Anda di halaman 1dari 14

Agama, Syarat-syarat Agama, Ciri-ciri Agama,

Persoalan Agama, dan peran Agama dalam


kehidupan manusia

Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Oleh : Kelompok 4 (Kelas B)


Novrian Rizky Hammadi (180401124)
Muhammad Shiddiq (180401128)
Dony Walfared Kurniawan Marpaung (180401130)
Semester 1

Departemen Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara
Medan
2018
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


latar belakang dibuatnya makalah ini adalah adanya tuntutan tugas dari Dosen kami di
Kampus tentang Agama, Syarat-syarat Agama, Ciri-ciri Agama, Persoalan agama, dan peran
agama dalam kehidupan manusia. Selain itu kami juga menyadari bahwa untuk menunjang
pembelajaran kami di Kampus, kami harus mencari sebuah rangkuman materi yang uraiannya
lebih luas, padat, dan ringkas sehingga kami dapat mempelajari materi tentang Agama,
Syarat-syarat agama, Ciri-ciri Agama, Persoalan Agama, dan peran Agama dalam Kehidupan
Manusia dengan lebih mudah. Sehingga makalah ini dibuat untuk dapat wawasan pemakalah
dan teman-teman Mahasiswa yang membaca ataupun mempelajari makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu agama secara Etimologi dan Termonologi?
2. Apa saja syarat-syarat agama?
3. Apa saja Ciri-ciri agama?
4. Apa saja persoalan agama?
5. Apa peran agama dalam kehidupan manusia?

1.3 Tujuan
Tujuan kami membuat makalah ini yaitu :
a. Untuk memenuhi tugas sekolah.
b. Untuk menunjang pembelajaran di Kampus.
c. Untuk Menambah wawasan pemakalah dan para pembaca tentang Agama,
Syarat-syarat agama, Ciri-ciri Agama, Persoalan Agama, dan peran Agama
dalam Kehidupan Manusia.

1
BAB II
Pembahasan

2.1 Arti Agama


2.1.1 Etimologi Agama
Kata agama Berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu dari Suku kata “a” yang
berarti Tidak, dan “gama” yang berarti Tidak Kacau. Jika merujuk pada pengertian
ini, agama memiliki makna Tidak Kacau, atau adanya keteraturan dan peraturan untuk
mencapai arah atau tujuan tertentu. Istilah lain yang memiliki makna identic dengan
kata agama ialah religi atau religere dalam Bahasa latin yang memiliki arti
mengembalikan ikatan, atau Memperhatikan dengan seksama.
Selain itu, dikenal pula beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna
dengan kata “agama” dari Bahasa Sansekerta. Misalnya kata Religion dari Bahasa
inggris, ad-din dalam Bahasa Arab, dan dien dalam Bahasa Semit.

2.1.2 Terminologi Agama


Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (Kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan
manusia dan lingkungannya.
Beberapa tokoh juga mengemukakan pangannya mengenai pengertian agama.
Seperti Emile Durkheim yang mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang
terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang
suci dan menyatukan semua penganutnya dalam satu komunitas moral yang
dinamakan umat.
Sementara menurut Harun Nasution, agama adalah suatu system kepercayaan
dan tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatan yang gaib. Sedangkan, menurut
Asy-Syahrastani, agama ialah kekuatan dan kepatuhan yang terkadang biasa diartikan
sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat).
Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dunyatakan oleh Prof. Dr. Bouquet,
yang mendifinisikan agama sebagai sebuah hubungan yang tetap antara diri manusia
dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan supernatur, serta yang bersifat
berada dengan sendirinya dan yang mempunyai kekuasaan absolut yang disebut
Tuhan.
Karena begitu banyaknya pengertian tentang agama yang dikemukakan oleh
para ahli, maka agama dapat diberi beberapa definisi sebagai berikut:

2
- Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
harus dipatuhi.
- Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menghiasi kehidupan manusia.
- Mengikat diri kepada suatu bentuk yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada di luar diri manusia yang memperngaruhi perbuatan-
perbuatan mereka.
- Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
- Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.
- Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini sumber pada
suatu kekuatan gaib.

2.2 Syarat-syarat Agama


2.2.1 Kepercayaan (Aqidah)
Aqidah adalah sistem kepercayaan dan keyakinan kepada tuhan. Aqidah islam
berisikan ajaran tentang apa saja yang mesti dipercayai, diyakini, dan di Imani oleh
setiap orang islam. Seseorang manusia disebut muslim manakala dengan penuh
kesadaran dan ketulusan bersedia terikat dengan sistem kepercayaan islam.
Sistem kepercayaan islam dibangun atas enam dasar keimanan yang lazim
disebut dengan rukum iman, yaitu :
1. Allah SWT - Orang yang mendalami perkara yang dituntut akidah Islam untuk
diimani akan menjumpai bahawa Iman kepada (wujud) Allah SWT dalilnya
adalah aqli. Alasannya perkara tersebut – iaitu adanya al-Khaliq (Maha
Pencipta) bagi segala yang ada - dapat dijangkau dengan panca indera.
2. Malaikat - Iman terhadap (keberadaan) Malaikat-Malaikat dalilnya adalah naqli.
Alasannya keberadaan Malaikat tidak dapat dijangkau indera. Malaikat tidak
boleh dijangkau zatnya dan tidak boleh dijangkau dengan apapun yang
menunjukkan atas (keberadaan)nya.
3. Kitab-Kitab - Iman terhadap Kitab-Kitab Allah SWT dapat dihuraikan sebagai
berikut. Jika yang dimaksud adalah Iman terhadap Al-Quran maka dalilnya aqli,
kerana Al-Quran dapat diindera dan dijangkau. Demikian pula kemukjizatan Al-
Quran dapat diindera sepanjang zaman. Tetapi jika yang dimaksud adalah iman
terhadap kitab-kitab selain Al-Quran, seperti Taurat, Injil dan Zabur, maka
dalilnya adalah naqli. Alasannya bahawa Kitab-Kitab ini adalah dari sisi Allah
SWT tidak dapat dijangkau (keberadaannya) sepanjang zaman. Kitab-
Kitab tersebut adalah dari sisi Allah SWT dan dapat dijangkau keberadaanya
tatkala ada Rasul yang membawanya sebagai mukjizat. Kemukjizatannya
berhenti saat waktunya berakhir. Jadi, mukjizat tersebut tidak boleh dijangkau
oleh orang-orang (pada masa) setelahnya. Namun sampai kepada kita berupa
berita yang mengatakan bahawa kitab tersebut berasal dari Allah SWTdan
diturunkan kepada Rasul. Kerana itu dalilnya naqli bukan aqli, kerana akal - di
setiap zaman - tidak mampu menjangkau bahawa kitab itu adalah kalam Allah
SWT dan akal tidak mampu mengindera kemukjizatannya.

3
4. Rasul-Rasul - Begitu pula halnya Iman terhadap para Rasul. Iman terha-
dap Rasul (Nabi Muhammad s.a.w.) dalilnya aqli, kerana pengetahuan akan Al-
Quran sebagai kalam Allah dan ia dibawa oleh Rasul (Nabi Muhammad s.a.w.)
adalah sesuatu yang dapat diindera. Dengan mengindera Al-Quran dapat
diketahui bahawa Muhammad itu Rasulullah. Hal itu dapat dijumpai sepanjang
zaman dan setiap generasi. Sedangkan Iman terhadap para Nabi dalilnya adalah
naqli, kerana dalil (bukti) kenabian para Nabi –iaitu Mukjizat-Mukjizat mereka-
tidak dapat diindera kecuali oleh orang-orang yang sezaman dengan mereka.
Bagi orang-orang yang datang setelah mereka hingga zaman sekarang bahkan
sampai kiamat pun, mereka tidak menjumpai mukjizat tersebut. Bagi seseorang
tidak ada bukti yang dapat diindera atas kenabiannya. Kerana itu bukti atas
kenabiannya bukan dengan dalil aqli melainkan dengan dalil naqli. Lain lagi
bukti atas kenabian (Nabi Muhammad s.a.w.) yang
berupa mukjizat beliau. Mukjizat tersebut (selalu) ada dan dapat diindera,
iaitu Al-Quran. Jadi dalilnya adalah aqli.
5. Hari Kiamat - Dalil Hari Kiamat adalah naqli, kerana Hari Kiamat tidak dapat
diindera, lagi pula tidak ada satu pun perkara yang dapat diindera yang
menunjukkan tentang Hari Kiamat. Dengan demikian tidak terdapat (satu) dalil
aqli pun untuk hari kiamat. Dalilnya adalah naqli.
6. Qada dan Qadar - Qada dan Qadar dalilnya aqli, kerana Qada adalah perbuatan
manusia yang dilakukannya atau yang menimpanya (dan tidak dapat ditolak). Ia
adalah sesuatu yang dapat diindera maka dalilnya adalah aqli. Qadar adalah
khasiat sesuatu yang dimunculkan (dimanfaatkan) oleh manusia, seperti
kemampuan membakar yang ada pada api, kemampuan memotong yang ada
pada pisau. Khasiat ini adalah sesuatu yang dapat diindera, maka dalil untuk
perkara Qadar adalah aqli.

Enam rukun iman tersebut sejalan dengan Al-Qur’an Surah An-nisa Ayat 136
yang berbunyi :

‫اب الَّ ِذ ي َن َّز َل‬ِ َ‫آم نُ وا بِ اللَّ ِه و ر س ولِ ِه و الْ ِك ت‬


ِ ‫ي ا أَيُّ ه ا الَّ ِذ ين آم نُ وا‬
َ ُ ََ َ َ َ َ
ِ‫ و م ن ي ْك ُف ر بِ اللَّ ِه و م اَل ئِ َك تِ ه‬Aۚ ‫اب الَّ ِذ ي أَ ْن ز َل ِم ن َق ب ل‬ ِ َ‫َع لَ ٰى ر س ولِ ِه و الْ ِك ت‬
ََ ْ َ ْ ََ ُ ْ ْ َ َ َُ
ً ِ‫ض اَل اًل بَع‬ ِ ِ ِِ ِ
‫يد ا‬ َ ‫ض َّل‬ َ ‫َو ُك تُ بِ ه َو ُر ُس ل ه َو الْ َي ْو م ا آْل خ ِر َف َق ْد‬

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya.”

4
2.2.2 Pemujaan (Ibadah)
Ibadah atau pemujaan, Yaitu segala bentuk ketaatan yang wajib dijalankan
atau dikerjakan oleh seluruh umat Beragama agar mendapatkan ridha dari Tuhan. Adapun
bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam ialah seperti mengucapkan dua kalimat
syahadat, shalat lima waktu, membayar zakat, berpuasa di bulan suci Ramadhan, dan
menunaikan haji bagi yang mampu menjalananinya.

2.2.3 Hukum (Syari’ah)


Syari’ah adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat Islam. Selain berisi hukum, aturan dan panduan peri kehidupan,
syariat Islam juga berisi kunci penyelesaian seluruh masalah kehidupan manusia baik di
dunia maupun di akhirat.

Adapun Syariah di dalam islam di ambil dari beberapa sumber yang


diantaranya adalah Al-Qur’an, Hadits, Ijtihad, Asas Syarak (Mahdah), dan Furu’ Syara’
(Ghoir Mahdhoh)

2.2.4 Nabi Pembawa Agama


Menurut Al-Qur’an, Seseorang dapat dikatakan sebaai nabi jika memenuhi
beberapa syarat, diantaranya :

1. Nabi Haruslah Seorang Laki-Laki sebagaiman firman Allah dalam Q.S. Al-
Anbiya ayat 7 yang artinya “Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu
(Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu
kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu,
jika kamu tiada mengetahui”.
2. Nabi harus mempunyai akhlak yang mulia, terpelihara dari mengerjakan maksiat
betapapun kecilnya
3. Seorang Nabi harus memiliki kesempurnaan fisik, dan mental, kecerdasan yang
tinggi, serta pembawaan yang menarik, sehingga memudahkan dia untuk
menyebar luaskan ajaran yang dibawanya.
4. Untuk membersihkan ajaran Allah dari noda-noda falsafah, maka Nabi haruslah
orang yang tidak menerima Pendidikan. Hal ini diperkuat oleh Firman allah
dalam Q.S. Al-Ankabut ayat 48 yang artinya “Dan kamu tidak pernah membaca
sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis
suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan
menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu)”.
5. Nabi diutus untuk manusia secara umum, sehingga ajaran seorang nabi bukan
hanya dimengerti oleh golongan awan, tetapi dibenarkan juga oleh intelektual
seperti dalam Q.S. Al-Anbiya ayat 30 yang artinya “Dan apakah orang-orang
yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu

5
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman?”.
6. Dalam da’wahnya Nabi dibantu Mu’jizat seperti dijelaskan dalam Q.S. Fusshilat
ayat 39 yang artinya “Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat
bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya
ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah
dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu”.

2.2.5 Kitab Suci


Kitab suci merupakan kitab yang berisi wahyu-wahyu Allah kepada Rasulnya.
Sesuai dengan namanya tentu kitab tersebut harus suci atau bersih dari pendapat
manusia. Oleh Karena itu sebuah kitab dapat dikatakan kitab suci kalua memenuhi
beberapa persyaratan yang diantaranya :

1. Harus ada keterangan kalua kitab itu ditulis oleh Nabi yang menerima wahyu.
2. Harus ada kitab asli atau Salinan dalam Bahasa Nabi yang menerima wahyu.
3. Isinya mengandung petunjuk menuju jalan lurus untuk kebahagiaan dunia dan
akhirat
4. Tidak boleh ada ayat yang tumpeng tindih.

2.3 Ciri-ciri Agama


Agama bila di telaah dari sumbernya memiliki dua klasifikasi, yaitu Agama wahyu
(agama Samawi, agama langit, agama frofetis, revealed religion, Din As-Samawi) , dan
Agama Budaya (agama Bumi, agama filsafat, agama ra’yu, nonrevealed religion, natural
religion, Din at-Tabi’in, Din al-Ardhi) yang dimana kedua jenis agama ini memiliki ciri dan
definisi yang sangat berberda.

2.3.1 Agama Wahyu


Agama wahyu atau disebut juga agama samawi, agama langit adalah agama
yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepada para rasul-rasul-Nya, dan kepada
kitab- kitab-Nya serta pesannya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia. Beberapa
pendapat menyimpulkan bahwa suatu agama disebut agama Samawi jika sedikitnya
mempunyai tiga hal, yaitu; mempunyai definisi Tuhan yang jelas; mempunyai
penyampai risalah (Nabi dan Rasul); dan mempunyai kumpulan wahyu dari Tuhan
yang diwujudkan dalam Kitab suci. Di dunia ini terdapat tiga agama samawi yang
ketiga-tiganya merupakan agama yang cukup besar, yaitu Islam, Nasrani, dan Yahudi.

6
Adapun Agama Wahyu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Agama wahyu berpokok pada konsep ke-Esa-an Tuhan (monotheis).
2. Agama wahyu beriman kepada Nabi. Disampaikan oleh Rasul sebagai utusan
Yang Maha Kuasa.
3. Bagi agama wahyu maka sumber utama tuntutan dan ukuran bagi baik dan buruk
adalah kitab suci yang diwujudkan. Kitab suci dibawa dan disebarkan kepada
umat berdasarkan Wahyu Allah.
4. Semua agama wahyu lahir di Asia Barat daya (Timur tengah).
5. Agama Wahyu timbul di wilayah yang berdasarkan sejarah berada di bawah
pengaruh ras semitik, kemudian berhasil menyebar ke luar wilayah pengaruh
semitik.
6. Sesuai dengan ajaran agama wahyu dan historisnya maka agama wahyu adalah
agama misionary.
7. Ajaran agama wahyu tegas dan jelas. Tidak berubah dengan adanya perubahan
masyarakat penganutnya, bahkan sebaliknya bahwa masyarakat dapat saja
berubah tetapi agama tidak mengalami perubahan.
8. Ajaran agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap kepada para
pemeluknya, yang berpegang pada aspek duniawi maupun aspek spritual dan
kehidupan ini
9. Kebenaran ajaran dasarnya tahan uji terhadap kritik menurut akal manusia
10. Sistem merasa dan berfikir tidak sama dengan sistem merasa dan berfikir
masyarakat penganutnya.

2.3.2 Agama Budaya


Agama budaya atau sering di kenal sebagai agama ardli ,agama bumi, agama
filsafat, agama ra’yu, natural religion, non revealed religion. Yang konsep Tuhannya
tidak di ketahui secara pasti contoh agama ini adalah agama hindu, budha Konghucu,
Shinto, dan lainnya, agama ardli mempunyai kitab yang dianggap suci, namun bukan
wayhu yang turun dari langit. Kitab yang mereka anggap suci itu hanyalah karangan
dari para pendeta, rahib, atau pun pendiri agama itu. Bukan wayhu, bukan firman,
bukan kalamullah, maupun perkataan tuhan.
Agama Budaya memiliki beberapa ciri, yaitu :
1. Agama ra’yu tidak dapat dipastikan kelahirannya.
2. Tidak mengenai utusan atau Rasul Allah. Yang mengajarkan agama budaya
adalah filsof atau pendiri agama tersebut.
3. Tidak memiliki kitab suci. Sekalipun memiliki kitab suci.
4. Sistem merasa dan berfikirnya interen dengan sistem merasa dan berfikir tiap
segi kehidupan.
5. Ajarannya berubah seiring perubahan masyarakat yang menganut, atau oleh
filosofnya.

7
6. Konsep ketuhanannya dinamisme, animisma, poleteisme paling tinggi
monoteisme nisbi. Kebenaran prinsip ajarannya tak tahan terhadap kritik akal,
mengenai alam nyata satu satu ketika dibuktikan keliru oleh ilmu dalam
perkembangannya, mengenai alam ghaib tak termakan oleh akal.
7. Nilai agama ditentuakan oleh manusia sesuai dengan cita-cita, pengalaman dan
penghayatan masyarakat penganutnya.
8. Pembentukan manusia disandarkan pada pengalaman dan penghayatan
masyarakat penganutnya yang belum tentu diakui oleh masyarakat lain.

2.4 Persoalan Agama


Dalam praktek beragama di kehidupan sehari-hari tentu saja memiliki banyak
persoalan seperti tepecahnya suatu agama menjadi beberapa sekte, sulitnya melaksanakan
ibadah sesuai kepercayaan dikarenakan tidak adanya tempat ibadah dan keterbatasan sarana
untuk melakukan ibadah, dan gesekan-gesekan yang terjadi antar umat beragama yang terjadi
secara berkepanjangan sehingga menimbulkan persoalan-persoalan yang tak kunjung selesai
di dalam proses beragama di masyarakat luas.
Di antara beberapa persoalaan agama diatas mungkin yang saat ini sedang populer
adalah masalah gesekan-gesekan yang terjadi antara umat beragama karna kurangnya
toleransi antar umat beragama. Hal ini terjadi dikarenakan banyak orang yang belum
mengerti tentang seluk-beluk agama lain yang dianut oleh orang disekitarnya.
Dan salah satu persoalan yang sangat meresahkan orang-orang belakangan ini adalah
munculnya para ekstrimis berpaham radikal yang menganggap kalau orang yang memiliki
keyakinan selain apa yang dianutnya harus dibunuh dan bahkan tidak jarang dalam
prakteknya juga membunuh orang yang seakidah dengannya. Padahal paham radikal yang
dianutnya bukanlah paham yang benar karna sudah melewati batas seperti yang dijelaskan
dalam Firman Allah Q.S. Al-Ma’idah: 32 yang isinya

ٍ ‫ك َك تَ ْب نَ ا َع لَ ٰى بَيِن إِ ْس َر ائِيل أَنَّ هُ َم ْن َق تَ ل َن ْف ًس ا بِ غَ رْيِ َن ْف‬ ِ ِ


‫س أ َْو‬ َ َ َ ‫َج ِل َٰذ ل‬ ْ ‫م ْن أ‬
‫َّاس‬ ‫الن‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫َح‬‫أ‬ ‫ا‬ َ‫مَّن‬ َ
‫أ‬ ‫ك‬
َ ‫ف‬
َ ‫ا‬ ‫اه‬ ‫ي‬ ‫َح‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫يع‬ ِ‫ض فَ َك أَ مَّنَ ا َق تَ ل النَّاس مَج‬ِ ‫ر‬ َ ‫أْل‬ ‫ا‬ ‫يِف‬ ٍ ‫فَ س‬
‫اد‬
َ َ ْ َ ْ
َ ََْ ً َ َ ْ َ
ِ ِ َ‫ و لَ َق ْد ج اء ْت ه م ر س لُ نَ ا بِ الْ ب ِّي ن‬Aۚ ‫مَجِ يع ا‬
‫ك يِف‬ َ ‫ات مُثَّ إِ َّن َك ثِ ًري ا ِم ْن ُه ْم َب ْع َد ٰذَ ل‬ َ ُ ُ ُْ َ َ َ ً
َ ُ‫ض لَ ُم ْس ِر ف‬
‫ون‬ ِ ‫ا أْل َ ْر‬
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-
olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas,
kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam
berbuat kerusakan dimuka bumi”.

8
Selain itu, Allah juga berfirman di dalam QS. an-Nisa’ : 93 yang isinya

ِ‫ض ب اللَّ ه ع لَ ي ه‬
ِ ِ ِ ِ
ْ َ ُ َ ‫يه ا َو َغ‬ َ ‫َّم َخ ال ًد ا ف‬
ُ ‫َو َم ْن َي ْق تُ ْل ُم ْؤ م نً ا ُم َت َع ِّم ًد ا فَ َج َز ُاؤ هُ َج َه ن‬
‫يم ا‬ ِ ‫و لَ ع نَ ه و أَع َّد لَ ه ع َذ اب ا ع‬
‫ظ‬
ً َ ً َ ُ َ َُ َ َ
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya”.

2.5 Peran Agama dalam kehidupan manusia


Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa,
dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta sehingga
peraturan yang dibuat-Nya betul-betul adil. Secara terperinci agama memiliki peranan yang
bisa dilihat dari: aspek keagamaan (religius), kejiwaan (psikologis), kemasyarakatan
(sosiologis), hakikat kemanusiaan (human nature), asal usulnya (antropologis) dan moral
(ethics).
Namun apabila agama dipahami sebatas apa yang tertulis dalam teks kitab suci, maka
yang muncul adalah pandangan keagamaan yang literalis, yang menolak sikap kritis terhadap
teks dan interpretasinya serta menegasikan perkembangan historis dan sosiologis. Sebaliknya,
jika bahasa agama dipahami bukan sekedar sebagai explanative and descriptive language,
tetapi juga syarat dengan performatif dan expresif language, maka agama akan disikapi
secara dinamis dan kontekstual sesuai dengan persoalan dan kenyataan yang ada dalam
kehidupan manusia yang terus berkembang. Setiap agama memiliki watak transformatif,
berusaha menanamkan nilai baru dan mengganti nilai-nilai agama lama yang bertentangan
dengan ajaran agama.

Dari aspek religius, agama menyadarkan manusia, siapa penciptanya. Faktor


keimanan juga mempengaruhi karena iman adalah dasar agama. Secara antropologis, agama
memberitahukan kepada manusia tentang siapa, dari mana, dan mau ke mana manusia. Dari
segi sosiologis, agama berusaha mengubah berbagai bentuk kegelapan, kebodohan,
kemiskinan dan keterbelakangan. Agama juga menghubungkan masalah ritual ibadah dengan
masalah sosial. Secara psikologis, agama bisa menenteramkan, menenangkan, dan
membahagiakan kehidupan jiwa seseorang. Dan secara moral, agama menunjukkan tata nilai
dan norma yang baik dan buruk, dan mendorong manusia berperilaku baik (akhlaq
mahmudah).

Fungsi agama juga sebagai pencapai tujuan luhur manusia di dunia ini, yaitu cita-cita
manusia untuk mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin. Dalam Q.S. Thoha: 117-119
disebutkan:
ِ ‫َّك م ا ِم ن ا جْل ن‬ ِ ِ
‫َّة َف تَ ْش َق ٰى‬ َ َ َ ُ ‫ك فَ اَل خُيْ ِر َج ن‬ َ َ‫آد ُم إِ َّن َٰه َذ ا َع ُد ٌّو ل‬
َ ‫ك َو ل َز ْو ج‬ َ ‫َف ُق ْل نَ ا يَا‬

9
117. “Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan
bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga,
yang menyebabkan kamu menjadi celaka”.

ِ
‫يه ا َو اَل َت ْع َر ٰى‬
َ ‫وع ف‬ َ َ‫إِ َّن ل‬
َ ُ‫ك أَاَّل جَت‬
118. “Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang”.

‫ض َح ٰى‬
ْ َ‫يه ا َو اَل ت‬ ِ‫و أَنَّ ك اَل تَ ظْ م أُ ف‬
َ َ َ َ
119. “dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa
panas matahari di dalamnya".

Pada ranah yang lebih umum fungsi agama dalam kehidupan masyarakat adalah
sebagai penguat solidaritas masyarakat. Seperti yang diungkapkan Emile Durkheim sebagai
sosiolog besar, bahwa sarana-sarana keagamaan adalah lambang-lambang masyarakat,
kesakralan bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh masyarakat secara
keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan fungsinya adalah mempertahankan dan memperkuat
rasa solidaritas dan kewajiban sosial.

Dari segi pragmatisme, seseorang menganut suatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya.
Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari
segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang diuraikan di
bawah ini.

2.5.1 Memberi pandangan dunia kepada manusia.


Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia
senantiasa memberi penerangan kepada dunia (secara keseluruhan), dan juga
kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit
dicapai melalui indra manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah.
Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahwa dunia adalah ciptaan
Allah dan setiap manusia harus menaati Allah.

2.5.2 Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu di


jawab oleh manusia.
Sebagian pertanyaan yang senantiasa ditanya oleh manusia merupakan perta-
nyaan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan
kehidupan setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan
manusia, pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk menjawabnya.
Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab soalan-soalan ini.

10
2.5.3 Memainkan fungsi peranan sosial.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukan kelompok manusia. Ini
adalah karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang
sama, melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.

2.5.4 Memberi rasa kemitraan kepada sesuatu kelompok


manusia.
Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran
agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh
penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial.

11
BAB III
Penutup

3. Kesimpulan & Saran


3.1 Kesimpulan
1. Agama di ambil dari bahasa Sansekerta yang berarti Tidak Kacau.
2. Banyak orang memiliki penafsirannya sendiri tentang defenisi
dari agama.
3. Kepercayaan dapat dikatakan agama jika memilika Aqidah,
Ibadah, Syari’ah, Nabi Pembawa, dan Kitab suci sendiri.
4. Agama terdiri dari Agama Wahtu dan Agama Budaya yang
dimana pembagian tersebut memiliki cirinya masing-masing.
5. Persoalan Agama paling besar saat ini adalah cara orang
memaknai Agama itu sendiri.
6. Agama memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan
Manusia.

3.2 Saran
Sebagai orang yang mempercayai adanya tuhan, ada baiknya kalau kita
mempelajari lebih dalam tentang agama Islam atau mungkin kita juga bisa
mempelajari agama lain untuk menambah pengetahuan dan agar kita bisa
meng- hormati agama lain tanpa harus mencampur adukan agama Islam dengan
agama yang lain, dan selain itu juga hal ini berfungsi untuk agar kita tidak sampai
diracuni oleh ajaran yang melenceng dari ajaran Islam.

12
Daftar Pustaka

Al-Qur'an Al Karim

Budiono, M.A. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung.

Dra. Zakiah, M.Pd., dkk. 2018. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi
Umum. Medan: Perdana Publishing.

Imron, Muhammad Ali. 2015. Sejarah terlengkap Agama-Agama di Dunia.


Yogyakarta: IRCiSoD.

Anonim. 2016. Mengenal Agama wahyu yang ada di dunia ini.


http://cucakrowoku.blogspot.com/2016/12/mengenal-agama-wahyu-yang-
ada- di-dunia.html. 28 september 2018.

Juni, Rahmad. 2015. Makalah Pengertian Agama Wahyu dan Agama budaya.
http://junirahmad.blogspot.com/2015/12/pengertian-agama-wahyu-dan-
agama-budaya_76.html. 28 september 2018.

Putra, Andika. 2014. Peranan Agama dalam kehidupan sehari-hari. https://sumber-


ilmu-islam.blogspot.com/2014/06/peranan-agama-dalam-kehidupan-
manusia.html. 28 september 2018.

Setyadi, Sutris. 2013. Agama Wahyu dan Agama Budaya.


http://junirahmad.blogspot.com/2015/12/pengertian-agama-wahyu-dan-
agama-budaya_76.html. 28 September 2018.

wikipedia. 2018. Akidah. https://ms.wikipedia.org/wiki/Aqidah. 28 September 2018.

Wikipedia. 2018. Syariat Islam. https://id.wikipedia.org/wiki/Syariat_Islam. 28


September 2018.

13

Anda mungkin juga menyukai