Anda di halaman 1dari 23

“Studio Perencanaan Wilayah”

Dosen : Tri Budiharto ST, MSc, Meng

Di SusunOleh :

Hesti gustiana
4516042052

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2018
KERANGKA ACUAN KERJA
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KOTA SORONG PROVINSI PAPUA BARAT

I. LATAR BELAKANG

Perubahan Undang-undang tentang penataan ruang dari Undang-undang Nomor 24


Tahun 1992 menjadi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 telah mengubah kebijakan
penataan ruang untuk pemerintah pusat maupun daerah. Selain itu adanya Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah telah menggeser paradigma
pembangunan wilayah di Indonesia. Paradigma pembangunan wilayah telah bergeser
dari sentralisasi ke arah desentralisasi pembangunan.

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap daerah
Kota Sorong dan Kota Sorong perlu menyusun rencana tata ruangnya sebagai arahan
pelaksanaan pembangunan. Sejalan dengan penerapan desentralisasi dan otonomi
daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pembangunan Daerah bahwa kewenangan pelaksanaan pembangunan, termasuk
pelaksanaan perencanaan tata ruang wilayah Kota Sorong dan Kota Sorong berada pada
Pemerintah Kota Sorong dan Pemerintah Kota Sorong. Kewenangan yang begitu besar
berada pada Pemerintah Daerah, diperkuat oleh adanya suatu Peraturan Pemerintah
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
Sebagai Daerah Otonom, maka Pemerintah Kota Sorong dan Kota Sorong bertanggung
jawab terhadap kegiatan Penataan Ruang di wilayahnya masing-masing.

Dalam perkembangannya, proses penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang


dan pengendalian pemanfaatan ruang yang telah menggunakan prinsip untuk
mendorong perwujudan otonomi daerah sangat diperlukan upaya-upaya yang dapat
mengajak partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat. Kewajiban ini tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang yang pada intinya dalam proses
penataan ruang diwajibkan untuk melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Maka
diberbagai kesempatan penyelenggaraan penataan ruang perlu adanya suatu dorongan
yang kuat untuk melibatkan peran serta aktif masyarakat dan dunia usaha dalam seluruh
proses kegiatan penataan ruang.

Dengan adanya Undang Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, intinya
menekankan kembali mengenai visi, misi, dan tujuan penataan ruang negara Indonesia,
yaitu “Terwujudnya ruang nusantara yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat “ dengan penekanan pada hal-hal
sebagai berikut :

a. Kejelasan Produk Rencana Tata Ruang (tidak hanya pada batas wilayah
administratif semata, tetapi perlu mempertimbangkan aspek fungsional;
b. Penekanan pada hal-hal yang bersifat strategis sesuai perkembangan
lingkungan strategis dan kecenderungan yang ada pada daerah tersebut;
c. Penataan ruang mencakup ruang daratan, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan ruang wilayah;
d. Perlunya pengaturan ruang secara khusus pada kawasan-kawasan yang
dinilai rawan bencana (rawan bencana letusan gunung api, gempa bumi, longsor,
gelombang pasang dan banjir, SUTET, dll.);
e. Mengatur penataan ruang kawasan perdesaan dan agropolitan;
f. Penegasan hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam penataan ruang;
g. Penguatan aspek pelestarian lingkungan hidup dan ekosistem (bukan
hanya Poleksosbudhankam);
h. Diperkenalkannya Perangkat Insentif dan Disinsentif;
i. Pengaturan sanksi, dan pengaturan penyelesaian sengketa Penataan
Ruang.
Selain itu, orientasi waktu perencanaan berdasarkan UUPR No. 26/2007 tersebut tidak
lagi 10 tahun ke depan, tetapi 20 tahun. Karena itu, maka semua daerah Provinsi Papua
barat, Kota Sorong, dan Kota Sorong, RTRW-nya perlu menyesuaikan kembali merujuk
pada undang-undang tersebut.

Kota Sorong . sebagai salah satu Kota Sorong di Provinsi Papua barat., kondisi Rencana
Tata Ruang Wilayahnya, selain harus menyesuaikan dengan Undang Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, juga harus menyelaraskan diri dengan perubahan
dan perkembangan yang terjadi secara internal di daerahnya, antara lain :

a. Terjadinya perkembangan wilayah yang pesat melebihi perkiraan dalam


RTRW terdahulu.
b. Masih adanya potensi sumberdaya yang belum dikembangkan secara
optimal sehingga belum dapat mendukung upaya pengembangan wilayah secara
maksimal.
c. Adanya prioritas pengembangan wilayah, yaitu melalui pengembangan
wilayah tertentu di Kota Sorong
d. Perlunya pengembangan sentra-sentra produksi untuk menampung
produksi yang dihasilkan dan meningkatkan kualitas produknya
e. Adanya masalah-masalah lingkungan yang terjadi di wilayah Kota Sorong.
Provinsi Papua barat. yang memerlukan penanganan prioritas agar tidak menjadi
kendala dalam upaya pengembangan wilayah, yaitu masalah tanah longsor,
penggundulan hutan dan lahan kritis.

Penyusunan RTRW Kota Sorong ini harus sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang yang menyebutkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terdiri
atas tiga tingkatan yaitu RTRW Nasional, RTRW Provinsi Papua barat dan RTRW Kota
Sorong/Kota Sorong. Dalam penyusunan rencana tata ruang ini rencana yang ada pada
setiap tingkat harus bersifat komprehensif dan komplementer, sehingga ada suatu
sinergitas antar RTRW Kota Sorong/Kota Sorong, Provinsi Papua barat, dan Nasional.

Sebagai upaya dalam memadukan program pembangunan dan pengelolaan sumberdaya


alam sehingga tercipta suatu pembangunan yang berkelanjutan, pemerintah daerah
(dalam hal ini adalah Kota Sorong ..) mempunyai kewajiban untuk menyusun suatu
rencana tata ruang yang dapat menjadi acuan/pegangan dalam pembangunan wilayah.
Produk rencana tata ruang tersebut harus dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan
pembangunan daerah dan telah menjadi hasil kesepakatan semua stakeholders di
daerah. Untuk itu, maka dalam penyusunan RTRW Kota Sorong perlu diperhatikan pula
hal-hal sebagai berikut :

a. Adanya perubahan kebijakan penataan ruang nasional sangat mendasar


(UU RI No. 26/2007 mengenai Penataan Ruang)
b. Proses penyusunan harus melalui suatu prosedur dan komitmen yang
lengkap dan komplementer
c. Data dan informasi yang dipergunakan harus akurat dan lengkap
d. Perumusan muatan rencana harus sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku
e. Produk rencana tata ruang harus sah dan legal sehingga dapat menjadi
acuan ketentuan dan peraturan yang mengikat bagi seluruh pelaku
pembangunan, di daerah yang bersangkutan

Dengan demikian produk RTRW dapat dijadikan pedoman dalam mempercepat


pembangunan ekonomi daerah serta mendayagunakan sumberdaya alam secara
seimbang. Program penataan ruang diarahkan untuk :
a. Meningkatkan penyelenggaraan kegiatan perencanaan tata ruang yang
efektif, transparan dan partisipatif
b. Mengembangkan penyelenggaraan kegiatan pemanfaatan ruang yang
tertib berdasarkan rencana tata ruang, dan
c. Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjamin
efektifitas dan efisiensi kegiatan pembangunan secara berkelanjutan.

II. MAKSUD

Maksud diadakannya kegiatan ini adalah terwujudnya suatu penataan ruang wilayah
yang lebih sinergis antara wilayah Kota Sorong .. Provinsi Papua barat.. dengan wilayah
Kota Sorong lainnya di Provinsi Papua barat .sesuai dengan ketentuan Undang-undang
Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

III. TUJUAN

Tujuan dari kegiatan ini adalah menyiapkan produk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Sorong yang disesuaikan dengan ketentuan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang agar dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pembangunan
daerah.

IV. SASARAN

 Tersusunnya RTRW Kota Sorong . Provinsi Papua barat.


 Teridentifikasinya potensi dan masalah penataan ruang di Kota Sorong Provinsi
Papua barat.
 Terpadunya struktur dan pola ruang wilayah perencanaan dengan wilayah
sekitarnya dan sinergi dengan rencana tata ruang wilayah level Provinsi Papua barat
dan nasional
 Terakomodasikannya aspirasi seluruh pelaku pembangunan Kota Sorong. Provinsi
Papua barat .dalam rangka pengembangan wilayahnya
V. RUANG LINGKUP KEGIATAN

1. Lingkup Pekerjaan

a. Tahap Pendahuluan, meliputi :


1) Mobilisasi peralatan, tenaga ahli dan pendukung.
2) Menyusun rencana kerja dan menyiapkan peta dasar dan peta wilayah
perencanaan dengan rujukan peta rupabumi dengan skala sekurang-
kurangnya 1 : 50.000 mengacu ketentuan PP 10 Tahun 2000 tentang
Ketelitian Peta.
3) Menyediakan dan menyiapkan Data Spasial, berupa Citra satelit
(SPOT/ASTER) antara tahun 2005 - 2007, yang dapat dipergunakan sebagai
data dasar dan bantu dalam menyusun peta-peta tematik terkait tata ruang
dengan tingkat ketelitian sekurang-kurangnya dengan skala 1 : 50.000,
dengan toleransi tutupan awan antara 10%-15%.
4) Menyediakan peta-peta tematik yang mendukung kegiatan analisis
penyusunan RTRW Kota Sorong ,,,,,,,,,,,,,, mengacu Pedoman bidang Penataan
Ruang dengan penajaman tema peta sesuai kondisi wilayah perencanaan,
dengan tingkat ketelitian skala 1:50.000. Peta-peta tematik ini merupakan
hasil pengolahan data primer atau sekunder atau kombinasi keduanya.
5) Menyusun metodologi pekerjaan yang akan dilakukan, kebutuhan data
dan persiapan survai.
6) Merumuskan isu strategis dan permasalahan wilayah perencanaan,
terutama berdasarkan review yang dilakukan terhadap RTRW yang terkait
dengan wilayah perencanaan.
7) Mengumpulkan data spasial dan informasi yang berkaitan dengan
pekerjaan.
8) Menyiapkan Laporan Pendahuluan dan bahan tayangan presentasi.
Adapun Substansi yang harus ada dalam Laporan Pendahuluan adalah :
- Rencana Kerja;
- Metodologi pekerjaan;
- Jadwal penugasan tenaga ahli;
- Isu permasalahan wilayah;
- Konsep Peta;
- Konsep analisis;
- Rumusan kajian literatur;
- Outline Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sorong;
9) Melakukan Pembahasan Laporan Pendahuluan yang diselenggarakan di
pusat dan di daerah, dan menyiapkan notulensi pembahasan serta
dokumentasinya.

b. Tahap Antara, meliputi :


1) Melakukan kegiatan survai ke daerah dalam rangka menjaring isu
strategis dan permasalahan wilayah perencanaan, dan mengumpulkan data
primer serta data sekunder.
2) Tim konsultan diharuskan melakukan analisis secara komprehensif
maupun detail (sampai tingkat kecamatan/distrik atau lebih detail), baik
deskriptif, statistik maupun spasial. Analisa spasial dilakukan secara
terintegrasi atas beberapa tema dengan mengikuti kaidah Sistem Informasi
Geografis. Masing-masing analisis dilakukan dengan tingkat kedalaman
sekurang-kurangnya sesuai dengan ketentuan dalam Kepmen Kimpraswil No.
327 Tahun 2002 (Lampiran III).
3) Analisis sekurang-kurangnya dilakukan dengan pendekatan wilayah untuk
mengetahui kondisi, ciri, dan hubungan sebab akibat dari unsur-unsur
pembentuk ruang wilayah seperti penduduk, sumber daya alam, sumber
daya buatan, sosial, ekonomi, budaya, fisik dan lingkungan, sehingga dapat
diidentifikasikan potensi baik yang positif maupun yang negatif, baik yang
hayati maupun non hayati pada Lingkungan Alam dan Buatan dalam
berinteraksi dengan aktifitas manusia/masyarakat.
4) Menyusun skenario pengembangan wilayah untuk menetapkan sektor
dan atau komoditi unggulan sebagai pendorong ekonomi wilayah yang
didukung dengan rencana sistem pusat permukiman dan sistem prasarana
wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Skenario
pengembangan wilayah tersebut disusun di dalam teks dan peta.
5) Menyusun Konsep Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sorong yang
mencakup konsep Pola Ruang dan Struktur Ruang yang mengakomodir
pemecahan masalah sektoral bersama-sama dengan instansi terkait.
6) Menyusun sistematika Draft Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW
Kota Sorong.
7) Menyediakan Album Peta untuk bahan pembahasan yang meliputi peta-
peta tematik pendukung tata ruang diantaranya peta-peta tentang Skenario
Pengembangan Wilayah, Konsep Pola Ruang dan Struktur Ruang.
8) Menyiapkan Laporan Antara dan bahan tayangan presentasi.
Adapun Substansi yang harus ada dalam Laporan Antara adalah :
- Data : primer dan sekunder, spasial dan non spasial;
- Rumusan isu strategis wilayah perencanaan;.
- Hasil analisis deskriptif, statistik dan spasial;
- Skenario pengembangan wilayah.
- Konsep Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sorong.
9) Menyelenggarakan forum diskusi dan pembahasan Laporan Antara yang
diselenggarakan di Pusat dan Daerah, dan menyiapkan notulensi
pembahasan serta dokumentasinya.
c. Tahap Draft Akhir, meliputi :
1) Melakukan perumusan rencana terhadap wilayah perencanaan dengan
mengacu ketentuan dalam Kepmen Kimpraswil No. 327/2002;
2) Melakukan perumusan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota
Sorong, Rencana dan Strategi, dan arahan pemanfaatan ruang serta
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Sorong;
3) Merekomendasikan kawasan strategis Kota Sorong (dari aspek lokasinya)
4) Menyusun Draft Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW Kota Sorong;
5) Menyusun dan menyerahkan Laporan Draft Akhir, dan bahan tayangan,
serta draft lampiran untuk Laporan Akhir.
Adapun Substansi yang harus ada dalam Laporan Draft Akhir adalah :
a) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota
Sorong.
b) Rencana struktur ruang yang meliputi sistem pusat permukiman
dan sistem jaringan prasarana wilayah Kota Sorong (meliputi Transportasi,
Energi, Telekomunikasi, Prasarana Pengelolaan Lingkungan, dan Sumber
Daya Air);
c) Rencana pola ruang wilayah Kota Sorong yang meliputi kawasan
lindung Kota Sorong, dan kawasan budidaya Kota Sorong;
d) Penetapan Kawasan Strategis Kota Sorong (disesuaikan dengan SE
Menteri PU No. 19/SE/M/2007);
e) Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Sorong yang terdiri
dari : perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRW Kota Sorong
(termasuk penetapan kawasan budi daya yang dikendalikan dan kawasan
budi daya yang didorong pengembangannya); perumusan program
sektoral dalam rangka perwujudan struktur dan pola ruang wilayah Kota
Sorong; dan pelaksanan pembangunan sesuai dengan program
pemanfaatan ruang wilayah Kota Sorong yang dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan minimum bidang penataan ruang, standar kualitas
lingkungan; dan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Arahan Pemanfaatan Ruang berisi Indikasi program utama per lima
tahunan selama 20 (duapuluh) tahun dengan program terinci tahunan
pada 5 (lima) tahun pertama yang dijabarkan dalam besaran dana, asal
dana dan instansi pelaksana. Indikasi Program Utama akan menjadi
masukan dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) dan Panjang (RPJP).
f) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah terdiri dari :
i. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi yang terdiri dari : Ketentuan
Peraturan Zonasi pusat permukiman; jaringan transportasi darat,
jaringan transportasi laut, jaringan transportasi udara, kawasan
lindung dan kawasan budidaya.
ii. Ketentuan Perijinan,
iii. Ketentuan insentif - disinsentif,
iv. Arahan Sanksi.
6) Menyelenggarakan forum diskusi dan pembahasan Laporan Draft Akhir
yang diselenggarakan di Jakarta dan daerah, serta dan menyiapkan notulensi
pembahasan serta dokumentasinya.

d. Tahap Akhir, meliputi :


1) Memperbaiki Laporan Draft Akhir sesuai dengan masukan yang diperoleh
dari diskusi dan pembahasan Laporan Draft Akhir di Jakarta dan daerah.
2) Menyiapkan dan menyerahkan Laporan Akhir dan seluruh lampiran yang
harus diserahkan bersamaan dengan Laporan Akhir.

a. Lokasi Kegiatan
Pekerjaan Bantuan Teknis Pelaksanaan Penataan Ruang Kota Sorong berlokasi di
Kota Sorong - Provinsi Papua barat yang secara admintratif berbatasan di :
 sebelah Utara dengan ,
 sebelah Timur dengan
 sebelah Selatan dengan ..., dan
 sebelah Barat dengan

b. Data dan Fasilitas Penunjang


a. Data
Pengguna Jasa menyediakan bahan-bahan kebijakan penataan ruang di tingkat
nasional serta data dan informasi lainnya yang dimiliki.
Penyedia jasa harus dapat menyediakan :
 Data antara lain berupa :
- Data dan Kebijakan di bidang Penataan Ruang di tingkat Nasional
(RTWN dan Kawasan Strategis Nasional), Provinsi Papua barat (RTRWP
dan Kawasan Strategis Provinsi Papua barat), dan Kota Sorong (RTRWK
sebelumnya ataupun RTRWK sebelum pemekaran maupun RTRWK yang
bertetangga),
- Data dan Kebijakan sektoral dan wilayah,
- Data Kependudukan,
- Data Fisik dan Lingkungan,
- Data Ekonomi Wilayah,
- Data Sosial dan Budaya,
Data tersebut di atas difungsikan sebagai atribut peta yang melekat pada data
spasial dalam basis data.
 Peta dan Citra dengan spesifikasi teknis adalah sebagai berikut :
- Umum
Pada dasarnya peta dibedakan menjadi peta sebagai input dan output
(produk). Peta sebagai input merupakan data dasar dalam
memvisualisasikan informasi secara spasial sesuai dengan letak geografis
atau koordinat lokusnya. Koordinat yang digunakan adalah berlaku secara
nasional dengan otorisasi dari Bakosurtanal. Demikian pula halnya untuk
citra satelit harus dilakukan kalibrasi dan registrasi ke koordinat peta
tersebut.
- Bentuk Data
Setiap peta baik peta dasar, peta tema dan citra satelit sebagai input
maupun sebagai produk peta analisa dan peta rencana harus disusun
berdasarkan pada kaidah perpetaan dengan prinsip layer by layer overlay,
dalam arti bahwa masing-masing entitas peta dikemas dalam layer yang
berbeda, bukan dalam bentuk JPEG, JPG, BITMAP, TIFF dan sejenisnya.
- Orientasi Sistem Informasi Geografis.
Baik peta dasar, peta tema dan citra satelit berorientasi kepada Basis Data
Spasial. Basis data spasial adalah integrasi peta dan atribut tiap entitas,
yang dikemas dalam peta dasar yang sudah menerapkan koordinat global
(real world coordinates) atau dengan kata lain peta tersebut sudah
”georeference”. Sehingga software peta yang digunakan harus
berorientasi kepada Sistem Informasi Geografis.
- Skala Peta
Untuk pekerjaan ini, skala peta/citra produk rencana yang digunakan
adalah dengan skala 1 : 50.000 atau lebih detail. Jenis tema untuk Peta
yang harus disediakan, sesuai kebutuhan (tersebut dalam Kepmen
Kimpraswil No. 327/2002) yang bersumber dari pihak yang memiliki
otoritas terhadap data spasialnya.
b. Fasilitas Penunjang
Pengguna jasa akan menunjuk tim yang bertindak sebagai pengawas (supervisi)
dalam rangka pelaksanaan jasa konsultansi ini.
VI. KELUARAN

Keluaran dari kegiatan ini adalah :


1. Materi Teknis RTRW Kota Sorong
2. Draft Rancangan Peraturan Daerah Kota Sorong tentang RTRW Kota
Sorong
3. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Bantuan Teknis bagi aparat Pemerintah
Kota Sorong.
4. Leaflet ringkasan materi teknis ringkasan RTRW Kota Sorong.

VII. MANFAAT

Sebagai pedoman pemerintah daerah dalam melaksanakan pengembangan dan


pembangunan Kota Sorong , Provinsi Papua barat .

VIII. METODOLOGI

Metode Pendekatan dalam penyusunan RTRW Kota Sorong adalah melalui


tahapan/proses antara lain:
a. Persiapan Penyusunan
Dalam tahapan ini dilakukan beberapa kegiatan yang menunjang kelancaran
penyusunan kegiatan antara lain: persiapan teknis, antara lain meliputi menyiapkan
kelengkapan administrasi, menyusun program/rencana kerja, perumusan subtansi
secara garis besar, penyiapan checklist data dan kuesioner, metode pendekatan dan
peralatan yang diperlukan
b. Tahap Pengumpulan data, meliputi kegiatan pengumpulan data – data/informasi
primer maupun sekunder yang mendukung kegiatan, mencakup data – data (dan
peta). Pengguna Jasa menyediakan bahan-bahan kebijakan penataan ruang di tingkat
nasional, serta data dan informasi lainnya yang dimiliki. Penyedia jasa harus dapat
menyediakan peta, citra dan data terkait dengan pekerjaan ini.
 Data antara lain berupa :
- Kebijakan pembangunan, baik di tingkat Regional, Nasional, Provinsi
Papua barat dan Kota Sorong (Daerah)
- Kondisi sosial ekonomi dan budaya
- Sumberdaya manusia
- Sumberdaya buatan
- Sumberdaya alam
- Penggunaan lahan
- Pembiayaan pembangunan
- Kelembagaan
Data tersebut di atas difungsikan sebagai atribut peta yang melekat pada data
spasial dalam basis data.
 Spesifikasi Teknis Peta dan Citra adalah sebagai berikut :
- Umum
Pada dasarnya peta dibedakan menjadi peta sebagai input dan output
(produk). Peta sebagai input merupakan data dasar dalam memvisualisasikan
informasi secara spasial sesuai dengan letak geografis atau koordinat
lokusnya. Koordinat yang digunakan adalah berlaku secara nasional dengan
otorisasi dari Bakosurtanal. Demikian pula halnya untuk citra satelit harus
dilakukan kalibrasi dan registrasi ke koordinat peta tersebut. Data untuk
analisis fisik, menggunakan citra satelit tahun terakhir dengan resolusi
minimum 60 cm (iconos/quick bird).
- Bentuk Data
Setiap peta baik peta dasar, peta tema dan citra satelit sebagai input maupun
sebagai produk peta analisa dan peta rencana harus disusun berdasarkan
pada kaidah perpetaan dengan prinsip layer by layer overlay, dalam arti
bahwa masing-masing entitas peta dikemas dalam layer yang berbeda, bukan
dalam bentuk JPEG, JPG, BITMAP, TIFF dan sejenisnya.
- Orientasi Sistem Informasi Geografis.
Baik peta dasar, peta tema dan citra satelit berorientasi kepada Basis Data
Spasial. Basis data spasial adalah integrasi peta dan atribut tiap entitas, yang
dikemas dalam peta dasar yang sudah menerapkan koordinat global (real
world coordinates) atau dengan kata lain peta tersebut sudah ”georeference”.
Sehingga software peta yang digunakan harus berorientasi kepada Sistem
Informasi Geografis.
c. Analisis
Dilakukan dalam upaya mengenali kondisi unsur pembentuk ruang serta hubungan
sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah, dengan memperhatikan
kebijaksanaan pembangunan wilayah yang ada. Aspek-aspek yang dianalisis
meliputi :
 Kebijaksanaan dan strategi pengembangan Kota Sorong.
 Pengembangan regional
 Ekonomi dan sektor unggulan
 Sumberdaya manusia
 Sumberdaya buatan
 Sumberdaya alam
 Sistem permukiman
 Penggunaan lahan
 Pembiayan Pembangunan
 Kelembagaan
Disamping hal tersebut pelaksanaan kegiatan bantuan teknik ini harus melibatkan
pemerintah Provinsi Papua barat dalam rangka pembinaan teknis penataan ruang di
daerah.

IX. TENAGA AHLI YANG DIBUTUHKAN

Dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan RTRW Kota Sorong ini diperlukan tenaga ahli
sebanyak 37 OB (Tiga puluh tujuh orang bulan) sesuai dengan bidang keahliannya dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah.

1 Ahli Perencanaan Wilayah (Team Leader) 6 Bulan

2 Ahli Ekonomi Wilayah/Pembangunan 6 Bulan

3 Ahli Prasarana Wilayah/Transportasi 5 Bulan

4 Ahli Sumber Daya Air 4 Bulan

5 Ahli Teknik Lingkungan 5 Bulan

6 Ahli Geologi Tata Lingkungan 4 Bulan

7 Ahli Pertanian/Perkebunan/Kehutanan 4 Bulan

8 Ahli Hukum dan Kelembagaan 3 Bulan

Selain tenaga ahli inti yang telah disebutkan di atas, dibutuhkan tenaga penunjang
sebanyak 3 orang yang terdiri dari : Sekretaris, Operator Komputer dan Operator Digitasi,
dengan jumlah 18 OB (delapan belas orangbulan).

Adapun kualifikasi tenaga ahli tersebut adalah sebagai berikut :

1. Ahli Perencana Wilayah Sebagai Ketua Tim


Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang planologi
atau perencanaan wilayah yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di
bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman profesional
di bidang perencanaan tata ruang sekurang-kurangnya 4 tahun atau 36 bulan
kalender.
Sebagai Ketua Tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh
anggota tim dalam pelaksanaan pekerjaan selama 7 (tujuh ) bulan penuh sampai
dengan pekerjaan dinyatakan selesai. Pendidikan S1 ketua tim harus teknik
planologi / perencanaan wilayah.

2. Ahli Ekonomi Wilayah/Pembangunan


Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang ekonomi
pembangunan yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di bidang tersebut
sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman profesional di bidang
ekonomi pembangunan dalam Rencana Tata Ruang sekurang-kurangnya 3 tahun atau
36 bulan kalender.

3. Ahli Prasarana Wilayah/Transportasi


Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik
Transportasi/Sipil yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di bidang
tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman profesional di
bidang perencanaan sarana dan prasarana transportasi wilayah dalam Rencana Tata
Ruang sekurang-kurangnya 3 tahun atau 36 bulan kalender.

4. Ahli Sumber Daya Air


Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik
Sipil/Sipil Basah yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di bidang tersebut
sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman profesional di bidang
perencanaan Sumber Daya Air dalam penyusunan RTRW sekurang-kurangnya 3
tahun atau 36 bulan kalender.

5. Ahli Teknik Lingkungan


Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang teknik
lingkungan yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di bidang tersebut
sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman profesional di bidang analisa
lingkungan dalam penyusunan RTRW sekurang-kurangnya 3 tahun atau 36 bulan
kalender.

6. Ahli Geologi Tata Lingkungan


Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang geologi tata
lingkungan atau geologi yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di bidang
tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman profesional di
bidang analisa geologi tata lingkungan dalam penyusunan RTRW sekurang-kurangnya
3 tahun atau 36 bulan kalender.

7. Ahli Pertanian/Perkebunan/Kehutanan
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang
pertanian/perkebunan/kehutanan yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3
di bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman
profesional di bidang perencanaan pertanian/perkebunan/ kehutanan dalam
penyusunan RTRW sekurang-kurangnya 3 tahun atau 36 bulan kalender.

8. Ahli Hukum/Kelembagaan
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang kelembagaan
atau hukum atau administrasi yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di
bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman profesional
di bidang analisa hukum dan kelembagaan dalam penyusunan RTRW sekurang-
kurangnya 3 tahun atau 36 bulan kalender.

X. WAKTU PELAKSANAAN

Pekerjaan ini dilaksanakan pada tahun anggaran 2018-2023 . dan seluruh pekerjaan
harus dapat diselesaikan dalam waktu 5 tahun kalender terhitung sejak dikeluarkannya
SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dari Pejabat Pembuat Komitmen.

XI. NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASA

Pemilik Pekerjaan kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sorong ,
Provinsi Papua barat adalah

XII. BESARAN DAN SUMBER DANA

Sumber pendanaan adalah APBD murni pada DIPA Satker Pemkot Sorong, TA 2018
dengan biaya Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah) termasuk PPN.

XIII. LAPORAN

Buku laporan untuk setiap tahapan adalah dengan ukuran kertas A4. Adapun Keluaran
dan Buku Laporan dari setiap tahapan adalah sebagai berikut :

1. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan diserahkan 1 (satu) bulan setelah dikeluarkannya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) sebanyak 20 (dua puluh) buku kemudian dilakukan
diskusi pembahasan bersama tim supervisi dan instansi terkait serta para pelaku
pembangunan di Pusat dan di Daerah. Laporan Pendahuluan dilampiri :
a. Album Peta dengan ukuran A1 dan A3 sebanyak 5 (lima) album yang
mencakup : Citra Satelit dan Peta yang sudah disediakan penyedia jasa;
b. Softcopy : Laporan Pendahuluan, bahan tayangan presentasi, citra dan
peta yang dikopi dalam lima buah DVD.
Untuk peta, dengan ketentuan :
1) Tiap Peta yang terdiri atas sejumlah layer, lay out (termasuk *.WOR,
*.APR) dan sebagainya harus dikemas per folder.
2) Lay out peta dibuat untuk siap cetak dengan ukuran A4, A3, dan A1.

2. Laporan Antara
Laporan antara diserahkan 4 (empat) bulan setelah dikeluarkannya SPMK sebanyak
20 (dua puluh) buku dan dilakukan diskusi pembahasan bersama Tim Supervisi dan
instansi terkait serta para pelaku pembangunan di Pusat dan di Daerah. Laporan
Antara terdiri dari :
a. Buku Data dan Analisa
b. Buku Konsep Rencana
c. Sistematika Draft Rancangan Peraturan Daerah Kota Sorong tentang
RTRW Kota Sorong
d. Album Peta dengan ukuran A1 dan A3 sebanyak 5 (lima) album yang
mencakup : Citra dan Peta baik Data maupun Analisa.
e. Softcopy : Laporan Antara, bahan tayangan presentasi, citra dan peta yang
dikopi dalam lima buah DVD. Untuk peta, mengikuti ketentuan yang telah
disebutkan di atas.

3. Laporan Draft Akhir


Laporan Draft Akhir, yang merupakan Draft Materi Teknis Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Sorong, harus diserahkan 6 (enam) bulan setelah dikeluarkannya SPMK,
sebanyak 20 (dua puluh) buku dan dilakukan diskusi pembahasan bersama Tim
Supervisi dan instansi terkait serta para pelaku pembangunan di Pusat dan di
Daerah. Laporan Draft Akhir dilampiri :
a. Draft Rancangan Peraturan Daerah Kota Sorong tentang RTRW Kota
Sorong, sebanyak lima buku.
b. Album Peta dengan ukuran A1 dan A3 sebanyak 5 (lima) album untuk
masing-masing lokasi Kota Sorong yang mencakup :
 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Sorong. Untuk peta ini, disajikan
dalam skala kertas yang memperlihatkan luas wilayah secara penuh
dilanjutkan sesuai skala 1: 50.000 dengan jumlah lembar kertas berdasarkan
kebutuhan luas wilayah.
 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Sorong.
c.Softcopy : Laporan Draft Akhir, bahan tayangan presentasi dan
peta yang dikopi dalam lima buah DVD.
d. Untuk peta, mengikuti ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya.
Laporan Draft Akhir ini pada dasarnya adalah Laporan Akhir sebelum dilakukan
pembahasan dengan instansi terkait dan para pelaku pembangunan di Pusat dan di
Daerah serta stakeholder penataan ruang lainnya.

4. Laporan Akhir
Laporan Akhir diserahkan 7 (tujuh) bulan setelah dikeluarkan SPMK. Laporan akhir ini
merupakan hasil akhir rumusan/ kesepakatan sektoral dan daerah serta merupakan
penyempurnaan dari Laporan Draft Akhir.
Laporan Akhir dibuat untuk masing-masing Kota Sorong, terdiri dari :
1) Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sorong sebanyak 30
buku;
2) Draft Rancangan Peraturan Daerah Kota Sorong tentang RTRW Kota
Sorong sebanyak 20 buku;
3) Ringkasan Eksekutif sebanyak 10 buku;
4) Proceeding, sebanyak 5 (lima) buku;
5) Album Peta dan Citra (hasil analisis) ukuran A1 sebanyak 5 (lima) Album;
6) Softcopy seluruh keluaran di dalam DVD dan atau media penyimpan
lainnya.
Selain Laporan-laporan tersebut di atas, penyedia jasa diharuskan membuat Laporan
Kemajuan Bulanan (Monthly Progrees Report) sekurangnya berisi notulensi rapat
pembahasan dan konsultasi, catatan perjalanan, bahan-bahan terkait serta catatan
kegiatan Bantuan Teknis yang berlangsung dalam bulan laporan. Laporan ini
diserahkan sebagai progres pekerjaan bulanan yang dikerjakan oleh penyedia jasa
untuk menjadi bahan diskusi antara penyedia jasa dan tim supervisi serta diserahkan
kepada Pengguna Jasa/Tim Supervisi, masing-masing sebanyak 3 (tiga) copy.

XIV. KEPEMILIKAN DATA DAN HASIL KEGIATAN

Semua bentuk data, dokumen, peta, peta citra, foto, disket/CD atau peralatan yang
digunakan selama pekerjaan, dengan terbitnya kontrak tersebut menjadi hak milik
pemberi pekerjaan (Satuan Kerja Kota Sorong,Provinsi Papua barat).

Anda mungkin juga menyukai