Limocharis flava) merupakan tanaman yang mempunyai daun yang
termasuk kategori daun lengkap. Karena daun genjer mempunyai ketiga bagian-bagian
daun itu. Jadi berdasarkan kelengkapan daun, tanaman genjer ini termasuk pada daun
lengkap. Pada tanaman ini tidak ditemukan daun tambahan, dan jumlah helaian daun
tanaman ini termasuk pada kategori daun tunggal (folium simplex). Berdasarkan
susunan tulang daun, tanaman genjer memiliki tulang daun yang melengkung yaitu daun
yang susunan tulang daunnya melengkung. Bagian daun terlebar pada genjer terletak
pada bagian tengah helaian daun. Ujung distal helai daun (apex) meruncing
(acuminatus). Tunggal, roset akar, bertangkai persegi, lunak, panjang 15-25 cm, helai
daun lonjong, ujung meruncing pangkal tumpul, tepj rata, panjang 5-50 cm, lebar 4 25
cm, pertulangan sejajar, hijau.
Berdasarkan ada tidaknya batang, tumbuhan genjer ini termasuk pada tumbuhan
berbatang jelas, karena batangnya terlihat dengan jelas. Berbeda dengan acaulis, selain
tidak terlihat batangnya biasanya acaulis letak daun-daunnya sangat merapat.
Berdasarkan sifat batang genjer termasuk pada batang basah (herba), karena batang ini
biasanya mengandung air, tidak berkayu dan berwarna hijau. Batang tanaman genjer
berbentuk bundar (globosus). Berdasarkan arah batang di atas tanah genjer memiiki
batang yang tegak (erectus) dengan berarah tegak lurus ke atas.
Tumbuhan genjer ini biasa hidup di air, sawah ataupun rawa-rawa. Apabila dilihat
tanaman ini mempunyai akar serabut. Akar lembaga dari tanaman ini dalam
perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang
lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini karena bukan
berasal dari calon akar yang asli yang dinamakan akar liar, bentuknya seperti serabut,
oleh karena itu dinamakan akar serabut (radix adventicia).
Berdasarkan pada letaknya, bunga pada tanaman genjer ini terdapat di ketiak daun
(flos lateralis atau flos axillaries). Majemuk, bentuk payung, di ketiak daun, terdiri dari
3-15 kuntum, tangkai panjang 15-25 cm, hijau, kelopak lepas, bentuk kuku, hijau,
benang sari 3, tangkai putik kuning, kepala putik bulat, mahkota lepas, ujung
melengkung ke dalam, kuning.
Jika penyerbukan pada bunga telah terjadi dan kemudian diikuti pula oleh
pembuahan, maka bakal buah akan tumbuh menjadi buah, dan bakal biji yang terdapat di
dalam bakal buah akan tumbuh menjadi biji. Buah yang berasal hanya dari bakal buah
disebur dengan buah sejati, dan jika terdapat jaringan tambahan lain yang menyusun
buah maka disebut buah semu. Pada tumbuhan genjer buah yang dimiliki tidak akan
mengalami perkembangan dengan berdaging, makanya buah dari tanaman genjer ini
termasuk pada buah semu.
Biji berkembang dari bakal biji yang dibuahi. Biji merupakan alat
perkembangbiakan yang utama, karena pada biji mengandung calom tumbuhan baru
(tembaga). Biji dari genjer berbentuk bulat, kecil, dan berwarna hitam.

2.3.2.3. Habitat
Genjer (Limnocharis flava) merupakan tumbuhan darat liar sama seperti kangkung,
semanggi dan bopong yang termasuk pada jenis yang sama, tapi genjer hanya akan
tumbuh subur di lahan yang banyak tergenang air. Tumbuh di lembah sungai, genjer
juga mudah ditemui pada lapisan tanah gembur dan lapisan lumpur yang tergenang air
dangkal. Selain itu lahan persawahan yang digenangi air setelah masa panen atau disela
tanaman padi yang masih muda. Tanaman genjer yang sering disebut sebagai tanaman
terna ini berasal dari daerah tropis Amerika, tetapi terdapat juga tumbuh liar di daerah
panas lain.

2.4. Bioekologi Gulma Pakis


2.4.2. Bioekologi Nephrolepis biserrata
2.4.1.1. Klasifikasi botani Nephrolepis biserrata ( genjer ) adalah sebagai berikut :
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Sub Kelas: Polypoditae
Ordo: Polypodiales
Famili: Dryopteridaceae
Genus: Nephrolepis
Spesies: Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott

2.4.1.2. Morfologi Limnocharis flava ( genjer )


Daun Tangkai daunnya bersisik lembut, sisik-sisik tersebut berwarna coklat. Bentuk
daun subur lebih besar dari daun mandul, pada daun subur bentunya lancip dengan dasar
yang berkuping. Sporanya terletak dipinggir daun. Jenis ini mudah dibedakan dengan
jenis paku lain karena letak sporanya yang tidak merata. Para daun tumbuh hingga
sekitar satu meter. Ental pengaturan bergerombol dan ental desain dibagi.
Batang Tumbuhan ini termasuk tumbuhan perdu. Batangnya bulat ramping dan
memanjang berwarna hijau. Kecenderungan evolusi dalam kelompok ini adalah untuk
mengembangkan prasasti dorsiventral membedah oleh deretan daun lateral kesenjangan
di kedua sisi cabang asosiasi dengan daun.
Akar berupa serabut dan berwarna hitam, akar Paku Harupat (Nephrolepis biserrata
Schott.) bercabang banyak. Berwarna hijau muda. Berada di dalam tanah. Kalau
menyentuh tanah mengeluarkan akar. Rimpang menyerap atau menjalar.

2.4.1.3. Habitat
Pada umumnya tersebar di seluruh daerah Asia tropika. Paku ini jarang ditemukan di
lereng-lereng gunung namun menyukai dataran rendah.

2.4.2 . Bioekologi Paku Laut (Acrostichum aureum L)


2.4.2.1. Klasifikasi botani Nephrolepis biserrata ( genjer ) adalah sebagai berikut :
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Filicopsida
Sub Kelas: Polypoditae
Ordo: Polypodiales
Famili: Pteridaceae
Genus: Acrostichum
Spesies: Acrostichum aureum L

2.4.2.2. Morfologi Paku Laut (Acrostichum aureum L)


Tumbuhan ukuran sekitar 1,2 - 1,8 m (4 - 6 kaki) tingginya dan seluas mereka tinggi.
Daun biasanya melengkung sekitar pinggiran tanaman, tetapi cenderung lebih tegak
dekat pusat. The, tebal daun kasar merupakan senyawa dan besar, dengan ukuran di atas
1m (3,3 kaki) panjangnya, dan 12 - 50 cm (4,8-19,7 inci) lebarnya. Ada 24 - 30 pasang
leaflet alternatif (pinnae) yang tidak tumpang tindih, bulat di ujung, dan ukuran sekitar
10-34 cm (3,9-13,3 inci) panjangnya X 1,3-7 cm (0,5 - 2,8 inci) dalam lebar.
Daun berwarna hijau mengkilat dan biasanya gelap di atas, tetapi lebih pucat di
bagian bawah daun. Daun margin agak tidak rata dan bergelombang di di bagian
tepinya, tidak ada kantung spora yang hadir seperti pada pakis lainnya. Sebaliknya,
sporangia didistribusikan ke seluruh bagian bawah daun reproduksi (5 atau lebih paling
distal pasang), tekstur yang terasa seperti daun ini. Sporangia adalah merah bata untuk
karat berwarna merah, dengan spora berukuran diameter 37-72

2.4.2.3. Habitat
Ferna tahunan. Tumbuh pada areal mangrove yang lebih sering tergenang oleh
pasang surut. Khususnya tumbuh pada gundukan lumpur yang “dibangun” oleh udang
dan kepiting. Biasanya menyukai areal yang terlindung. Daun yang fertil dihasilkan pada
bulan Agustus hingga April. “Kecambah” (sebenarnya “bibit spora”) berlimpah pada
bulan Januari hingga April (di Jawa).
BAB III PEMBAHASAN

A .Gulma Teki Tekian


1. Cyperus sphacelatus
Morfologi Cyperus sphacelatus
Batang : Berbentuk segitiga, memiliki tinggi 1-100 cm, menajam keatas.
Akar : Memiliki system perakaran serabut dan memiliki alelopati.
Daun : Berjumlah 4-10 helai dan terkumpul di pangkal batang.
Bunga : Merupakan bunga majemuk berupa bulir dan berjumlah sekitar 7- 25
bunga, dengan bentuk seperti paying dan berwarna kecoklatan.

2. Cyperus Compressus L
Morfologi Cyperus Compressus L
Batang : Batangnya tegak dengan tinggi 5-75 cm, bentuknya gepeng dan tipis.
Akar : Akarnya halus, banyak, berumbai dan memiliki system perakaran
serabut.
Daun : Daunyya biasanya sepanjang atau sependek ukuran batangnya. DAunnya
lebar dan agak kasar, serta memiliki ujung yang runcing.
Bunga : Pembungaan terdiri dari sekelompok spiklet yang membentuk sessil
umbellate.

3. Fimbristylis apylla
Morfologi Fimbristylis apylla
Tulang daun sejajar, akar serabut, batang dari pangkal, bentuk daun meruncing,
bunganya bertangkai, satu tangkai satu bunga.Puncak batang, masing-masing
duduki oleh suatu spikelet. Spikelet bola panjang dan berwana coklat kemerah-
merahan didalamnya.

4. Cyperus flavidus
Morfologi Cyperus flavidus
Batang : Berbentuk segitiga tajam dan lici.
Akar : Serabut, berwarna merah kekuningan.
Daun : Bangun garis, lemah ujungnya, meruncing.
Bunga : Majemuk

5. Cyperus Kyllinga Endl


Morfologi Kyllinga Endl
Batang : berbentuk segitiga yang tajam dengan tinggi batang 0.1-0,5 cm. Warna
pada batang teki ini biasanya bewarna hijau dan tidak memiliki percabangan.
Permukaan batangnya licin dengan arah tumbuh yang tegak licin.
Akar : merupakan akar rimpang berwarna merah memiliki percabangan yang
merayap. Sistem perakaran serabut.
Daun : memiliki panjang 20-35 cm dengan bentuk garis sempit, lebar 2-4 mm.
Pangkal daunnya agaklicin dan ujungnya agak runcing.
Daun : bunga teki udel udelan berwarna putih berbentuk bulat, berada di pucuk
dan terdapat bunga bulir.

B. Gulma Rerumputan
1. Chloris barbata
Morfologi Chloris barbata
Batang: Batangnya merayap pada pangkalnya dan mengeluarkan akar dan
tingginya mencapai 0.2 – 0,8 cm.
Daun : Pelepah daun yang bagian bawah bertunas, lidah daunnya pendek.
Helaian daun berbentuk garis, tepi daunnya kasar, permukaan kasar, warnya
hijau kebiruan ukurannya 0,4-1 cm.
Bunga : Termauk bunga lengkap. Bung abulir terdiri dari sekam, benang sari 3
dan putik 2.
Akar : Serabur berwarna merah kekuningan.

2. Eleusine Incdica
Morfologi Eleusine Incdica
Batang : Batang membentuk rumpun yang kokoh dengan perakaran lebat.
Tumbuh tegak adaklanya merambat, batang membentuk cabang, tinggi batang
12-85cm.
Daun : Daunnya memiliki helai yang panjang, berbentuk garis, ujungnya
runcing atau tegak tumpul.
Bunga : Bunga tegak atau condong kesamping dengan 2 sampai 7 bulir yang
tumbuh menjaru (diglatus) pada ujung batang.
Akar : Sistem perakaran serabut.

3. Eragrotis unioloides
Morfologi Eragrotis unioloides
Batang : batangnya berbentuk bulat silindris, semakin kebawah berongga.
Daun : daunnya memiliki helaian berbentuk garis dan agak kasar.
Bunga : bunga memiliki perbungaan yang banyak berupa malai yang terbuka
dengan panjang beragam.
Akar : sistem perakaran serabut.

4. Echinochloa colonum
Morfologi Echinochloa colonum
Batang : batangnya berbentuk silindris dan tegak.
Daun : daunnya berbentuk pita dan bergaris.
Akar : sistem perakaran serabut.

5. Hymenachine acutigluma
Morfologi Hymenachine acutigluma
Batang : batangnya tegak dan dapat mencapai 100cm.
Daun : daunnya berbentuk linear denga panjang 15-40cm dan lebar 1-3 mm.
Akar : sistem perakarnnya serabut.

C. Gulma Berdaun Lebar


Mimosa pudica
Morfologi Mimosa pudica
Tumbuhan ini memiliki duri pada batang, batangnya juga berbulu, daunnya
kecil kecil termasuk daun majemuk, bungnaya berbentuk bongkol. Putri malu
memiliki akar serabut yang sangat kuat yaitu akar pena.

2. Amaranthus spinosus
Morfologi Amaranthus soinosus
Akar tanaman bayam duri ini berakar tunggang dan batangnya berbentuk bulat
lunak dan berair. Memiliki daun tunggal yang berwarna hijau berbentuk bundar
telur memanjang (ovalis). Panjang daun 1,5 cm sampai 6 cm. Lebar daun 0,5 cm
sampai 3,2 cm. Bunganya berkelamin tunggal berwarna hijau. Setiap bunga
memiliki 5 mahkota.

3. Carlotropis gigantean
Morfologi Carlotropis gigantean
Batang biduri berbentuk silindris dengan percabangan bertipe simpodial
(cabang menyerupai batang). Batangnya berwarna hijau keputihan dan berlapis
lilin. Daun biduri berupa daun tunggal, berwarna hijau berukuran panjang 8-30
cm dan lebar 4-15 cm. Bunga biduri mejemuk dengan bentuk paying yang
tumbuh di ujung ranting. Mahkota bunga berbentuk bulat telur, berwarna putih
keungu- unguan dengan diameter 4 - 4,5 cm.

4. Vermonia cinerea
Morfologi Vermonia cinerea
Gulma ini memiliki bunga ungu berukuran sangat kecil. Memiliki batang yang
kecil dan berwarna hijau. Akarnya serabut dan halus, berwarna coklat muda.
Bunganya berwarna ungu kemerahan dan putih, bunga majemuk dalam
bongkol. Daunnya tunggal duduk berseling.

5. Cinderella murdiflora
Morfologi Cinderella murdiflora
Gulma ini memiliki bunga berwarna kuning, bunga majemuk dengan kelopak.
Memiliki batang besar slinder dan berwarna hijau. Akar verupa tungang
berwarna putih dan memiliki daun tunggal.

D. Gulma Paku-Pakuan
1. Acrostichum aureum (Paku Laut)
Morfologi Acrostichum aureum
Daun : panjangnya 1-3 meter, memiliki kurang lebih dari 30 pinak daun.
Susunan daun majemuk menyirip gasal, berbentuk lanset dan susunan anaknya
berseling.
Batang : berupa rhizome, keras, berdaging, terdapat sisi sisik berwarna. Tidak
ada Bunga dan buah.

2. Cycas revolute (Pakis Haji)


Morfologi Cycas revolute
Akar : Akar serabut berwarna hitam.
Batang : Berbentuk bulat dengan bekas tangkai daun yang menetap pada batang
berwana coklat kehitaman.
Daun : daunnya majemuk berbentuk seperti jarum, panjang menyirip genap,
ujung daunnya runcing tepi rata dengan panjang 10-15 cm dan berwarna hijau.
Bunga : berbentuk telur dengan diameter 1 cm dan berwarna hijau serta
bertangkai pendek.

3. Nephorolepis cordifolia (Paku Sepat)


Morfologi Nephorolepis cordifolia
Akar : memiliki perakarn serabut, merambat dibawah permukaan tanah seperti
rambut. Akarnya berwarna coklat dan terdapat sisik.
Batang : batangnya menjalar diatas permukaan tanah berbentuk panjang, berupa
rimpang.
Daun : daunnya majemuk, terdapat ental (daun muda yang menggulung),
berwarna hijau, permukaanya halus, berbentuk helaian, tepi daun bergerigi
halus.

4. Nepgrolepis biserrata (Paku Harupat)


Morfologi Nepgrolepis biserrata
Akar : bercabang banyak, berwarna hijau mudaa, berada didalam tanah,
merupakan rimpang menjalar.
Batang : tidak berbuku, permukaannya licin tumbuh tegak dan batangnya keras.
Daun : berdaun rapat, helaian dau melengkung, berbentuk lamest, daun urat
daun sejajar.

5. Asplenium nidus
Morfologi Asplenium nidus
Akar : akaranya rimpang memanjang atau merayap, panjang, bersisik rapat,
sisik besar.
Batang : rhizoma yang pendek ditutupi oleh sisik yang halus dan lebat, sisik
berwarna coklat.
Daun : daunnya tunggal yang tersusun pada batang sangat pendek melingkar
membentuk ranjang. Ujung daun meruncing atau membulat mengkilat.
BAB VI PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan:


1. Guma adalah sebagai tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki
tumbuh pada areal pertanaman.
2. Pegenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologinya,
habitatnya, dan bentuk pertumbuhannya.
3. Gulma merupakan salah satu kendala utama dalam usaha pembudidayaan suatu
tanaman pertanian.
4. Gulma berdasarkan morfologinya, dibedakan menjadi rerumputan, berdaun lebar,
teki-tekian dan paku-pakuan.
5. Gulma berdasarkan habitat atau tempat tumbuhnya, dibedakan menjadi gulma darat
dan gulma air.

4.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu hendaknya para pratikan melakukan
identifikasi dengan benar, agar tidak terjadi kesalahan identifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius:


Yogyakarta

Konferensi X. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Malang 13 – 15 Maret : 8-9.

Moenandir, Jody. 1990. Pengantar ilmu dan pengendalian gulma. Rajawali


Press Jakarta.

Polosakan, R., 1990. Pengaruh beberapa spesies gulma terhadap pertumbuhan


dan
produksi tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L) varietas grompol. Dalam
Prosiding I.

Sagiman, S. 1990. Pengenalan Gulma. BKS-B USAID. Palembang.

Sastroutomo, Sutikno. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sebayang. 2005.Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai