Disusun oleh :
Kelompok 2
2.Nasrul Hakim,S.Pd.,MPd
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan yang diampu oleh Nasrul
Hakim,S.Pd.,M.Pd. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jambi,September 2018-09-12
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta
mengindahkan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu.Landasan dan asas tersebut sangat penting,
karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu
bangsa tertentu. Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis,
dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan.
Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan.
Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang
pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas
pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan
menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan.
Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta
beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan pendidikan tersebut adalah landasan
filosofis, sosiologis, cultural, psikologis, dan iptek. Sedangkan asas-asas pendidikan yang akan dikaji
adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hidup, dan asas kemandirian dalam belajar.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah:
1.Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Pendidikan
2.Untuk mengetahui pengertian landasan pendidikan
3.Untuk mengetahui macam-macam landasan pendidikan
4.Untuk mengetahui pengertian asas-asas pendidikan
5.Untuk mengetahui macam-macam asas-asas pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
Hasil-hasil kajian filsafat tersebut, utamnya tentang konsepsi manusia dan dunianya, sangat besar
pengaruhnya terhadap pendidikan. Beberapa aliran filsafat yaitu sebagai berikut:
1. Naturalisme
2. Idealisme
3. Realisme
4. Pragmatisme
Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap oleh
panca indera sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula diberi nama yang berbeda sesuai
dengan variasi penekanan konsepsinya tentang manusia dan dunianya.
Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi diluar kesadaran ada sebagai
suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan intelegensi. Objek indra adalah
real, yaitu benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita
persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Menurut realisme hakikat kebenaran itu barada
pada kenyataan alam ini, bukan pada ide atau jiwa.
Idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang
dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran bersifat
spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang
absolute dan abadi.
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai
dari segi nilai kegunaan praktis; dengan kata lain, paham ini menyatakan yang berfaedah itu harus
benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pda kemanfaatan dari sesuatu itu harus benar.
Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksimatis zaman kuno dan abad
pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang.
Selanjutnya perlu dikemukakan secara ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang besar
pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab filsafat pendidikan
itu adalah:
1. Esensialisme.
Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan
realisme secara eklektis. Berdasarkan eklektisisme tersebut tersebut maka esensialisme tersebut
menitikberatkan penerapan prinsip idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan prinsip-
prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan dasara tinjauan yang realistic. Matematika yang sangat
diutmakan idealisme, juga penting artinya bagi filsafat realism, karena matematika adalah alat
menghitung penjumlahan dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata
Menurut Mazhab ensesialisme, yang termasuk the liberalarts, yaitu:
1) Penguasaan bahasa termasuk rerorika
2) Gramatika
3) Kesusateraan
4) Filsafat
5) Ilmu kealaman
6) Matematika
7) Sejarah
8) Seni keindahan (fine arts)
2. Perenialisme
Ada persama antara perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum
tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang poko-pokok (subject centered). Perbedaannya ialah
perenialisme menekankan keabadian teori kehikamatan, yaitu:
1) Pengetahuan yang benar (truth)
2) Keindahan (beauty)
3) Kecintaan kepada kebaikan (goodness)
Oleh karena itu dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau
perennial. Prinsip pendidikan antaralain:
1) Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
2) Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan mahluk manusia yang unik, yaitu
kemampuan berpikir.
3) Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.
4) Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
5) Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects)
3. Pragmatisme dan Progresivisme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis,
di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
Progresivisme yaitu perubahan untuk maju. Manusia akan mengalami perkembangan apabila
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan
pendidikan progresif mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa prinsip,
antara lain sebagai berikut:
1. Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar
2. Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.
3. Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
4. Sekolah progresif harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis
dan ekperimentasi.
4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif dalam
pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman-pengalaman kemasyarakatan
masa kini disekolah, tapi haruslah memelopori masyarakat kearah masyarakatbaru yang diinginkan. Dan
dalam pengertian lain. Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan
sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
2.2 Landasan Sosiologis
Manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga terdapat pada makhluk hidup lainnya
yakni hewan. Meskipun demikian, pengelompokan manusia jauh lebih rumit dari pengelompokan
hewan. Pada hewan, hidup berkelompok memiliki ciri-ciri (Wayan Ardhana, 1968) sebagai berikut:
Ciri-ciri hewan tersebut dapat pula ditemukan pada manusia. Kehidupan sosial manusia
tersebut dipelajari oleh filsafat, yang berusaha mencari hakekat masyarakat yang sebenarnya. Filsafat
sosial sering membedakan manusia sebagai individu dan manusia sebagai anggota masyarakat.
Pandangan aliran-aliran filsafat tentang realitas sosial itu berbeda-beda, sehingga dapat ditemukan
bermacam-macam aliran filsafat sosial.
a.Pengertian tentang LandasanSosiologis
Sosiologi pendidikan merupakan analis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial
di dalam sistem pendidikan.Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat
bidang:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari :
4. Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
sosial lain di dalam komunitasnya, yang meliputi :
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai sarana untuk memahami
sistem pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat (Wayan Ardhana, 1986 :
Modul 1/67).
b. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Masyarakat Indonesia mempunnyai perjalanan sejarah yang panjang bahkan telah dimulai pada
zaman prasejarah,zaman kerajaan nusantara,zaman penjajahan,sampai zaman kemerdekaan sekarang
ini.Melalui perjalanan yang panjang,masyarakat yang bhinneka tersebut akhirnya mencapai satu
kesatuan politik untuk mendirikan satu Negara serta berusaha mewujudkan satu masyarakat Indonesia
sebagai masyarakat yang bhinneka tunggal ika.Sampai saat ini masyarakat Indonesia masih ditandai oleh
dua cirri yang unik,yakni:
1. Secara horizontal ditandai oleh adnya kesatuan-kesatuan sosial atau komunitas berdasarkan
perbedaan suku,agama,adat istiadat ,dan kedaerahan.
2. Secara vertical ditantai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara lapisan
atas,menengah,dan lapisan rendah.
Pada zaman penjajahan sifat dasar masyarakat Indonesia yang menonjol adalah:
a. Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok sosial atau golongan sosial jajahan yang sering
sekali memiliki sub-kebudayaan sendiri.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi
c. Seringkali anggota masyarakat atau kelompok tidak mengembangkan konsensus di antara
mereka terhadap nilai-nilai yang bersifat mendasar.
d. Di antara kelompok,relatif sering kali mengalami konflik-konflik.
e. Terdapat saling ketergantungan din bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok sosiaL YANG LAIN.
g. Secara relatif integrasi sosial sukar dapat tumbuh (Wayan Arhdana,1986:Modul 1/70)
2.3 Landasan kultural
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang setiap manusia selalu menjadi anggota
masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 Pasal
1 Ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan
yang berakar pada kebudayaanbangsa Indonesia dan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan/dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus
dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupun secara formal. Sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan
pelaksanaan pendidikan itu ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di mana proses pendidikan itu
berlangsung. Dimaksudkan dengan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-
norma, nilai-nilai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang dipelajarin dan dimiliki oleh semua
anggota masyarakat tertentu.
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu
terkait dengan pendidikan, utamanya belajar. Kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat berwujud :
Dengan mempelajari tingkah laku yang dapat diterima dan kemudian menerapkan sebagai
tingkah lakunya sendiri menjadikan anak sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, anak-anak harus
diajarkan polapola tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Dengan kata lain, fungsi pokok setiap sisitem pendidikan adalah untuk mengajarkan anak-anak pola-pola
tingkah laku yang essensial tersebut.
Cara-cara untuk mewariskan kebudayaan, khususnya mengajarkan tingkah laku kepada generasi
baru, berbeda dari masyarakat ke masyarakat. Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dapat
diidentifikasikan, yaitu informal, nonformal, dan formal. Cara informal terjadi di dalam keluarga, dan
nonformal dalam masyarakat yang berkelanjutan dan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan cara formal melibatkan lembaga khusus yang dibentuk untuk tujuan pendidikan. Pendidikan
formal tersebut dirancang untuk mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik.
Oleh sebab itu, anggota masyarakat tersebut berusaha melakukan perubahan-perubahan yang
disesuaikan dengan kondisi baru sehingga terbentuklah pola tinkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma
baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola tingkah laku,
norma-norma dan nilai-nilai baru ini disebut transformasi kebudayaan.
Pada masyarakat primitif, transmisi kebubayaan dilakukan secar informal dan nonformal,
sedangkan pada masyarakat yang telah maju transmisi kebudayaan dilakukan secara informal,
nonformal dan formal. Pemindahan kebudayaan secara formal ini melalui lembaga-lembaga sosial,
utamanya sekolah. Pada masyarakat yang sudah maju, sekolah sebagai lembaga social mempunyai
peranan penting sebab pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransmisi kebudayaan kepada
generasi penerus,tetapi pendidikan juga berfungsi untuk mentransformasikan kebudayaan agar sesuai
dengan perkembangan dan tujuan zaman.
Salah satu upaya penyesuaian pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakng social
budaya di Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan local di dalam kurikulum sekolah,
utamanya di sekolah dasar (SD). Kebijakan ini bukan hal baru, karena gagasannya telah berlaku sejak
dulu, umpamanya dengan pengajaran bahasa daerah dan atau penggunaan bahasa daerah di dalam
proses belajar mengajar.
Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral telah
mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara
pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui sekarang, yakni :
a. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang
diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh
pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung
jawab atas pendidikannya sendiri.
b. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang
diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang
tertentu yang diinginkannya.
c. Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk
memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama
belajarnya.
d. Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh
kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang
disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri.
e. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan
dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan
dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah
normal sampai jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989).
BAB IV
KESIMPULAN
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu
generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan
yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini
menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan
sejumlah landasan dan asas pendidikan. Agar terciptanya generasi yang berkualitas dan memiliki rasa
cinta tanah air.