KLINIK TANAMAN
PNA4651
ACARA II
DIAGNOSIS LAPANGAN HAMA TANAMAN
Oleh:
Kania Nicitta
NIM A1D018164
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai penyedap
makanan maupun untuk pemenuhan gizi. Buah cabai memiliki kandungan gizi
yang banyak, yaitu protein 1 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,3 g, kalsium 29 mg,
fosfor 24 mg, zat besi 0,5 mg, vit A 470 mg, vit B1 0,05 mg, vit C 460 mg dan air
90,9 g serta 31 Kal (Sulastri, 2014). Perawatan tanaman cabai harus dilakukan
secara ekstra karena tanaman cabai merah merupakan salah satu tanaman yang
rentan terhadap penyakit. Penyakit pada tanaman cabai apabila tidak cepat
diketahui, maka penanganannya akan terlambat sehingga mengakibatkan tanaman
tersebut tidak dapat berkembang, berhenti berproduksi bahkan tanaman cabai
tersebut dapat mati. Hal tersebut dapat menyebabkan kerugian yang besar bagi
para petani cabai. mendiagnosa penyakit tanaman cabai merah para petani
biasanya mengamati melalui gejala-gejala yang nampak pada tanaman.
Usahatani cabai yang berhasil memang menjanjikan keuntungan yang
menarik, tetapi untuk mengusahakan tanaman cabai diperlukan keterampilan dan
modal cukup memadai. Untuk mengantisipasi kemungkinan kegagalan diperlukan
keterampilan dalam penerapan pengetahuan dan teknik budidaya cabai sesuai
dengan daya dukung. Masa panen cabai berkisar antara 2-3 bulan setelah
pemanenan perdana. Lamanya panen cabai berbeda-beda tergantung varietas cabai
yang ditanam dan kondisi tanamannya. Pemanenan cabai sebaiknya dilakukan
secara serentak dalam satu hamparan dan dilakukan pada kondisi buah cabai
sudah tidak basah karena embun (Sisca et al., 2010).
Pertanaman cabai di Indonesia telah banyak dilaporkan terkena serangan
virus, salah satunya virus gemini yang diperantarai oleh hama kutu kebul (Rusli et
al., 1999). Klasifikasi hama kutu kebul (Bemisia tabaci) menurut Kalshoven
(1981), sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum :Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Homoptera
Sub ordo : Sternorrhyncha
Famili : Aleyrodinae
Sub famili : Aleyrodinae
Genus : Bemisia
Spesies : Bemisia tabaci Gennadius
Bemisia tabaci (kutu kebul) merupakan hama yang sangat polifag
menyerang berbagai jenis tanaman hias, sayuran, buah-buahan, maupun tumbuhan
liar. Menurut Setiawati et al. (2004), tanaman inang utama kutu kebul antara lain
dari famili Asteraceae, Brassicacea, Convolvulaceae, Cucurbitaceae,
Euphorbiaceae, Fabaceae, Malvaceae, dan Solanaceae. Kutu kebul umumnya
berada di bawah daun dan apabila ada getaran atau disentuh daunnya maka kutu
kebul akan terbang. Kutu kebul dapat menyebabkan kerusakan langsung dan tidak
langsung pada tanaman cabai merah. Menurut Kalshoven (1981), serangan kutu
kebul pada tanaman menimbulkan gejala seperti bintik-bintik klorotik yang dapat
mengakibatkan berkurangnya jumlah klorofil pada daun. Saliva kutu kebul yang
masuk dalam jaringan tanaman mengandung virus.
Virus yang ditularkan oleh kutu kebul yaitu kelompok Geminivirus yang
menyerang tanaman cabai, tomat, labu, tebu, kacang-kacangan, singkong,
tembakau, dan jagung. penyakit yang disebabkan virus gemini mengakibatkan
terhambatnya proses fotosintesis, pertumbuhan tanaman, pembentukan buah, dan
menurunkan kualitan serta kuantitas buah (Agrios, 1997). Pengendalian kutu
kebul dapat dilakukan dengan insektisida, predator dan parasitoid, praktik dalam
budidaya tanaman, dan menggunakan varietas agak tahan. Kutu kebul (Bemisia
tabaci) mempunyai musuh alami, seperti Chrysoperla sp., Orius sp., Delphastus
catalinae, dan Nephapsis oculatus efektif menekan populasi kutu kebul
(McAuslanes, 2001). Menurut Gerling et al. (2001), kutu kebul dapat
dikendalikan secara hayati dengan memanfaatkan predator dan parasitoid.
III. METODE PRAKTIKUM
C. Prosedur Kerja
Hasil pengamatan
Hasil pengamatan diagnosis lapang hama tanaman pada cabai merah telah
ditemukan hama kutu kebul ditandai dengan adanya semut di bagian bawah daun.
Kutu kebul menghasilkan madu, oleh karena itu terdapat banyak semut dimana
ada kutu kebul. Kutu kebul merupakan serangga berukuran kecil, bersifat
polifagus dan sering menyerang tanaman sayuran seperti cabai, terung, tomat, dan
gulma. Kutu kebul ini merupakan serangga vektor virus gemini yang dapat
menyebabkan penyakit bulai atau penyakit kuning. Kutu kebul menularkan virus
gemini secara persisten yaitu apabila kutu kebul ini menghisap daun tanaman
yang sakit atau terserang virus gemini maka selama hidupnya kutu kebul dapat
menularkan virus gemini ini, baik nimfa maupun serangga dewasa dengan
mengsap cairan tanaman dan menghambat vigor tanaman (Hasyim et al., 2009).
Gejala hama kutu kebul ini adalah daun menguning (klorosis), mengeriting,
belang (mozaik), dan tanaman menjadi kerdil. Hal tersebut sama dengan
penelitian dari Wardani (2006), gejala tanaman yang terserang dimulai dengan
daun yang muda menjadi cekung, mengekrut, dan warna daun mozaik ringan.
Gejala kemudian berlanjut dengan menguningnya warna daun. Klorosis atau
warna daun menguning pada tanaman yang terserang terjadi karena terhambatnya
pembentukan klorofil sehingga laju pembentukan klorofil lebih kecil apabila
dibandingkan laju degradasi klorofil (Funayama & Terashima, 2006).
Penyebaran virus gemini berkaitan dengan jumlah populasi kutu kebul. Pada
area kebun yang telah diamati, jumlah populasi kutu kebul ini terbilang sedikit
sehingga penyebaran virus gemini tidak meningkat. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian dari Sudiono & Purwono (2009), peningkatan jumlah populasi kutu
kebul maka penyebaran virus gemini dapat meningkat yang diikuti oleh
peningkatan tanaman terseran penyakit bulai. Dari enam tanaman cabai merah
hanya satu yang terserang virus gemini. Namun pada tiga tanaman terdapat kutu
kebul.
Usaha pengendalian hama kutu kebul (Bemisia tabaci) telah banyak
dilakukan untuk mengatasi hama tersebut. Pengendalian dengan memanfaatkan
musuh alami, tanaman refugia, agensia hayati, dinilai mampu untuk mengatasi
hama ini. Pengendalian secara kimiawi menggunakan pestisida dengan tepat dan
melakukan rotasi pestisida. McAuslanes (2001), menjelaskan bahwa pengendalian
kutu kebul dapat dilakukan dengan insektisida, predator dan parasitoid, praktik
dalam budidaya tanaman, menggunakan varietas agak tahan, dan pemanfaatan
musuh alami seperti Chrysoperla sp., Orius sp., Delphastus catalinae, dan
Nephapsis oculatus efektif menekan populasi kutu kebul.
V. KESIMPULAN
Tanaman cabai merah yang diamati terkena serangan hama kutu kebul
(Bemisia tabaci). Hal tersebut ditandai dengan adanya semut di bagian bawah
daun, kutu kebul menghasilkan madu sehingga menarik semut untuk dating
memakan madu tersebut. Gejala hama kutu kebul ini adalah daun menguning
(klorosis), mengeriting, belang (mozaik), dan tanaman menjadi kerdil. Sampel
hama diambil dari daun tanaman cabai merah yang terdapat banyak semut dan
warna putih di bagian bawah daun. Tingkat serangan hama kutu kebul ini adalah
sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Gerling, D., O. Alomar, & J. Arno. 2001. Biological control of Bemisian tabaci
using predator and parasitoids. J. Crop Protection, 20(9): 779-799.
Hasyim, A., Wiwin, S., Liferdi, L. and Abdi, H. 2009. Serangga Hama dan
Tungau pada Tanaman Terung. Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Bandung.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised and Translated
by van der Laan. PT Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.
Rusli, E.S., S.H. Hidayat, R. Suseno, & B. Tjahjono. 1999. Virus gemini pada
cabai: variasi gejala dan studi cara penularan. Buletin Hama dan Penyakit
Tanaman, 11(1): 26-31.
Sisca, Piay, dan Sherly. 2010. Budidaya Dan Pascapanen Cabai Merah
(Capsicum annum L.). BPTP Jawa Tengah, Ungaran.
Sudiono & Purnomo, 2009. Hubungan antara populasi kutu kebul (Bemisia tabaci
Genn.) dan penyakit kuning pada cabai di Lampung Barat. Jurnal Hama dan
Penyakit Tumbuhan Tropika, 9(2): 115-120.