Anda di halaman 1dari 37

Kelompok 7

MPK Agama - A
Ajeng Pribadi Salam (2106753095)
Luthfiyyah Nabilah (2106636193)
Syfa Roanna Putri (2106704313)
Islam
dan
Ilmu Pengetahuan
Agama dan Sains

Paradigma Agama dan Paradigma


Agama Akal Sains
Paradigma
Agama
Paradigma berarti pola atau kerangka berpikir
dalam memahami sesuatu sehingga bisa
mencapai suatu pemahaman akan suatu hal.

Penting bagi kita untuk bisa memiliki paradigma


berpikir yang baik sehingga mendapatkan
mekanisme yang benar dalam menghadapi
berbagai informasi.
Paradigma dalam beragama

01 02
Beragama harus merujuk Beragama harus merujuk
kepada kitab suci. kepada sumber otoritatif

03 04
Memahami ayat AL-Qur’an Orang-orang yang dapat
secara komprehensif dan mengambil pelajaran didalam
holistik AL-Qur’an adalah yang
menggunakan akalnya
05
Memberlakukan mekanisme
keilmuan
Beragama harus merujuk
kepada Kitab Suci Al-Qur’an
Dalam agama Islam Al-Qur’an merupakan sumber primer atau
sumber utama sebagai kebenaran mutlak. Sumber hukum
lainnya seperti sunah dan hadis sebagai penjelas mengenai
apa yang belum dijelaskan didalam Al-Quran secara langsung

Beragama harus merujuk


kepada sumber otoritatif
Sebagaimana yang tertuang dalam Surat An-Nisa ayat 50
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil Amri diantara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul, jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Memahami Ayat Al-Qur’an
secara komprehensif dan holistik
Dalam Alquran ada dua jenis ayat yaitu Sebagaimana terdapat dalam Ali Imran ayat 7
muhkamat dan mutasyabihat.
“Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an)
- Ayat muhkamat yaitu ummul quran kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada
(pokok-pokok isi Alquran) berisi hukum yang
ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok
sudah jelas ketentuannya seperti mendirikan
Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat.
shalat, zakat, puasa dan sifatnya tidak butuh
Adapun orang-orang yang dalam hatinya
penjelasan yang rumit
condong pada kesesatan, mereka mengikuti
- Ayat mutasyabihat yaitu berisi ayat yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah
pendalaman dimana bahasannya tidak secara dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak
jelas dijelaskan dalam satu ayat seperti ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah.
muhkamat tetapi memerlukan pemahaman Dan orang-orang yang ilmunya mendalam
secara holistik. Contohnya yaitu kekhusyuan berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an),
dalam shalat. semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang
dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang
berakal.”
Orang-Orang yang dapat mengambil pelajaran
adalah yang menggunakan akalnya

Sebagaimana tertuang dalam Surat Yunus ayat 100


“Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah
menimpakan azab kepada orang yang tidak mengerti.”

Memberlakukan mekanisme keilmuan

Maka dari itu, dalam proses mempelajari Al-Qur’an haruslah mempelajarinya


dengan hikmah (pemahaman yang mendalam) dan bijaksana (hakim),
disampaikan dengan pengajaran yang baik (menyampaikan kebaikan dengan
cara yang baik), dan berdebatlah untuk mempelajari agama (tidak cukup hanya
mengikuti saja) yaitu berdiskusi untuk melakukan klarifikasi
Agama
dan
Akal
Dalam memahami agama Islam tentunya
diperlukan juga penggunaan akal dalam
pelaksanaannya. Sebagai manusia yang
akil-baligh (sampai akalnya) maka
diwajibkan unutuk beragama, sedangkan
orang yang belum sampai akalnya seperti
anak kecil dan orang-orang yang
kehilangan akalnya tidak dikenai kewajiban
untuk beragama.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Surat
Ali Imran ayat 7.
Paradigma
Sains
Paradigma Sains Paradigma Agama
- Alam Semesta
- Kitab Suci
- Ilmuwan
- Allah, Rasul, dan Ulul Amri
- Kesepakatan (hipotesis,
- Komprehensif dan Holistik
metode ilmiah lain)
- Akal Sehat
- Logis, Rasional, Analitis,
Empiris - Bersifat Relatif

- Bersifat Relatif
Agama dan Sains

Fakta dan Teori Sains Objektif, Sains sebagai


Agama Subjektif ilmu alat
Fakta & Teori
(Universitas Indonesia, 2020)
● Sains adalah suatu upaya sistematis untuk merumuskan
fakta atau realitas alam.
● Tetapi, ketika realitas itu diungkapkan kepada orang lain,
dan dirumuskan, pengungkapannya belum tentu benar.
● Disebabkan proses pengamatan itu melalui persepsi si
pengamat.
● kebenaran sebuah rumusan harus diuji oleh masyarakat
ilmiah secara terbuka.

Ketika ada sebuah teori sains kita dianjurkan untuk tidak


menerimanya mentah-mentah. Melainkan, mesti
memahaminya dan mengujinya secara kritis
Contoh : Teori Gravitasi (sains)

● telah menjadi hukum gravitasi, seseorang bisa menyusun teori mekanika.


● menjelaskan perilaku dan interaksi berbagai benda di alam,
● pergerakan benda-benda langit, pergerakan pesawat, luar angkasa, dan
berbagai peralatan transportasi, dsb.
○ Teori memiliki batas, sesuai dengan kondisi saat ia dirumuskan.
○ Bersifat relatif,
○ sehingga, Teori Gravitasi kemudian terbukti bisa tidak berlaku pada
kondisi tertentu.

Sains terus berkembang seiring dengan terungkapnya realitas baru melalui


pengamatan yang lebih maju dan komprehensif. Tidak ada yang berani
mengklaim sebuah teori sebagai kebenaran final atas realitas alam semesta.
● Fakta atau realitas adalah segala sesuatu yang diciptakan Tuhan, baik realitas
kongkret maupun realitas ghaib (al-Attas, 1995: 17-70 dan Daud, 1997).

Perbedaan realitas konkret dan realitas ghaib :

Realitas Konkret Ghaib

benda-benda mati,
Terdiri dari tumbuhan, hewan, meliputi setiap bentuk pewahyuan dari Tuhan
manusia, dan kepada manusia kepercayaan Allah yaitu
benda-benda orang-orang yang terpilih (Nabi/Rasul),
angkasa.

Dikenali dengan pengalaman inderawi dikenali oleh manusia setelah pengalaman inderawi
maupun akal budi, dan imajinasi akal budinya mencapai titik batas
kemampuannya
Q. s Al-An’am : 76-83

Pada saat malam sudah gelap, dia melihat-lihat ke angkasa dan menemukan
banyak benda angkasa yang gemerlapan. Salah satu benda langit yang
menarik perhatiannya adalah bintang. Setelah cukup puas mengamati bintang,
dia membuat keputusan “Inilah Tuhanku”; Ia lebih cemerlang dibanding benda
angkasa lainnya. Namun ketika Ibrahim terbangun menjelang pagi, bintang itu
lenyap dari pandangannya. Dia pun berkesimpulan bahwa bintang itu bukan
Tuhanku, karena aku sangat tidak suka pada sesuatu yang hilang.

Keesokan harinya, ketika malam mulai gelap dan terbitlah bulan di ufuk Timur,
maka dia pun meneguhkan hatinya bahwa inilah “Tuhanku”; Ia lebih terang
cahayanya dan ukurannya lebih besar dibanding bintang. Tetapi lagi-lagi dia
harus kecewa karena pada saat terjaga dari tidurnya bulan itu sudah terbenam.
Kemudian dia pun berkeyakinan bahwa bulan itu bukan Tuhanku dan
seandainya Tuhan yang “asli” tidak memberi petunjuk, maka aku akan termasuk
golongan orang-orang yang sesat.
Demikianlah di saat Ibrahim kecewa berat terhadap dua benda langit yang
dianggapnya Tuhan tersebut, dia melihat matahari terbit dan dia pun bergembira
hati bahwa inilah “Tuhanku” yang sebenarnya; Ia lebih kemilau dan ukurannya lebih
besar dari dua “tuhanku” sebelumnya. Tetapi tatkala matahari terbenam di sore
hari, dia pun cepat-cepat mengoreksi keyakinan yang sudah dipancangkannya dan
menegaskan bahwa matahari itu bukan Tuhanku. Oleh karena itu, akhirnya Ibrahim
berikrar bahwa aku hanya akan tunduk patuh pada Tuhan yang menciptakan langit
dan bumi dengan cenderung pada agama yang benar dan aku bukanlah golongan
orang-orang yang menyekutukan Tuhan.

Dengan demikian manusia yang dibekali panca-indera dan akal budi dapat
membaca realitas kongkrit dan ketika pembacaan atas realitas kongkrit tersebut
mencapai titik puncak batas-batas kemampuannya, maka saat itulah terbuka
pintu untuk pembacaan terhadap sebagian dari realitas ghaib.
Cara Menyusun Ilmu Pengetahuan
Unsur keilmuan :
1) Perumusan masalah,
2) Proses penelitian atas masalah, dan ➔ Proses penelitian masalah
3) Perumusan jawaban atas masalah. Terbagi menjadi :

1. Abduksi ialah suatu proses penyimpulan dari


➔ Perumusan masalah suatu kasus tertentu.
Dimensi pertanyaan :
1. tidak mengetahui sesuatu, Abduksi terdiri dari tiga hal, yaitu :
2. memiliki keinginan kuat untuk
mengetahuinya, dan (1) pernyataan tentang suatu hukum,
3. usaha untuk menemukan
kebenaran. (2) pernyataan tentang suatu kasus, dan

Ringkasnya dalam menyusun ilmu (3) pernyataan tentang kesimpulan


pengetahuan, di awali dengan (A. Sony Keraf & Mikhael Dua, 2001:88-96).
pertanyaan/masalah, di akhiri
dengan jawaban/solusi, dan Contoh kasus :
dijembatani aktivitas penelitian
diantara keduanya. “Shalat itu mencegah perbuatan keji” (hukum),
“shalatnya rajin tetapi korupsinya jalan terus” (kasus),
Cara Menyusun Ilmu Pengetahuan ➔ Proses penelitian masalah
Deduksi ialah usaha untuk menyingkapkan
Abduksi - konsekuensi-konsekuensi dari penjelasan
lalu bagaimana jawaban atas pertanyaan yang bersifat dugaan (A. Sony Keraf & Mikhael
“mengapa terjadi kesenjangan antara Dua, 2001:97-98). Contoh kasus :
norma ideal dengan norma aktual,” dapat
dijawab dengan beberapa kemungkinan, “orang yang sedang berpuasa memiliki ciri-ciri,
diantaranya : diantaranya (1) mulutnya kering, (2) nafasnya
sedikit berbau, dan (3) mukanya agak pucat”
(1) shalatnya tidak khusyu’, atau (pernyataan umum); Pak Soma sedang berpuasa
(2) shalatnya untuk memenangkan Pemilu, (pernyataan khusus); Karenanya/seharusnya Pak
atau Soma memiliki ciri-ciri di atas (pernyataan
konsekuensi).
(3) shalatnya untuk memenuhi azas
formalitas, atau Tugas deduksi ialah mengekplisitkan pernyataan
yang implisit dengan cara mencocokkan dugaan
(4) shalatnya sebagai keterampilan yang
dibiasakannya semenjak usia sekolah tersebut dengan kenyataan. Namun
dasar, pencocokkannya tersebut hanya terjadi di atas
kertas karena sang peneliti harus mencari
jawabannya sendiri dari realitas. Tugas inilah yang
dilakukan induksi.
Cara Menyusun Ilmu Pengetahuan ➔ Proses penelitian masalah
Induksi ialah cara kerja menyusun ilmu
pengetahuan yang berawal dari sejumlah
pernyataan kasus dan berakhir dengan
menarik kesimpulan/pernyataan umum (A.
Sony Keraf & Mikhael Dua, 2001:99-117).

Prinsip penyimpulan dari kasus ke umum


tersebut bertumpu pada aspek kesamaan,
Langkah-langkah penalaran keterkaitan, dan sifat faktual dari peristiwa
induktif terdiri dari : tersebut.

(1) situasi masalah, Ciri umum dari induksi adalah bahwa


pernyataan induktif selalu tidak lengkap;
(2) pengajuan dugaan,
Kesimpulan yang merupakan dugaan ini, kalau ternyata
(3) penelitian lapangan, dan
kemudian terbukti benar, muatan informasinya bersifat
(4) pengujian dugaan. terbatas dan tidak pernah lengkap karena hanya menyangkut
beberapa fakta saja, yang diasumsikan mencakup seluruh
fakta lain yang sejenis.
Sains Objektif,
Agama Subjektif
Sains Objektif Agama Subjektif
● tidak perlu diperlawankan
Sains dikembangkan Agama disyiarkan secara diameteral.
melalui pendekatan melalui pendekatan ● Melainkan, dipahami
yang objektif yang subjektif sebagai sesuatu yang
komplementer.
Sains adalah Agama adalah
pengetahuan empiris pengetahuan yang
Albert Einstein - Ahli Fisika Modern,
yang diperoleh secara diperoleh melalui
telah menyadarkan bahwa dalam
objektif pewahyuan yang teorinya yang sangat fenomenal
bersifat subjektif. “Teori Relativitas”, secara
sederhana bisa dikatakan, bahwa
hasil pengamatan terhadap suatu
keadaan atau objek bergantung
kepada kondisi pengamatnya
● objektivitas adalah bagian
dari subjektivitas.
● pada dasarnya, semua Di dalam Mekanika Kuantum dikenal suatu
pengamatan dan kesimpulan kondisi yang disebut “superposisi”. Di
objektif itu berada di dalam mana suatu benda bisa berada di dalam
subjektivitas pengamatnya. dua keadaan sekaligus, bergantung pada
pengamatnya
Sains sebagai
ilmu alat
Apa yang dimaksud dengan Sains sebagai Ilmu Alat?
● Didukung fakta bahwa, ayat-ayat Al Qur’an memang banyak yang menempatkan
peran sains dalam memahami realitas.
● Sains bertempat diposisi yang sama seperti ilmu bahasa, ilmu sejarah, ilmu
kedokteran, ilmu politik, dsb.
● Yang dibutuhkan untuk menjadi alat pemahaman teks kitab suci Al Qur’an.
● Jika tidak paham ilmu Astronomi, kita pun akan kesulitan dalam memahami ayat-ayat
Al-Quran yang bercerita tentang langit.
● Sebagaimana juga, kalau kita tidak memahami ilmu Bumi, kita tidak akan paham
ayat-ayat yang bercerita tentang daratan, lautan, gunung, awan, hujan, petir, dll.
● Al-Quran dan sains sangat berkolerasi, dan sains sangat memiliki kebermanfaatan
bagi manusia dalam memaknai arti dalam ayat Al-Quran.

Q.S Al-Baqarah : 222

‫ْض َو َﻻ َﺗﻘْرَ ﺑ ُْوھُنﱠ ﺣَ ّٰﺗﻰ ﯾَطْ ﮭُرْ نَ ۚ َﻓﺎِذَ ا‬ ۙ ِ ‫ًى ﻓَﺎﻋْ ﺗَزِ ﻟُوا اﻟﻧﱢﺳَ ۤﺎ َء ﻓِﻰ ا ْﻟ َﻣ ِﺣﯾ‬
ۙ ‫ْض ۗ ﻗُ ْل ھ َُو اَذ‬ِ ‫َوﯾَﺳْ ـَٔﻠ ُْوﻧَكَ ﻋَ ِن ا ْﻟ َﻣ ِﺣﯾ‬
َ‫ﷲ ُﯾﺣِبﱡ اﻟﺗﱠوﱠ ا ِﺑﯾْنَ َو ُﯾﺣِبﱡ ا ْﻟ ُﻣﺗَطَ ﮭﱢرِ ﯾْن‬ َ ّٰ ‫ﺗَطَ ﮭﱠرْ نَ َﻓﺄْﺗ ُْوھُنﱠ ﻣِنْ ﺣَ ﯾْثُ اَﻣَرَ ُﻛ ُم ّٰﷲُ ۗ اِنﱠ‬
Artinya “Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang
kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh,
Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.”
َ‫َو ِﺗﻠْكَ ْٱﻷَ ْﻣ َٰﺛ ُل ﻧَﺿْ رِ ُﺑﮭَﺎ ﻟِﻠﻧﱠﺎسِ ۖ َوﻣَﺎ ﯾَﻌْ ِﻘﻠُﮭَﺂ إ ﱠِﻻ ٱﻟْﻌَٰ ﻠِﻣُون‬
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat
untuk manusia; dan tiada yang memahaminya
kecuali orang-orang yang berilmu.

—Q.S Al-Ankabut : 43
Agama dan Sains

Al-Qur’an Implementasi sains Budaya keilmuan


inspirasi Sains dalam Al-Qur’an yang Egaliter
Al-Qur’an Inspirasi Sains

Al-Ghasiyah ayat 17-20

Memperhatikan fenomena unta


diciptakan, langit ditinggikan,
gunung ditegakkan, dan
daratan bumi terhampar.

Dalam konteks ini, sains menjadi


bagian yang tak terpisahkan dari
Agama dan jalan untuk mengenal
Allah melalui ciptaan-Nya.
1. Asal Usul Kehidupan

Berdasarkan Al-Qur’an
● Kita tercipta dari saripati tanah
bumi. Hal ini tercantum dalam
QS. Al-Mu’minun ayat 12.
Implementasi
● Al-Qur’an menggambarkan
bahwa alam semesta ini
Sains
dulunya bersatu padu di titik
yang sama, lalu diciptakan dalam
oleh Allah, dikembangkan, dan
dilenyapkan kembali.
Tercantum di QS Al-Anbiya
Al-Qur’an
ayat 30.
1. Asal Usul Kehidupan

Berdasarkan Sains
● Alam semesta ini sedang berkembang.
Ini merupakan fakta karena diperoleh
dari data-data pengamatan berbagai
teleskop dan observatorium. Ternyata
benda-benda langit sedang bergerak
menjauh. Mirip dengan ayat al-Qur’an
tentang bagaimana langit ditinggikan.
● Saat ini, usia jagat raya diperkirakan 13,8
milyar tahun. Kalau ditarik kebelakang,
jagat raya berada di dalam kondisi
yang sangat kecil di pusatnya. Hal ini
digambarkan dalam al-Quran yang
disebut dengan bersatu padu.
● Teori mengenai asal usul kehidupan,
yaitu teori big-bang, fluktuasi kuantum,
osilasi, dan multiverse.
2. Lapisan Bumi
● Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui
bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan
sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu.” (At-Thalaq: 12).
● Lapisan bumi terdiri dari atmosfer, hidrosfer, kerak bumi, lapisan
sima, lapisan sima berfasa besi, inti cair bumi, dan inti padat bumi.
3. Bulan sebagai Penunjuk Waktu
● Allah berfirman, “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan
bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).” (Yunus: 5).
● Mengenal perhitungan waktu hari, bulan, dan tahun bagi manusia.
Dengan begitu, manusia dapat mengetahui posisi mereka, kapan
dan dimana.
4. Kapal Layar
● Allah berfirman, “Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat
berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu
berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa
orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang
baik, dan mereka bergembira karenanya,” (Yunus: 22).
● Kapal dapat berjalan karena tiupan angin, karenanya pada kapal
dilengkapi layar yang dapat menangkap angin dan hal itu disebut
kapal atau perahu layar. Layar berfungsi menangkap angin, dalam
arti layar mewakili tubuh atau bagian kapal yang dapat didorong
angin. Semakin lebar layar, semakin banyak angin ditangkap atau
semakin banyak bagian kapal yang didorong angin sehingga kapal
semakin cepat berjalan.
Budaya Keilmuan yang Egaliter

Al-Qur’an dan Pembelajaran


sains tidak dibangun dengan
bertentangan. tatanan yang egaliter.

01 02 03

Kebenaran yang
mutlak hanya milik
Allah SWT.
Referensi
El-Zastrouw, N., Djohan, A. K., Ghazali, A. M., Mustofa, A., Qibtiyah, A., Rahmat, I., Bil.Uzm, N. R., Qodir, Z., Islam, A. M.,
Solechan, A. (2020). Materi Pembelajaran Mata Kuliah Agama Islam. 79-82

Kuliah Agama Islam UI. (2020, Decmber 13). Agama dan Sains- Ir. Agus Mustofa.
https://www.youtube.com/watch?v=0chnBZmc24U&t=564s

Kuliah Agama Islam UI. (2020, December 14). Drama Jagat Raya versi Al-Qur’an dan Sains.
https://www.youtube.com/watch?v=yTDXGvEERPA

Kumara, A., Virnanda, A., Azmi, L.S., Auliani, R.R. (2020). Implementasi Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif
Al-Qur'an sebagai Upaya Menghadapi Tantangan Zaman. al-Afkar, Journal for Islamic Studies, 3(2), 111-127.
https://media.neliti.com/media/publications/339722-implementasi-ilmu-pengetahuan-dalam-pers-d61bdcf
d.pdf

Syamsudin, A. (2018). Cara Kerja Ilmu Pengetahuan dan Sikap Kritis Terhadap Informasi Dalam Ajaran Islam.
Retrivied from : https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/view/21001.

Universitas Indonesia. (2020). Bab III - Islam dan Ilmu Pengetahuan ; Agama dan Sains. In Materi Pembelajaran
Mata Kuliah Agama Islam (pp. 53-60). Jakarta: Retrivied from : https://emas2.ui.ac.id/.

Wati, I. (2018). Kesehatan dalam Al-Quran. Banda Aceh: Retrivied from :


https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/8886/1/INA%20WATI.pdf.

Anda mungkin juga menyukai