Disusun Oleh:
Penulis
1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR............................................................................................................................1
BAB I....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................................4
2.4. Penanggulangannya....................................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................................................8
PENUTUP.............................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penanggulangan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.2 Dampak dan Kerugian
Seluruh aktivitas di kawasan yang tergenang lumpuh. Jaringan telepon dan Internet
terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam. Puluhan ribu warga di
Jakarta dan daerah sekitarnya terpaksa mengungsi di posko-posko terdekat. Sebagian lainnya
hingga Jumat malam masih terjebak di dalam rumah yang sekelilingnya digenangi air hingga
2-3 meter. Mereka tidak bisa keluar untuk menyelamatkan diri karena perahu tim penolong
tidak kunjung datang. Di dalam kota, kemacetan terjadi di banyak lokasi, termasuk di Jalan
Tol Dalam Kota. Genangan-genangan air di jalan hingga semeter lebih juga menyebabkan
sejumlah akses dari daerah sekitar pun terganggu. Arus banjir menggerus jalan-jalan di
Jakarta dan menyebabkan berbagai kerusakan yang memperparah kemacetan. Diperkirakan
sebanyak 82.150 meter persegi jalan di seluruh Jakarta rusak ringan sampai berat. Kerusakan
beragam, mulai dari lubang kecil dan pengelupasan aspal sampai lubang-lubang yang cukup
dalam. Banjir juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan kereta api yang
menuju Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel di sekitar stasiun itu digenangi
air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 sentimeter. Sekitar 1.500 rumah di Jakarta Timur
hanyut dan rusak akibat banjir. Kerusakan terparah terdapat di Kecamatan Jatinegara dan
Cakung,banyak rumah-rumah yang hanyut.
1. Peristiwa alam
Pendapat tentang fenomena banjir di wilayah perkotaan, ditinjau dari sistem DAS yang
dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik dan karakteristik curah hujannya; dan secara garis besar
6
disebabkan oleh pembangunan pemukiman di dataran banjir; perubahan penggunaan tanah;
curah hujan yang tinggi, dan saluran badan sungai mengecil, serta pendangkalan yang terjadi
pada badan-badan sungai. Banjir merupakan peristiwa terjadinya genangan di dataran banjir
akibat luapan air sungai yang disebabkan debit aliran melebihi kapasitasnya. Selain akibat
luapan air sungai, banjir dapat terja.
2.4. Penanggulangannya
Bencana banjir selalu menimbulkan kerugian yang besar bagi manusia, baik kerugian
materi bahkan jatuhnya korban jiwa; serta menimbukan dampak terhadap perubahan
ekosistem, baik sementara maupun premanen. Upaya untuk mengatasi banjir seperti di
Jakarta, sejak tahun 1800-an, telah dilakukan oleh kolonial Belanda. Dibangunnya pencegah
atau pengendali banjir (Flood Control), dan atau membangun kanal-kanal telah dilakukan.
Upaya lainnya juga telah diprogramkan dengan merehabitasi tanah-tanah kritis di hulu-hulu
DAS yang memiliki potensi air limpasan yang cukup besar bagi wilayah di bawahnya.
Fenomena banjir pada akhir-akhir ini juga telah dilakukan, yaitu melalui penanganan secara
komperhensif dengan tujuan untuk mengurangi beban kerugian yang diderita oleh
masyarakat, dan menekan atau mengurangi besarnya kerugian (flood damage mitigation).
Penanganan bencana banjir pada sungai-sungai besar seperti di S. Mississippi di Amerika
serikat, pada awalnya juga dilakukan dengan membuat chek dam; namun demikian para
pakar masalah banjir berpendapat bahwa pendekatan tersebut cenderung “melawan alam” dan
bukan satu-satunya pemecahan untuk mengatasi masalah banjir. Pendekatan terkini dilakukan
secara konperhensif dengan menyadarkan masyarakat untuk ikut memeliharan agar
kemampuan daya tampung badan sungai tetap mampu mengendalikan jumlah volume air
yang mengalirnya.
7
Sedangkan tindakan preventif merupakan tindakan bersifat non struktur yang lebih
menekankan pada pengelolaan lingkungan DAS sebagai bagian integral dari perencanaan
penanggulangan bencana banjir. Namun dalam pengaturan tersebut nampaknya modal dasar
keikutsertaan masyarakat sama sekali tidak disinggung. Padahal secara fakta bahwa
manusialah sebagai faktor penyebab utamanya.
Setelah banjir surut volume sampah yang harus ditangani meningkat. Sampah-sampah
yang terbawa sungai pada sampai tanggal 8 Februari berlipat ganda dari 300 m³ menjadi 600
m³ per hari. Sampah-sampah tersebut berupa antara lain berupa puing bangunan, kayu dan
perabotan hanyut. Selain itu banyaknya sampah yang dikirim ke tempat penampungan akhir
(TPA) Bantargebang, Bekasi, juga bertambah. Sampai 15 Februari kiriman sampah sisa banjir
ini diperkirakan mencapai 1.500 ton per har
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kota pada dasarnya merupakan desa yang berkembang, dan dalam perkembanganya,
terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun sosial budaya masyarakatnya, hingga
menjadikan kota lebih dinamis. Kota sering diartikan sebagai keseluruhan unsur-unsur
bangunan, jalan dan sejumlah manusia di suatu tempat tertentu, kesatuan dari keseluruhan
unsur-unsur tersebut, pada akhirnya akan menentukan corak terhadap manusianya.
Perkembangan suatu kota secara fisik, dicirikan oleh meningkatnya jumlah sarana dan
prasarana dan infrastrukturnya yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan
berubahnya penggunaan tanah. Perubahan penggunaan tanah yang pada awalnya bersifat
pedesaan, kini berubah menjadi wilayah urban (perkotaan).
9
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1999. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-5008.4-
1999. Kayu Bentukan (Moulding)Rimba Spesifikasi:Daerah Aliran Sungai. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta.
10