Anda di halaman 1dari 30

ANALISA KEMAMPUAN LAHAN

Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan


lahan untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan
kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. Data-data yang dibutuhkan
meliputi peta-peta hasil analisis SKL. Keluaran dari analisis ini meliputi:
a. Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan
b. Kelas kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan
c. Potensi dan kendala fisik pengembangan lahan
Langkah pelaksanaan:
1) Analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran tingkat
kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan.
2) Menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan
kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai terendah dan 1 (satu)
untuk nilai tertinggi.
3) Mengalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan
kemampuan lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan
kemampuan lahan tersebut pada pengembangan perkotaan. Bobot yang
digunakan sesuai dengan tabel.
4) Melakukan superimpose semua satuan-satuan kemampuan lahan, dengan cara
menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan
kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang
menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah perencanaan.
5) Menentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas
kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan
nilai yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah perencanaan
dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan untuk
perencanaan tata ruang.
A. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
Tujuan analisis SKL Morfologi adalah memilah bentuk bentang alam/morfologi
pada wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan
sesuai dengan fungsinya. Dalam analisis SKL Morfologi melibatkan data masukan
berupa peta morfologi dan peta kelerengan dengan keluaran peta SKL Morfologi
dengan penjelasannya. Hasil analisis SKL Morfologi dapat dilihat dalam tabel
berikut:

Tabel Analisis SKL Morfologi


Peta
No. Peta Morfologi SKL Morfologi Nilai
Kelerengan
Kemampuan Lahan Dari
1. Bergelombang 3–8% 4
Morfologi Kurang
Kemampuan Lahan Dari
2. Dataran 0-3% 5
Morfologi Rendah
Sumber : Hasil Analisis 2018

Morfologi berarti bentang alam, kemampuan lahan dari morfologi tinggi


berarti kondisi morfologis suatu kawasan kompleks. Morfologi kompleks berarti
bentang alamnya berupa gunung, pegunungan, dan bergelombang. Akibatnya,
kemampuan pengembangannnya sangat rendah sehingga sulit dikembangkan dan
atau tidak layak dikembangkan. Lahan seperti ini sebaiknya direkomendasikan
sebagai wilayah lindung atau budi daya yang tak berkaitan dengan manusia,
contohnya untuk wisata alam. Morfologi tinggi tidak bisa digunakan untuk
peruntukan ladang dan sawah. Sedangkan kemampuan lahan dari morfologi rendah
berarti kondisi morfologi tidak kompleks. Ini berarti tanahnya datar dan mudah
dikembangkan sebagai tempat permukiman dan budi daya.
B. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan
Tujuan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat
kemudahan lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam
proses pembangunan/ pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan
masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis
tanah, peta penggunaan lahan eksisting, dengan keluaran peta SKL Kemudahan
Dikerjakan dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Kemudahan
Dikerjakan, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam
analisa yaitu jenis tanah.
Dalam analisis ini, akan ditinjau faktor pembentukan tanah dari aspek waktu
pembentukkannya di mana tanah merupakan benda alam yang terus menerus
berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu
tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung
unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar
lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka
induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah
tua. Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak
pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur
bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol.
Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat
berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B.
Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol. Tanah Tua proses
pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-
perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon
A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik
dan latosol tua (laterit).

Tabel Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan


Peta
SKL
Peta Peta Peta Jenis Penggunaan
No. Kemudahan Nilai
Morfologi Kelerengan Ketinggian Tanah Lahan
Dikerjakan
Eksisting
Regosol,K Pertanian,
1. Bergelombang 3–8% 0 – 70 Mdpl
elabu Permuiman Mudah Untuk
Regosol,K Dikerjakan 3
2. Dataran 0-3% 0 – 70 Mdpl Permukiman
elabu
Sumber : Hasil Analisis 2018
C. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng
Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat
kemantapan lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban. Dalam
analisis ini membutuhkan masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta
kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan, peta
bencana alam (kerentanan gerakan tanah) dan peta penggunaan lahan, dengan
keluaran peta SKL Kestabilan Lereng dan penjelasannya. Sebelum melakukan
analisis SKL Kestabilan Lereng, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data
yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak
kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Bila suatu
kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil.
Tidak stabil artinya mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman
dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan budidaya. Kawasan ini bisa
digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air. Sebenarnya satu SKL saja
tidak bisa menentukan peruntukkan lahan apakah itu untuk pertanian, permukiman,
dll. Peruntukkan lahan didapatkan setelah dilakukan overlay terhadap semua SKL.
Tabel Analisis SKL Kestabilan Lereng
Peta Peta Peta SKL
Peta Peta Penggunaan
No. Morfolo Kelere
Ketinggian
Jenis Tanah Lahan Eksisting
Curah Kestabilan Nilai
gi ngan Hujan Lereng

Bergelom 3–8 Pertanian,


4 0-70 Mdpl Regosol,Kelabu
bang % Permuiman 347 mm Kestabilan 4
(mm/bln) Lereng Tinggi
0 – 70
5 Dataran 0-3% Regosol,Kelabu Permukiman
Mdpl
Sumber : Hasil Analisis 2018
D. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi
Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan
perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan.
Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta SKL kestabilan lereng, peta
jenis tanah, peta kedalaman efektif tanah, peta hidrogeologi dan peta penggunaan
lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi dan penjelasannya.
Sebelum melaksanakan analisis SKL Kestabilan pondasi, harus diketahui terlebih
dahulu sifat faktor pendukungnya terhadap analisis kestabilan pondasi meliputi jenis
tanah.

Tabel Analisis SKL Kestabilan Pondasi


Peta
SKL Kestabilan Penggunaan SKL Kestabilan
No. Jenis Tanah Nilai
Lereng Lahan Pondasi
Eksisting
Kestabilan Lereng Pertanian, Kestabilan Pondasi
1. Regosol,Kelabu 4
Tinggi Permuiman Tinggi

Sumber : Hasil Analisa 2018

Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil


atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. SKL ini diperlukan untuk
memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun. Kestabilan pondasi tinggi artinya
wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau untuk segala
jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil
untuk berbagai bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut
kurang stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil,
misalnya pondasi cakar ayam.
E. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air
Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat
ketersediaan air dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan,
guna pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa
peta morfologi, peta kelerengan, peta curah hujan, peta hidrogeologi, peta jenis
tanah dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Ketersediaan
Air dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Ketersediaan Air, terlebih
dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis
tanah.

Tabel Analisis SKL Ketersediaan Air


Peta
SKL
Peta Peta Penggun Peta
Peta Jenis Keterse
No. Keleren Ketinggia aan Curah Nilai
Morfologi
gan n
Tanah Lahan Hujan
diaan
Air
Eksisting

Pertanian
Regosol, ,
1. Bergelombang 3–8% 0-70 mdpl Ketersed
Kelabu Permuim 347 mm
iaan Air 4
an (mm/bln)
Tinggi

Regosol, Permuki
2. Dataran 0-3% 0-70 mdpl
Kelabu man
Sumber : Hasil Analisis 2018
F. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase
Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga
kemungkinan genangan baik bersifat lokal maupun meluas dapat dihindari. Dalam
analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng,
peta topografi, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta kedalaman efektif tanah,
dan penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL untuk Drainase dan
penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL untuk Drainase, terlebih dahulu
harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.

Tabel Analisis SKL Untuk Drainase


Peta Peta Peta
Peta Peta Jenis
No. Kelereng Curah Penggunaan SKL Drainase Nilai
Morfologi
an
Ketinggian Tanah Hujan Lahan Eksisting

126 - 150 Regosol, Pertanian, Drainase


1. Bergelombang 3–8% 2
Mdpl Kelabu 347 mm Permuiman kurang
(mm/bln)
0 – 125 Regosol, Drainase
2. Dataran 0-3% Permukiman 1
Mdpl Kelabu Rendah
Sumber : Hasil Analisa 2018

Drainase berkaitan dengan aliran air, serta mudah tidaknya air mengalir.
Drainase tinggi artinya aliran air mudah mengalir atau mengalir lancar. Drainase
rendah berarti aliran air sulit dan mudah tergenang.
G. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi
Tujuan analisis SKL Terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang
mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan
terhadap erosi serta antispasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah,
peta hidrogeologi, peta curah hujan dan peta penggunaan lahan eksisting dengan
keluaran peta SKL Terhadap Erosi dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL
Terhadap Erosi, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam
analisa yaitu jenis tanah.

Tabel Analisis SKL Terhadap Erosi


Peta
Peta Peta
Peta Jenis Penggunaan
No. Kelereng Curah SKL Erosi Nilai
Morfologi
an
Tanah Hujan
Lahan
Eksisting

Regosol, Pertanian, Erosi Sedang 2


1. Bergelombang 3–8%
Kelabu 347 mm Permuiman
(mm/bln)
Regosol,
2. Dataran 0-3% Permukiman Erosi Rendah 3
Kelabu

Sumber : Hasil Analisa 2018

Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi
berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah
berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak ada
pengelupasan lapisan tanah.
H. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah
Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah untuk mengetahui
mengetahui daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi
penampungan akhir dan pengeolahan limbah, baik limbah padat maupun cair.
Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan,
peta topografi, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan dan peta
penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Pembuangan Limbah dan
penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Pembuangan Limbah, terlebih
dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis
tanah.

Tabel Analisis SKL Pembuangan Limbah


Peta SKL
Peta Peta
Peta Peta Jenis Penggunaan Pembua
No. Kelerenga Curah Nilai
Morfologi
n
Ketinggian Tanah Hujan
Lahan ngan
Eksisting Limbah
Regosol,K
Pertanian, Pembuan
1. Bergelombang 3–8% 0 – 70 Mdpl elabu
347 mm Permuiman gan
3
(mm/bln) Limbah
Regosol,K Tinggi
2. Dataran 0-3% 0 – 70 Mdpl Permukiman
elabu
Sumber : Hasil Analisa 2018

SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah


tersebut cocok atau tidak sebagai lokasi pembuangan. Analisa ini menggunakan
peta hidrologi dan klimatologi. Kedua peta ini penting, tapi biasanya tidak ada data
rinci yang tersedia. SKL pembuangan limbah kurang berarti wilayah tersebut
kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah.
I. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam
Tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk
menghindari/mengurangi kerugian dari korban akibat bencana tersebut. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta
topografi, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta bencana alam (kerentanan gerakan
tanah) dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap
Bencana Alam dan penjelasannya. Analisis SKL terhadap Bencana Alam juga
mengikutsertakan analisis terhadap jenis tanah yang sama dengan SKL Terhadap Erosi.

Tabel Analisis SKL Terhadap Bencana Alam


Peta
Peta Peta Peta SKL
Peta Jenis Penggunaa Rawan
No. Kelereng Ketinggi Curah Bencana Nilai
Morfologi
an an
Tanah n Lahan
Hujan
Bencana
Alam
Eksisting

Regosol Potensi
0-70 Pertania, Berpotensi
1. Bergelombang 3–8% ,Kelabu Bencana
Mdpl Permuiman Tinggi 2
Alam
Banjir &
347 mm Kurang
Regosol Longsor
(mm/bln)
,Kelabu serta Potensi
0-70 Berpotensi
2. Dataran 0-3% Permukiman Bencana
Mdpl Kebakaran 1
Alam
Rendah
Sumber : Hasil Analisa 2018

SKL bencana alam merupakan overlay dari peta-peta bencana alam, meliputi:
 Peta rawan longsor (kerentanan gerakan tanah)
Jadi, morfologi gunung dan perbukitan dinilai tinggi ada peta rawan bencana gunung
api dan longsor. Sedangkan lereng data yang dialiri sungai dinilai tinggi pada rawan
bencana banjir. Penentuan kelas pada rawan bencana ini ada lima. Kelas 1 artinya
rawan bencana alam dan kelas 5 artinya tidak rawan bencana alam.
Peta Kesesuaian Lahan
Peta
No. Jenis Tanah Curah Hujan Kesesuaian Lahan Nilai
Kelerengan
2
Regosol,Kelabu
1 347mm 3–8% Sesuai Bersyarat
(mm/bln)
2 Regosol, Kelabu 0-3% Sesuai 3

Anda mungkin juga menyukai