Dosen Pengampu:
Syamsiah, M.Ag
Disusun Oleh:
1188010223
ADMINISTRASI PUBLIK
2018
A. Character Building
IQ
SQ EQ
Dalam pengertian Islam Jika hati seseorang sudah Nafs adalah nafsu, jiwa, nyawa, dan
Aql adalah daya berfikir yang terkoneksi dengan Allah, lain-lain. Jika nafsu seseorang telah
terdapat dalam jiwa manusia insyaallah hati kita akan terkendalikan, maka terbentuklah
yang sebagai digambarkan tenang dan dia akan menjadi pribadi yang sabar. Apabila manusia
dalam Al-Qur’an memperoleh pribadi yang tenang. mengumbar nafsunya maka
pengetahuan dengan kepribadiannya tidak akan mampu
memperhatikan Alam bereksistensi, baik di dunia apalagi di
sekitarnya . akhirat.
Tiga komponen ini saling berinteraksi satu sama lain, hanya saja ada salah satu
diantaranya yang lebih mendominasi dari komponen yang lain, atau saling tarik menarik,
bahkan ada beberapa diantaranya yang bertentangan. Dalam interaksi ini, qalb sebagai
pengendali yang paling dominan dalam sistem kepribadian. Hal ini dikarenakan daya dan
naturnya yang luas dan mencakup komponen lainnya. Maka untuk mencapai pribadi yang
muthmainnah, setiap manusia hendaknya memelihara kesucian hatinya agar rahmat dan
hidayah Allah senantiasa bersamanya.
Tauhid
Iman jika sudah haqul yakin
Yakin
Percaya
Yang pertama kita percaya bahwa Allah Tuhan kita. Lalu jika kita sudah percaya,
kita harus yakin bahwa Allah benar-benar ada, Allah yang menciptakan semua yang
ada di dunia ini. Ketika kita sudah yakin dan benar-benar yakin kepada Allah, maka
akan muncul rasa iman kita. Setelah seseorang beriman dan tidak mencampuradukkan
keimanan dia dengan kezaliman (kesyirikan), itulah yang dinamakan dengan
bertauhid.
B. Materi :
Pengertian Ilmu Tauhid
Ilmu tauhid adalah ilmu yang mempelajari tentang keesaan Allah.
Masdar : َت َْوح ْيدًا – ي َُو ِّحد ُ – َو َّحد
Menunggalkan atau Mengesakan
Secara umum ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan
aqidah agama dengan menggunakan dalil-dalil yang
meyakinkan, baik dalil naqli, dalil aqli maupun dalil
perasaan (wujdan).
2. Dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil fikiran dan pengaruh dalil fikiran ini tampak
PONDASI Aqidah
Dalam pengertian agama pengertian akidah adalah kandungan rukun
iman, yaitu:
Beriman dengan Allah
Beriman dengan para malaikat
Beriman dengan kitab-kitab-Nya
Beriman dengan para Rasul-Nya
Beriman dengan hari akhir
Beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk
2) Hakikat adalah ilmu yang bersumber dari kebenaran yaitu Allah.
3) Ushuluddin adalah asal usul agama.
Berasal dari dua kata, yaitu
‘Ushul” : pokok, fondmen, prinsip, aqidah, peraturan.
“Aiddiin” : agama
Ushuluddin adalah pokok-pokok atau dasar-dasar agama.
Ilmu tauhid dapat pula dikatakan ilmu ushuluddin karena menguraikan pokok-
pokok kepercayaan dalam agama islam.
4) Theologi “Theos” dan “Logos” Ilmu tentang Tuhan
Tuhan Ilmu
Sarjana Barat
Ilmu Tauhid Theologi Islam
Ilmu Tauhid Sebagai Dasar Ilmu Dalam Penetapan Aqidah Yang Benar
Ilmu tauhid adalah ilmu yang sangat penting bagi setiap muslim,sebab ilmu ini
menyangkut aqidah yang berkaitan dengan islam.Sedangkan aqidah merupakan pondasi
bagi keberagamaan seseorang dan benteng yang kokoh untuk memelihara aqidah
muslim dari setiap ancaman keraguan dan kesesatan.
Kita seringkali mendengar terjadinya berbagai penyimpangan dalam berpikir,berkata
dan bertindak. Hal itu terjadi karena jauhnya pemahaman yang benar tentang dasar-
dasar aqidah islam dan masalah-masalah keimanan yang termasuk ke dalam ilmu tauhid
Dalil-Dalil Dalam Ilmu Tauhid
Secara umum dalil itu ada 2: yakni dalil naqli dan dalil aqli.
Dalil naqli yaitu dalil yang bersumber darinash-nash al-Qur’an dan hadis. Sedangkan
dalil aqli yaitu yang bersumber dari rasioa.
a. Dalil naqli:
- Ayat-ayat yang menjadi landasan:
Al-Hadid:3, Ar-Rahman: 27, As-Syura:11, Al-A’raf:18, Al-Baqarah:21.
- Hadist-hadist yang dijadikan dalil dalam ilmu tauhid adalah hadist mutawatir.
b. Dalil aqli:
Ada empat landasan yang mendorong:
1. Hukum alam (sunnatullah):Segala sesuatu ada sebabnya. Karena itu, menurut
hukum akal adalah mustahil adanya alam tanpa ada yang menciptakan.
2. Hukum wajibul wujud. Keberadaan alam adalah bersifat wujud yang mungkin
(boleh ada, boleh tidak). Menurut hukum akal bahwa harus ada yang menentukan
ada atau tidak adanya alam, dan dia itu haruslah bersifat wajibul wujud.
3. Hukum qadim wal hudus. Alam adalah bersifat hudus (ada awalnya, baru).
Setiap yang baru tentu ada yang mengadakannya. Dan sifatnya haruslah qadim
(tidak berawal).
4. Hukum keteraturan. Alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan
jalurnya. Keteraturan ini mustahil terjadi dengan sendirinya, tapi pasti ada yang
mengaturnya (Allah).
Hikmah Mempelajari Ilmu Tauhid
a. Rela atas pemberian Allah atas dirinya mengenai rizki, kedudukan, dan lain-lain.
b. Rasa saling menghargai, sebab orang yang bertauhid memandang semua manusia
sama derajatnya, berasal dari satu keturunan dan tidak ada yang berhak diperhamba.
c. Rasa kasih sayang terhadap sesama manusia. Orang bertauhid memandang semua
manusia saudara, tidak bertindak aniaya terhadap semua mahluk Tuhan.
A. Character Building
IQ
SQ EQ
A. Character Building
IQ fungsinya menemukan
SQ iman kita telah menemukan titik iman kita kapada Allah dan kita
harus batasi IQ kita
Jika akidah sudah benar, maka akan tumbuh pohon tauhid tersebut
B. Materi
Aliran-aliran dalam Ilmu Tauhid I
1. Aliran Salafiyah
Secara bahasa salafiyah berasal dari kata salaf yang berarti terdahulu, yang
dimaksud terdahulu disini adalah orang-orang terdahulu yang semasa Rasul SAW,
para sahabat, para tabi’in, dan tabitt tabi’in. sedangakan salafiyah berarti orang-orang
yang mengikuti salaf.
Istilah salaf mulai dikenal dan muncul beberapa abad abad sesudah Rasul SAW
wafat, yaitu sejak ada orang atau golongan yang tidak puas memahami al Qur’an dan
hadits tanpa ta’wil, terutama untuk menjelaskan maksud-maksud tersirat dari ayat-
ayat al-Qur’an sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak layak bagi Allah
SWT.
Dalam perkembangannya, ajaran yang bermula pada Imam Ahmad bin Hanbal ini,
selanjutnya di kembangkan oleh Ibnu Taimiyah, kemudian di suburkan oleh Imam
Muhammad bin Abdul Wahab.dan akhirnya berkembang di dunia Islam secara
Spodaris.
Pada abad ke 20 M gerakan ini muncul dengan dimensi baru. Tokoh-tokohnya
adalah Jamaluddin al Afgani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Salafiyah baru al afgani ini terdiri dari 3 komponen pokok yakni :
Keyakinan bahwa kemajuan dan kejayaan umat Islam hanya mungkin di
wujudkan jika mereka kembali kepada ajaran Islam yang masih murni dan kembali
pada ajaran Islam yang masih murni, dan meneladani pokok hidup sahabat Nabi.
Komponen pertama ini merupakan satu unsur yang di miliki oleh salfiyah
sebelumnya.
Perlawanan terhadap kolonialisme dan mominasi barat, baik politik, ekonomi,
maupun kebudayaan.
Pengakuan terhadap keunggulan barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. Aliran Mu’tazilah
Mu’tazilah adalah salah satu aliran pemikiran dalam islam yang banyak terpengaruh
dengan filsafat barat sehinggah berkecenderungan menggunakan rasio sebagai dasar
argumentasi.
Doktrin ajaran Mu’tazillah
Aliran Muktazillah mempunyai lima doktrin yang dikenal dengan al-usul al- khamsah.
Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.
1) At-Taauhid (Tauhid)
Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT.
Konsep tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga mereka senang disebut
pembela tauhid (ahl al-Tauhid).
2) Ad-Adl
Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan mempunyai pengertian
bahwa Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya.
Mereka berpendapat bahwa tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi manusia. Misalnya,
tidak memberi beban terlalu berat, mengirimkan nabi dan rasul, serta memberi daya
manusia agar dapat mewujudkan keinginannya.
3) Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman).
Menurut Muktazillah, Tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang mukmin
ke dalam sorga. Begitu juga menempati ancaman-Nya mencampakkan orang kafir serta
orang yang berdosa besar ke dalam neraka.
4) Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).
Pemahaman ini yang menyatakan posisi orang Islam yang berbuat dosa besar. Orang
jika melakukan dosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin, tetapi ia juga tidak kafir.
Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke
neraka selama-lamanya. Akan tetapi, sikasanya lebih ringan daripada orang kafir.
5) Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang
Kemungkaran).
Dalam prinsip Muktazillah, setiap muslim wajib menegakkan yang ma’ruf dan
menjauhi yang mungkar. Bahkan dalam sejarah, mereka pernah memaksakan ajarannya
kepada kelompok lain. Orang yang menentang akan dihukum.
3. Aliran Qodariyah
Qadariyah berasal dari bahasa arab, yaitu qadara yang artinya kemampuan dan
kekuatan. Adapun menurut pengertian terminologi, qadariyah adalah suatu aliran yang
percaya bahwa segala tindakan manusia diintervensi dari Tuhan.
Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang amat
menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai mempunyai kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak melaksanakan kehendaknya itu.
Dalam menentukan keputusan yang menyangkut perbuatannya sendiri, manusialah yang
menentukan, tanpa ada campur tangan Tuhan.
4) Maturudiyah
Aliran Maturidiyah digolongkan dalam aliran Ahlussunnah wal Jamaah yang bercorak
rasional. aliran Maturidiyah merupakan salah satu dari sekte Ahl al-Sunnah wal al-
Jama’ah yang tampil bersama dengan Asy’ariah
4. Aliran dalam Maturidiyah
1) Sekte Samarkand
Golongan ini dalah pengikut al-Maturidi sendiri, golongan ini cenderung ke arah
paham Mu’tazilah.
2) Sekte Bukhara
Golongan Bukhara ini dipimpin oleh Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi. Dia
merupakan pengikut al-Maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya.
Sekte Bukhara adalah pengikut-pengikut al-Bazdawi di dalam aliran al-Maturidiyah, yang
mempunyai pendapat lebih dekat kepada pendapat pendapat al-Asy’ary
5. Ahlus Sunnah Waljamaah (ASWAJA)
Ahlussunnah sering juga disebut dengan Sunni dapat di bedakan menjadi 2 pengertian,
yaitu khusus dan umum, Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok Syiah,
Dalam pengertian ini, Mu’tazilah sebagai mana juga Asy’ariyah masuk dalam barisan Sunni.
Sunni dalam pengertian khusus adalah mazhab yang berada dalambarisan Asy’ariyah dan
merupakan lawan Mu’tazilah.
A. Character Building
EQ (kecerdasan emosional) keimanan seseorang sudah mencapai
- Kotoran Ruhaniyah
B. Materi
Aliran-aliran dalam Ilmu Tauhid II
1. Asya’riyah
Asy`ariyah adalah sebuah paham akidah yang dinisbatkan kepada Abul Hasan Al-
Asy`ariy. Asy’ari yang semula berpaham Muktazilah akhirnya berpindah menjadi Ahli
Sunnah. Sebab yang ditunjukkan oleh sebagian sumber lama bahwa Abul Hasan telah
mengalami kemelut jiwa dan akal yang berakhir dengan keputusan untuk keluar dari
Muktazilah. Sumber lain menyebutkan bahwa sebabnya ialah perdebatan antara dirinya
dengan Al-Jubba’i seputar masalah ash-shalah dan ashlah (kemaslahatan).
2. Syiah ()علي شيعة "Syi’ah `Ali"
Doktrin Syiah:
1) Ahlul Bait
Kaum Syi’ah lebih mengkhususkan istilah Ahlul Bait Muhammad yang hanya
mencakup Ali dan istrinya Fatimah, putri Muhammad beserta putra-putra mereka yaitu al-
Hasan dan al-Husain (4 orang ini bersama Muhammad juga disebut Ahlul Kisa atau yang
berada dalam satu selimut) dan keturunan mereka.
2) Imamah
Dasar keyakinan Syi’ah adalah bahwa Ali r.a. dan keluarganya merupakan orang yang
paling berhak untuk menjadi khalifah dibanding Abu Bakar, Umar dan Usman, karena
Rasulullah saw, telah mewariskan kekhalifahan kepadanya
3) Isman
Yang dimaksud dengan al-Ishmah adalah keyakinan terhadap adanya imamyagn terjaga
dari perbuatan slah dan dosa (baik dosa besar maupun dosa kecil) selama hidupnya.
Mereka seperti juga para nabi tidak pernah berbuata maksiat, tidak pernah salah dan lupa.
4) Mardiyah
Yang dimaksud dengan al-Mahdiyah adalah, keyakinan akan adanya imam yang
ditunggu-tugngu, yang akan turun ke bumi pada akhir masa dengan membawa keadilan
dan keamanan setelah bumi itu penuh dengan distruksi sosial.
5) Al-Bada’
Secara bahasa, Al-Bada’ artinya tampak, atau sesuatu yang muncul dari yang sebelumnya
masih tersembunyi. Syiah menyematkan sifat kepada Allah ta’ala, artinya mereka
menetapkan bahwa Allah akan membatalkan ketetapan atau keputusan yang telah
diputuskan sebelumnya karena ada pendapat baru.
3. Jabariyah
Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Sedangkan
menurut al-Syahrastani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara
hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah. Dan dalam bahasa inggris
disebut dengan fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa perbuatan
manusia di tentukan sejak semula oleh qada dan qadar tuhan
4. Mur’jiah etimologi
-penundaan/penangguhan
-harapan
A. Character Building
Integralisasi
IQ
SQ EQ
+
Integralisasi (mengimani Allah sebgai illah)
Ketika IQ dan SQ terintegrasi, maka akan:
Benarnya Aqidah
Tegaknya Ibadah
Terpancarnya Sikap Berakhlakul Karimah
B. Materi
Masalah-Masalah Pokok Dalam Ilmu Tauhid/Kalam
a. Wujud
Bahwa ‘wujud’ Allah secara ‘fisik’ tidak bisa kita gambarkan. Alasannya karena Allah
adalah Zat. Semua yang bisa kita gambarkan namanya ‘makhluk’. Allah kan bukan
‘makhluk’, Allah yang menciptakan makhluk. Jadi ‘wujud’ Allah secara fisik sudah
bukan domain (wilayah) untuk dimasuki. Jika kita berkutat dengan ‘wujud’ Allah secara
fisik, alamat… kita sudah berada di luar jalur.
Keberadaan atau ” Wujud” Allah memang tidak bisa terlihat oleh mata, tapi Allah bisa
kita “rasakan” dalam hati. Kalau kita yakin adanya Allah sebagai Tuhan – tapi tidak bisa
kita rasakan dalam hati, maka alamat… bahwa pengertian “wujud” dalam sifat Allah ini
belum kita pahami sepenuhnya.
b. Keesaan Allah
Dalam surat Al-Ikhlas, pada ayat pertama disampaikan bahwa Tuhan yang mereka
tanyakan itu adalah Allah al-Ahad, yang Maha Esa. Terkait makna al-Ahad, Ibnu Katsir
memaparkan bahwa “Dia-lah al-Wahid al-Ahad, tidak ada yang setara dengan-Nya, tidak
memiliki pembantu, tanpa sekutu, serta tidak ada yang serupa dan sepadan dengan-Nya
[Tafsir Ibn Katsir : 8/527].
Pada ayat berikutnya ditegaskan bahwa Allah adalah ash-Shamad, yaitu Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Mengingat Allah senantiasa berada dalam kesibukan
sebagaimana dinyatakan dalam surat ar-Rahmaan ayat 29, adalah tepat jika Allah memiliki
nama ash-Shamad , nama yang memiliki cakupan makna yang sangat luas karena memiliki
arti as-Sayyid, yang dijadikan tujuan atau sandaran, dan tidak ada seorang pun yang berada
di atas-Nya [Jaami’ al-Bayaan fii Takwiil al-Quraan 24/692].
Lebih lanjut pada ayat ketiga Allah berfirman (yang artinya), “Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan”. Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada anak yang dilahirkan dari-
Nya. Demikian pula Allah tidaklah lahir dari sesuatu apa pun. Kemudian surat ini diakhiri
dengan firman-Nya (yang artinya), “Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”
untuk memperkuat karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa tentu menuntut penafian
(peniadaan) keberadaan sesuatu yang setara dengan-Nya
c. Dzat dan Sifat
Dzat Allah merupakan perwujudan dari adanya Allah. Sama halnya manusia ada, karena
Allah dan dzat-Nya ada. Allah SWT merupakan zat pribadi dimana zat pribadi merupakan
satu perwujudan yang berdiri sendiri tanpa adanya ketergantungan pada dzat yang lain.
Sangat berbeda dengan manusia yang membutuhkan Allah untuk bisa hidup. Allah swt jugs
memiliki sifat-sifat yang tentunya tidak sama dengan sifat yang dimiliki oleh manusia
ataupun makhluk lainnya. Mengenal sifat-sifat Allah dapat meningkatkan keimanan kita.
Seseorang yang mengaku mengenal dan meyakini Allah itu ada namun ia tidak mengenal
sifat Allah, maka ia perlu lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Sifat-sifat Allah yang
wajib kita imani ada 20, yaitu:
1) Sifat nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah SWT. Sifat ini adalah
wujud.
2) Sifat Salbiyah, yaitu sifat Allah yang menolak sifat-sifat yang tidak sesuai atau tidak
layak bagi Allah, yaitu: Qidam menolak huduts, Baqa’ menolak fana,
Mukhalafatililhawaditsi menolak mumatsalatulil-hawaditsi, Qiyamuhubinafsihi menolak
ihtiyajuhu ila ghairihi, dan Wahdaniyah menolak atta’addudu
3) Sifat Ma’ani, yaitu sifat-sifat wajiib bagi Allah yang dapat digambarkan oleh akal pikiran
mmanusia, serta dapat meyakinkan orang lain seba kebenarannya dapat dibuktikan oleh
pancaindera. Yang termasuk sifat ini adalah : qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, bashhar,
kalam.
4) Sifat Ma’nawiyah, ialah sifat-sifat Allah yang merupakan pennjabaran dari sifat ma’ani,
yaitu: kaunuhu qadiran, kaunuhu muridan, kaunuhu ‘aliman, kaunuhu bayyan, kaunuhu
sami’an, kaunuhu bashiran, kaunuhu matakalliman.
d. Kejisiman
Kaum Musyabihah dengan tegas menyatakan bahwa Tuhan adalah jisim, bahkan seperti
manusia, beranggota badan, berarah, dan bergerak. Sedangkan, ulama kalam menyatakan
tegas-tegas kebalikannya, yaitu Tuhan tidak mungkin berjisim. Manusia tidak dapat
mengetahui Allah dan menentukan sifat-sifat yang sebenarnya, kecuali dengan menggunakan
tasybih (persamaan) dengan makhluk dan tanzih (penyucian). Tuhan tidak pantas berjisim,
seperti makhluk ciptaan-Nya.
e. Keadilan
Allah SWT disebut dalam Alquran dengan sebutan Al-Ahkam atau Al-Hakim yang
artinya Hakim Yang Paling Adil (QS.95,8). Karena keadilan-Nya, Allah SWT disebut juga
oleh Alquran dengan sebutan Al- 'Adl (Tuhan Yang Maha Adil). Adil karena memberikan
kepada makhluk hak mereka serta ditempatkan-Nya masing-masing makhluk-Nya itu pada
posisi yang sesuai dengan tabiat mereka.
Allah SWT juga tidak pernah membebankan suatu taklif yang tidak sesuai dengan
kemampuan manusia (ahliah), seperti firman-Nya yang artinya, Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, la mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya."
(QS.2,286).
f. Qada dan Qodar
Artian dalam bahasa Qada memiki beberapa arti seperti hukum, ketetapan, perintah,
kehendak, pemberitahuan dan penciptaan. Menurut istilah, qada adalah ketentuan dan
ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali atas segala sesuatu yang berkaitan dengan
iradah atau kehendak-Nya, baik itu kebaikan dan keburukan, hidup dan mati, dan lain
sebagainya.
Artian dalam bahasa Qadar adalah kepastian, peraturan dan ukuran. Menurut istilah qadar
adalah suatu perwujudan ketetapan (qada) terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan
makhluk-Nya yang telah ada sejak zaman Azali dan pastinya sesuai dengan iradah-Nya.
b. Faktor Eksternal
1) Kepercayaan non Muslim
Problema akidah merupakan konsekuensi logis dari meluasnya daerah dan kekuasaan
islam. Meluasnya daerah kekuasaan islam ini diikuti pula oleh banyaknya orang – orang
non muslim yang masuk islam. Tidak semua orang yang masuk islam itu dengan
keikhlasan hati, tetapi diantaranya mungkin ada yang karena terpaksa ataupun karena
motif – motif lain. Hal ini terbukti misalnya, setelah Rosulullah SAW wafat dan Abu
Bakar baru saja di bai’at muncullah orang – orang yang murtad dari islam, ada yang
mengaku sebagai nabi.
2) Filsafat
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju mendorong dalam usaha
penterjemahan buku – buku filsafat ke dalam bahasa arab. Dalam usaha penterjemahan
itulah diantaranya ada yang memasukkan dan menyebarkan faham – faham filsafat mereka
ke dalam agama islam dengan corak islami. Orang – orang yahudi dan kristen berusaha
menyerang islam dengan senjata filsafat, bersamaan dengan itu kaum muslimin terdorong
untuk mempelajari dan mempergunakan filsafat di dalam usaha mempertahankan islam,
khususnya bidang akidah.
2. Sejarah Perkembangan Ilmu Tauhid dari Masa ke Masa
a. Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa Nabi Muhammad SAW
Masa Rasulullah saw merupakan periode pembinaan aqidah dan peraturan peraturan
dengan prinsip kesatuan umat dan kedaulatan Islam. Segala masalah yang kabur
dikembalikan langsung kepada Rasulullah saw sehingga beliau berhasil menghilangkan
perpecahan antara umatnya.
b. Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa Khulafaur Rasyidin
Setelah Rasulullah SAW wafat, dalam masa khalifah pertama dan kedua, umat islam
tidak sempat membahas dasar – dasar akidah karena mereka sibuk menghadapi musuh dan
berusaha mempertahankan kesatuan dan kesatuan umat. Tidak pernah terjadi perbedaan
dalam bidang akidah. Mereka membaca dan memahamkan al Qur’an tanpa mencari ta’wil
dari ayat yang mereka baca. Mereka mengikuti perintah alqur’an dan mereka menjauhi
larangannya. Mereka mensifatkan Allah SWT dengan apa yang Allah SWT sifatkan sendiri.
Dan mereka mensucikan Allah SWT dari sifat-sifat yang tidak layak bagi keagungan Allah
SWT. Apabila mereka menghadapi ayat – ayat yang mutasyabihah mereka yang
mengimaninya dengan menyerahkan penta’wilannya kepada allah SWT sendiri.
Di masa khalifah ketiga akibat terjadi kekacauan politik yang diakhiri dengan
terbunuhnya khalifah Utsman. Umat Islam menjadi terpecah menjadi beberapa golongan dan
partai, barulah masing-masing partai dan golongan-golongan itu dengan perkataan dan usaha
dan terbukalah pintu ta’wil bagi nas al Qur’an dan Hadits. Karena itu, pembahasan mengenai
akidah mulai subur dan berkembang, selangkah demi selangkah dan kian hari kian membesar
dan meluas.
c. Perkembangan Ilmu Tauhid Di Masa Daulah Umayyah
Pada masa daulah Umayyah kedaulatan islam bertambah kuat sehingga kaum muslimin
tidak perlu lagi berusaha untuk mempertahankan Islam seperti masa sebelumnya.
Kesempatan ini digunakan kaum muslimin untuk mengembangkan pengetahuan dan
pengertian tentang ajaran Islam. Terutama dengan berduyun-duyunnya pemeluk agama lain
memeluk Islam, yang jiwanya belum bisa sepenuhnya meninggalkan unsur agamanya yang
dulu, sehingga menyusupkan beberapa ajarannya. Masa inilah mulai timbul keinginan bebas
berfikir dan berbicara yang selama ini didiamkan oleh golongan salaf.
Munculnya sekelompok umat Islam yang membicarakan masalah Qodar (Qodariyah)
yang menetapkan bahwa manusia itu bebas berbuat, tidak ditentukan Tuhan. Sekelompok
berpendapat sebaliknya, manusia ditentukan tuhan, tidak bebas berbuat (Jabariyah).
Kelompok Qodariyah ini tidak berkembang dan melebur dalam madzhab mu’tazilah yang
menganggap bahwa manusia itu bebas berbuat, sehingga mereka menamakan dirinya dengan
”ahlu al-adil” dan meniadakan semua sifat Tuhan karena dzat Tuhan tidak tersusun dari dzat
dan sifat, Ia Esa, dari ini mereka menamai dirinya dengan ”ahlu at-tauhid”. Penghujung abad
pertama hijriyah muncul pula kaum khowarij yang mengkafirkan orang muslim yang berbuat
dosa besar, walaupun pada mulanya mereka adalah pengikut Ali bin Abi Tholib, akhirnya
mereka memisahkan diri karena alasan politik. Sedangkan kelompok yang tetap mengikuti
Ali disebut dengan golongan Syi’ah.
d. Perkembangan Ilmu Tauhid Di Masa Daulah Abbasyiah
Masa daulah Abbasyyah merupakan zaman keemasan dan kecemerlangan Islam, ketika
terjadi hubungan pergaulan dengan suku-suku diluar arab yang mempercepat
berkembangnya ilmu pengetahuan. Usaha terkenal pada masa itu adalah penterjemahan
besar-besaran segala buku filsafat.
Para kholifah menggunakan keahlian orang Yahudi, Persia dan Kristen sebagai juru
terjemah, walaupun masih ada diantara mereka menggunakan kesempatan ini untuk
mengembangkan pikiran mereka sendiri yang diwarnai baju Islam tetapi dengan maksud
buruk. Inilah yang melatarbelakangi timbulnya aliran-aliran yang tidak dikehendaki Islam.
Pada masa ini juga muncul polemik-polemik menyerang paham yang dianggap bertentangan.
Misalnya, Amar bin Ubaid al- Mu’tazil dengan bukunya ”Ar-ro’du ’ala al-Alqodariyah”
untuk menolak paham qodariyah, dan masih banyak contoh yang lainnya. Pengambilan dalil
dalam aqidah Islam pada masa ini banyak menggunakan dalil filsafat.
e. Perkembangan Tauhid Paska Abbasyyah
Setelah kemunduran Daulah Abbasyyah, golongan asy’ariyah yang sudah terlalu jauh
menggunakan filsafat dalam alirannya tidak banyak mendapat tantangan lagi.Hanya sedikit
mendapat reaksi dari golongan Hambaliyah yang tetap berpegang teguh pada pandangan
salaf. Pada abad ke-8 hijriah muncul golongan Taimiyah yang menentang aliran Asy’ariyah.
Sesudah itu pembahasan tauhid berhenti. Kefakuman ini cukup lama, barulah berakhir
dengan munculnya Said Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Said Rhasid Ridha
di Mesir, yang kemudian disebut gerakan Salafiiyah.
A. Tauhid
1. Pengertian Tauhid
Secara etimologis, “tauhid” berarti “menjadikannya esa”. Mentauhidkan Allah berarti
menjadikan, mengakui, dan meyakini bahwa Allah itu esa. Sedangkan ilmu tauhid berarti
ilmu yang membahas mengenai bagaimana cara mengetahui, mengakui, dan meyakini bahwa
Allah itu Esa.
Secara terminologi ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas mengenai wujud Allah dan
segala yang bertalian denganNya berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan, agar supaya
dengan ilmu tersebut manusia dapat men-tauhid-kan Allah.
2. Fitrah Manusia Untuk Bertauhid kepada Allah
Dalam ajaran agama tauhid, manusia dilahirka dalam keadaan bersih dan suci (fitrah). Dan
diharapkan didalam menjalani berbagai macam perjuangan hidup dimuka bumi ini, pasti
akan dihdapkan kembali kehadhirat Allah SWT yang harus dalam keadaan suci pula.
Mengakui bahwa Allah satu-satunya Tuhan dan berserah diri kepada-Nya merupakan fitrah
manusia sejak awal diciptakan. Bila jujur dan disertai dengan nurani yang paling tulus,
manusia akan mengakui bahwa Tuhan Yang Maha Pencipta itu hanya satu, bukan dua atau
lebih.
Al-Qur’an menegaskan bahwa setiap manusia sejak sebelum dilahirkan, telah mengakui
bahwa Allah SWT adalah Tuhan mereka.
3. Manfaat Ilmu Tauhid dalam Beragama
Mengggapai ridho Allah Ta’ala, cinta dan pahala-Nya
Tidak menyekutukan Tuhan
Ilmu tauhid mengajarkan bahwa Allah SWT esa. Esa adalah satu tunggal dan tidak
ada lagi saingan yang dapat menandingi keEsaa Tuhan.
Sebagai pedoman hidup
Nasehat untuk diri sendiri
Mengajarkan kebaikan kepada sesama
A. Macam-macam Tauhid
1) Tauhid Rububiyah,
Yaitu pengakuan bahwa Allah adalah Rabb segala sesuatu, Pemilik, Pencipta, dan
Pemberi Rizqi. Allah adalah Dzat Yang Menghidupkan, Mematikan, Pemberi Manfaat,
Penimpa Kemudharatan, Yang berhak mengabulkan do'a dan Pemilik segala urusan. Seluruh
kebaikan ada di tangan-Nya, Berkuasa atas segala sesuatu, tidak memiliki sekutu satupun.
Termasuk dalam tauhid ini adalah Iman kepada Taqdir.
2) Tauhid Uluhiyah,
Yaitu dibangun di atas keikhlasan beribadah kepada Allah, baik dalam 'Mahabbah
'(kecintaan), 'Raghbah' (takut siksa), harapan memperoleh pahala, tawakkal.
3) Tauhid Asma' was Sifat,
Yaitu pengakuan bahwa Allah memiliki Nama-Nama yang baik an Sifat-sifat yang
Mulia. Kita wajib mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT tersebut tanpa men-
tahrifa (mengubah), men-takyif (mempertanyakan), dan men-tamsil (menyerupakan).