1.3 Tujuan
Tujuan kami membuat makalah ini yaitu :
a. Untuk memenuhi tugas sekolah.
b. Untuk menunjang pembelajaran di Kampus.
c. Untuk Menambah wawasan pemakalah dan para pembaca tentang Agama,
Syarat-syarat agama, Ciri-ciri Agama, Persoalan Agama, dan peran Agama
dalam Kehidupan Manusia.
1
BAB II
Pembahasan
2
- Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
harus dipatuhi.
- Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menghiasi kehidupan manusia.
- Mengikat diri kepada suatu bentuk yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada di luar diri manusia yang memperngaruhi perbuatan-
perbuatan mereka.
- Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
- Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.
- Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini sumber pada
suatu kekuatan gaib.
3
4. Rasul-Rasul - Begitu pula halnya Iman terhadap para Rasul. Iman terha-
dap Rasul (Nabi Muhammad s.a.w.) dalilnya aqli, kerana pengetahuan akan Al-
Quran sebagai kalam Allah dan ia dibawa oleh Rasul (Nabi Muhammad s.a.w.)
adalah sesuatu yang dapat diindera. Dengan mengindera Al-Quran dapat
diketahui bahawa Muhammad itu Rasulullah. Hal itu dapat dijumpai sepanjang
zaman dan setiap generasi. Sedangkan Iman terhadap para Nabi dalilnya adalah
naqli, kerana dalil (bukti) kenabian para Nabi –iaitu Mukjizat-Mukjizat mereka-
tidak dapat diindera kecuali oleh orang-orang yang sezaman dengan mereka.
Bagi orang-orang yang datang setelah mereka hingga zaman sekarang bahkan
sampai kiamat pun, mereka tidak menjumpai mukjizat tersebut. Bagi seseorang
tidak ada bukti yang dapat diindera atas kenabiannya. Kerana itu bukti atas
kenabiannya bukan dengan dalil aqli melainkan dengan dalil naqli. Lain lagi
bukti atas kenabian (Nabi Muhammad s.a.w.) yang
berupa mukjizat beliau. Mukjizat tersebut (selalu) ada dan dapat diindera,
iaitu Al-Quran. Jadi dalilnya adalah aqli.
5. Hari Kiamat - Dalil Hari Kiamat adalah naqli, kerana Hari Kiamat tidak dapat
diindera, lagi pula tidak ada satu pun perkara yang dapat diindera yang
menunjukkan tentang Hari Kiamat. Dengan demikian tidak terdapat (satu) dalil
aqli pun untuk hari kiamat. Dalilnya adalah naqli.
6. Qada dan Qadar - Qada dan Qadar dalilnya aqli, kerana Qada adalah perbuatan
manusia yang dilakukannya atau yang menimpanya (dan tidak dapat ditolak). Ia
adalah sesuatu yang dapat diindera maka dalilnya adalah aqli. Qadar adalah
khasiat sesuatu yang dimunculkan (dimanfaatkan) oleh manusia, seperti
kemampuan membakar yang ada pada api, kemampuan memotong yang ada
pada pisau. Khasiat ini adalah sesuatu yang dapat diindera, maka dalil untuk
perkara Qadar adalah aqli.
Enam rukun iman tersebut sejalan dengan Al-Qur’an Surah An-nisa Ayat 136
yang berbunyi :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya.”
4
2.2.2 Pemujaan (Ibadah)
Ibadah atau pemujaan, Yaitu segala bentuk ketaatan yang wajib dijalankan
atau dikerjakan oleh seluruh umat Beragama agar mendapatkan ridha dari Tuhan. Adapun
bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam ialah seperti mengucapkan dua kalimat
syahadat, shalat lima waktu, membayar zakat, berpuasa di bulan suci Ramadhan, dan
menunaikan haji bagi yang mampu menjalananinya.
1. Nabi Haruslah Seorang Laki-Laki sebagaiman firman Allah dalam Q.S. Al-
Anbiya ayat 7 yang artinya “Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu
(Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu
kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu,
jika kamu tiada mengetahui”.
2. Nabi harus mempunyai akhlak yang mulia, terpelihara dari mengerjakan maksiat
betapapun kecilnya
3. Seorang Nabi harus memiliki kesempurnaan fisik, dan mental, kecerdasan yang
tinggi, serta pembawaan yang menarik, sehingga memudahkan dia untuk
menyebar luaskan ajaran yang dibawanya.
4. Untuk membersihkan ajaran Allah dari noda-noda falsafah, maka Nabi haruslah
orang yang tidak menerima Pendidikan. Hal ini diperkuat oleh Firman allah
dalam Q.S. Al-Ankabut ayat 48 yang artinya “Dan kamu tidak pernah membaca
sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis
suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan
menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu)”.
5. Nabi diutus untuk manusia secara umum, sehingga ajaran seorang nabi bukan
hanya dimengerti oleh golongan awan, tetapi dibenarkan juga oleh intelektual
seperti dalam Q.S. Al-Anbiya ayat 30 yang artinya “Dan apakah orang-orang
yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
5
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman?”.
6. Dalam da’wahnya Nabi dibantu Mu’jizat seperti dijelaskan dalam Q.S. Fusshilat
ayat 39 yang artinya “Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat
bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya
ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah
dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu”.
1. Harus ada keterangan kalua kitab itu ditulis oleh Nabi yang menerima wahyu.
2. Harus ada kitab asli atau Salinan dalam Bahasa Nabi yang menerima wahyu.
3. Isinya mengandung petunjuk menuju jalan lurus untuk kebahagiaan dunia dan
akhirat
4. Tidak boleh ada ayat yang tumpeng tindih.
6
Adapun Agama Wahyu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Agama wahyu berpokok pada konsep ke-Esa-an Tuhan (monotheis).
2. Agama wahyu beriman kepada Nabi. Disampaikan oleh Rasul sebagai utusan
Yang Maha Kuasa.
3. Bagi agama wahyu maka sumber utama tuntutan dan ukuran bagi baik dan buruk
adalah kitab suci yang diwujudkan. Kitab suci dibawa dan disebarkan kepada
umat berdasarkan Wahyu Allah.
4. Semua agama wahyu lahir di Asia Barat daya (Timur tengah).
5. Agama Wahyu timbul di wilayah yang berdasarkan sejarah berada di bawah
pengaruh ras semitik, kemudian berhasil menyebar ke luar wilayah pengaruh
semitik.
6. Sesuai dengan ajaran agama wahyu dan historisnya maka agama wahyu adalah
agama misionary.
7. Ajaran agama wahyu tegas dan jelas. Tidak berubah dengan adanya perubahan
masyarakat penganutnya, bahkan sebaliknya bahwa masyarakat dapat saja
berubah tetapi agama tidak mengalami perubahan.
8. Ajaran agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap kepada para
pemeluknya, yang berpegang pada aspek duniawi maupun aspek spritual dan
kehidupan ini
9. Kebenaran ajaran dasarnya tahan uji terhadap kritik menurut akal manusia
10. Sistem merasa dan berfikir tidak sama dengan sistem merasa dan berfikir
masyarakat penganutnya.
7
6. Konsep ketuhanannya dinamisme, animisma, poleteisme paling tinggi
monoteisme nisbi. Kebenaran prinsip ajarannya tak tahan terhadap kritik akal,
mengenai alam nyata satu satu ketika dibuktikan keliru oleh ilmu dalam
perkembangannya, mengenai alam ghaib tak termakan oleh akal.
7. Nilai agama ditentuakan oleh manusia sesuai dengan cita-cita, pengalaman dan
penghayatan masyarakat penganutnya.
8. Pembentukan manusia disandarkan pada pengalaman dan penghayatan
masyarakat penganutnya yang belum tentu diakui oleh masyarakat lain.
8
Selain itu, Allah juga berfirman di dalam QS. an-Nisa’ : 93 yang isinya
ِض ب اللَّ ه ع لَ ي ه
ِ ِ ِ ِ
ْ َ ُ َ يه ا َو َغ َ َّم َخ ال ًد ا ف
ُ َو َم ْن َي ْق تُ ْل ُم ْؤ م نً ا ُم َت َع ِّم ًد ا فَ َج َز ُاؤ هُ َج َه ن
يم ا ِ و لَ ع نَ ه و أَع َّد لَ ه ع َذ اب ا ع
ظ
ً َ ً َ ُ َ َُ َ َ
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya”.
Fungsi agama juga sebagai pencapai tujuan luhur manusia di dunia ini, yaitu cita-cita
manusia untuk mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin. Dalam Q.S. Thoha: 117-119
disebutkan:
ِ َّك م ا ِم ن ا جْل ن ِ ِ
َّة َف تَ ْش َق ٰى َ َ َ ُ ك فَ اَل خُيْ ِر َج ن َ َآد ُم إِ َّن َٰه َذ ا َع ُد ٌّو ل
َ ك َو ل َز ْو ج َ َف ُق ْل نَ ا يَا
9
117. “Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan
bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga,
yang menyebabkan kamu menjadi celaka”.
ِ
يه ا َو اَل َت ْع َر ٰى
َ وع ف َ َإِ َّن ل
َ ُك أَاَّل جَت
118. “Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang”.
ض َح ٰى
ْ َيه ا َو اَل ت ِو أَنَّ ك اَل تَ ظْ م أُ ف
َ َ َ َ
119. “dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa
panas matahari di dalamnya".
Pada ranah yang lebih umum fungsi agama dalam kehidupan masyarakat adalah
sebagai penguat solidaritas masyarakat. Seperti yang diungkapkan Emile Durkheim sebagai
sosiolog besar, bahwa sarana-sarana keagamaan adalah lambang-lambang masyarakat,
kesakralan bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh masyarakat secara
keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan fungsinya adalah mempertahankan dan memperkuat
rasa solidaritas dan kewajiban sosial.
Dari segi pragmatisme, seseorang menganut suatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya.
Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari
segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang diuraikan di
bawah ini.
10
2.5.3 Memainkan fungsi peranan sosial.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukan kelompok manusia. Ini
adalah karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang
sama, melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
11
BAB III
Penutup
3.2 Saran
Sebagai orang yang mempercayai adanya tuhan, ada baiknya kalau kita
mempelajari lebih dalam tentang agama Islam atau mungkin kita juga bisa
mempelajari agama lain untuk menambah pengetahuan dan agar kita bisa
meng- hormati agama lain tanpa harus mencampur adukan agama Islam dengan
agama yang lain, dan selain itu juga hal ini berfungsi untuk agar kita tidak sampai
diracuni oleh ajaran yang melenceng dari ajaran Islam.
12
Daftar Pustaka
Al-Qur'an Al Karim
Budiono, M.A. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung.
Dra. Zakiah, M.Pd., dkk. 2018. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi
Umum. Medan: Perdana Publishing.
Juni, Rahmad. 2015. Makalah Pengertian Agama Wahyu dan Agama budaya.
http://junirahmad.blogspot.com/2015/12/pengertian-agama-wahyu-dan-
agama-budaya_76.html. 28 september 2018.
13