Anda di halaman 1dari 16

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati atau eukariotik,
berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya
mengandung kitin atau selulosa atau keduanya, heterotrof, absortif dan sebagian
besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa hifa dan generatif yaitu spora.
Struktur dasar jamur adalah hifa. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang
disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium
menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Ketebalan hifa bervariasi
antara 0,5 mm – 100 mm. Hifa terdiri atas sel-sel sejenis. Sel-sel tersebut satu dan
lainnya dipisahkan oleh dinding sel atau sekat yang dinamakan Septum (jamak:
septa) dan dinamakan hifa bersepta.
Pengamatan morfologi jamur dilakukan dengan mikroskop, agar mendapatkan
bagian morfologi yang jelas perlu adanya perbesaran yang tepat, jamur hanya
dapat di amati menggunakan mikroskop jamur jenis khamir dikarenakan
bentuknya yang sangat kecil dan tak bisa di amati dengan mata telanjang.
perbesaran yang digunakan untuk pengamatan pun beragam dan setelah di
dapatkan, maka kita akan mengetahui bagian dan morfologi dan kita dapat
mengidentifikasi jenis jamur tersebut.
Oleh karena itu, perlunya dilakukan pengamaan fungi yaitu agar dapat
mengetahui morfologi fungi, ciri-ciri fungi, bagian dari setiap jamur benang dan
dapat membedakan jenis jamur benang.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum acara V yakni pengamatan morfologi fungi
adalah sebagai berikut :
1. Mengamati morfologi jamur benang secara mikroskopis.
2. Membedakan jenis-jenis jamur benang dan morfologinya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Rhizopus sp mepunyai koloni yang berwarna keputihan menjadi abuabu


kecoklatan hingga coklat kekuningan. Rhizoid dari jamur ini warna coklat,
bercabang dan berlawanan arah dengan sporangiofor bisa muncul langsung dari
stolon tanpa adanya rhizoid. Sporangiofor bisa satu atau berkelompok kadang-
kadang meyerupai garpu, dinding berduri, warna coklat gelap hingga berwarna
coklat kehitaman dengan diameter 50-200 µm. Kolumela berbentuk usia biakan,
serta mencapai tinggi kurang lebih 10 mm. Stolonnya berdinding halus atau agak
kasar dan hampir tidak berwarna, sporangiospora jamur ini berbentuk bulat atau
tidak, biasanya berbentuk poliginal, terdapat garis pada permukannya dan
mempunyai panjang sekitar 4-10 µm. Khlamidospora berbentuk bulat, dengan
diameter 10-35 µm atau berbentuk elips dan berukuran (8-130)x(16-24) µm
(Hidayatullah,2018).
Pada metode penelitiannya pada jamur Rizhopus sp, Setelah fungi tumbuh
kemudian kaca penutup pada moist chamber tersebut diletakkan pada kaca objek
baru, kemudian dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop
perbesaran 100x dan 400x. Pengamatan mikroskopik yang dilakukan meliputi ada
tidaknya septat pada hifa, warna hifa, percabangan hifa, struktur reproduksi
(bentuk spora, warna spora) serta tangkai penghasil spora atau sporangiofor
(Virgianti,2015)
Pengamatan intervensi jamur Trichoderma sp dan fusarium sp antar kedua
hifa dilakukan saat terjadi kontak miselium antar kedua koloni cendawan yang
dilakukan ± hari ke-7 dan diamati di bawah mikroskop mulai dari perbesaran
lemah (100 kali) hingga perbesaran yang lebih tinggi (1.000 kali). Perlakuan uji in
vitro slide kultur ini dibuat dengan mengkombinasikan antara antagonis yang
didapatkan dari hasil isolasi dengan patogen hasil isolasi (Dwiyastuti,2015)
Penampakan secara mikroskopis Trichoderma sp yaitu hifa bewarna hijau,
tangkai fialid pendek, konidia berwarna kehijauan, berbentuk globuse (bulat)
tumbuh pada ujung dan ada juga konidium terbentuk secara bergerombol
berwarna hijau muda pada permukaan sel konidiofornya. Fialid memiliki ukuran
panjang ±11,1µ dan cabang konidiofor panjangnya ±13,4µ. Adanya banyak
percabangan konidiofor yang menyerupai piramid yaitu cabang yang lebih
panjang dibawahnya, fialid tersusun pada kelompok-kelompok yang berbeda,
terdapat 2-3 fialid per kelompok (Suanda,2016)
Fusarium spp. memiliki penyebaran miselium yang luas. Miselium
memiliki bagian seperti konidiofor yang berbentuk ramping dan sederhana, atau
gemuk, pendek, bercabang tidak teratur, tunggal atau dikelompokkan ke dalam
spodoshia. Makrokonidia memiliki bentuk sedikit melengkung atau bengkok,
dibagian ujungnya runcing, biasanya berbentuk kano. Mikrokonidia bersel 1,
memiliki bentuk bulat telur atau lonjong, tunggal atau rantai. Beberapa konidia
memiliki 2 atau 3 sel yang berbentuk lonjong atau sedikit melengkung
(Hasanah,2017)

Pengamatan mikroskop perbesaran 100 kali Fusarium spp. memiliki


koloni yang berkembang pesat. Pada hari ke-4 didapatkan panjang 4,5cm.
Miselium berwarna putih dan pada permukaan sebaliknya memiliki warna
semburat ungu. Konidiofor berbentuk pendek, tunggal, monopodial lateral dalam
miselium dan bercabang-cabang. Makrokonidia memiliki bentuk sedikti
melengkung, bagian ujungnya runcing, sebagian besar memiliki tiga septa.
Makrokonida memiliki ukuran 23-54 x 3-4,5 µm. Fusarium spp. memiliki banyak
mikrokonidia, tidak bergabung dalam rantai, bersepta. Mikrokonidia berbentuk
ellips ke silinder, lurus atau sedikit melengkung dengan ukuran 5-12 x 2,3-3,5 µm.
Clamydospore terletak di terminal hialin, memiliki dinding yang halus atau kasar
dengan ukuran 5-13µm.(Hasanah,2017)
Mucor sp memiliki sporangiofor bercabang (simpodial atau monopodial),
kolumela berbentuk seperti pir, bulat atau elips. Sporangiospora berbentuk elips
sampai semi bulat, dan memiliki diameter 5 – 10 μm. Spesies ini dapat tumbuh
hingga melakukan sporulasi pada suhu 5 – 20 °C, namun tidak dapat tumbuh pada
suhu 37 °C (Hasanah,2017)
Secara makroskopis dengan perbesaran 100 kali jamur Mucor seperti
Rhizopus sp. yakni miseliumnya seperti kapas tetapi warnanya lebih putih
dibandingkan dengan Rhizopus sp. dan secara mikroskopis Mucor sp. tidak
memiliki rhizoid dan sporangiofornya lebih pendek dibanding dengan Rhizopus.
(Hasanah,2017)
Miselia kapang Apergillus sp. mulai tumbuh pada hari ke dua inkubasi
berupa koloni-koloni kecil yang menyebar pada permukaan media berwarna putih
kekuningan. Miselia membentuk koloni lebih luas dan kompak serta berwarna
cokelat krem pada hari ke enam. spora Aspergillus sp. berukuran kecil dan ringan,
tahan terhadap keadaan kering, memiliki sel kaki yang tidak begitu jelas terlihat,
memiliki konidia spora non septa dan membesar menjadi vesikel pada ujungnya
dan membentuk sterigmata tempat tumbuhnya konidia. Konidia dari Aspergillus
sp. memiliki ukuran diameter 1,5 – 2,4 μm, berdinding halus, berbentuk panjang
hingga elips dan striate. Secara mikrokopis, konidiofor biasanya panjang,
kolumnar, tidak berwarna (hialin) dan halus sehingga menimbulkan vesikel bulat
biseriate (Syaifurrisal,2014)
Pengamatan mikroskopis dalam penelitian ini jamur aspergillus sp.
dilakukan dengan metode selotip untuk mendapatkan sampel struktur jamur yang
baik dan dapat diamati. Pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran
400 untuk dapat mengamati struktur hifa serta organ reproduksi jamur secara jelas
(syaifurrisal,2014)
BAB III. METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 1 november 2019 pada pukul
09.00 – 10.40 WITA di laboratorium Mikrobiologi Dasar, Fakultas Pertanian,
Universitas Mataram.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat dan fungsi
Adapun alat yang dunakan pada praktikum kali ini antara lain :
No Alat Fungsi
1 Mikroskop Untuk mengamati morfologi fungi
2 Jarum Ose Untuk mengambil isolat jamur
3 Pipet tetes Untuk mengambil air steril
4 Cover glass Tempat menaruh objek yang akan diamati
5 Penutup cover Untuk menutup objek yang akan diamati
glass
6 Bunsen Untuk mensterilkan alat-alat yang digunakan
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan antara lain :
No Bahan Fungsi
Alcohol 70% Untuk mensterilkan dan membersihkan alat
1
Akuades steril Sebagai bahan praktikum
2
Tissue Sebagai bahan praktikum
3
Jamur Rizhopus sp Sebagai objek yang diamati
4
Jamur Sebagai objek yang diamati
5 Trichoderma sp
Jamur Muchor sp Sebagai objek yang diamati
6
Jamur Aspergilus Sebagai objek yang diamati
7 sp
Jamur fusarium sp Sebagai objek yang diamati
8
3.3 Prosedur Kerja
Adapun Prosedur kerja dari pengamatan Fungi sebagai berikut :
3.3.1 Jamur Aspergilus sp
Adapun prosedur kerja pengamatan Jamur Aspergilus sp antara lain :
1. Disterilkan semua alat terlebih dahulu pada alkohol 70%
2. Di sterilkan Pipet tetes pada bunsen
3. Diteteskan aquades steril secukupnya menggunakan pipet tetes pada cover
glass
4. Disterilkan jarum Ose pada bunsen
5. Diambil jamur Aspergilus sp pada media biakan diletakkan pada cover
glass
6. Diratakan sampai tipis
7. Cover glass ditutup dengan penutup cover glass
8. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran (4x16), tidak tampak
9. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran (10x16), tidak begitu jelas
10. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran (40x16)
11. Diamati dan digambar struktur gambar yang terlihat

3.3.2 Jamur Tricoderma sp


Adapun Prosedur pengamatan Jamur Trichoderma sp antara lain :
1. Disterilkan semua alat terlebih dahulu pada alkohol 70%
2. Di sterilkan Pipet tetes pada bunsen
3. Diteteskan aquades steril secukupnya menggunakan pipet tetes pada cover
glass
4. Disterilkan jarum Ose pada bunsen
5. Diambil jamur Trichoderma sp pada media biakan diletakkan pada cover
glass
6. Diratakan sampai tipis
7. Cover glass ditutup dengan penutup cover glass
8. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran (4x16), tidak tampak
9. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran (10x16), tidak begitu jelas
10. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran (40x16)
11. Diamati dan digambar struktur gambar yang terlihat

3.3.3 Jamur Fusarium sp


Adapun Prosedur pengamatan Jamur Fusarium sp antara lain :
1. Disterilkan semua alat terlebih dahulu pada alkohol 70%
2. Di sterilkan Pipet tetes pada bunsen
3. Diteteskan aquades steril secukupnya menggunakan pipet tetes pada cover
glass
4. Disterilkan jarum Ose pada bunsen
5. Diambil jamur Fusarium sp pada media biakan diletakkan pada cover
glass
6. Diratakan sampai tipis
7. Cover glass ditutup dengan penutup cover glass
8. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran (4x18), tidak tampak
9. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran (10x18), tidak begitu jelas
10. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran (40x18)
11. Diamati dan digambar struktur gambar yang terlihat

3.3.4 Jamur Muchor sp


Adapun Prosedur pengamatan Jamur Muchor sp antara lain :
1. Disterilkan semua alat terlebih dahulu pada alkohol 70%
2. Di sterilkan Pipet tetes pada bunsen
3. Diteteskan aquades steril secukupnya menggunakan pipet tetes pada cover
glass
4. Disterilkan jarum Ose pada bunsen
5. Diambil jamur Muchor sp pada media biakan diletakkan pada cover glass
6. Diratakan sampai tipis
7. Cover glass ditutup dengan penutup cover glass
8. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran (4x16), tidak begitu jelas
9. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran (10x16)
10. Diamati dan digambar struktur gambar yang terlihat

3.3.5 Jamur Rizhopus sp


Adapun Prosedur pengamatan Jamur Rizhopus sp antara lain :
1. Disterilkan semua alat terlebih dahulu pada alkohol 70%
2. Di sterilkan Pipet tetes pada bunsen
3. Diteteskan aquades steril secukupnya menggunakan pipet tetes pada cover
glass
4. Disterilkan jarum Ose pada bunsen
5. Diambil jamur Rizhopu sp pada media biakan diletakkan pada cover glass
6. Diratakan sampai tipis
7. Cover glass ditutup dengan penutup cover glass
8. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran (4x16), tidak begitu jelas
9. Diamati pada mikroskop dengan perbesaran (10x16)
10. Diamati dan digambar struktur gambar yang terlihat
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Adapun hasil pengamatan Jamur antara lain :
No Foto Gambar Keterangan
1 Fusarium sp 1. Hifa
2. Arthrospore

(40x18)
2 Trichoderma sp 1. Spora
2. Coadoigenous
3. hypa

(40x16)
3 Aspergilus sp 1. Konidia
2. Vesicle
3. Konodiophore
4. Sel kaki

(40x16)
4 Muchor sp 1. Spora
2. Sporangiofor
3. Hifa stolon
4. Hifa rizhoid

(10x16)
5 Rizhopus sp 1. Spora
2. Sporangiofor
3. Hifa stolon
4. Hifa rizhoid

(10x16)
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan Kelima jenis Jamur yaitu Rhizopus sp, Trichoderma sp,
Fusarium sp, Aspergillus sp, dan Mucor sp dilakukan pengamatan morfologi pada
setiap jenis jamur tersebut, sehingga ntuk melakukan pengamatan, dibutuhkan
perbesaran yang jelas dan lengkap agar bagian-bagian dari morfologi tiap jamur
jelas terlihat dan dapat di identifikasi dengan baik
Pada pengamatan Jamur Rizhopus sp, pada mikroskop jamur ini tampak
memiliki akar yang biasa disebut rizoid dan terlihat batang atau biasa disebut
sporangiophore, pada pengamatan yang dilakukan, antara akar dan batang tidak
dapat dibedakan begitu jelas, kadang seperti menyatu, hal ini sejalan dengan
pernyataan Hidayatullah (2018) yang menyatakan bahwa Rhizopus sp mepunyai
koloni yang berwarna keputihan menjadi abuabu kecoklatan hingga coklat
kekuningan. Rhizoid dari jamur ini warna coklat, bercabang dan berlawanan arah
dengan sporangiofor bisa muncul langsung dari stolon tanpa adanya rhizoid.
Sporangiofor bisa satu atau berkelompok kadang-kadang meyerupai garpu,
dinding berduri, warna coklat gelap hingga berwarna coklat kehitaman dengan
diameter 50-200 µm. Kolumela berbentuk usia biakan, serta mencapai tinggi
kurang lebih 10 mm. Stolonnya berdinding halus atau agak kasar dan hampir tidak
berwarna, sporangiospora jamur ini berbentuk bulat atau tidak, biasanya
berbentuk poliginal, terdapat garis pada permukannya dan mempunyai panjang
sekitar 4-10 µm. Khlamidospora berbentuk bulat, dengan diameter 10-35 µm atau
berbentuk elips dan berukuran (8-130)x(16-24) µm. Pada pengamatan jamur
Rizhopus sp, agar dapat terlihat dengan jelas di mikroskop yaitu perbesaran yang
di gunakan 10 x 16 dan bagian-bagian yang terlihat pun tidak begitu jelas, perlu
perbesaran yang lebih besar agar semua bagian pada jamur dapat dilihat dan
teridentisifikasi dengan tepat, hal ini sejalan dengan pernyataan Virgianti (2015)
yang menyatakan bahwa pada metode penelitiannya pada jamur Rizhopus sp,
Setelah fungi tumbuh kemudian kaca penutup pada moist chamber tersebut
diletakkan pada kaca objek baru, kemudian dilakukan pengamatan dengan
menggunakan mikroskop perbesaran 100x dan 400x. Pengamatan mikroskopik
yang dilakukan meliputi ada tidaknya septat pada hifa, warna hifa, percabangan
hifa, struktur reproduksi (bentuk spora, warna spora) serta tangkai penghasil spora
atau sporangiofor.
Pada pengamatan Jamur Trichoderma sp bagian yang terlihat pada
pengamatan yaitu sporangium dan sporangiofor, hal ini sejalan dengan pernyataan
Suanda (2016) yang menyatakan bahwa Penampakan secara mikroskopis
Trichoderma sp yaitu hifa bewarna hijau, tangkai fialid pendek, konidia berwarna
kehijauan, berbentuk globuse (bulat) tumbuh pada ujung dan ada juga konidium
terbentuk secara bergerombol berwarna hijau muda pada permukaan sel
konidiofornya. Fialid memiliki ukuran panjang ±11,1µ dan cabang konidiofor
panjangnya ±13,4µ. Adanya banyak percabangan konidiofor yang menyerupai
piramid yaitu cabang yang lebih panjang dibawahnya, fialid tersusun pada
kelompok-kelompok yang berbeda, terdapat 2-3 fialid per kelompok. Pada
pengamatan jamur Trichoderma sp, perbesaran mikroskop yang digunakan 40x16,
perbesaran tersebut dapat menjelaskan bagan yang terdapat pada jamur
trichoderma sp namun tidak begitu detail, harus ditambah perbesarannya agar
isolat dapat teridentifikasi dengan jelas, hal ini sejalan dengan pernyataan
Dwiyastusi (2015) yang menyatakan bahwa Pengamatan intervensi jamur
Trichoderma sp dan fusarium sp antar kedua hifa dilakukan saat terjadi kontak
miselium antar kedua koloni cendawan yang dilakukan ± hari ke-7 dan diamati di
bawah mikroskop mulai dari perbesaran lemah (100 kali) hingga perbesaran yang
lebih tinggi (1.000 kali). Perlakuan uji in vitro slide kultur ini dibuat dengan
mengkombinasikan antara antagonis yang didapatkan dari hasil isolasi dengan
patogen hasil isolasi.
Pada pengamatan Jamur mucor sp di mikroskop, bagian yang terlihat
sangat jelas yaitu kolumela dan ada bagian memanjang setelah kolumela, hal ini
sejalan dengan pernyataan Hasanah (2017) yang menyatakan bahwa Mucor sp
memiliki sporangiofor bercabang (simpodial atau monopodial), kolumela
berbentuk seperti pir, bulat atau elips. Sporangiospora berbentuk elips sampai
semi bulat, dan memiliki diameter 5 – 10 μm. Spesies ini dapat tumbuh hingga
melakukan sporulasi pada suhu 5 – 20 °C, namun tidak dapat tumbuh pada suhu
37 °C. Perbesaran Jamur muchor sp yang digunakan yaitu (10x16) dan terlihat
jelas bagian-bagiannya, bagian yang sangat terlihat jelas yaitu kolumela dan tidak
terdapat rizoid pada bagian mucor yang diamati, hal ini sejalan dengan pernyataan
Hasanah (2017) yang menyatakan bahwa Secara makroskopis dengan perbesaran
100 kali jamur Mucor seperti Rhizopus sp. yakni miseliumnya seperti kapas tetapi
warnanya lebih putih dibandingkan dengan Rhizopus sp. dan secara mikroskopis
Mucor sp. tidak memiliki rhizoid dan sporangiofornya lebih pendek dibanding
dengan Rhizopus.
Pada pengamatan Jamur Aspergillus sp pada mikroskop yaitu jamur
tersebut memiliki conidiphor dan sel-sel yang bisa di lihat, dan konidia sangat
terlihat jelas pada mikroskop, hal ini sejalan dengan pernyataan syaifurrisal
(2014) yang menyatakan bahwa miselia kapang Apergillus sp. mulai tumbuh pada
hari ke dua inkubasi berupa koloni-koloni kecil yang menyebar pada permukaan
media berwarna putih kekuningan. Miselia membentuk koloni lebih luas dan
kompak serta berwarna cokelat krem pada hari ke enam. spora Aspergillus sp.
berukuran kecil dan ringan, tahan terhadap keadaan kering, memiliki sel kaki yang
tidak begitu jelas terlihat, memiliki konidia spora non septa dan membesar
menjadi vesikel pada ujungnya dan membentuk sterigmata tempat tumbuhnya
konidia. Konidia dari Aspergillus sp. memiliki ukuran diameter 1,5 – 2,4 μm,
berdinding halus, berbentuk panjang hingga elips dan striate. Secara mikrokopis,
konidiofor biasanya panjang, kolumnar, tidak berwarna (hialin) dan halus
sehingga menimbulkan vesikel bulat biseriate. Perbesaran Jamur Aspergillus sp
yang digunakan yaitu (40x16) tetapi bagian-bagian nya sudah begitu tampak jelas,
walaupun demikian, jika ingin memiliki aau melihat perbesaran yang lebih jelas
perlu digunakan perbesaran lebih tinggi, hal ini sejalan dengan pernyataan
Syaifurrisal (2014) yang menyatakan bahwa Pengamatan mikroskopis dalam
penelitian ini jamur Aspergillus sp. dilakukan dengan metode selotip untuk
mendapatkan sampel struktur jamur yang baik dan dapat diamati. Pengamatan
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 untuk dapat mengamati struktur
hifa serta organ reproduksi jamur secara jelas.
Pada pengamatan jamur Fusarium sp, yang nampak pada mikroskop yaitu
seperti jarum yang menyebar, koloni tersebar tidak menyatu,konidiofir tidak
teratur, hal ini sejalan dengan pernyataan Hasanah (2017) yang menyatakan
bahwa Fusarium spp. memiliki penyebaran miselium yang luas. Miselium
memiliki bagian seperti konidiofor yang berbentuk ramping dan sederhana, atau
gemuk, pendek, bercabang tidak teratur, tunggal atau dikelompokkan ke dalam
spodoshia. Makrokonidia memiliki bentuk sedikit melengkung atau bengkok,
dibagian ujungnya runcing, biasanya berbentuk kano. Mikrokonidia bersel 1,
memiliki bentuk bulat telur atau lonjong, tunggal atau rantai. Beberapa konidia
memiliki 2 atau 3 sel yang berbentuk lonjong atau sedikit melengkung. Pada
pengamatan Jamur Fusarium sp. Perbesaran yang digunakan yaitu (40x18), yang
terlihat adalah koloni yang menyebar dan perlu perbesaran yang lebih besar untuk
melihat dan mendapatkan bagian bagian yang jelas, hal ini sejalan dengan
pernyataan Hasanah (2017) yang menyatakan bahwa pada pengamatan mikroskop
perbesaran 100 kali Fusarium spp. memiliki koloni yang berkembang pesat. Pada
hari ke-4 didapatkan panjang 4,5cm. Miselium berwarna putih dan pada
permukaan sebaliknya memiliki warna semburat ungu. Konidiofor berbentuk
pendek, tunggal, monopodial lateral dalam miselium dan bercabang-cabang.
Makrokonidia memiliki bentuk sedikti melengkung, bagian ujungnya runcing,
sebagian besar memiliki tiga septa. Makrokonida memiliki ukuran 23-54 x 3-4,5
µm. Fusarium spp. memiliki banyak mikrokonidia, tidak bergabung dalam rantai,
bersepta. Mikrokonidia berbentuk ellips ke silinder, lurus atau sedikit melengkung
dengan ukuran 5-12 x 2,3-3,5 µm. Clamydospore terletak di terminal hialin,
memiliki dinding yang halus atau kasar dengan ukuran 5-13µm.
BAB V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum yang dilakukan yaitu :


1. Morfologi jamur benang secara mikroskopis yaitu pada jamur Rizhopus sp
memiliki sporangium, aphopisis, rizhoid, sporangiophore. Pada jamur
Trichoderma sp memiliki sporangium, sporangiofor, rizoid, dan stolon. Pada
jamur Mucor sp, memiliki kolumela pipih, hipa stolon dan tidak memiliki rizoid.
Pada jamur Aspergillus sp memiliki sel kaki, vesciler conidia, conidiophore. Pada
jamur Fusarium sp memiliki hipa dan arthrospore
2. Jenis jamur benang yang diamati ada 5 yaitu Rizhopus sp, Trichoderma sp,
mucor sp, Aspergillus sp, dan Fusarium sp. Yang membedakan tiap jenis jamur
ini yaitu ada pada morfologi atau bagian-bagian nya. Ada jamur yang tidak
memiliki rizoid dan ada jamur yang memiliki rizoid, ada jamur yang memiliki
sporangiofor dan ada pula jamur yang tidak memiliki sporangiofor.
DAFTAR PUSTAKA

Dwiastuti,ME.,Fajri,Mn.,Yunimar.2015.Potensi Trichoderma spp. Sebagai agens


pengendali Fusarium spp. Penyebab penyakit layu pada tanaman stroberi
Fragaria x Ananassa Dutch.).Jurnal MIPA

Fathoni,R.,Radiastuti N., Wijayanti F.2016. Identifikasi cendawan pada kelelawar


(ordo chiroptera) di kota tanggerang selatan.Jurnal Mikrobiologi Indonesia
vol 1 no (1)
Hasanah,Huswatun.2017.Potensi fungi endofit Fusarium sp. Dan Mucor sp.
Sebagai agen antagonis terhadap fungi patogen penyebab busuk batang
tanaman buah naga (Hylocereus costaricensis).[SKRIPSI]. Malang :
Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Hidayatullah,T.2016.Identifikasi Jamur Rhizopus sp dan Aspergillus sp pada roti
bakar sebelum dan sesudah dibakar yang dijual di alun-alun jombang.Jurnal
ISSBN
Suanda, I.W.2012.Karakterisasi morfologis Trichoderma sp. Isolat JB dan daya
antagonisme terhadap patogen pengebab penyakit rebah kecamban
(Selecrotium rilfsii sacc.) pada tanaman tomat.Jurnal ISBN

Syaifurrisal,Arif.2014.Pengaruh penyimpanan pakan udang komersial dengan


penambahan volume air beberapa terhadap pertumbuhan jamur dan
kandungan protein kasar.[SKRIPSI].Surabaya:Universitas Airlangga

Virgianti,D.P.2015.Uji antagonis jamur tempe (Rhizopus sp) terhadap bakteri


patogen enterik.Jurnal Biosfera vol 23 no (3)
LAPORAN MIKROBIOLOGI DASAR
ACARA V
PENGAMATAN MORFOLOGI FUNGI

OLEH :
RIRIN IKA NEISILA
C1K018050
KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Mikrobiologi dasar acara V “Pengamatan morfologi fungi” telah


selesai disusun sebagai salah satu syarat mengikuti praktikum selanjutnya, disusun
oleh
Nama : Ririn Ika Neisila
Nim : C1K018050
Kelompok : 1

Mataram, 4 oktober 2019

Mengetahui,

Asisten Praktikum Praktikan

Rahmat Wahyudi Ririn Ika Neisila


Nim.C1K017078 Nim.C1K018050

Anda mungkin juga menyukai