Masalah pemerataan pendidikan ini timbul apabila masih banyak warga negara
khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga
pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Pada awalnya, di Indonesia
pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan di dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1950
sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada Bab XI, Pasal 17 berbunyi:
“Tiap-tiap warga negara Republik Indonesia mempunyai hak yang sama untuk diterima
menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan
pengajaran pada sekolah itu dipenuhi.”
1. Kelembagaan Pendidikan
Badan lembaga/pelakasana yang terlibat dalam kegiatan penjaminan mutu, baik tingkat
dasar, menengah maupun perguruan tinggi adalah sebagai berikut.
1) Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) adalah badan independen yang bertugas
mengembangkan, memantau, dan mengevaluasi SNP.
2) Departemen, adalah departemen yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
3) Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang selanjutnya disebut LPMP adalah unit
pelaksana teknis departemen yang berkedudukan di provinsi dan bertugas untuk
membantu pemerintah daerah dalam bentuk supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan
bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan
nonformal, dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk
mencapai standar nasional pendidikan.
4) Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah yang selanjutnya disebut BAN-S/M
adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan
pendidikan dasar dan menengah jalur formal dengan mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan.
5) Badan Akreditasi Nasional Perguruan TinggiNon Formal yang selanjutnya disebut
BAN-PT adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program
dan/atau satuan pendidikan jalur pendidikan nonformal dengan mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan.
6) Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut BAN-PT
adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan
pendidikan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
7) Menteri, adalah mentri yang menangani urusan pemerintahan di bidang pendidikan.
3. Pengelolaan Pendidikan
Pengelolaan Pendidikan adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dimana keempat proses tersebut
mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
Kegiatan dalam sistem pendidikan nasional secara umum meliputi dua jenis yaitu
pengelolaan pendidikan dan kegiatan pendidikan. Pengelolaan pendidikan meliputi kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengembangan.
Pengelolaan pendidikan sebagi upaya untuk menerapkan kaidah-kaidah administrasi
dalam bidang pendidikan. Pengelolaan pendidikan dapat juga diartikan sebagai serangkaian
kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, mengendalikan dan
mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan.
Ada beberapa sumbangan yang diberikan pendidikan untuk pembangunan, dapat dilihat
dari beberapa segi :
Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang ditunjukkan kepada peserta didik agar
menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi, tujuannya
adalah perwujudan citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang
manusiawi.
b. Segi lingkungan
Lingkungan Keluarga, dalam kelurga dilatih berbagai kebiasaan yang baik tentang
hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan dan moral
Lingkungan masyarkat, disebut juga dengan lingkungan non formal, disini diberikan
bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan.
Jenjang pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SM), pendidikan tinggi (PT)
memberikan bekal pendidikan secara berkesinambungan. Pendidikan dasar merupakan dasar
pendidikan yang memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Setiap jenjang pendidika akan memberikan kesinambungan. Apabila dari dasarnya sudah
berkualitas, maka kedepannya pendidikan tersebut juga akan berkualitas.
Selain yang dijabarkan di atas tadi ada beberapa sumbangan yang diberikan pendidikan
untuk pembangunan :
Dengan adanya hal ini akan menuntun jalan kehidupan sehigga keberadaannya baik
individu ataupun social lebih bermakna, dan juga di era pembangunan ini banyak sekali
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi baik itu di bidang pendidikan atau bidang
yang lain. Penyimpangan disini memiliki konatasi mengarah pada hal yang buruk,
dengan adanaya pelestarian nilai-nilai insani ini diharapkan akan menjadi pegangan
atau pedoman dalam menjalani berbagai kehidupan.
Sesuai tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya pendidikan ini akan membantu
bangsa Indonesia untuk mewujudkan tujuan yang awalnya telah dipikirkan oleh para
pahalwan bangsa. Pendidikan akan menjadi bidang yang paling berkontribusi dalam
tujuan ini. Karena generasi unggul dilahirkan melalui pendidikan yang berkualitas dan
bermutu.
4. Melek pendidikan
4 PILAR PENDIDIKAN
1. Learning to know (belajar untuk mengetahui)
Learning to know mengandung makna bahwa belajar tidak hanya berorientasi pada
produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi pada proses belajar yang
melibatkan akusisi dan pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
berfungsi di kehidupan nyata. Dalam proses belajar ini, peserta didik bukan hanya menyadari
apa yang harus dipelajari tetapi juga diharapkan menyadari bagaimana cara mempelajari apa
yang seharusnya dipelajari.
2. Learning to be (belajar untuk menjadi)
Learning to be mengandung arti bahwa belajar adalah proses untuk membentuk
manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Oleh karena itu, pendidik harus berusaha
memfasilitasi peserta didik agar bealajar mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu
yang berkepribadian utuh dan bertanggung jawab sebagai individu sekaligus sebagai anggota
masyarakat.
3. Learning to do (belajar untuk menerapkan)
Learning to do mengandung makna bahwa belajar bukanlah sekedar mendengar dan
melihat untuk mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar juga melakukan sesuatu
aktivitas dengan tujuan akhir untuk menguasai kompetensi yang diperlukan dalam
menghadapi tantangan kehidupan.
4. Learning to life together (belajar untuk hidup bersama)
Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama melalui proses kerjasama.
Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global dimana
manusia baik secara individual maupun secara kelompok tidak mungkin dapat hidup sendiri
atau mengasingkan diri dari masyarakat sekitarnya.
1. meniadakan diskriminasi pendidikan, memberi peluang sama bagi setiap anak untuk
mengembangkan potensinya (tujuan instrumental);
2. menjadikan anak bisa mencapai prestasi akademik sesuai potensinya (tujuan terminal
internal);
3. menjadikan anak sadar sosial dan aktif sebagai warga masyarakat lokal, nasional, dan
global (tujuan terminal akhir eksternal).