Memakai konsep sains sederhana, yaitu segala yang ada dialam semesta ini memiliki
ruang, waktu, dan massa. Allah tidak dapat dilihat dengan mata kita di dunia ini, karena Allah
tidak sama dengan segala sesuatu.
Expanding Universe oleh Edwin Hubble. Pada tahun 1929. Ketika mengamati langit
dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-
bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Lalu, Stephen Hawking dalam buku “A brief history of time” dalam pembahasan
expending universe menyebutkan “ If true time, this universe expand ”. Jadi jika kita
kembalikan waktu, apa yang terjadi dengan alam semesta? maka ia akan menyusut,
menyusut, sampai terjadi kejanggalan, kejanggalannya ialah langsung tidak bewujud.
Apapun yang ada di alam semesta memiliki ruang, waktu, dan massa, namun di masa yang
lampau hal ini tidak berwujud, sehingga terjadi kejanggalan, jika ada penciptaan namun tidak
ada Tuhan.
Contoh sederhana: jam tangan diciptakan oleh sesesorang, nah pencipta jam tangan
tidak ada di jam tangan itu. Maka dari itu, alam semesta itu penciptanya ialah Allah, lalu
Allah tidak ada di alam semesta, dapat ditarik kesimpulan jika Allah itu memang tidak sama
dengan makhluknya.
Intinya, apapun yang kita lihat di alam semesta bukan Allah, bukan Tuhan, karena
Tuhan yang menciptakannya ruang dan massa, Dia tidak bisa terikat oleh ruang dan massa.
BAB II
“ HAKIKAT MANUSIA “
BUYA YAHYA
Pertanyaan :
Siapakah diri saya ini? Apa tujuan pada hidup ini? Untuk siapa diri ini hidup? Apa yang
dicari pada hidup ini? Bagaimana diri ini hidup? Apa yang ditakukan kepada diri ini? Apa
yang dibingungkan kepada diri ini? Dengan cara seperti apa diri ini bahagia dan tenang?
Bagaimana cara menghadapi dunia yang begitu keras kepada diri ini? hingga pada akhirnya
sampai mana titik terakhir ini akan terhenti?
Jawaban :
Orang harus tahu tujuannya, setelah tahu tujuannya, maka ia akan dapat mengukur
dirinya. Jadi, ahli iman dan orang tidak beriman itu berbeda.
Orang ahli iman akan mempersiapkan bekal untuk ke surga, dengan cara mendekat
kepada para orang sholeh serta menghadiri majelis untuk menuntut ilmu agama. Dalam
bahasa sederhananya kita hamba Allah yang akan kembali kepada Allah, jadi jika kita
memiliki masalah maka ikut petunjuk Allah, kembali kepada Allah, dan harus sampai kepada
Allah.
Pertanyaan diatas itu jawabannya sederhanya, yaitu aku dan Allah, selesai. Pertanyaan-
pertanyaan itu muncul bukan karena imannya keropos, namun untuk menambah keimanan.
Sedangkan, orang yang tidak beriman menganggap tidak ada hal lain setelah dunia,
sehingga terus-terusan mengumpulkan harta tanpa pernah memikirkan akhirat. Padahal,
mengejar dunia itu hanya sia-sia, tidak ada gunanya, karena saat kita meninggal, semua harta
kita yang di dunia itu tidak akan dapat kita nikmati lagi.
BAB III
Ada 4 sumber hukum Islam, yaitu al-qur’an sunnah, ijma’, dan qiyas.
1. Al-Qur’an
Kedudukan Al-Qur’an dalam sumber hukum Islam merupakan sumber hukum
yang pertama dan yang paling utama, sebagaimana disebutkan dalam surah Az-
Zukhruf ayat 43, yaitu :
َ فَا ْستَ ْم ِس ْك بِالَّ ِذي أُو ِح َي إِلَ ْي
ِ ك ۖ إِنَّكَ َعلَ ٰى
ص َرا ٍط ُم ْستَقِ ٍيم
Artinya : Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan
kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.
Maka jika kita ingin mengambil hukum, maka kita harus berpedoman pada Al-
Qu’an, jika kita ingin mengambil hukum dari sumber yang lain, tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur’an.
2. As-Sunnah (Hadits)
Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.
Ada tiga fungsi hadits, yaitu :
1. Sebagai penegas dalil Al-Qur’an
2. Sebagai penjelas dalil Al-Qur’an
3. Sebagai penambah dan pengembangan dalil Al-Qur’an
3. Ijma’
Ijma’ merupakan kesepakatan ulil amrih yang tidak boleh bertentangan dengan
Al-Qur’an dan hadits.
Ijma’ terbagi dua, yaitu :
1. Ijma’ Bayani
2. Ijma’ Sukuti
Ijma’ dapat dijadikan hujjah dan juga sumber hukum Islam, sebagaimana
disebutkan dalam surah An-Nisa ayat 59 yang artinya “Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.”
4. Qiyas
Qiyas merupakan menetapkan suatu hukum yang belum ada ketentuan dengan
menyamakan sesuatu yang sudah ada ketentuan hukumnya.
Qiyas dapat dilakukan secara individu, sedangkan ijma’ harus dilakukan
secara bersama-sama.
BAB IV
NILAI KARAKTER DALAM ISLAM
“NILAI KARAKTER DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (ETIKA, AKHLAK, DAN
MORAL”
KARIN, MELLI, FANI, DAN MARCO