PENDAHULUAN
(40x18)
2 Trichoderma sp 1. Spora
2. Coadoigenous
3. hypa
(40x16)
3 Aspergilus sp 1. Konidia
2. Vesicle
3. Konodiophore
4. Sel kaki
(40x16)
4 Muchor sp 1. Spora
2. Sporangiofor
3. Hifa stolon
4. Hifa rizhoid
(10x16)
5 Rizhopus sp 1. Spora
2. Sporangiofor
3. Hifa stolon
4. Hifa rizhoid
(10x16)
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan Kelima jenis Jamur yaitu Rhizopus sp, Trichoderma sp,
Fusarium sp, Aspergillus sp, dan Mucor sp dilakukan pengamatan morfologi pada
setiap jenis jamur tersebut, sehingga ntuk melakukan pengamatan, dibutuhkan
perbesaran yang jelas dan lengkap agar bagian-bagian dari morfologi tiap jamur
jelas terlihat dan dapat di identifikasi dengan baik
Pada pengamatan Jamur Rizhopus sp, pada mikroskop jamur ini tampak
memiliki akar yang biasa disebut rizoid dan terlihat batang atau biasa disebut
sporangiophore, pada pengamatan yang dilakukan, antara akar dan batang tidak
dapat dibedakan begitu jelas, kadang seperti menyatu, hal ini sejalan dengan
pernyataan Hidayatullah (2018) yang menyatakan bahwa Rhizopus sp mepunyai
koloni yang berwarna keputihan menjadi abuabu kecoklatan hingga coklat
kekuningan. Rhizoid dari jamur ini warna coklat, bercabang dan berlawanan arah
dengan sporangiofor bisa muncul langsung dari stolon tanpa adanya rhizoid.
Sporangiofor bisa satu atau berkelompok kadang-kadang meyerupai garpu,
dinding berduri, warna coklat gelap hingga berwarna coklat kehitaman dengan
diameter 50-200 µm. Kolumela berbentuk usia biakan, serta mencapai tinggi
kurang lebih 10 mm. Stolonnya berdinding halus atau agak kasar dan hampir tidak
berwarna, sporangiospora jamur ini berbentuk bulat atau tidak, biasanya
berbentuk poliginal, terdapat garis pada permukannya dan mempunyai panjang
sekitar 4-10 µm. Khlamidospora berbentuk bulat, dengan diameter 10-35 µm atau
berbentuk elips dan berukuran (8-130)x(16-24) µm. Pada pengamatan jamur
Rizhopus sp, agar dapat terlihat dengan jelas di mikroskop yaitu perbesaran yang
di gunakan 10 x 16 dan bagian-bagian yang terlihat pun tidak begitu jelas, perlu
perbesaran yang lebih besar agar semua bagian pada jamur dapat dilihat dan
teridentisifikasi dengan tepat, hal ini sejalan dengan pernyataan Virgianti (2015)
yang menyatakan bahwa pada metode penelitiannya pada jamur Rizhopus sp,
Setelah fungi tumbuh kemudian kaca penutup pada moist chamber tersebut
diletakkan pada kaca objek baru, kemudian dilakukan pengamatan dengan
menggunakan mikroskop perbesaran 100x dan 400x. Pengamatan mikroskopik
yang dilakukan meliputi ada tidaknya septat pada hifa, warna hifa, percabangan
hifa, struktur reproduksi (bentuk spora, warna spora) serta tangkai penghasil spora
atau sporangiofor.
Pada pengamatan Jamur Trichoderma sp bagian yang terlihat pada
pengamatan yaitu sporangium dan sporangiofor, hal ini sejalan dengan pernyataan
Suanda (2016) yang menyatakan bahwa Penampakan secara mikroskopis
Trichoderma sp yaitu hifa bewarna hijau, tangkai fialid pendek, konidia berwarna
kehijauan, berbentuk globuse (bulat) tumbuh pada ujung dan ada juga konidium
terbentuk secara bergerombol berwarna hijau muda pada permukaan sel
konidiofornya. Fialid memiliki ukuran panjang ±11,1µ dan cabang konidiofor
panjangnya ±13,4µ. Adanya banyak percabangan konidiofor yang menyerupai
piramid yaitu cabang yang lebih panjang dibawahnya, fialid tersusun pada
kelompok-kelompok yang berbeda, terdapat 2-3 fialid per kelompok. Pada
pengamatan jamur Trichoderma sp, perbesaran mikroskop yang digunakan 40x16,
perbesaran tersebut dapat menjelaskan bagan yang terdapat pada jamur
trichoderma sp namun tidak begitu detail, harus ditambah perbesarannya agar
isolat dapat teridentifikasi dengan jelas, hal ini sejalan dengan pernyataan
Dwiyastusi (2015) yang menyatakan bahwa Pengamatan intervensi jamur
Trichoderma sp dan fusarium sp antar kedua hifa dilakukan saat terjadi kontak
miselium antar kedua koloni cendawan yang dilakukan ± hari ke-7 dan diamati di
bawah mikroskop mulai dari perbesaran lemah (100 kali) hingga perbesaran yang
lebih tinggi (1.000 kali). Perlakuan uji in vitro slide kultur ini dibuat dengan
mengkombinasikan antara antagonis yang didapatkan dari hasil isolasi dengan
patogen hasil isolasi.
Pada pengamatan Jamur mucor sp di mikroskop, bagian yang terlihat
sangat jelas yaitu kolumela dan ada bagian memanjang setelah kolumela, hal ini
sejalan dengan pernyataan Hasanah (2017) yang menyatakan bahwa Mucor sp
memiliki sporangiofor bercabang (simpodial atau monopodial), kolumela
berbentuk seperti pir, bulat atau elips. Sporangiospora berbentuk elips sampai
semi bulat, dan memiliki diameter 5 – 10 μm. Spesies ini dapat tumbuh hingga
melakukan sporulasi pada suhu 5 – 20 °C, namun tidak dapat tumbuh pada suhu
37 °C. Perbesaran Jamur muchor sp yang digunakan yaitu (10x16) dan terlihat
jelas bagian-bagiannya, bagian yang sangat terlihat jelas yaitu kolumela dan tidak
terdapat rizoid pada bagian mucor yang diamati, hal ini sejalan dengan pernyataan
Hasanah (2017) yang menyatakan bahwa Secara makroskopis dengan perbesaran
100 kali jamur Mucor seperti Rhizopus sp. yakni miseliumnya seperti kapas tetapi
warnanya lebih putih dibandingkan dengan Rhizopus sp. dan secara mikroskopis
Mucor sp. tidak memiliki rhizoid dan sporangiofornya lebih pendek dibanding
dengan Rhizopus.
Pada pengamatan Jamur Aspergillus sp pada mikroskop yaitu jamur
tersebut memiliki conidiphor dan sel-sel yang bisa di lihat, dan konidia sangat
terlihat jelas pada mikroskop, hal ini sejalan dengan pernyataan syaifurrisal
(2014) yang menyatakan bahwa miselia kapang Apergillus sp. mulai tumbuh pada
hari ke dua inkubasi berupa koloni-koloni kecil yang menyebar pada permukaan
media berwarna putih kekuningan. Miselia membentuk koloni lebih luas dan
kompak serta berwarna cokelat krem pada hari ke enam. spora Aspergillus sp.
berukuran kecil dan ringan, tahan terhadap keadaan kering, memiliki sel kaki yang
tidak begitu jelas terlihat, memiliki konidia spora non septa dan membesar
menjadi vesikel pada ujungnya dan membentuk sterigmata tempat tumbuhnya
konidia. Konidia dari Aspergillus sp. memiliki ukuran diameter 1,5 – 2,4 μm,
berdinding halus, berbentuk panjang hingga elips dan striate. Secara mikrokopis,
konidiofor biasanya panjang, kolumnar, tidak berwarna (hialin) dan halus
sehingga menimbulkan vesikel bulat biseriate. Perbesaran Jamur Aspergillus sp
yang digunakan yaitu (40x16) tetapi bagian-bagian nya sudah begitu tampak jelas,
walaupun demikian, jika ingin memiliki aau melihat perbesaran yang lebih jelas
perlu digunakan perbesaran lebih tinggi, hal ini sejalan dengan pernyataan
Syaifurrisal (2014) yang menyatakan bahwa Pengamatan mikroskopis dalam
penelitian ini jamur Aspergillus sp. dilakukan dengan metode selotip untuk
mendapatkan sampel struktur jamur yang baik dan dapat diamati. Pengamatan
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 untuk dapat mengamati struktur
hifa serta organ reproduksi jamur secara jelas.
Pada pengamatan jamur Fusarium sp, yang nampak pada mikroskop yaitu
seperti jarum yang menyebar, koloni tersebar tidak menyatu,konidiofir tidak
teratur, hal ini sejalan dengan pernyataan Hasanah (2017) yang menyatakan
bahwa Fusarium spp. memiliki penyebaran miselium yang luas. Miselium
memiliki bagian seperti konidiofor yang berbentuk ramping dan sederhana, atau
gemuk, pendek, bercabang tidak teratur, tunggal atau dikelompokkan ke dalam
spodoshia. Makrokonidia memiliki bentuk sedikit melengkung atau bengkok,
dibagian ujungnya runcing, biasanya berbentuk kano. Mikrokonidia bersel 1,
memiliki bentuk bulat telur atau lonjong, tunggal atau rantai. Beberapa konidia
memiliki 2 atau 3 sel yang berbentuk lonjong atau sedikit melengkung. Pada
pengamatan Jamur Fusarium sp. Perbesaran yang digunakan yaitu (40x18), yang
terlihat adalah koloni yang menyebar dan perlu perbesaran yang lebih besar untuk
melihat dan mendapatkan bagian bagian yang jelas, hal ini sejalan dengan
pernyataan Hasanah (2017) yang menyatakan bahwa pada pengamatan mikroskop
perbesaran 100 kali Fusarium spp. memiliki koloni yang berkembang pesat. Pada
hari ke-4 didapatkan panjang 4,5cm. Miselium berwarna putih dan pada
permukaan sebaliknya memiliki warna semburat ungu. Konidiofor berbentuk
pendek, tunggal, monopodial lateral dalam miselium dan bercabang-cabang.
Makrokonidia memiliki bentuk sedikti melengkung, bagian ujungnya runcing,
sebagian besar memiliki tiga septa. Makrokonida memiliki ukuran 23-54 x 3-4,5
µm. Fusarium spp. memiliki banyak mikrokonidia, tidak bergabung dalam rantai,
bersepta. Mikrokonidia berbentuk ellips ke silinder, lurus atau sedikit melengkung
dengan ukuran 5-12 x 2,3-3,5 µm. Clamydospore terletak di terminal hialin,
memiliki dinding yang halus atau kasar dengan ukuran 5-13µm.
BAB V. KESIMPULAN
OLEH :
RIRIN IKA NEISILA
C1K018050
KELOMPOK 1
Mengetahui,