Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
khususnya bagi penulis yang telah menyelesaikan makalah laporan metode ilmiah yang
berjudul “Pengamatan Jamur Makroskopis dan Mikroskopis”
Dalam menulis karya ilmiah ini, alhamdulillah penulis tidak mendapatkan kendala-kendala,
sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada ibu guru, orang tua dan semua orang yang terlibat, telah
memberikan dorongan dan motivasi sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
Disini penulis juga sampaikan, jika seandainya dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat hal-
hal yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu penulis dengan senang hati menerima
masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
karya ilmiah ini. Semoga apa yang di harapkan penulis dapat dicapai dengan sempurna.
Penulis
Raihani Thami
Daftar isi
Kata pengantar……………………………………………………………………………………
daftar isi…………………………………………………………………………………………..
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang…………………………….….…………………………………………..
B. Rumusan masalah………………………….…………………………………………….
C. Tujuan………………………………………...………………………………………….
D. Manfaat pengamatan……………………….…………………………………………….
Bab II Pengamatan
A. Teori singkat……………………………………………………………………………..
B. Waktu dan tempat pengamatan…………………………………………………………..
C. Alat dan Bahan Pengamatan……………………………………………………………...
D. Prosedur…………………………………………………………………………………..
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jamur merupakan organisme eukariota. Sel jamur tidak memiliki kloroplas sehingga
jamur tidak dapat membuat makanannya sendiri. Untuk kelangsungan hidupnya, jamur
memperoleh makanan dari organisme lain atau sisa-sisa organisme yang telah mati.
Dinding sel jamur tersusun dari zat kitin, bukan selulosa. Kitin merupakan zat penyusun
rangka luar invertebrata (Arthropoda).
Jamur merupakan makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanannya sendiri oleh
karena itu mereka bersifat saprofit atau parasit. Jamur banyak ditemukan di tempat yang
lembab dan kaya zat organik, misalnya kayu yang telah mati, pada makanan basi, dan
lain-lain. Jamur ada yang bersifat merugikan dan juga menguntungkan. Oleh karena itu,
dengan mempelajari bagian-bagian jamur bisa sangat membantu kita agar dapat
memanfaatkan jamur dengan lebih baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok, yaitu:
1. Bagaimanakah ciri-ciri dan struktur jamu?
2. Bagaimanakah klasifikasi jamur?
3. Bagaimanakah reproduksi jamur?
4. Bagaimanakah manfaat jamur?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pengamatan adalah:
1. Untuk mengetahui ciri ciri jamur struktur tubuh jamur.
2. Untuk mengetahui klasifikasi jamur.
3. Untuk mengetahui cara reproduksi jamur.
4. Untuk mengetahui manfaat jamur.
D. MANFAAT PENGAMATAN
1. Dapat mengetahui struktur tubuh jamur pada tempe
2. Dapat mengetahui struktur tubuh jamur tiram
3. Dapat mengetahui struktur tubuh jamur shimeji
4. Dapat mengetahui struktur tubuh jamur kuping hitam
BAB II
PENGAMATAN
A. TEORI SINGKAT
Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof,
tipe sel: sel eukariotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari
benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang
disebut miselium. Reproduksi jamur, ada dengan cara seksual (generatif), dan ada pula
aseksual (vegetatif).
Alat :
Mikroskop
Kaca objek dan kaca penutup
Tusuk gigi atau jarum
Pipet tetes
Bahan :
Air
Jamur tempe
Jamur shimeji
Jamur tiram
Jamur kuping hitam
D. PROSEDUR
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pengamatan.
2. Simpan jamur makroskopik seperti jamur tiram, jamur kuping, dan jamur shimeji di atas
kertas agar lebih mudah diamati.
3. Untuk jamur mikroskopik yaitu tempe, goreskanlah menggunakan jarum atau tusuk gigi,
untuk mengambil sedikit jamur sebagai sampel.
4. Setelah mengambil sedikit sampel jamur tempe, goreskanlah/simpanlah sampel itu ke
kaca objek.
5. Ambil sedikit air, menggunakan pipet tetes, lalu teteskan ke jamur tempe yang telah
diambil untuk diamati dengan mikroskop.
6. Tutuplah kaca objek dengan kaca penutup, dan jangan sampai ada gelembung udara.
7. Pasang kaca objek ke meja preparat pada mikroskop, lalu jepit kaca objek tersebut.
8. Amati objek dengan menggunakan mikroskop, atur sampai objek terlihat jelas.
9. Gambar setiap objek yang diamati di buku tulis.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
B. Klasifikasi jamur
Para ahli mikologi mengelompokkan atau mengklasifikasikan jamur berdasarkan cara
reproduksi seksualnya menjadi beberapa divisi, yaitu Zygomycota, Ascomycota,
Basidiomycota, dan Deuteromycota.
1) Jamur Zygomycota memiliki hifa tidak bersekat (asepta) dan selama reproduksi
seksual akan membentuk zigospora. Pada waktu zigospora tumbuh, sporangium akan
menghasilkan ribuan spora aseksual. Reproduksi aseksual terjadi apabila nutrisi
berlimpah dan sporangium akan menghasilkan spora. Hidupnya bersifat saprofit dan ada
juga yang besifat parasit.
2) Jamur Ascomycota disusun oleh hifa bersekat (septa) dan selama reproduksi seksual
suatu kotak spora bernama askus akan menghasilkan askospora. Askus terletak di dalam
tubuh buah yang disebut askokarp. Reproduksi aseksual dilakukan dengan membentuk
konidia (konidiospora) yang dihasilkan oleh konidiofor. Umumnya jamur di divisi ini
bersifat saprofit.
3) Jamur Basidiomycota disusun oleh hifa bersekat (septa) dan selama reproduksi seksual
spora dihasilkan oleh basidium. Basidium terletak di tubuh buah bernama basidioskorp.
Reproduksi aseksual dilakukan dengan membentuk konidia. Mempunyai tubuh buah
yang bentuknya seperti payung yang terdiri dari tudung dan batang. Bagian bawah
tudung tampak adanya lembaran-lembaran yang merupakan tempat terbentuknya
basidium.
4) Jamur Deuteromycota merupakan jamur tidak sempurna (imperfekti). Reproduksi
selalu dilakukan dengan cara aseksual dengan konidia, karena belum diketahui cara
reproduksi seksualnya.
ANALISA DATA
dari keempat jamur yang saya amati, saya menemukan beberapa perbedaan diantara jamur-
jamur yang menjadi objek pengamatan saya, yaitu:
Jamur Tempe, memiliki ukuran yang jauh berbeda dari objek lain, ukurannya
mikroskopik, benang-benang (hifa) jamur, terlihat jelas hanya dengan menggunakan
mikroskop, struktur jamur dan bentuknya jauh berbeda dengan jamur-jamur lain yang
saya amati
Jamur Tiram, memiliki Lamela dan tudung (pileus) yang lebih besar dan lebar,
berbentuk setengah lingkaran mirip seperti kulit kerang. Batang jamur (stipe) lumayan
besar. Pada jamur terdapat licin-licin basah ketika di pegang.
Jamur Shimeji, memiliki pileus/tudung yang berukuran lebih kecil dari ketiga jamur
makroskopik lainnya. Lamela tidak terlalu Nampak seperti jamur tiram, bentuknya
sangat mirip seperti payung, batang jamur lebih kecil daripada batang jamur tiram, di
bagian bawah jamur, terdapat jamur-jamur kecil.
Jamur Kuping, bentuknya mirip dengan telinga manusia. Jamur kuping tidak memiliki
batang (stipe), pada jamur ini, tempat terbentuknya basidium bukan berupa bilah-bilah
seperti jamur tiram maupun jamur shimeji. Warna dari jamur ini bagian atas berwarna
hitam dan bawahnya lebih terang.
a) Zygomycota
Zygomycota bereproduksi dengan dua cara yaitu secara seksual dan aseksual.
Seksual
1. Diawali dengan 2 hifa yang berlainan jenis, hifa jantan (+) dan hifa betina (-) yang
saling berdekatan. keduanya bersifat haploid (n).
2. Hifa-hifa yang berdekatan tersebut membentuk cabang hifa tonjolan yang disebut
gametangium (jika jamak gametangia) masing masing mengandung inti haploid.
3. Kedua gametangia tersebut bertemu dan kemudian mengalami plasmogami (penyatuan
plasma)sehingga membentuk zigospora. Sel ini berbentuk suatu lapisan berdinding kasar
da tebal yang dapat menahan kondisi kering dan lingkungan tidak menguntukan lainya
selama 1 bulan.
4. Apabila kondisi lingkungan telah kembali seperti semualamaka akan terjadi kariogami
(penyatuan inti).
5. Sehingga inti diploid berpasangan menyatu.
6. Proses ini secara cepat diikuti pembelahan meiosis.
7. Zigospora tersebut kemudian mengahiri dorminasinya dan berkecambah menjadi
sporangium pendek yang menghasilkan spora.
8. Spora berkecambah tumbuh menjadi miselia baru.
9. Reproduksi aseksual : menggunakan spora vegetatif. Beberapa hifa akan tumbuh ke atas
dengan ujung menggembung membentuk sporangium (penghasil spora begetatif).
Sporangium yang sudah masak berwarna hitam kemudian pecah dan tersebar di temapat
yang cocok. spora kan tumbuh menjadi miselium baru.
Aseksual
Reproduksi aseksual terjadi apabila nutrisi berlimpah dan sporangium akan
menghasilkan spora.
b) Basidiomycota
Seksual
1. Perkawinan antara 2 hifa berbeda jenis , hifa (+) dan hifa (-).
2. Mula-mula ujung hifa bersinggungan akan terjadi plasmogami. inti salah satu berpindah
ke hifa lain sehingga terbentuk hifa haploid dikariotik. hifa-hifa ini membentuk
miselium haploid yang dikariotik.
3. miselium haploid dikariotik menjadi basidiosphora.
4. Pada ujung hifa basidiokarp, kedua inti haploid membentuk basidium berinti diploid.
5. Inti diploid mengalami pembelahan meiosis membentuk 4 inti haploid.
6. Keempat inti haploid berkembang menjadi basidiospora.
7. Apabila basidiospora jatuh di tempat yang cocok akan berkecambah tumbuh menjadi
hifa bersekat dengan inti haploid (monokariotik).
Aseksual
dengan membentuk spora konidia tapi jarang terjadi reproduksi ini.
D. Manfaat Jamur Yang Diamati
Manfaat tempe
sebagai sumber protein
sebagai antioksidan
sebagai sumber kalsium
sebagai antioksidan
sebagai penangkal radikal bebas
baik untuk pencernaan karena mudah dicerna
aman untuk diabetes
B. Saran
Sebaiknya kita lebih sering mengamati objek-objek di sekitar kita, dan juga mengambil
hikmah dari apa yang diamati, lebih giatlah belajar, karena pasti itu akan berpengaruh
kedalam kehidupan.
Jika didalam tulisan yang penulis buat ini terdapat banyak kesalahan, apakah itu akibat
ketidaktahuan penulis, maupun ketidaksengajaan. Penulis memohon maaf atas semua
kesalahan itu. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dapat menerima saran yang
membangun, untuk meningkatkan kemampuan dalam karya ilmiah penulis selanjutnya.