Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. MELY HARTATY GULTOM


2. SRI WAHYUNI
3. WAHYUNINGTYAS KURNIAWATI
4. NURHALIMAH AZZAHRA

Dosen Pengampu :1.Dr.Drs.Firman,M.Si

2.Nasrul Hakim,S.Pd.,MPd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
TP 2018/2019
Kata Pengantar

                  Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan yang diampu oleh Nasrul
Hakim,S.Pd.,M.Pd. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                               

                                                                                      

Jambi,September 2018-09-12

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta
mengindahkan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu.Landasan dan asas tersebut sangat penting,
karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu
bangsa tertentu. Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis,
dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan.
Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan.
Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang
pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas
pendidikan yang tepat pula, akan dapat  memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan
menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan.
Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta
beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan pendidikan tersebut adalah landasan
filosofis, sosiologis, cultural, psikologis, dan iptek. Sedangkan asas-asas pendidikan yang akan dikaji
adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hidup, dan asas kemandirian dalam belajar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1.Apakah yang dimaksud landasan pendidikan?
2.Apa sajakah landasan pendidikan?
3.Apakah yang dimaksud asas-asas pendidikan?
4.Apa sajakah asas-asas pendidikan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah:
1.Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Pendidikan
2.Untuk mengetahui pengertian landasan pendidikan
3.Untuk mengetahui macam-macam landasan pendidikan
4.Untuk mengetahui pengertian asas-asas pendidikan
5.Untuk mengetahui macam-macam asas-asas pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

1.  Pengetian Landasan dan Asas Pendidikan


Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar  atau alas, karena itu landasan merupakan tempat
bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak  atau dasar pijakan ini dapat bersifat material
(contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan).
Landasan yang bersifat koseptual identik dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga
macam asumsi, yaituaksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Asas pendidikan adalah sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada
tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam
membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pedidikan.Kegiatan bantuan dalam
praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa
kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau latihan).Studi pendidikanadalah kegiatan
seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan dan asas pendidikan adalah asumsi-
asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau  studi
pendidikan.

2.  Macam-macam Landasan pendidikan


2.1 Landasan Filosofis.
Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan,
yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan
itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya.
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah). Kata
filsafat (philosophy) bersumber dari bahasaYunani, philein berarti mencintai,
dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal,
menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi mengenai kehidupan dan dunia.
Konsepsi-konsepsi silosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya  bersumber dari
dua faktor, yaitu:
a. Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
b. Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran.
Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang
pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam dua
pendekatan, yakni:
1. Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta
sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
2. Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemology (tentang benar
dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek), metafisika
(tentang hakikat yang “ada”, termasuk akal itu sendiri), serta social dan politik (filsafat
pemerintahan).
Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemology, etika, dan estetika,
metafisika dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan
kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan.
Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
A. Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai mahluk didunia ini, seperti yang disimpulkan
sebagai zoon politicon, homo sapiens, animal educandum,dan sebagainya.
B. Masyarakat dan kebudayaannya.
C. Keterbatasan manusia sebagai mahluk hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan
D. Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan
(Wayan Ardhana, 1986: Modul1/9).

Hasil-hasil kajian filsafat tersebut, utamnya tentang konsepsi manusia dan dunianya, sangat besar
pengaruhnya terhadap pendidikan. Beberapa aliran filsafat yaitu sebagai berikut:
1. Naturalisme
2. Idealisme
3. Realisme
4. Pragmatisme

Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap oleh
panca indera sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula diberi nama yang berbeda sesuai
dengan variasi penekanan konsepsinya tentang manusia dan dunianya.
Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi diluar kesadaran ada sebagai
suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan intelegensi. Objek indra adalah
real, yaitu benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita
persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Menurut realisme hakikat kebenaran itu barada
pada kenyataan alam ini, bukan pada ide atau jiwa.
Idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang
dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran bersifat
spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang
absolute dan abadi.
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai
dari segi nilai kegunaan praktis; dengan kata lain, paham ini menyatakan yang berfaedah itu harus
benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pda kemanfaatan dari sesuatu itu harus benar.
Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksimatis zaman kuno dan abad
pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang.
Selanjutnya perlu dikemukakan secara ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang besar
pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab filsafat pendidikan
itu adalah:

1. Esensialisme.
Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan
realisme secara eklektis. Berdasarkan eklektisisme tersebut tersebut maka esensialisme tersebut
menitikberatkan penerapan prinsip idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan prinsip-
prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan dasara tinjauan yang realistic. Matematika yang sangat
diutmakan idealisme, juga penting artinya bagi filsafat realism, karena matematika adalah alat
menghitung penjumlahan dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata
Menurut Mazhab ensesialisme, yang termasuk the liberalarts, yaitu:
1)  Penguasaan bahasa termasuk rerorika
2) Gramatika
3) Kesusateraan
4)  Filsafat
5)  Ilmu kealaman
6)  Matematika
7)  Sejarah
8) Seni keindahan (fine arts)

2. Perenialisme
Ada persama antara perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum
tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang poko-pokok (subject centered). Perbedaannya ialah
perenialisme menekankan keabadian teori kehikamatan, yaitu:
1)  Pengetahuan yang benar (truth)
2) Keindahan (beauty)
3) Kecintaan kepada kebaikan (goodness)

Oleh karena itu dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau
perennial. Prinsip pendidikan antaralain:
1) Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
2) Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan mahluk manusia yang unik, yaitu
kemampuan berpikir.
3) Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.
4) Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
5) Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects)
3. Pragmatisme dan Progresivisme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis,
di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
Progresivisme yaitu perubahan untuk maju. Manusia akan mengalami perkembangan apabila
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan
pendidikan progresif mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa prinsip,
antara lain sebagai berikut:
1. Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar
2. Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.
3. Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
4. Sekolah progresif harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis
dan ekperimentasi.

4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif dalam
pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman-pengalaman kemasyarakatan
masa kini disekolah, tapi haruslah memelopori masyarakat kearah masyarakatbaru yang diinginkan. Dan
dalam pengertian lain. Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan
sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.

 2.2  Landasan Sosiologis
Manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga terdapat pada makhluk hidup lainnya
yakni hewan. Meskipun demikian, pengelompokan manusia jauh lebih rumit dari pengelompokan
hewan. Pada hewan, hidup berkelompok memiliki ciri-ciri (Wayan Ardhana, 1968) sebagai berikut:

a. ada pembagian kerja,


b. ada ketergantungan antar anggota,
c. ada kerjasama antar anggota,
d. ada komunikasi antar anggota,
e. ada diskriminasi antar individu yang hidup dalam kelompok lain.

Ciri-ciri hewan tersebut dapat pula ditemukan pada manusia. Kehidupan sosial manusia
tersebut dipelajari oleh filsafat, yang berusaha mencari hakekat masyarakat yang sebenarnya. Filsafat
sosial sering membedakan manusia sebagai individu dan manusia sebagai anggota masyarakat.
Pandangan aliran-aliran filsafat tentang realitas sosial itu berbeda-beda, sehingga dapat ditemukan
bermacam-macam aliran filsafat sosial.
a.Pengertian tentang LandasanSosiologis

Sosiologi pendidikan merupakan analis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial
di dalam sistem pendidikan.Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat
bidang:

1.   Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari :

a.Fungsi pendidikan dalam kebudayaan


b.Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan.
c. Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan
perubahan kebudayaan.
d.Hubungan pendidikan dengan kelas sosial atau sistem status.
e.Fungsionalisasi sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras,
kebudayaan, atau kelompok – kelompok dalam masyarakat.

2.   Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi :

a.Sifat kebudayaann sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar


sekolah.
b.Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah.

3.   Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari :

a.Peranan sosial guru.


b.Sifat kepribadian guru.
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa.
d.Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak – anak.

4.   Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
sosial lain di dalam komunitasnya, yang meliputi :

a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap


organisasi sekolah.
b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada sistem sosial
komunitas kaum tidak terpelajar.
c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya.
d. Faktor – faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi
sekolah.

Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai sarana untuk memahami
sistem pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat (Wayan Ardhana, 1986 :
Modul 1/67).
b. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antarsesamanya,saling tergantung


dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama,serta pada umumnya bertempat tinggal di
wilayah tertentu,dan ada kalanya mereka mempunyai hubungan darah atau memiliki kepentingan
bersama.Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama antara lain:
1. Ada interaksi antara warga-warganya.
2. Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat,norma-norma,hukum,dan aturan-aturan
yang khas.
3. Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya.Kesatuan wilayah,kesatuan adat
istiadat,rasa identitas,dan rasa loyalitas terhadap kelompoknya merupakan pangkal dari
perasaan bangga sebagai patriotisme,nasionalisme,jiwa korps,dan kesetiakawanan sosial dan
lain-lain.

Masyarakat Indonesia mempunnyai perjalanan sejarah yang panjang bahkan telah dimulai pada
zaman prasejarah,zaman kerajaan nusantara,zaman penjajahan,sampai zaman kemerdekaan sekarang
ini.Melalui perjalanan yang panjang,masyarakat yang bhinneka tersebut akhirnya mencapai satu
kesatuan politik untuk mendirikan satu Negara serta berusaha mewujudkan satu masyarakat Indonesia
sebagai masyarakat yang bhinneka tunggal ika.Sampai saat ini masyarakat Indonesia masih ditandai oleh
dua cirri yang unik,yakni:
1. Secara horizontal ditandai oleh adnya kesatuan-kesatuan sosial atau komunitas berdasarkan
perbedaan suku,agama,adat istiadat ,dan kedaerahan.
2. Secara vertical ditantai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara lapisan
atas,menengah,dan lapisan rendah.

Pada zaman penjajahan sifat dasar masyarakat Indonesia yang menonjol adalah:
a. Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok sosial atau golongan sosial jajahan yang sering
sekali memiliki sub-kebudayaan sendiri.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi
c. Seringkali anggota masyarakat atau kelompok tidak mengembangkan konsensus di antara
mereka terhadap nilai-nilai yang bersifat mendasar.
d. Di antara kelompok,relatif sering kali mengalami konflik-konflik.
e. Terdapat saling ketergantungan din bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok sosiaL YANG LAIN.
g. Secara relatif integrasi sosial sukar dapat tumbuh (Wayan Arhdana,1986:Modul 1/70)
2.3 Landasan kultural
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang setiap manusia selalu menjadi anggota
masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989   Pasal
1 Ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan
yang berakar pada kebudayaanbangsa Indonesia dan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan/dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus
dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupun secara formal. Sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan
pelaksanaan pendidikan itu ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di mana proses pendidikan itu
berlangsung. Dimaksudkan dengan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-
norma, nilai-nilai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang dipelajarin dan dimiliki oleh semua
anggota masyarakat tertentu.

a.      Pengertian tentang Landasan Kultural

Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu
terkait dengan pendidikan, utamanya belajar. Kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat berwujud :

a. Ideal seperti ide, gagasan, nilai, dan sebagainya.


b. Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan
c. Fisik yakni benda hasil karya manusia.

Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan melalui pendidikan. Baik


kebudayaan yang berwujud ideal, atau kelakuan dan teknologi, dapat diwujudkan melalui proses
pendidikan.

Dengan mempelajari tingkah laku yang dapat diterima dan kemudian menerapkan sebagai
tingkah lakunya sendiri menjadikan anak sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, anak-anak harus
diajarkan polapola tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Dengan kata lain, fungsi pokok setiap sisitem pendidikan adalah untuk mengajarkan anak-anak pola-pola
tingkah laku yang essensial tersebut.

Cara-cara untuk mewariskan kebudayaan, khususnya mengajarkan tingkah laku kepada generasi
baru, berbeda dari masyarakat ke masyarakat. Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dapat
diidentifikasikan, yaitu informal, nonformal, dan formal. Cara informal terjadi di dalam keluarga, dan
nonformal dalam masyarakat yang berkelanjutan dan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan cara formal melibatkan lembaga khusus yang dibentuk untuk tujuan pendidikan. Pendidikan
formal tersebut dirancang untuk mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik.

Oleh sebab itu, anggota masyarakat tersebut berusaha melakukan perubahan-perubahan yang
disesuaikan dengan kondisi baru sehingga terbentuklah pola tinkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma
baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola tingkah laku,
norma-norma dan nilai-nilai baru ini disebut transformasi kebudayaan.
Pada masyarakat primitif, transmisi kebubayaan dilakukan secar informal dan nonformal,
sedangkan pada masyarakat yang telah maju transmisi kebudayaan dilakukan secara informal,
nonformal dan formal. Pemindahan kebudayaan secara formal ini melalui lembaga-lembaga sosial,
utamanya sekolah. Pada masyarakat yang sudah maju, sekolah sebagai lembaga social mempunyai
peranan penting sebab pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransmisi kebudayaan kepada
generasi penerus,tetapi pendidikan juga berfungsi untuk mentransformasikan kebudayaan agar sesuai
dengan perkembangan dan tujuan zaman.

b.     Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)


Seperti telah dikemukakan, yang dimaksud dengan sisidiknas adalah pendidikan yang berakar
pada kebudayaan bangsa Indonesia. (UU-RI No. 2/1989) Pasal 1 Ayat 2. Karena masyarakat Indonesia
sebagai pendukung kebudayaan itu adalah masyarakat yang majemuk, maka kebudayaan bangsa
Indonesia tersebut lebih tepat disebut sebagai kebudayaan  Nusantara yang beragam. Puncak-puncak
kebudayaan Nusantara itu dan yang diterima secara nasional disebut kebudayaan nasional.

Pada awal perkembangannya, suatu kebudayaan terbentuk berkat kemampuan manusia


mengatasi kehidupan alamiahnya dan kesengajaan manusia menciptakan lingkungan yang cocok bagi
kehidupannya. Setiap individu yang lahir selalu memasuki lingkungan kebudayaan dan lingkungan
alamiah itu, dan menghadapi dua system sekaligus yaitu system kebudayaan dan system linmgkungan
alam. Individu dalam masyarakat modern sangat dipengaruhi oleh besar dan kompleksnya kehidupan
masyarakat modern dan kecanggihan kebudayaannya.

Salah satu upaya penyesuaian pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakng social
budaya di Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan local di dalam kurikulum sekolah,
utamanya di sekolah dasar (SD). Kebijakan ini bukan hal baru, karena gagasannya telah berlaku sejak
dulu, umpamanya dengan pengajaran bahasa daerah dan atau penggunaan bahasa daerah di dalam
proses belajar mengajar.

2.4 Landasan Psikologis


 Terdapat dua hal kepribadian yang penting di tinjau Pendidikan selalu melibatkan aspek
kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam
bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada
pemahaman manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar.
 Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor
keberhasilan untuk pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan sejumlah
informasi/kebutuhan tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang
berkaitan dengan aspek pribadi.
 Seperti di kemukakakn teori A.maslow kategori kebutuhan menjadi enam kategori meliputi:
1. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan memmpertahankan hidup (makan, tidur, istrahat dan
sebagainya).
2. Kebutuhan rasa aman: kebutuhan terus nenerus merasa aman dan bebasdari ketakutan.
3. Kebutuhan akan cinta dan pengakuan:kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok.
4. Kebutuhan harga diri (esteem needs):kebutuhan berkaitan dengan perolehan pengakuan oleh
orang lain sebagai orang yang berkehendak baik.
5. Kebutuhan akan alkuturasi diri:kebutuhan akan potensi potensi yang di miliki.
6. Kebutuhan untuk mengetahui dan di pahami:kebutuhan akan berkaitan dengan penguasaan
iptek.

b. Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis


Perkembangan manusia berlangsung sejak konsepsi (pertemuan ovum dan sperma) sampai saat
kematian, sebagai perubahan maju (progresif) ataupun kadang-kadang kemunduran (regresif).
Salah satu aspek dari pengembangan manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan
perkembangan kepribadian, utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan mandiri.
Meskipun terdapat variasi pendapat, namun dapat dikemukakan beberapa prinsip umum kepribadian.
Disebut sebagai prinsip prinsip umum karena:
• Prinsip tersebut yang dikemukakan dengan variasi tertentu dalam berbagai teori
kepribadian.
• Prinsip itu akan tampak bervariasi pada kepribadian manusia tertentu (sebab: kepribadian
itu unik)
• dari konteks perkembangan kepribadian, yakni:
• Terintegrasinya seluruh komponen ke dalam struktur yang teroganisir secara sistematik.
• Terjadi tingkah laku yang konsisiten dalam menghadapi lingkungan.

2.5 Landasan Ilmiah dan Teknologis


Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsi
teknologi dari berbagai bidang teknologi ke  dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang
berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional
dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi
juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan
dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang
dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah
harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar seyogyanya hasil
perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara
memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat. Relevansi bahan ajaran dan cara
penyajiannya dengan hakikat ilmu, sumber bahan ajaran itu merupakansatu tuntutan yang tak dapat
ditawar-tawar lagi. Peserta didik seyogyanya sedini mungkin mengalami sosialisasi ilmiah meskipun
dalam bentuk yang masih sederhana. Dengan demikian, baik kemampuan maupun sikap ilmiah sedini
mungkin dikembangkan dalam diri peserta didik.
  
3.    Asas-Asas Pokok Pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik
pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas
pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara  asas
tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam
belajar.

3.1 Macam-macam Asas Pendidikan


1.     Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas
yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing
Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
a. Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
b. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

2.     Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
a. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
b. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

3.     Asas Kemandirian dalam Belajar


Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu
dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai
fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian
belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
3.2 Penerapan Asas-Asas Pendidikan
Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada dua asas-asas utama yang menjadi
acuan pelaksanaan pendidikan, yakni:
1.      Asas Belajar Sepanjang Hayat
2.      Asas Tut Wuri Handayani
3.      Asas Kemandirian dalam Belajar
Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas berturut-turut akan
dibicarakan:
1. Keadaan yang ditemui sekarang
2. Permasalahan yang ada
3. Pengembangan penerapan asas-asas pendidikan.

 Keadaan yang Ditemui Sekarang


 Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui
sekarang:
a. Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan.
Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat
ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal; berbagai
jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi
b. Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan
pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara
proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di
seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri
maupun diluar negeri
c. Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar
mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas melalui pendidikan
d. Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat:
ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan
ketrampilan, sarana pendidikan jasmani
e. Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat
yang bertujuan untuk:
1. meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup
bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar
2. menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya
f. Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan
ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme,
kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur
g. Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai
macam kegiatan olahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi
di bidang olahraga
h. Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan
kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan
bahagia peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan
mental. 

Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral telah
mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara
pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui sekarang, yakni :
a. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang
diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh
pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung
jawab atas pendidikannya sendiri.
b. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang
diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang
tertentu yang diinginkannya.
c. Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk
memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama
belajarnya.
d. Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh
kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang
disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri.
e. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan
dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan
dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah
normal sampai jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989).
BAB IV
KESIMPULAN

       Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu
generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan
yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini
menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan
sejumlah landasan dan asas pendidikan. Agar terciptanya generasi yang berkualitas dan memiliki rasa
cinta tanah air.

Anda mungkin juga menyukai