Anda di halaman 1dari 4

Tesk Dialog dan Narasi

Monolog

Alamat lengkap Al-Quran Al-Akbar berada di Jalan M Amin Fauzi, Soak Bujang, RT 03, RW
01, Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang, Sumatera Selatan. Dari pusat kota
Palembang menuju lokasi berjarak sekitar 9 km, apabila menggunakan kendaraan bermotor
dapat ditempuh dalam waktu sekitar 25 menit. Gandus bukanlah daerah pusat kota
Palembang, dia berada di sekitar pinggir Sungai Musi, sehingga untuk menuju ke sana kita
akan melewati beberapa perkampungan. Sampai di lokasi, pengunjung yang membawa
kendaraan akan diarahkan menuju areal parkir di depan pesantren Al-Ihsaniyah. Lokasi
gedung di mana Al-Quran Al-Akbar berada tepat di seberang areal pesantren. Untuk masuk
ke dalam, pengunjung harus membayar tiket retribusi sebesar Rp 5000,- yang mana nantinya
dana dari hasil kunjungan tersebut akan digunakan untuk kebutuhan operasional dan
pemeliharaan sehari-hari Al-Quran Al-Akbar. Dalam satu tahun pengunjung Al-Quran Al-
Akbar dapat mencapai satu juta orang.

Di depan pintu masuk, sudah ada seorang petugas yang akan cek tiket masuk sekaligus
mengarahkan pengunjung untuk menyimpan alas kaki di tempat yang telah disediakan. Ya,
untuk masuk ke dalam pengunjung diwajibkan untuk melepas alas kaki. Sedari pintu masuk
kita sudah dapat melihat sekelebat kemegahan Al-Quran Al-Akbar.

Masuk ke dalam kita akan dibuat takjub dengan besarnya Al-Quran yang ada di hadapan kita.
Dia menjulang tinggi ke atas. Ayat-ayat Al-Quran dan ukiran khas Palembang berwarna emas
memancarkan kemilaunya. Sehingga hanya satu kata yang ada di kepala: “indah”.

Selanjutnya kita dapat masuk ke bagian belakang gedung, di sana terdapat akses tangga
menuju ke-5 lantai tempat di mana lembaran-lembaran sisanya tersedia. Akses hanya dibuka
sampai lantai pertama saja, karena pengelola khawatir ada anak-anak yang akan terjatuh
apabila dibuka ke lantai selanjutnya. Di lantai satu kita dapat melihat semacam labirin di
mana ayat-ayat selanjutnya terpampang pada lembaran kayu di sebelah kiri dan kanan
pengunjung. aat ini, jumlah lembaran Al-Quran Al-Akbar yang dipajang baru sampai 15 juz
saja, sementara 15 juz sisanya masih disimpan karena terkendala luas bangunan yang kurang
memadai. Total lembaran kayu ayat-ayat Al-Quran tersebut adalah 630 lembar, di antaranya
ada juga do’a khataman Al-Quran untuk pemula.

Dialog

Kelompok Sasaran:” Bagaimana Sejarah Pembuatan Al-Quran Al-Akbar?”

Interpreter: Syofwatillah Mohzaib yang pertama kalinya mendapatkan ide untuk membuat
Al-Quran seperti Al-Akbar. Pada tahun 1995, usai lulus dari pesantren, Syofwatillah memulai
bisnis kaligrafi yang dia mulai dari kaki lima. Awalnya dia menulis kaligrafi di media kertas
karton. Hingga kemudian bisnisnya terus berkembang, dia mulai mendapatkan order untuk
membuat kaligrafi di musholla-musholla dan masjid-masjid.

Puncaknya, pada Ramadhan tahun 2002 dia mendapatkan order untuk membuat kaligrafi di
Masjid Agung Palembang. Di Masjid Agung Palembang, Syofwatillah bersama timnya
mengerjakan kaligrafi dalam bentuk ukiran di mimbar, pintu, dan daun jendela. Di tengah-
tengah proses pengerjaan, suatu malam Syofwatillah tertidur. Di dalam tidurnya dia
bermimpi, dia mendapat ilham kenapa tidak membuat Al-Quran saja dalam bentuk ukiran
seperti yang sedang dia kerjakan?

Setelah melalui perenungan, Syofwatillah bertekad untuk mewujudkan mimpinya. Kemudian


dia menemui kiai-kiai, ulama-ulama, dan pengurus di lingkungan Masjid Agung Palembang
untuk berkonsultasi dan menyampaikan idenya. Gayung bersambut, mereka menyatakan
mendukung ide pembuatan Al-Quran dari ukiran kayu tersebut. Namun terdapat kendala,
ternyata biayanya besar sekali, yakni 1,2 miliar Rupiah. “Kau harus cari dari mana uang
sebanyak itu?” Ujar para ulama, sebagaimana diceritakan oleh Syofwatillah kepada reporter
Gana Islamika 16 November 2017.

Kemudian, atas saran para ulama, Syofwatillah disuruh menemui salah seorang tokoh
masyarakat di Palembang. Tokoh ini dikisahkan pada tahun tersebut merupakan seseorang
yang sukses dalam karirnya di pekerjaan. Dia adalah salah seorang direktur di perusahaan PT.
Semen Baturaja (Persero) Palembang yang aktif dalam kegiatan-kegiatan keagamaan di
Masjid Agung Palembang, serta gemar membantu dalam kegiatan-kegiatan sosial. Tokoh
tersebut bernama Marzuki Alie. Di kemudian hari Indonesia akan mengenal Marzuki Alie
sebagai ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) periode 2009-2014.

Proyek pembuatan Al-Quran dijalankan sambil panitia terus mencari kekurangan dananya.
Pada tahun 2003 akhir, Al-Quran sudah selesai dibuat sampai 20 juz, namun lagi-lagi dana
menjadi kendalanya. “Saya ngutang sana ngutang sini, gali lobang tutup lobang, saya pernah
jual mas kawin istri saya…. Ketika itu macet, saya sudah pontang-panting, hutang sudah
banyak,” kata Syofwatillah menceritakan masa-masa sulit pembuatan Al-Quran tersebut.

Kemudian, atas saran para ulama, Syofwatillah disuruh menemui salah seorang tokoh
masyarakat di Palembang. Tokoh ini dikisahkan pada tahun tersebut merupakan seseorang
yang sukses dalam karirnya di pekerjaan. Dia adalah salah seorang direktur di perusahaan PT.
Semen Baturaja (Persero) Palembang yang aktif dalam kegiatan-kegiatan keagamaan di
Masjid Agung Palembang, serta gemar membantu dalam kegiatan-kegiatan sosial. Tokoh
tersebut bernama Marzuki Alie. Di kemudian hari Indonesia akan mengenal Marzuki Alie
sebagai ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) periode 2009-2014.

Singkat kata, Syofwatillah dan Marzuki bertemu, dan dia menyatakan kesediaannya untuk
mendukung ide Syofwatillah. Lalu Marzuki meminta Bakti Setiawan, Direktur Utama Semen
Baturaja, untuk turut serta membantu dalam proyek ini. Bakti kemudian bersedia untuk
menjadi Ketua Umum tim pencarian dana proyek pembuatan Al-Quran Al-Akbar, dan yang
bertindak sebagai ketua hariannya adalah Marzuki Alie.

Masih di tahun 2002, Marzuki didaulat menjadi Ketua Peringatan Tahun Baru Islam di
Masjid Agung Palembang. Dalam pidatonya di Masjid Agung Palembang, Marzuki
menyampaikan kendala dana pembuatan Al-Quran kayu ukir khas Palembang terbesar di
dunia. Mendengar keluhan Marzuki, Taufik Kiemas (Alm) yang pada waktu itu merupakan
Bapak Negara Republik Indonesia, juga hadir di sana, dan secara spontan langsung
memberikan bantuan. Beliau langsung menyumbang untuk lima juz dan atas nama lima
orang,” Secara nominal, total uang yang disumbangkan oleh Taufik pada waktu itu adalah
sebesar 200 juta Rupiah.

Tidak disangka, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang pada waktu itu menjabat sebagai
Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polhukam) datang ke
Palembang. Panitia mengajak SBY untuk melihat sebagian ukiran Al-Quran yang sudah jadi.
Setelah itu SBY menyumbang sejumlah dana, dan turut serta mengajak masyarakat lainnya
untuk mendukung penyelesaian proyek Al-Quran Al-Akbar. Berkat bantuan SBY, proyek
dapat berjalan kembali sampai dengan tahun 2004. Sayangnya di tahun itu proyek terhenti
lagi karena dananya masih juga kurang.

Demikianlah proyek itu terus menerus maju dan berhenti dengan suka dan dukanya sampai
kemudian akhirnya di tahun 2008 selesai. Pada tahun 2009, Syofwatillah menyerahkan
lembaran-lembaran kayu ukiran Al-Quran Al-Akbar ke Masjid Agung Palembang untuk
dievaluasi oleh para ulama. Ulama membutuhkan waktu 2 tahun untuk mengevaluasi sampai
akhirnya Al-Quran Al-Akbar dinyatakan isinya sudah benar dan tidak ada kesalahan.

Kelompok Sasaran : Kayu Jenis apa Yang Dipakai Untuk membuat Al-qurqn ini?”

Interpreter : Jenis kayu yang digunakan adalah kayu Tembesu, kayu langka khas Palembang.
Ustadz Syofwatillah Mohzaib selaku pendiri dan penggagas Al-Quran Al-Akbar mengatakan
bahwa alasan penggunaan kayu tersebut adalah selain untuk kepentingan syi’ar agama ada
juga kepentingan melestarikan kebudayaan setempat, yaitu menggunakan kayu Tembesu khas
Palembang.

Kayu Tembesu merupakan kayu-kayu yang biasa digunakan pada rumah-rumah limas
tradisional Palembang yang banyak ornament ukirnya. Kayu tersebut memiliki daya tahan
kuat yang dapat bertahan sampai ratusan tahun. Kayu Tembesu merupakan kayu terbaik di
Sumatra Selatan, perbandingan kelasnya adalah apabila di pulau jawa setara dengan kayu jati.
Secara teknis pembuatan, menurutnya kayu itu keras, namun mudah untuk diukir. “Ini bukan
Trembesi ya, Tembesu, orang kadang bilang Trembesi, salah, (yang benar) Tembesu. Tulisnya
biasa, T-E-M-B-E-S-U, Tembesu,” ujar Syofwatillah. Syofwatillah mengatakan bahwa Al-
Quran Al-Akbar adalah satu-satunya dan pertama ada di dunia.
Kelompok Sasaran: Berapalama Pembuatan Al-quran Ini?:

Interpreter: Proses pembuatanya memakan waktu 7 tahun, karena terkendala dana, jika
menghitung perkiraan proses pembuatananya memakan waktu 4 tahun. Al-Quran terbesar ini
sebelum resmi dipublikasikan, sengaja di pajang seluruh ayat-ayat suci di dalam ruang pamer
Masjid Agung Palembang selama tiga tahun untuk mendapat koreksi dari seluruh umat, Al-
Quran terbesar ini sebelum resmi dipublikasikan, sengaja di pajang seluruh ayat-ayat suci di
dalam ruang pamer Masjid Agung Palembang selama tiga tahun untuk mendapat koreksi dari
seluruh umat.

Kelompok Sasaran: Brapa tinggi dan lebarnya Al-quran ini?

Interpreter : Tinggi dari Al-Quran berikut ukiran-ukiran penghiasnya diperkirakan lebih dari
14 meter. masing-masing lembar ukuran halamannya 177 x 140 x 2,5 sentimeter dan tebal
keseluruhannya termasuk sampul mencapai 9 meter. Di bagian depan muka terdapat 30
lembar ayat Al-Quran dengan 5 baris dan 6 kolom. Pada masing-masing sisi lebar lembaran
kayu tersebut terdapat poros pada bagian tengahnya sehingga dia dapat dibuka seperti daun
jendela. setiap lembar al-quran al-akbar dapat diputar, sehingga dapat dibuka
seperti jendela

Kelompok sasaran: Ornamen apa yang di pakai pada ukiran al-quran ini?

Interpreter: Al-Quran yang terdiri dari 630 halaman ini juga dilengkapi dengan tajwid serta
doa khataman bagi pemula. Setiap lembar terpahat ayat suci Al-Quran pada warna dasar kayu
coklat dengan huruf arab timbul warna kuning dengan ukiran motif kembang di bagian tepi
ornamen khas Palembang yang sangat indah dipandang dan enak dibaca. .

Kelompok Sasaran: Biasanya pengunjung ramai mulai bulan brapa?

Interpereter: biasaanya bulan ramadhan, idulfitri itu pas hari kedua ketiga lebaran, dan
biasanya juga waktu weekend, Dalam satu tahunnya pengunjung Al-Quran Al-Akbar dapat
mencapai satu juta orang.

Menelusuri jejak agama memang menjadi aktivitas yang menarik, selain paradigma wisata itu
haruslah “alam” kini berubah menjadi “ketenangan jiwa dan spiritual”. Apalagi kalau tempat
tersebut menjadi sarana bagi kita kontemplasi nan menyejukan hati. Saya percaya ditiap
daerah pasti memiliki tempat yang indah sebagai objek wisata religi, begitu juga dengan
Palembang. Benar katanya kalau jalan hidup tak selalu mulus. Datang ke tempat wisata religi
al quran Al Akbar, khazanah saya tentang Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika nyata di tempat
ini. Tidak ada larangan bagi pengunjung yang bukan muslim untuk melihat mahakarya indah
dan mendunia ini. Semua orang dapat berkunjung untuk membuktikan sendiri karya seni
kaligrafi yang indah tersebut. Berada di tempat ini membuat saya tampak seperti manusia
kecil jikalau dibandingkan megahnya al quran Al ramai pada Akbar

Anda mungkin juga menyukai