Gambar
Keterangan
1. Daun
Tropofil
2. Akar
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Family : Polypodiaceae
Genus : Asplenium
Spesies : Asplenium sp.
(Nasution. 1986).
1.Daun
sporofil
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Filicopsida
Ordo : Ophioglossales
Family :
Ophioglossaceae
Genus : Botrychium
Spesies : Botrychium sp.
(Hartini,2006).
1.Daun
Trofofil
2 Stem
Kingdom:Plantae
Divisi:Pteridophyta
Kelas:Gleicheniopsida
Ordo:Gleicheniales
Famili:Gleicheniaceae
Genus:Dicranopteris
Spesies:Dicranopteris
linearis
(Nasution,1986).
1 Akar
2 Daun trofofil
1. Daun trofofil
Kingdom : Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Ordo
: Polypodiales
Family : Polypodiaceae
Genus: Drymoglossum
Spesies:Drymoglossum
sp.
(Tjitrosoepomo, 1989).
Kingdom: Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas: Pteridopsida
Ordo: Gleicheniales
Famili : Gleicheniaceae
Genus : Gleichenia
Spesies : Gleichenia
linearis
(Nasution, 1986).
1.Daun
Trofofil
Kingdom : Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Ordo
: Schizeales
Family : Schizaeaceae
Genus: Lygodium
Spesies : Lygodium sp.
(Hartini,2006).
1.Daun
Trofofil
2.Stem
Kindom: Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Family : Lomariopside
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis sp.
(Hartini,2006).
10
1
3
11
1.Daun
Trofofil
2. Stem
Kingdom: Plantae
Divisi : Pteridophyta
Ordo
: Pteridopsida
Famili : Polypodiaceae
Genus : Pyrrosia
Spesies : Pyrrosia sp.
(Hartini,2006).
1.Daun
sporofil
2, Stem
12
Kindom: Plantae
Divisi: Pteridophyta
Kelas: Filicopsida
Ordo: Polypodiales
Famili: Thelypteridaceae
Genus: Thelypteris
Spesies:Thelypteris sp.
(Tjitrosoepomo,1989).
2
1
4.2 Pembahasan
4.2.1 Asplenium tenerum
Spesies ini tumbuh ditanah yang agak lembab, terdapat dilereng-lereng bukit.
Banyak terdapat dihutan subtropis maupun tropis. Paku ini termasuk semak, karena
memiliki kayu tetaoi tingginya dibawah 2 meter. Paku ini memiliki daun-daun yang
yang lebih besar dibandingkan dengan paku jenis lain. Berdasarkan tulang daunnya
termasuk daun makrofil, daunnya memiliki tulang daun dengan sistem percabangan
baik berupa terbuka dan tertutup. Berdasarkan fungsinya, merupakan daun sporofil
(daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium. Daun ini juga
dapat melakukan fotosintesis sehingga disebut pula dengan daun troposporofil.
Daun pada spesies ini termasuk daun majemuk menyirip dengan anak daun
yang menyirip disebut sirip (pinna) dan poros tempat sirip disebut rakis (rachis).
Bentuk atau bangun daunnya delta, bentuk ujung daunnya meruncing dan tepi
daunnya bergerigi. Warna daun hijau tua, tekstur daunnya seperti selaput atau
helaian dan memiliki permukaan yang halus.
Spesies ini bentuk batangnya berupa rimpang, batang yang panjang dan
ramping. Permukaan batangnya tidak halus, melainkan memiliki ramenta atau
bentukan seperti rambut yang bewarna cokelat kehitaman. Ukuran diameter
batangnya 1-2 cm dan tingginya kurang lebih 60-100 cm. Warna batang cokelat
kehitaman dan tidak memiliki percabangan. Akar pada spesies ini termasuk akar
serabut dikotom. Letak akarnya ada disepanjang bagian bawah rimpang, berbentuk
tipis keras dan agak kasar berwarna cokelat tua.
4.2.2 Asplenium nidus
A. nidus termasuk suku Aspleniaceae. Biasanya dikenal dengan nama birds
nest fern, pakis sarang burung, atau lokot. Mempunyai sinonim Neottopteris nidus
(L.) J. Smith, Thamnopteris nidus (L.) Presl., dan Asplenium musifolium J. Smith
ex Mett. Paku epifit dengan akar rimpang kokoh, tegak, bagian ujung mendukung
daun-daun yang tersusun roset, di bagian bawahnya terdapat kumpulan akar yang
besar dan rambut berwarna coklat, bagian ujung ditutupi sisik-sisik sepanjang
sampai 2 cm, berwarna coklat hitam. Tangkai daun kokoh, hitam, panjang sekitar
5 cm. Daun tunggal, panjang sampai 150 cm, lebar sampai 20 cm, perlahan-lahan
menyempit sampai bagian ujung, ujung dan dasar meruncing atau runcing. Tulang
daun menonjol di permukaan atas daun, biasanya hampir rata ke bawah, berwarna
coklat tua pada daun tua. Urat daun bercabang tunggal, kadang bercabang dua,
cabang pertama dekat bagian tengah sampai 0,5 mm dari tepi daun. Tekstur
daun seperti kertas. Sori sempit, terdapat di atas tiap urat daun dan cabangcabangnya mulai dari dekat bagian tengah daun sampai bagian tepi, hanya
sampai bagian tengah lebar daun (Hartini, 2006).
Di CA Sago Malintang jenis ini merupakan tumbuhan paku yang paling banyak
ditemukan. Tumbuh tersebar di seluruh kawasan yang diamati mulai 1.060-1.240
m dpl. Tumbuh epifit di batang pohon yang telah ditebang sampai di ranting pohon
besar. Secara umum tumbuhan ini banyak ditemukan baik di dataran rendah
maupun daerah pegunungan sampai ketinggian 2.500 m dpl., sering menumpang
di batang pohon tinggi, dan menyukai daerah yang agak lembab dan tahan
terhadap sinar matahari langsung. Tanaman ini tersebar di seluruh daerah tropis.
Jenis ini sudah umum untuk tanaman hias, selain itu juga dapat digunakan sebagai
obat tradisional seperti sebagai penyubur rambut, obat demam, obat kontrasepsi,
depuratif, dan sedatif (de Winter dan Amorosa, 1992).
Di CA Sago Malintang jenis ini tumbuh di dekat aliran air, di tempat ternaung
dan sangat lembab pada ketinggian 1.120 m dpl., dan tumbuh secara berkelompok
dalam cakupan kawasan terbatas. Di alam biasanya tumbuh dihutan-hutan
pegunungan yang sejuk dan menyukai tempat yang ternaung. DiIndonesia
tersebar di Sumatera, Kalimantan, Kepulauan Nusa Tenggara dan Jawa. Jenis ini
berpotensi sebagai tanaman hias(Hartini,2006)
4.2.5 Dicranopteris linearis
Habitusnya sebagai semak, menahun tinggi 40-100 cm, terdapat diatas
permukaan tanah, namun ada juga yang tumbuh menempel dipermukaan bebatuan.
Batangnya bulat, melata dibawah permukaan tanah, berbulu kasar, werna hijau
dengan bulu bewarna cokelat kehitaman. Daunnya majemuk, menjari, anak daun
menyirip gasal, bentuk garis ujung tumpul., tepi rata, panjang 3-8 cm, lebar 2-4 cm,
permukaan licin bewarna hijau. Termasuk kedalam paku homospora, sporangium
tersusun dalam garis, disepanjang sisi bawah daun yang fertile, bentuknya bulat
bewarna cokelat. Akarnya serabut, bewarna putih kekuningan.
4.2.6 Drynaria quercifolia
Tumbuhan ini memiliki nama lokal oak-leaf fern atau daun kepala tupai
dan
termasuk
dalam
spora menyebar diseluruh bawah permukaan daun, dengan bentuk bulat. Pada saat
masih muda spora memiliki warna hijau sedangkan jika sudah matang bewarna
cokelat. Berdasarkan penelitian Kandhasamy et al (2008) paku ini berpotensi
sebagai obat anti bakteri dan obat penyakit kulit (Anti Dermatophytic) (Nejad &
Deokule, 2009).
4.2.7 Drymoglossum sp.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai didaerah yang
beriklim tropis. Biasanya tumbuh di area bebas seperti hutan, ladang dan temoattempat yang lembab dan mudah dijumpai diatas pohon-pohon yang besar dan tua.
Batangnya mempunyai rhizom yang halus menjalar dan ditutupi oleh sisik-sisik
kecil. Sporangiumnya terkumpul dalam sorus yang mengelilingi hampir
keseluruhan daun fertil.
Tumbuhan ini juga merupakan tumbuhan yang memiliki sifat epifit. Memiliki
daun yang tumbuh dengan jarak yang pendek satu sama lain. Selain itu daun
bertangkai pendek, tebal berdaging, berbentuk jorong memanjang, ujung tumpul,
pangkal runcing, tepi rata, berambut jarang pada permukaan bawah, bewarna hijau
sampai hijau kecokelatan. Memiliki akar rimpang kecil, merayap, bersisik, dan akar
melekat kuat pada inangnya. Bersifat homospora/isospora (hanya menghasilkan
satu macam spora), terletak pada sorus dibawah daun.
4.2.8 Gleichenia linearis
Daun berjauhan satu dengan yang lain, tidak beruas, bercabang menggarpu
dua kal sampai banyak kali. Tajuk daun berbentuk pita memanjang, licin, tepinya
rata, ujungnya tumpul dan sedikit menggulung, tiap taju daun umumnya terdapat
sori lebih dari satu (Nasution,1986).
Percabangannya sangat khusus sehingga jenis ini mudah dikenal. Bial
diperhatikan dengan seksama tiap-tiap cabang bercabang dua lagi. Begitu
seterusnya sehingga seluruh tumbuhan menutupi tanah tempat tumbuhnya. Akar
pada jenis paku ini membantu dalam kegiatan mengembangkan diri. Akar
merupakan rimpang yang disebut dengan nama rhizoma. Tunas tumbuh dari akar
rimpang ini bewarna hijau pucat yang ditutup oleh bulu-bulu bewarna hitam (Tim
LIPI,1980;100).
4.2.9 Lygodium circinatum
Paku ini sering ditemukan didaerah tropis yang banyak terdapat cahaya
dihutan yang hijau sepanjang tahun pada ketinggian rendah atau sedang. Didaerah
pasudan paku ini dikenal dengan nama paku hatta. Habitat daerah terbuka, rhizom
menjalar dibawah permukaan tanah, rachis memanjat, rachis steril, percabangan
dikotom, warna rachis hijau kecokelatan. Panjang ruas rachis primer 24 cm,
panjang ruas rachis sekunder 6,5 cm. Rachis fertil, percabangan dikotom, warna
rachis hijau kecoklatan, cara tumbuh melilit, arah putaran kanan, panjang ruas
rachis primer 13,4 cm, panjang ruas rachis sekunder 3 cm. Pinna steril, susunan
pinna pada rachis oppositus jumlah pinna 1 dengan 4-5 lobus, bentuk pinna
palmatus, basis attenuatus, vena bebas,apex pinna acutus, margo integer, panjang
pinna 18 cm, panjang bagian basis pinna 1 cm,panjang bagian tengah pinna 15,2
cm, rasio panjang dan lebar pinna 1,18 cm.Pinna fertil; susunan pinna pada rachis
oppositus, jumlah pinna 2 dengan 2 lobus, bentuk pinna palmatus, basis attenuatus,
vena bebas,apex pinna acutus, panjang pinna 17 cm, panjang tangkai pinna 1 cm,
panjang bagian basis 1 cm,panjang bagian tengah pinna 6 cm, rasio panjang dan
lebar pinna 2,83. Spora, marginal berada di ujung pertulangan pinna (Kramer,
1990).
Kegunaan paku ini yaitu batangnya untuk pembuatan tas tangan,topi, sebagai
obat luka dari sengatan binatang melata seperti ular, lipan dan laba-laba yaitu
dengan menggunakan getah yang terdapat pada paku ini. Juga sebagai obat luka
dari sengatan binatang air yaitu dengan cara menumbuk halus daunnya ( Holtum,
1963).
4.2.10 Nephrolepis sp.
Nephrolepis pada umumnya hidup ditanah tapi ada juga yang hidup secara
epifit. Nephrolepis dapat ditemukan pada dataran tinggi, daerah kering seperti
padang pasir, daerah berair atau area-area terbuka. Selain itu dapat ditemukan 4 tipe
habitat Nephrolepis yaitu, hutan rindang yang memiliki celah permukaan
berkarang, khususnya yang terlindung dari sinar matahari, terdapat di daerah rawa
dan tergenang air, dan tumbuh sebagai epipit pada pohon-pohon tropik.
Batang Nephrolepis berbentuk bulat, tetapi pada spesies ini terdapat seperti
lekukan dipermukaannya sepanjang batang tersesut. umumnya merupakan tanaman
kecil dengan sedikit daun, tingginya kurang dari 0.5m tinggi. Warna batang
kecoklatan.permukaan halus akan tetapi seperti tedapat rambut-rambut yang sangat
halus pada batangnya. Nephrolepis memiliki akar serabut yang tumbuh dibawah
permukaan tanah bersifat nonfotosintesis, yang berfungsi menyerap air dan nutrsi
dari tanah. Akar ini berukuran kecil.
Daun pada spesies ini terdapat percabangan pada tulang daun. Ujung dari urat
daunnya yang menjari tidak sampai menyentuh tepi daun dan bebas, pada ujung
urat daun perdapat sporangium yang tertata dengan rapi disepanjang tepi daun.
Daun tumbuhan paku ada beberapa macam, yaitu tropofil (daun khusus untuk
fotosintesis, tidak mengandung spora), sporofil (daun penghasil spora), dan yang
kecil-kecil disebut mikrofil, dan yang besar disebut makrofil. Pada spesiens ini
daunnya ternasuk mikrofol. Ujungnya seringkali bebas, ada yang tidak mencapai
tepi, sampai atau sangat dekat dengan tepi atau bahkan sampai diluar tepi daun.
Tumbuhan ini memiliki permukaan daun yang halus dan besisik. Ukuran pada
umumnya panjang mencapai 2cm dengan lebar 1cm. Bentuk daun menjorong dan
ujungnya terbelah, sedangkan pada tepi daunnya bergerigi.selain itu spesies ini juga
mempunyai ental yang bertumpuk di atas permukaan, yaitu adanya daun muda yang
mengulung. Pada umumnya neprhrolepis memiliki daun berwarna hijau sebagai
organ fotosintesis.
4.2.11 Phymatodes sp.
Phymatodes, termasuk paku teristerial dan epipit. Terkadang dijumpai
menempel pada batu-batu, pohon mati atau pada pohon yang masih hidup. Hidup
pada kondisi habitat terbuka dan banyak mendapat sinar matahari. Tinggi tumbuhan
dapat mencapai 64 cm atau lebih. Batang bewarna hijau kecokelatan, daun bewarna
hijau sampai hijau terang dengan tangkai daun keunguan, lebar daun dapat
mencapai 20cm. Helaian daun berbagi menyirip, permukaan atas daun berbenjol-
benjol dengan letak sorusnya. Spora terdapat dibawah permukaan daun dan tersebar
tidak tidak beraturan . panjang sorus bisa mencapai ukuran 1-2 mm. Berbentuk
bulatan. Spesies ini banyak dimanfaatkan dalam pengobatan (Arini, 2012).
4.2.12 Pyrrosia adnacens
Jenis ini termasuk suku Polypodiaceae. Mempunyai sinonim Pyrrosia varia
(Kaulfuss) Farwell, Acrostichum lanceolatum L., Candollea lanceolata Mirb. ex
Desv. dan Cyclophorus lanceolatus Alston. Tumbuhan ini mempunyai akar
rimpang setebal 1,2-2,1 mm, menjalar panjang, ditutupi oleh sisik-sisik yang
tersebar. Daun dimorfik, tidak jelas sampai jelas bertangkai.Daun fertil
tangkainya sampai 9 cm, helaian 3,5-31 cm x0,3-3,5 cm, bagian pangkal
perlahan menyempit, paling lebar di bagian tengah atau di bawahnya, ujung
tumpul. Daun steril bertangkai sampai 5 cm, helaian 2-24 cm x 0,3-4,3 cm, paling
lebar di bagian tengah atau di atasnya, ujung membundar atau tumpul. Sori
berderet di sepanjang tepi daun
atau
menyebar
di seluruh permukaan
berupa herba. Disebut herba karena pada tumbuhan ini tangkai daun maupun
batangnya berair.
Akar tebal, tegak, bersisik, setiap 3 mm memiliki sisik kurang lebih 50,
berwarna coklat, herba, bergerigi pada batas di bagian atas. Stipe sampai 50 cm,
bersisik padat di dasar, ke atas dibawah umur, stramineous, sisik menyempit.
Lamina panjangnya sekitar 1m, tripinnatifid, lanset pinnae, sekitar 70 sampai 20
cm, bertangkai, malai dan malai pinna, beralur pada sorface atas, padat pada saat
muda, lanset pinnules, berekor di pucuk, bertangkai atau sesil, pangkal sedikit atau
tidak penyempitan , 10 kali 2 cm lebih besar, costa berlekuk atau kadang-kadang
menyirip, setiap segmen lonjong, bulat atau sedang tajam pada sebagian pucuk atau
bergigi pada tepi, 7-13 hingga 4 mm, yg mirip kertas, bagian dalam hijau
kecokelatan (Tagawa, 1979 : 386).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a) paku yang terdapat di kawasan bukit pantai batu burung, Sedau diantaranya
adalah Asplenium sp. Athyrium sp. Nephrolepis sp., Drymoglossum sp.
Thelypteris sp., Gleichenia linearis. Botrychium sp, Drynaria quercifolia,.
Dicranoteris linearis,
circinatum.
b) Paku yang ditemukan dikawasan bukit pantai batu burung, Sedau ini memiliki
karakteristik yang hampir sama setiap spesiesnya, walaupum ada beberapa
karakter yang menjadi pembedanya, karena paku yang dijumpai dikawasan ini
kebanyakan dari kelas Pteridopsida dan ordo Polypodiales
5.2 Saran
Saran untuk Praktikum Lapangan Sistematika Tumbuhan 1 berikutnya.
Diharapkan praktikan mampu menguasai materi guna untuk memudahkan
pengidentifikasian dilapangan, dan lebih aktif supaya dilapangan guna
mendapatkan preparat yang lebih banyak dan tentunya berkualitas baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Yudianto, Suroso. 1992. Pengantar Botany Cryptogamae. Bandung: Tarsito
Arini, Dwi I.D. Julianus, Kinho .2012.Keragaman Jenis Paku (Pteridophyta) di
Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Balai Penelitian Kehutanan
Manado.Info BPK Manado. 2:1
Asbar. 2004. Jenis Paku-pakuan (Pteridophyta) di Sekitar Air Terjun Tirta Rimba
Hutan Wana Osena Desa Sumber Sari Kecamatan Moramo Kabupaten
Konawe Selatan. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Haluoleo.Kendari
Darma, Putu. 2007. Inventarisasi Tumbuhan Paku diKawasan Taman Nasional
Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur. Waingapu
De Winter, W.P. and V.B. Amorosa (eds.). 1992. Plant Resources of South
East Asia No.15 (2). Ferns and Fern Allies. Bogor: Prosea
Hartini, S. 2006. Tumbuhan Paku di Cagar Alam Sago Malintang, Sumatra Barat
dan Aklimatisasinys di Kebun Raya Bogor. Jurnal Biodiversitas . Pusat
Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Bogor. Volume 7:3. 230:236.
Holttum, R. E. 1963. Fern and Fern Allies in Flora Malesiana. Vol .1 Serie II.:
N.V. Erven Noordhoff. Groningen.
Hovenkamp, P.H., M.T.M. Bosman, E. Hennipman, H.P. Nootebom, G. RodlLinder, and M.C. Roos. 1998. Polypodiaceae in Flora Malesiana Vol. 3
Series II - Ferns and Fern Allies. Leiden: Rijksherbarium.
Kramer K. U. 1990. Schizaeaceae, in Kubitzki K. (2nd ed.), The Families and
Genera of Vascular Plants, Vol. 1: Pteridophytes and Gymnosperms.
Springer, Berlin: 258-261.
Nasution, Ahmad. 1986, Morfologi Tumbuhan Paku Secara Umum, Yogyakarta,.
Nejad, B.S and Deokule, S.S. 2009. Anti-dermatophytic activity of Drynaria
quercifolia (L.) J. Smith. Jundishapur Journal of Microbiology. 2(1) : 25-30.
Polunin, Nicholas.1960. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu
Serumpun. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.