Anda di halaman 1dari 6

1.

1 Definisi Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Usia Dini


Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akibat dari adanya
pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan alam ukuran dan struktur
tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik.
Selain dari pengertian diatas, pertumbuhan dapat didefinisikan pula sebagai perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada diri individu
yang sehat dalam fase-fase tertentu. Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang
terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta semakin bertambah sempurnanya
susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau adanya
kematangan pada diri individu.
Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan perubahan yang bersifat sistematis,
dalam arti saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antaraspek-aspek fisik dan psikis merupakan
satu kesatuan yang harmonis. (contoh: anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat
huruf-hurufdan diberi latihan oleh orang tuanya). Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat
dikuasai anak apabila proses latihan diberikan padasaat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat
untuk memehami bentuk huruf telah diperoleh.
Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf. Selain itu perubahan
juga bersifat progresif, yang berarti bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat an mendalam
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Contoh, perubahan pengetahuan dan kemampuan anak dari yang
bersifat sedehana berkembang kearah yang lebih berkesinambungan merupakan ciri lain dari perubahan yang
terjadi, artinya perubahan itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak bersifat meloncat-loncat atau
karena unsur kebetulan. Contoh, agar anak mampu berlari maka sebelumnya anak harus mapu berdiri dan
merangkak terlebih dahulu.
Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan
akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan
perilaku baru.

2.2 PERKEMBANGAN ANAK USIA 0 – 2 TAHUN


Periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga usia 24 bulan (0 -2 tahun) disebut
sebagai periode atau masa bayi (infacy period). Masa ini merupakan masa yang sangat bergantung kepada
orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi
sensorimotor, dan belajar sosial hanya sebagai permulaan.
Banyak ahli yang menyebut masa bayi sebagai masa fital, karena kondisi masa bayi merupakan
pondasi pada pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Masa bayi dimulai dengan kelahiran yang diikuti
dengan tangis pertama. Bayi lahir tanpa diikuti tangis pertama, harus diupayakan supaya menangis, misalnya
pantatnya dipukul-pukul secara perlahan-lahan, dikipasi, atau dimasukan udara kedalam paru-parunya.
Tangis pertama merupakan tanda masuknya udara keparu-paru, sehingga paru-paru berkembang dan mulai
berfungsi. Jika udara tidak masuk ke paru-paru maka dapat menyebabkan kematian.
Secara umum pada masa bayi (usia 0-2 tahun), individu mengalami perubahan yang pesat bila
dibandingkan dengan yang akan dialami pada fase-fase berikutnya. Anak sudah memiliki kemampuan dan
keterampilan dasar yang berupa: keterampilan lokomotor (berguling, duduk, berdiri, merangkak dan
berjalan), keterampilan memegang benda, penginderaan (melihat, mencium, mendengar dan merasakan
sentuhan), maupun kemampuan untuk bereaksi secara emosional dan sosial terhadap orang-orang di
sekelilingnya.
Individu dianggap sehat secara fisik apabila menampakkan pola urutan kematangan yang umum pada
peristiwa biologis dari susunan saraf pusat yang menyebabkan timbulnya fungsi psikologis. Timbul
kemampuan bicara antara usia satu sampai dengan tiga tahun pada hampir semua anak merupakan gambaran
dari kematangan fungsi psikologis pada usia tersebut. Seorang bayi yang baru berusia tiga bulan barang kali
dapat mengeluarkan bunyi atau suara (berceloteh), namun otak seorang bayi yang baru berumur tiga bulan
belum cukup matang untuk dapat mengerti pembicaraan ataupun berbicara. Sementara itu, anak berusia 2
tahun yang otaknya sudah cukup matang, tidak akan berbicara bila tidak berhubungan terlebih dahulu dengan
orang lain.
Beberapa refleks anak menusu atau refleks-refleks sementara yang dimiliki bayi yang baru lahir
antara lain:
 Refleks moro; Refleks ini tampak pada gerakan bayi mengembangkan tangannya melebar ke samping,
melebarkan jari-jarinya lalu mengembalikan tangannya dengan tarikan cepat seakan-akan ingin memeluk
seseorang. Refleks ini disebut juga refleks peluk.
 Refleks mencium-cium atau “rooting-reflex”; Refleks ini ditimbulkan oleh stimulasi taktil pada pipi atau
daerah mulut. Bayi memutar-mutar kepalanya seakan-akan mencari punting susu.
 Refleks hisap; Refleks hisap biasanya timbul bersama-sama dengan rangsang pipi. Refleks ini mempunyai
fungsi eksploratif yang menenangkan.
 Refleks genggam atau refleks Darwin,; Refleks ini dapat dibuktikan dengan membuat rangsang melalui
goresan jari melalui bagian dalam lengan anak ke arah telapak tangannya. Bila rangsang hampir sampai
pada telapak tangan maka telapak tangan akan terbuka. Selanjutnya bila jari diletakkan pada telapak
tangan, maka anak akan menutup telapak tangannya tadi.
 Refleks Babinski (refleks genggam kaki). Bila ada rangsang pada telapak kaki, ibu jari kaki akan bergerak
ke atas dan jari-jari lain membuka. Kedua refleks genggam ini akan menghilang pada sekitar 6 bulan.

2.3 Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini


Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan
pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Jean Piaget sebagaimana dikutip oleh Daehler & Bukatko (1985) mengklasifikasi perkembangan
kognitif anak menjadi empat tahapan yaitu:
a. Tahap Sensory-Motor; perkembangan aspek kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun
b. Tahap Pre-Operational; perkembangan aspek kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun
c. Tahap Concrete-Operational; perkembangan aspek kognitif yang terjadi pada usia 7-11 tahun
d. Tahap Formal-Operational; perkembangan aspek kognitif yang terjadi pada usia 7-11 tahun
Sebagian besar psikolog terutama para kognitivis (ahli psikologi kognitif) berkeyakinan bahwa proses
perkembangan kognitif manusia telah berlangsung sejak dilahirkan (Syah, 2008: 66). Selama perkembangan
dalam periode sensori motor yakni sejak lahir sampai dengan usia dua tahun, intelegensi yang dimiliki
individu masih bersifat primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Sekalipun primitif dan
terkesan tidak penting, namun intelegensi sensori motor merupakan intelegensi dasar yang sangat berarti
sebagai fondasi bagi intelegensi tipe-tipe tertentu yang akan dimiliki individu di kemudian hari.

2.4 Perkembangan Psiko-Sosial Anak Usia Dini


Perkembangan psikososial berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan
kepribadian, serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Meskipun dalam
pemenuhan kebutuhannya bayi masih sangat tergantung kepada pengasuhnya, namun bukan berarti mereka
sama sekali pasif. Sejak lahir, pengalaman bayi semakin bertambah dan ia berpartisipasi aktif dalam
perkembangan psikososialnya sendiri, mengamati dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.
Bayi yang sedang tumbuh menjadi lebih dewasa memiliki kedekatan dan keterikatan emosional
dengan orang-orang penting dalam hidupnya. Hal ini terlihat misalnya, bayi menangis ketika didekati oleh
orang yang tidak dikenalnya, dan dia menyambut hangat ketika didatangi oleh ibu atau bapaknya. Bayi juga
berpartisipasi dalam menjalin hubungan dengan cara-cara yang lebih halus, seperti ikut bermain bersama
saudaranya yang lebih tua. Lebih dari itu, bayi juga menyatakan perasaan atau kebutuhanya dengan caranya
sendiri. Misalnya, ketika orang tuanya memberikan makanan tertentu, ia menolak, tetapi ketika yang
memberikan makanan tersebut adalah baby sister yang mengasuhnya, ia menerimanya dengan perasaan
senang.
Berikut ini dikemukakan beberapa hal penting yang berkaitan dengan perkembangan psikososial
pada masa bayi.
a. Perkembangan Emosi
Emosi adalah sebuah istilah yang sudah cukup popular, namun maknanya yang tepat masih
membingungkan, baik dikalangan ahli psikologi maupun ahli filsafat. Emosi adalah sebuah kata atau istilah
yang sangat identik dengan perasaan. Emosi dan perasaan merupakan suasana psikis atau suasana batin yang
dihayati seseorang pada suatu saat. Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda, namun perbedaan di
antara keduanya tidak dapat dinyatakan dengan jelas. Perasaan menunjukkan suasana batin yang lebih tenang
dan tertutup, sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang lebih dinamis, bergejolak, dan terbuka.
Secara sederhana emosi dapat dikatakan sebagai perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara
gejolak fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat) dan perilaku yang tampak (seperti senyuman, teriakan,
tubuh gemetar, dansebaginya).
Memahami secara pasti kondisi emosi bayi merupakan hal yang sangat sulit karena sifat emosi yang
sangat subyektif, sehingga informasi mengenai emosi tersebut hanya dapat diperoleh dari individu yang
bersangkutan dengan cara introspeksi yang dilakukannya. Sementara itu, bayi sesuai dengan usianya yang
masih sangat muda tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik.
b. Perkembangan Temperamen
Temperamen (tabiat, perangai) merupakan salah suatu dimensi psikologis yang berhubungan dengan
aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Temperamen adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat
hubungannya dengan konstitusi tubuh. Menyatakan bahwa temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan
cara khasnya dalam memberi tanggapan.
Sejak lahir bayi memperlihatkan berbagai aktivitas individual yang berbeda-beda. Beberapa bayi yang
sangat aktif menggerakan tangan, kaki, dan mulutnya tanpa henti-hentinya, tetapi bayi yang lain terlihat lebih
tenang. Sebagian bayi merespon dengan hangat kepada orang lain, sementara yang lain cerewet, rewel, dan
susuah diatur. Semua gaya perilaku ini merupakan temperamen seorang bayi.

2.5 PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-6 TAHUN


Periode kanak-kanak awal atau early childhood period (usia 2-6 tahun) merupakan usia prasekolah.
Pada masa ini, pada umumnya anak-anak mulai menjalani masa pendidikan pada jenjang Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) baik pada jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Pada jenjang ini,
anak-anak diberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
maupun rohani dalam rangka mempersiapkan mereka agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan
lebih lanjut, yaitu pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD).
Selama masa kanak-kanak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan
tingkat pertumbuhan selama masa bayi (infacy period). Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung
sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira dua tahun menjelang anak matang secara
seksual, di mana pertumbuhan fisik pada waktu itu kembali berkembang dengan pesat. Meskipun selama
masa kanak-kanak secara umum pertumbuhan fisik mengalami perlambatan, namun ketrampilan-ketrampilan
motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat.

2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik


a. Pertumbuhan dan perubahan bentuk tubuh
Prosentase kenaikan tinggi dan berat badan pada usia ini mulai menurun dibandingkan dengan masa
sebelumnya (periode bayi). Perubahan atau prosentase tinggi dan berat badan badan tersebut terus
berlangsung setiap tahun. Otot-otot perut menjadi lebih ramping karena mengalami pengetatan. Anak laki-
laki cenderung memiliki kelebihan massa otot dibandingkan dengan anak perempuan. Seiring dengan
bertambahnya tinggi badan, baik anak laki-laki maupun anak perempuan mengalami perampingan dan
bentuk tubuh menjadi lebih atletis. Dalam kasus ini perlu untuk diketahui bahwa pertumbuhan fisik pada
anak selalu bervariasi dan tidak sama. Hal ini disebabkan oleh dua faktor utama yang sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan fisik yaitu faktor hereditas (keturunan atau asal usul etnis) dan asupan gizi.
b. Perkembangan otak
Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan otak
dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun
pertumbuhannya tidak sepesat pada masa bayi. Pada saat bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-
rata 75% dari otak orang dewasa, dana pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak
orang dewasa. Pertumbuhan otak selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan
ukuran urat saraf yang berujung didalam dan diantara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat saraf itu terus
bertumbuh setidak-tidaknya hingga masa remaja. Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh
pertambahan myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan lapisan sel-
sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat
saraf. Beberapa ahli psikologi perkembangan percaya bahwa myelination adalah penting pada perkembangan
sejumlah kemampuan anak-anak.
c. Perkembangan motorik
Perkembangan motorik (motor skills) sangat berkaitan erat dengan perkembangan fisik anak. Motorik
merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan
saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan keterampilan motorik meliputi keterampilan motorik kasar
(gross motor skills) dan keterampilan motorik halus (fine motor skills). Motorik kasar adalah gerakan tubuh
yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan
sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya,
kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan
sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting untuk dikembangkan agar anak-anak bisa
berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik ini antara lain dapat dilihat dari perubahan kemampuan atau fungsi fisik untuk
melakukan gerakan-gerakan tertentu. Misalnya saja, seorang anak yang berusia sekitar tiga tahun sudah dapat
berjalan dengan baik, dan sekitar usia empat tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang
dewasa. Ketika kurang lebih telah berusia lima tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk
berjalan dengan berbagai cara, seperti maju mundur, jalan cepat, dan pelan-pelan,
melompat, berjingkrak, dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan lebih baik, halus, dan
bervariasi. Pada usia sekitar lima tahun anak sudah dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu secara
akurat, seperti menangkap bola dengan baik, melukis, menulis, menggunting, melipat kertas, dan sebagainya.
c. Permainan
Permainan adalah salah satu bentuk aktifitas sosial yang dominan pada masa anak-anak awal, sebab anak-
anak menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain dibanding dengan terlibat aktifitas lain. Kebanyakan
hubungan sosial dengan teman sebaya yang terjadi pada masa ini juga terjalin dalam
bentuk permainan. Desmita (200:141-142) mengemukakan tiga fungsi utama permainan sebagai berikut:
1. Fungsi kognitif; melalui permainan anak-anak dapat menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek
disekitarnya, dan belajar memacahkan masalah yang dihadapinya
2. Fungsi sosial; permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak
3. Fungsi emosi; permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosialnya,
belajar mengatasi konflik batin dan kegelisahan
Berdasarkan observarsi terhadap anak-anak usia 2 hingga 5 tahun Patern menemukan 3 kategori
permainan anak-anak sebagai berikut:
a. Permainan unoccopied, anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik perhatiannya dan
melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol
b. Permainan onlooker, anak melihat dan memperhatikan anak-anak lain bermain
c. Permainan pararel , anak bermain dengan alat-alat permainan yang sama, tetapi tidak terjadi kontak antara
satu dengan yang lain atau tukar menukat alat permainan.
2. Perkembangan gender
Kebanyakan anak mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap dalam perkembangan
gender. Pertama, anak mengembangkan kepercayaan tentang identitas gender, yaitu rasa laki-laki atau
perempuan. Kedua, anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang
mereka kehendaki. Ketiga, mereka memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin
seseorang ditentukan secara biologis, permanen, dan tak berubah-ubah. Pengetahuan tentang ketiga aspek
gender tersebut dinamakan sebagai peran jenis kelamin, atau stereotip gender. Pada umumnya, secara
psikologis anak mencapai ketetapan gender pada usia tujuh sampai dengan sembilan tahun (Desmita, 2010:
146-147). Jadi, dalam perkembangan psikososial ini anak akan belajar untuk mengembangkan kepercayaan
identitas gender sesuai dengan tugas dari perkembangan itu sendiri, yakni menbedakan jenis kelamin. Pada
tahap ini anak akan bisa mengarahkan dirinya pada sikap jenis kelamin mana yang mereka kehendaki, yang
pada akhirnya mereka akan memperoleh ketetapan gender.
e. Perkembungan kepribadian dan moral
Masa ini disebut masa perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan
yang hebat dalam diri anak-anak, yaitu dia mulai sadar akan akunya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah
dari lingkungan atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila berbicara dengan orang lain. Pada
masa ini, berkembang kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi tuntunan dan tanggung jawab. Oleh
karena itu agar tidak berkembang sikap membandel anak yang kurang terkontrol, pihak orang tua perlu
menghadapinya secara bijaksana, penuh kasih sayang, dan tidak bersikap keras.
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosial (orang
tua, saudara, dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain, anak akan belajar
memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik, diterima, dan disetujui atau perilaku mana
yang buruk, yang tidak boleh, yang ditolak, dan tidak disetujui. Berdasarkan pemahaman itu, maka pada
masa itu anak harus dilatih atau dibiasakan mengenal bagaimana dia harus bertingkah laku yang baik, seperti
mencuci tangan sebelum makan, menggosok gigi sebelum tidur, berdoa sebelum makan, dan sebagainya.

2.6 Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Dini


Pada umumnya ciri-ciri perkembangan bayi dan anak kecil sifatnya individual dan kontekstual. Bayi
dapat mengalami dan menghayati secara langsungkeadaan disekitarnya melalui indera mereka seperti
melihat, mendengar, mengecap, mencium, dan merasakan. Bayi yang berkembang secara normal akan secara
aktif memfungsikan inderanya untuk menangkap, merasakan, dan menghayati hal-hal yang ada di luar
dirinya secara langsung. Namun aktivitas bayi secara biologis, psikologis, dan sosiologis berbeda dengan
anak kecil, remaja atau dewasa. Seekor anak itik baru tetas dari telur bisa langsung berenang, tetapi bayi
tidak langsung berjalan. Ia masih belum berdaya meskipun memiliki potensi untuk berkembang. Karena itu
ia memerlukan bantuan dari orang dewasa agar ia bisa tumbuh mengenal dan memahami lingkungannya.
Dengan demikian orang dewasa sangat memegang peranan penting dalam membantu anak dalam
ketidakberdayaannya melalui sosialisasi nilai-nilai, kebiasaan, dan norma-norma kehidupan sosial. Hubungan
yang hangat dan positif antara orang dewasa dengan bayi dan anak-anak akan membantu bayi dan anak kecil
untuk dapat mengembangkan rasa percaya diri terhadap lingkungan. Selain itu, orang dewasa perlu
mengajarkan nilai-nilai dasar bagi pengembangan disiplin, kemandirian, dan tanggung jawab anak. Misalnya
anak mulai dilatih, dibiasakan, dan dididik untuk dapat mengatur diri sendiri seperti makan, berpakain, mandi
serta buang air. Dalam hal ini orangtua, para pengasuh, dan tenaga profesional perlu memahami dan
mengembangkan berbagai metode dan teknik pedidikan, bimbingan da pengembangan anak usia dini.
Selanjutnya agar pendidik dapat menanamkan dan mengajarkan disiplin pada anak maka tentunya harus
mengetahui dengan jelas taraf perkembangan menurut usia anak dan beberapa prinsip dasar sehingga dapat
membimbing anak tersebut. Ciri-ciri perkembangan anak adalah sebagai berikut:
1. Seumur hidup(life-long) adalah tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan individu.
2. Multidimensional adalah terdiri atas biologis,kognitif,dan sosial
3. Multidirectional adalah beberapa komponen dari satu dimensi dapat meningkat dalam
pertumbuhan,sementara komponen lain menurun. Misalnya, orang dewasa dapat semakin aif tetapi kecepatan
memproses informasi lebih buruk.
4. Lentur(plastis) adalah bergantung pada kondisi kehidupan individu
2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi anak usia dini
A. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan disini ialah berupa lingkungan fisik yang ada di PAUD deperti halnya adanya
suara,cahaya,suhu,dan desain kelaas. Apabila lingkungan fisik tersebut terkontrol dengan baik maka anak
usia dini akan merasa nyaman dalam belajar.
Contohnya : ketika desaian ruangan di dalam lingkungan kelas belajar di desaian dengan sangat
menarik,anak akan lebih tertarik dan semangat untuk belajar.
B. Faktor sosial
Faktor sosial ini sangat berpengaruh dalam perkembangan kecakapan sosial anakakan belajar bagaimana
bekerja sama,berinteraksi,sehingga anak akan belajar menghargai orang lain. Ketika faktor sosial berperan
sangat baik di dalam pendidikan anak usia dini,maka perkembangan belajar anakpun nantinya juga akan
meningkat,khususnya dalam bidang sosial
C. Faktor emosi
Faktor emosi berkaitan dengan motivasi anak dalam belajar. Ketika anak memiliki emosi yang bagus dia
akan semangat dalam belajar dan ketika mereka sedang dalam emosi yang tidak bagus anak usia dini
cenderung tidak mau untuk diajak belajar. Karena kondisi emosi tiap anak berbeda-beda,maka pendidik
memiliki tugas ekstra untuk mencari strategi yang dapat membangkitkan motivasi mereka dalam belajar.
D. Faktor fisik
Faktor fisik dalam anak usia dini harus memerlukan kesiapa fisik yang cukup baik untuk belajar. Kesiapan
fisik yang dimaksud disini adalah berkaitan dengan kondisi anak yang berkaitan dengan kondisi dengan
makan dan minum,istirahat,kecukupan waktu tidur,dan aktivitas yang dilakukan. Ketika kondisi anak tidak
dalam keadaan baik,misalnya terlalu lelah,hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana anak dalam belajar.
Ketika anak lelah anak akan tidak semangat lagi dalam belajar. Oleh karena itu faktor kegiatan yang
dilakukan dalam pembelajaran di PAUD harus memperhatikan hal tersebut sehingga kegiatan dalam
pembelajaran dapat berlangsung dengan optimal.
2.8 Aspek-aspek perkembangan Anak usia dini
Menurut catron dan allen menyebutkan bahwa terdapat 6 aspek perkembangan anak usia dini. Diantaranya :
1. Kesadaran personal : perkembangan kesadaran sosial bermain mendukung anakk tumbuh secara mandiri
dan memiliki kontrol atas lingkungannya. Melalui bermain anak dapat menemukan hal yang
baru,bereksplorasi. Meniru dan mempraktekkan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam
membangun ketrampilan menolong diri sendiri, ketrampilan ini membuat anak untuk mengenal diri mereka
dan untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup.
2. Pengembangan emosi : melalui permainan anak dapt belajar menerima berekspresi dan mengatasi masalah
3. Membangun sosialisasi : kemamuan sosialisai dan memperluas empati terhadap orang lain serta
mengurangi sikap egosentrisme.
4. Kemampuan berbahasa anak : memperluas kosa kata dan mengembangkan daya penerimaan serta
mengekspresikan kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa
pada situasi bermain spontan.
5. Pengembangan kognitif : memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan lingkungan.
6. Pengembangan kemampuan motorik : kesempatan yang luas untuk bergerak pengalaman belajar untuk
menemukan aktivitas sensorik motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil. Memungkinkan
anak untuk memenuhi perkembangan preseptual motorik.
2.9 Permasalahan kesulitan anak usia dini
Masalah ganngguan belajar kerap kali dijumpai pada anak-anak. Masalah ini bisa timbul disekolah
maupun di luar sekolah. Anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian(kosentrasi),gangguan daya
ingat,gangguan membaca,menulis,berhitung,dll. Dampak yang dialami oleh anak yang mengalami gangguan
belajar bukan hanya pada proses tumbuh kembangnya,tetapi juga berdampak pada proses tumbuh
kembangnya,tetapi jyga berdampak pada proses interaksi anak tersebut dengan lingkungannya. Terkadang
bukan keharmonisan keluarga juga dapat terganggu,diantara kedua orang tua saling menyalahkan,merasa
frustasi,marah,dll.
Kesulitan belajar adalah gangguan belajar pada anak yang ditandai dengan adanya kesenjangan antara
taraf intelegensi dengan kemampuan akademik yang harus dicapai.
A. Ciri-ciri anak kesulitan belajar
1. Terlambat bicara dibanding dengan anak seusianya.
2. Memiliki kesulitan dalam mengucapkan beberapa kata.
3. Dibandingkan anak seusianya,penguasaan jumlah katanya lebih sedikit(terbatas)>
4. Sering tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk satu kalimat yang akan ditemukan.
5. Sulit mempelajari dan mengenali angka,huruf,dan nama-nama hari.
6. Sulit merangkai kata untuk menjadi sebuah kalimat.
7. Sering gelisah yang berlebihan.
8. Mudah terganggu kosentrasinya.
9. Sulit berinteraksi dengan teman sesuainya.
10. Sulit mengikuti instruksi yang diberikan untuknya.
B. Jenis-jenis kesulitan belajar :
1. Gangguan membaca(disleksia)
Gangguan membaca adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada anak yang disebabkan oleh
kesulitan dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.
Contoh : kesulitan mengenali huruf atau mengejanya.
2. Gangguan menulis(disgrafia)
Gangguan menulis adalah gangguan belajar yang terjadi karena anak kesulitan dalam
mendengar,berbicara,menulismenganalisis,dan memecahkan persoalan.
Contoh: sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali
terlalu dekat bahkan hampir menempel kertas.

BAB III
PEUNUTUP
3.1 KESIMPULAN
Periode perkembangan yang merentang pada usia 0-6 tahun dapat dikatakan sebagai periode
perkembangan anak usia dini. Periode ini dimulai setelah melewati periode prenatal, yaitu periode
prakelahiran (prenatal period) yakni sejak dari pembuahan hingga kelahiran. Sesuai dengan klasifikasi
periode perkembangan yang paling luas digunakan sebagaimana dikemukakan oleh Santrock (1993), periode
ini (0-6 tahun) termasuk dalam klasifikasi periode bayi (infacy period) yaitu periode yang merentang antara
usia 0-2 tahun dan periode kanak-kanak awal (early childhood period) yang merentang antara usia 2-7
tahun.
Setidaknya ada tiga aspek penting yang dapat dilihat pada pertumbuhan dan perkembangan pada
periode bayi, yaitu aspek fisik-motorik, aspek kognitif, dan aspek psikososial. Pada aspek fisik motorik,
pertumbuhan dan perkembangan masa bayi tandai dengan pertumbuhan fisik yang sangat cepat, bahkan
perubahan fisik yang paling cepat dibandingkan dengan periode-periode sesudahnya. Perkembangan bayi
pada aspek ini juga ditandai dengan mulai berkembangnya beberapa refleks. Refleks-refleks tersebut
merupakan modal dasar bagi bayi untuk mengadakan reaksi dan tindakan yang bersifat aktif. Beberapa dari
refleks ini akan menghilang dalam waktu tertentu dan disebut refleks anak menusu atau refleks bayi.
Sedangkan sebagian refleks yang tidak hilang disebut refleks permanen. Beberapa pola dan tingkah laku
motorik pada bayi makin lama makin bertambah baik serta terkoordinasi, makin cermat, dan makin tepat.
Kemampuan anak untuk dapat duduk, berdiri, berjalan, dan sebagainya tergantung pada kematangan system
saraf dan otot, dan kesempatan untuk mempraktekkan kemampuan motorik. Walaupun kemampuan
kematangan dapat berkembang tanpa pelajaran khusus, namun pembatasan kesemptan untuk mempraktekkan
dapat menghalangi perkembangannya. Selain itu latihan khusus dapat memfasilitasi perkembangan motorik.

Anda mungkin juga menyukai