Anda di halaman 1dari 5

Pakis perisai tembaga (Dryopteris erythrosora)

Kerajaan: Plantae

Clade : Trakeofit

Kelas: Polypodiopsida

Memesan: Polypodiales

Suborder: Polypodiineae

Keluarga: Dryopteridaceae

Marga: Dryopteris

Jenis: D. erythrosora

Tanaman ini tumbuh di daerah lembab, untuk tempat tumbuhnya di tanah dan yang
saya temukan tumbuh dibatu yang mempunyai kelembaban tinggi.
Morfologi tanaman:
1. Akar :berbentuk serabut bercabang-cabang berarna coklat
2. Batang:berupa rimpang yang tegak panjang dan ramping, permukaan halus
berwarna coklat, batangnya tidak bercabang
3. Daun:daunnya berbentuk delta dengan tepi bersirip, daunnya sporofil yakni
terdapat spora di bagian ventral. Ujungnya meruncing, ukuran daun terdiri dari
2 ukuran yaitu satu lebih besar dan yang satu lebih kecil. Warna hijau
kecoklatan ketika tua, tekstur daun berbentuk helaian, permukaan ventral daun
ditutupi spora, bagian dorsalnya halus. Termasuk daun majemuk menyirip,
daun dimorfisme yakni daun dalam 1 tangkai ada daun tropofil dan sporofil, di
bagian ventral sporofil dan dorsal tropofil

Manfaat tanaman paki ini:tanaman pakis ini ini dapat mengobati manusia,akar tanaman
tanaman pakis tembaga dapat mengobati manusia dari cacing pita dalam tubuh
manusia,karena kandungan akar
The Chinese Ladder Brake Fern pteris. (Pteris vittata L .)
Kingdom: Plantae

Clade: Tracheophytes

Class: Polypodiopsida

Order: Polypodiales

Family: Pteridaceae

Genus: Pteris

Species: P. vittata

Pteris vittata merupakan tumbuhan paku liar yang tersebar di daerah tropik dan
subtropik. Jenis ini memiliki rentang toleransi adaptasi yang cukup luas mulai dari
daerah dataran rendah hingga dataran tinggi (± 2000 m dpl), tersebar di hutan primer
dan sekunder, hidup di daerah yang terbuka dengan kondisi lingkungan yang kering
ataupun lembab, tumbuh menempel pada bebatuan di pinggir jalan dan celah tembok
bangunan. Jenis ini berperan sebagai fitoremediator, mampu hidup di daerah-daerah
yang terkontaminasi oleh zat-zat kimia yang mengandung Arsenik dan zat-zat lain yang
mengandung unsur - unsur logam berat lain seperti Cadmium, Tembaga, Besi,
Mangan, Timbal, dan Zink yang umumnya ditemukan di daerah yang berpolusi dan
daerah-daerah pertambangan.

Pteris vittata merupakan tumbuhan paku liar yang tersebar di daerah tropik dan
subtropik. Jenis ini memiliki rentang toleransi adaptasi yang cukup luas mulai dari
daerah dataran rendah hingga dataran tinggi (± 2000 m dpl), tersebar di hutan primer
dan sekunder, hidup di daerah yang terbuka dengan kondisi lingkungan yang kering
atau pun lembab, tumbuh menempel pada bebatuan di pinggir jalan dan celah tembok
bangunan, Pteris vittata memiliki ciri morfologi yang khas dibandingkan dengan jenis
dari marga Pteris lainnya, yaitu memiliki akar serabut berwarna coklat, batang lunak,
berair dan memiliki bulu halus berwarna putih di batang, daun monomorfis. Jenis ini
memiliki daun menyirip tunggal, tepi anak daun rata dan tangkai yang pendek, seolah-
olah melekat pada batang. Sorus terletak di sepanjang pinggir anak daun, namun tidak
mencapai ujung maupun pangkal anak daun. Spora berbentuk trilet-tetrahedral dan
memiliki papila
Manfaat tanaman: tanaman ini mampu menyerap arsenik dalam tanah sebanyak
200%, jadi kandungan arsenik dalam tanaman pakis ini mulai dari akar hingga pucuk
daun konsentrasinya 200 kali lebi besar dibanding kandungan arsenik terdapat pada
tanah yang dimana pakis ini tumbuh dan temoat habitatnya, arsenik yaitu arsenik
buatan atau disebut juga arsenik anorganik, yang umumnya digunakan untuk
keperluan pertambangan, termasuk tambang batu bara dan peleburan tembaga.
Senyawa ini juga banyak digunakan dalam beberapa sektor industri, seperti
pengolahan kaca, tekstil, cat, pengawet kayu, hingga amunisi. Dalam sektor industri
pertanian, senyawa ini digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat pupuk
dan pestisida

Tanaman Ciplukan (Physalis angulata L.).

Kingdom: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Solanales

Famili: Solanaceae

Ciplukan (Physalis angulataL.) merupakan tanaman herbal yang tumbuh liar sebagai
gulma di ladang dan tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis. Di berbagai negara
tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Ciplukan tersebar sepanjang
daerah tropis dan subtropis dunia, mampu hidup pada ketinggian sekitar 1500 m di
atas permukaan laut, dan dapat hidup di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan
suhu udara berkisar antara 18-35 ̊C (Pitojo 2006). Ciplukan mempunyai banyak
manfaat. Buahnya dapat dimakan sebagai buah segar dan daunnya dapat dijadikan
sebagai sayur (Sultan et al. 2008). Kandungan minyaknya dapat digunakan sebagai anti
bakteri dan jamur (Osho et al. 2010). Ekstrak dari daun ciplukan dapat digunakan
untuk mengobati lambung yang luka (Tammu et al. 2013). Selain itu, ekstrak dari
tumbuhan ciplukan digunakan di berbagai negara sebagai obat tradisional untuk
mengobati berbagai penyakit di antaranya malaria, asma, hepatitis, dermatitis, liver,
rematik, dan berperan dalam meningkatkan fungsi sistem imun tubuh (Lin et al. 1992).

Mrfologi akar : akar tanaman ciplukan adalah akar tunggang yang kemudian akan
tumbuh akar cabang lalu akarnya bisa juga menjadi berserabut, bentuk akar bulat dan
berwarna putih. Akar tanaman ciplukan tidak intensif, menyebar dan tidak masuk
jauh ke dalam tanah. Dan rasa akar ciplukan pahit.

Morfologi batang : batang tanaman ciplukan tegak dan percabangannya


menggarpu, ketika kita melihat batang ciplukan melalui mikroskop stereo akan terlihat
bahwa batang dewasa berbentuk bulat sedangkan batang mudanya bersegi. Batang
ciplukan berwarna hijau dan terdapat rongga pada bagian tengah batang, dan ketika
dewasa batang ciplukan akan mengeras (berkayu).

Morfologi daun : daun tanaman ciplukan yaitu daun tunggal yang bertangkai. Letak
daun ciplukan ini tersebar di bagian bawah, kemudian berpasangan di atas. Bentuk
helaian daun ciplukan berbentuk bulat, dan tepi daunnya bergerigi, dan ujungnya
meruncing.

Morfologi bunga : Letak bunga ciplukan berada di ketiak daun. Simetri bunganya
aktinomorfik. Bunga ciplukan termasuk bunga hermafrodit. Bunga terdiri atas
perhiasan bunga, putik, dan benang sari. Perhiasan bunga ciplukan terdiri atas kelopak
dan mahkota. Kelopak terdapat pada lingkaran luar dan berwarna hijau, berjumlah
lima daun kelopak yang saling berlekatan. Mahkota terletak di sebelah dalam
lingkaran kelopak dan berwarna putih kekuningan. Seperti halnya kelopak, mahkota
berjumlah lima dan saling berlekatan. Benang sari bunga ciplukan berjumlah lima,
terdiri atas kepala sari dan tangkai sari. Benang sari bebas tidak saling berlekatan.
Perlekatan antara kepala sari dan tangkai sari terdapat sepanjang kepala sari. Bunga
ciplukan memiliki satu putik majemuk yang terdiri atas satu bakal buah dengan tiga
karpel yang saling berlekatan, satu tangkai putik, dan satu kepala putik. Tangkai putik
relatif panjang dan agak tebal. Kepala putik berbentuk seperti cakram dan berwarna
hijau. Bunga dari spesies lain yaitu P. ixocarpayang diteliti oleh Dyki et al.(1998)
menunjukkan hasil yang tidak berbeda, baik dari segi warna atau jumlah susunan
bunga, namun, karakter diameter bunga dan panjang tangkai bunga tidak diamati,
sehingga tidak bisa membandingkan ukuran bunganya.Nilai rataan diameter bunga
hampir sama pada tiga lokasi pengamatan.

Morfologi buah : Buah ciplukan merupakan buah semu karena pada saat
pembentukan buah, kelopak bunga tumbuh terus dan menyelubungi buah, sehingga
buah yang sesungguhnya tidak nampak dari luar. Buah dilindungi oleh kelopak
berwarna hijau dengan tulang kelopak berwarna ungu.Buah ciplukan berbentuk bulat
dan berwarna kuning bila sudah masak.

Manfaat Tanaman ciplukan mengandung sedikitnya 8 golongan metabolit sekunder,


yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol, steroid, triterpenoid, monoterpenoid, dan
seskuiterpenoid. Dengan kandungan metabolit sekunder tersebut, ciplukan sering
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati kencing manis, ayan, radang saluran
pernapasan, dan sebagai obat pencahar (Sutjiatmo et al. 2011). Penelitian mengenai
manfaat ciplukan sudah banyak dilakukan, antara lain sebagai antidiabetes,
antioksidan, antimikrob, dan antiasma. Rendemen ekstrak etanol dari daun ciplukan
adalah 26%. Golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak kasar tersebut adalah
alkaloid, flavonoid, dan steroid. Nilai LC50 ekstrak etanol, n-heksana, dan etil asetat
masing-masing 37, 3, dan 496 ppm, yang berarti ekstrak etanol berpotensi sebagai
antimikrob, ekstrak n-heksana berpotensi sebagai antikanker, dan ekstrak etil asetat
berpotensi sebagai pestisida alami.

Anda mungkin juga menyukai