HALAMAN JUDUL.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan...................................................................................................................2
1.3. Kegunaan...............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................3
2.1. Sapi Potong............................................................................................................................3
2.2. Sistem Pemeliharaan Sapi Potong..........................................................................................3
2.3. Manajemen Pemberian Kebutuhan Pakan..............................................................................4
2.4. Perkandangan dan Penggemukan Sapi Potong.......................................................................5
2.5. Sanitasi Kandang dan Sanitasi Ternak...................................................................................6
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM..........................................................................................7
3.1. Waktu dan Tempat.................................................................................................................7
3.2. Materi Praktikum...................................................................................................................7
3.3. Metode Praktikum.................................................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................................................8
4.1. Kondisi Ternak Sapi Potong..................................................................................................8
4.2. Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi Potong..............................................................................8
4.3. Sistem Pemberian Pakan Ternak Sapi Potong........................................................................9
4.4. Sistem Perkandangan Ternak Sapi Potong.............................................................................9
4.5. Sistem Sanitasi Ternak Sapi Potong....................................................................................10
BAB V PENUTUP.............................................................................................................................11
5.1. Kesimpulan..........................................................................................................................11
DOKUMENTASI..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sapi merupakan salah satu hewan ternak yang banyak dikembangbiakkan di Indoneisa
baik di peternakan tradisional dengan jumlah ternak sedikit dan minim teknologi, maupun di
peternakan besar dengan jumlah ternak yang jauh lebih tinggi serta input teknologi tinggi.
Sapi dibudidaya untuk diambil hasilnya berupa susu, daging, maupn tenaganya yang
digunakan untuk membantu sektor pertanian. Menurut Savitri (2013), domestikasi sapi
dimulai pada sekitar 400 tahun sebelum masehi. Awalnya sapi diperkirakan berasal dari Asia
Tengah kemudian menybar ke Eropa, Afrika, dan seluruh wilayah Asia. Pada akhir abad ke
19, sapi jenis Ongole dari India mulai masuk ke pulau Sumba dan menjadikan pulau tersebut
Di Indonesia sendiri kebutuhan daging sapi diperkirakan akan terus meningkat. Pada
tahun 2021 sendiri kebutuhan daging sapi di Indonesia mencapai 700.000 ton atau 3,6 juta
ekor sapi. Menurut data dari laman bps.go.id, produksi daging sapi terus mengalami kenaikan
dari tahun 2018, akan tetapi jumlah yang dihasilkan belum dapat menyentuh angka
kebutuhan daging sapi yang diperkirakan. Data sampai dengan tahun 2020 saja hanya
menunjukkan jumlah sebesar 515.627 ton. Untuk itu perlu adanya manajemen pemeliharaan
sapi potong untuk menaikkan jumlah produksi daging sapi agar kebutuhan daging sapi di
Sapi potong adalah jenis sapi yang dikembangbiakkan untuk dimanfaatkan dagingnya,
berbeda dengan sapi perah yang dimanfaatkan susunya saja. Terdapat beberapa jenis sapi
Simental Cross, Limosusin Cross, Sumba Ongole, dan lain-lain. Bibit sapi yang bagus
1
tentunya akan menentukan kualitas daging yang dihasilkan. Di sisi lain, metode pemeliharaan
sapi juga berperan penting terhadap hasil dagingnya. Pemeliharaan sapi memiliki berbagai
program dengan tujuan yang berbeda. Untuk itu, dalam laporan ini akan dibahas mengenai
manajemen pemeliharaan sapi potong termasuk sistem pemeliharaan sapi potong, sistem
pemberian pakan ternak sapi potong, sistem perkandangan sapi potong, serta sistem sanitasi
sapi potong.
1.3. Kegunaan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di dunia terdapat tiga bangsa-bangsa sapi (Bos), yaitu Bos Indicus, Bos Taurus, serta
Bos Sondaicus. Saat ini sapi ternak yang banyak dikembangbiakkan dan dikawinsilangkan di
Indonesia sebagai sapi potong berasal dari bangsa Bos Indicus dan Bos Taurus yang
persebarannya hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kedua bangsa sapi ini disukai peternak
Indonesia karena memiliki performa serta daya tahan yang baik terhadap iklim di Indonesia.
Dengan sistem pemeliharaan yang baik dan tidak memakan banyak biaya,
pengembangbiakkan sapi ini harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan protein hewani
khususnya sapi dalam negeri. Potensi pengembangan ternak sapi di daerah-daerah masih
cukup besar, didukung dengan topografi, banyaknya lahan kosong yang tersedia, serta
pemanfaatan areal perkebunan yang banyak dikelola peternak sebagai tempat pengembalaan
Pengembangan sapi potong sebfagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia
masih perlu digalakkan lagi untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di Indonesia.
Terwujudnya hal tersebut tak lepas dari bantuan pemerintah. Menurut Rohmi (2012) bentuk
bantuan pemerintah tersebut antara lain berupa bantuan kredit penggemukan sapi,
pemmbibitan sapi potong, penerapan sistem kontrol melalui pengembangan sapi potong
bantuan presiden, crash program sapi potong impor, proyek imigrasi ternak, serta proyek
kredit pedesaan.
Secara umum, terdapat tiga cara pemeliharaan sapi, yaitu sistem pemeliharaan
ekstensif, sistem pemeliharaan intensif, dan sistem pemeliharaan semi intensif. Sistem
3
pemeloharaan secara ekstensif adalah metode pemeliharaan dengan cara sapi digembalakan
pada malam hari. Sistem pemeliharaan semacam ini biasanya dilakukan di daerah yang masih
memiliki padang rumput yang luas seperti di daerah Sulawesi dan Aceh.
Sistem pemeliharaan intensif adalah metode pemeliharaan sapi di mana sapi terus
menerus berada di dalam kandang sampai dengan saat panen. Sehingga faktor terpenting
pada sistem pemeliharaan ini adalah haru tersedianya kandang. Seluruh kebutuhan sapi
disediakan oleh peternak termasuk pakan. Aktivitas memandikan sapi serta sanitasi sapi juga
Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan antara intensif dan
ekstensif, yaitu sapi digembalakan pada siang hari dan ditempatkan pada kandang seperti
Salah satu faktor terpenting yang mmengaruhi hasil ternak adalah pakan. Pakan
menjadi biaya tertinggi dalam usaha peternakan. Namun, biaya dapat ditekan melalui
manajemen pemberian pakan yang baik. Terdapat dua metode pemberian pakan pada ternak
yaitu ad libitum dan restricted. Pemberian pakan secara ad libitum dilakukan dengan cara
memberikan pakan secara terus menerus sehingga pakan harus selalu tersedia, sedangkan
pemberian pakan secara restricted merupakan pemberian pakan yang dibatasi. Efisiensi
Murbiologis dan ekonomis harus diperhatikan ketika memberi pakan ternak. Perlu dilakuan
pengaturan jarak waktu antara pemberian konsetrat (bahan pakan yang berasal dari tanaman,
sekitar kurang lebih 2 jam sebelum pemberian hijauan agar proses pencernaan berjalan
4
optimal. Selain itu, pemberian pakan pada sapi juga harus memperhatikan kebutuhan nutrien,
kebutuhan bahan kering kebutuhan protein kasar, serta kebutuhan mineral pada sapi.
Menurut Syarif dan Sumoprastwo (1985), perkandangan merupakan segala aspek fisik
yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang menunjang kelengkapan
peternakan. Dalam usaha sapi potong, kandang berperan penting sebagai penunjang
kesehatan sapi tersebut. Kandang sapi potong harus memenuhi beberapa persyaratan
diantaranya adalah harus berjarak minimal 10 meter dari rumah peternak, lokasinya harus
dekat sumber air dengan topografi kandang ada pada lahan yang tinggi, lingkungan sehat dan
Terdapat beberapa macam kandang, yaitu kandang pejantan, kandang sapi induk, dan
kandang pedet, kandang isolasi, dan kandang beranak. Kandang pejantan harus disediakan
secara khusus dengan ukuran yang lebih luas daripada kandang induk. Kandang pejantan juga
harus memiliki konstruksi yang lebih kuat karena sapi jantan umumnya dipelihara secara
khusus untuk diambil daging dan spermanya. Kandang sapi induk biasanya adalah kandang
konvensional yang memiliki penyekat berupa tembik, pipa air dan sebagainya. Sementara itu
untuk kandang pedet dapat berupa kandang individual serta kandang pedet kelompok.
Kandang yang keempat adalah kandang isolasi yaitu kandang khusus untuk sapi yang sakit
agar tidak menulari sapi lain. Dan yang terakhir adalah kandang beranak yaitu kandang untuk
Tipe kandang sapi dibagi menjadi dua yaitu tunggal dan ganda. Kandang tunggal
memiliki satu atap tunggal dan terdiri dari satu baris kandang. Kandang tipe ganda terdiri dari
pemberian pakan, luas lahan, umur dna kondisi sapi, serta lama waktu penggemukannya.
5
Penggemukan sapi dikenal sebagai sistem posture fattening, dry lot fattening, dan kombinasi
Sanitasi merupakan tindakan yang dilakukan sebagai salah satu upaya menjaha
kesehatan ternak melalui kebersihan. Sanitasi juga dikatakan dapat menjadi cara yang tepat
kebersihan kandang sapi potong dapat dilakukan dengan cara membuat ventilasi kandang
agar aliran udara berjalan lancar, meranang bangunan kandang yang memungkinkan sinar
matahari dapat masuk ke kandang, tidak membiarkan kotoran sapi menumpuk di kandang,
serta membersihkan sisa pakan yang tercecet di lantai kandang dengan segera.
Sementara itu, sanitasi ternak dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan
badan sapi potong salah satunya dengan memandikan sapi. Badan sapi bagian luar terutama
kulit sering kali kotor akibat pengelupasan kulit ari atau debu dan lumpur yang menempel.
Jika tidak dibersihkan dengan benar maka akan menyebabkan radang kulit, kesulitan ekskresi
pada sapi, kesulitan mengatur suhu badan pada sapi, dan penyakit lainnya.
6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
7
BAB IV
Di Indonesia jenis sapi potong yang banyak dikembangbiakkan adalah jenis sapi
Simmental dan Sapi Limousin. Sapi Simmental berasal dari bangsa Bos Taurus yang berasal
dari daerah Simme di negara Switzerland, akan tetapi saat ini berkembang lebih cepat di
wilayah Eropa dan Amenika. Sapi ini merupakan tipe dapi perah dan pedaging yang memiliki
ciri yaitu ukuran tubuh besar, pertumbuhan otot yang bagus, serta penimbunan lemak rendah.
Bentuk tubuhnya yang kekar membuatnya cocok dipelihara di tempat beriklim sedang.
disilangkan dengan berbagai jenis sapi lain seperti peranakan sapi Ongole, Brahman, atau
sapi Hereford. Sapi Limousin merupakan tipe sapi pedaging yang perototannya lebih baik
dari pada sapi Simmental. Menurut Rohmi (2012), sapi Limousin berasal dari wilayah
beriklim dingin, sapi jenis ini memiliki rumen yang besar, serta berkemampuan menambah
konsumsi di luar kebutuhan yang sebenarnya, selain itu juga memiliki metabolic rate yang
Secara umum sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang dilakukan di Indonesia
adalah sistem pemeliharaan secara intensif. Sugeng (2000), mengatakan bahwa pemeliharaan
sapi secara intensif dinilai lebih efisien karena memiliki keteraturan dalam pemberian pakan,
pembersihan kandang, dan memandikan sapi. Dengan sistem ini, sapi potong dipelihara di
dalam kandang dan hanya dikeluarkan ketika kandang dibersihkan atau saat sapi akan
dimandikan. Semua kebutuhan sapi termasuk pakan dan air minum disediakan oleh peternak.
8
4.3. Sistem Pemberian Pakan Ternak Sapi Potong
Pengelolaan Penggemukan Sapi potong (2007) memberikan rekomendasi terkait pakan ternak
sapi potong yaitu pemberian hijauan sebesar 10-12% dan pakan konsentrat sebesar 1-2% dari
bobot sapi potong. Pemberian pakan sapi potong juga tidak dilakukan sekaligus. Pemberian
paka ini dilakukan empat kali sehari dengan rincian sebagai berikut:
a. Pemberian sedikit hijauan dan setengah jatah konsentrat pada pukul 7-8 di pagi hari.
b. Pemberian setengan dari sisa hijauan pakan ternak pada pukul 12 siang.
Pakan ternak yang diberikan dianjurkan untuk terlebih dahulu dicincang sehingga
memudahkan sapi pada saat mengonsumsinya. Selain pemberian pakan berupa hijauan dan
konsentrat, pemberian air minum juga harus diperhatikan yaitu sekitar 20-40 liter per ekor
yaitu kandang koloni dan kandang tunggal. Kandang koloni digunakan sebagai tempat untuk
menampung beberapa ekor sapi bakalan. Ukuran dari kandang koloni ini sekitar 7 x 9 meter
yang mampu menampung hingga 24 ekor sapi bakalan. Sapi bakalan biasanya berada di
kandang koloni selama satu minggu sambil menunggu kesiapan kandang tunggal.
Selain itu, terdapat kandang tunggal yang merupakan bangunan yang diperuntukkan
bagi satu ekor sapi potong yang dikelola dengan metode kareman atau dibudidayakan di
dalam kandang sampai siap panen. Ukuran kandang tunggal ini adalah 3,75 m 2 dengan tinggi
9
4.5. Sistem Sanitasi Ternak Sapi Potong
karena dengan keadaan kandang dan lingkungan yang bersih, maka kesehatan ternak akan
terjamin. Kegiatan sanitasi merupakan hal yang penting dalam usaha peternakan agar ternak
selalu sehat serta dapat digunakan sebagai sarana pengendalian penyakit pada ternak. Sanitasi
yang dilakukan menyangkut kebersihan kandang, kebersihan ternak, dan lingkungan sekitar
kandang. Sanitasi kandang dilakukan dengan cara membersihkan tempat pakan dan minum
sapi, serta membersihkan kotoran sapi yang berada di dalam kandang. Herlambang (2014)
menyatakan bahwa tujuan sanitasi adalah untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus
penyebab penyakit. Selain dengan sanitasi, usaha pengendalian penyakit yaitu dengan
pemanfaatan kandang karantina, dan vaksinasi untuk bakalan baru. Sanitasi yang baik akan
10
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Sapi potong adalah jenis sapi yang dibudidayakan untuk diambil hasil berupa
dagingnya. Sapi potong yang diternakkan di Indonesia paling banyak adalah sapi Simmental
dan sapi Limousin. Sistem pemeliharaan sapi dibagi menjadi tiga, yaitu ekstensif, intensif,
dan semi intensif. Sistem pemeliharaan sapi potong yang paling banyak dilakukan di
Indonesia adalah sistem pemeliharaan intensif, di mana sapi dibudidayakan di dalam kandang
Pemberian pakan pada sapi potong dilakukan dengan memberikan hijauan dan
konsentrat yang dilakukan sebanyak empat kali dalam sehari yaitu pada pagi hari, siang hari,
serta dua kali di sore hari. Sistem perkandangan sapi potong dibagi menjadi dua yaitu
kandang koloni yang digunakan untuk menampung sapi bakalan selama beberapa hari, dan
kandang individu atau kandang tunggal yang diperuntukkan bagi satu ekor sapi potong yang
dibudidayakan.
Sistem sanitasi juga sangat penting karena dapat menentukan hasil panen dari api
potong. Sistem sanitasi yang baik akan membuat sapi potong selalu dalam keadaan sehat dan
mampu menjadi cara untuk menanggulangi penyakit. Sanitasi pada kandang dan ternak sapi
dapat dilakukan dengan cara pembersihan kandang secara berkala, menjaga kebersihan
tempat pakan dan minum sapi potong, serta memandikan sapi untuk menghilangkan kotoran
11
12
DOKUMENTASI
13
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016. Manajemen Agribisnis Sapi
Potong. Diakses dari http://ditjenpkh.pertanian.go.id/manajemen-agribisnis-sapi-
potong#:~:text=Rekomendasi%20yang%20dianjurkan%20BPTP%20Jambi,sekaligus
%20dalam%20jumlah%20yang%20banyak
Herlambang, B. (2014). Beternak Sapi Potong dan Sapi Perah. Bogor: Fakultas. Peternakan
Institut Pertanian Bogor.
Rohmi, A.N. 2012. Manajemen Pemeliharaan Penggemukan Sapi Potong di PT. Tri
Nugraha Farm Dusun Pongangan RT 01/RW 01, Desa Samirono, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
Savitri, H.I. 2013. Klasifikasi Ternak Sapi.
14