Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 2 Pendidikan Fisika C 2019

Anggota :
1. Afrizal Rafif Herdana (19302241010)

2. Joko Sulaksono (19302241023)

3. Syafira Kurnia Ardani (19302241036)

4. Shelma Widiyaningsih (19302244024)

1. Mengapa kebanaran korespodensi Pancasila belum begitu tampak di


Indonesia?

Kebenaran korespondensi adalah suatu keadaan ketika suatu hal diterapkan


sebagaimana adanya. Kebenaran korespondensi ditandai dengan adanya kesesuaian
antara pernyataan dan Kenyataannya. Contoh kebenaran korespondensi untuk
Pancasila, yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai (cocok) dengan kenyataan
bahwa terdapat berbagai penyembahan terhadap Sang Pencipta, menjalankan
perintahNya dan menjauhi segala laranganNya sesuai dengan agama yang
diyakininya. Dengan kata lain, kebenaran korespondensi menuntut adanya
pengamalan yang nyata dari sebuah nilai. Kebenaran korespondensi tidak akan
tercapai jika nilai-nilai tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila seseorang warga negara Indonesia menyatakan bahwa Pancasila sebagai
pandangan hidupnya, tetapi perbuatannya tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
berarti orang tersebut melakukan kebohongan. Akhir-akhir ini justru fenomena
demikian banyak terjadi di masyarakat sehingga antara kata dan perbuatan tidak
seiring sejalan, tidak ada kesatuan antara pernyataan dan kenyataan. Jika ini terus
terjadi maka Pancasila hanya menjadi rangkaian kata-kata yang indah yang berifat
verbalis belaka yang tidak berarti.
Berikut beberapa faktor yang memengaruhi kurangnya pengamalan pancasila di
masyarakat
1. Kurangnya pemahaman Pancasila mengakibatkan masyarakat mengalami
penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas dan daya
tarik pembelajaran Pancasila.
2. Eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi sehingga mengarah
kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, dan menguatnya gejala
polarisasi dan frgamentasi sosial yang berbasis SARA.
3. Kesenjangan sosial, karena masih terjadi sentralisasi pembangunan ekonomi pada
wilayah-wilayah tertentu.
4. Pelembagaan Pancasila, di mana lemahnya institusionalisasi nilai-nilai Pancasila
dalam kelembagaan politik, ekonomi dan budaya serta masih lemahnya wawasan
ideologi Pancasila di kalangan penyelenggara negara.
5. Keteladanan Pancasila. Dalam konteks ini, tantangan yang dihadapi adalah masih
kurangnya keteladanan dari tokoh-tokoh pemerintahan dan masyarakat.
Upaya untuk membumikan nilai Pancasila dalam kehidupan praksis sehari-hari dapat
dilakukan melalui siasat kebudayaan, yaitu tindakan untuk membangkitkan kembali
kebiasaan berpikir serius, mengubah konsep ekonomi dari urusan pasar dan jual beli
uang ke urusan mata pencaharian warga biasa, melatih kebiasaan mau mengakui
kesalahan dan berkata benar, melatih kebiasaan berpolitik karena tanggung jawab dan
komitmen pada kehidupan publik bukan pribadi.

2. Ringkasan sejarah perjuangan bangsa Indonesia

1. Masuknya agama ke Indonesia


Masuknya agama-agama besar di Nusantara menandai dimulainya kehidupan
beragama pada masyarakat. Di Indonesia, agama Hindu adalah agama pertama yang
masuk pada abad ke 7. Setelah agama hindu kemudian masuk agama Budha sebagai
agama yang diajarkan Sidharta Gautama. Agama Islam masuk ke Indonesia dibawa
oleh pedagang Gujarat yang datang ke Samudra Pasai maupun di Selat Malaka pada
abad ke 13.
Kemudiaan perdagangan juga membawa kontak dengan bangsa Eropa yang
seperti halnya bangsa-bangsa Asia yang lain selain melakukan perdagangan juga
menyebarkan agama, yairu agama Katholik dan agama Kristen. Pada saat Indonesia
menjadi negara merdeka maka kelima agama yaitu: Hindu, Budha, Islam, Katholik,
dan Kristen menjadi agama yang diakui dan disayahkan dalam Undang-Undang Dasar
1945. Setelah reformasi agama Kong Hu Chu juga diterima dan menjadi agama
keenam yang diakui negara.
2. Kerajaan-kerajaan besar di Indonesia
Sejarah Indonesia selalu menyebutkan bahwa ada dua kerajaan besar yang
melambangkan kemegahan dan kejayaan masa lalu yaitu Sriwijaya dan Majapahit.
Sriwijaya berdasarkan beberapa bukti sejarah (Muara Takus abad ke 7) yaitu di
wilayah Palembang yang dipimpin oleh seorang raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Pada abad ke-13 dengan tentara yang kuat Sriwijaya masih menguasai wilayah
sebagian besar Sumatra, dan Semenanjung Malaka serta sebagian Barat pulau Jawa
atau Sunda. Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran pada akhir abad ke-13.
Akibat pergolakan politik yang sangat kuat serta permasalahan ekonomi. Kerajaan
Siam di Sebelah Utara berhasil merebut daerah kekuasaan sriwijaya di semenanjung
malakan serta di sebelah timur pasukan Sriwijaya terdesak oleh kerajaan Singosari
yang semakin kuat melakukan ekspedisi ke arah barat.
Majapahit merupakan kerajaan terbesar kedua yang wilayahnya meliputi hampir
seluruh Nusantara, yaitu di daerah-daerah Sumatra bagian Barat sampai ke daerah-
daerah Maluku dan Irian di bagian Timur (sekarang Papua). Kekuasan Majapahit
diluaskan ke negara-negara tetangga di Asia tenggara dalam bentuk persahabatan.
Gadjah Mada sebagai patih masa Hayam Wuruk telah menjadikan kerajaan Majapahit
sebagai kerajaan besar dan berkuasa. Meninggalnya Gadjah Mada (1364) dapat
dianggap merupakan detik-detik awal keruntuhan Majapahit dan semakin mundur
dengan wafatnya Hayam Wuruk (1389). Berita Portugis dan Italia mengatakan bahwa
pada permulaan abad ke-16 kerajaan Majapahit masih berdiri, yang disebutnya
sebagai kerajaan Hindu (Sartono, dkk. 1977: 272). Akan tetapi berdasar berita lain
menyatakan pada tahun 1518-1521 penguasaan atas Majapahit beralih ketangan
Adipati Unus dari Demak Sejak itu Majapahit beralih dari kerajaan Hindu ke kerajaan
Islam.
3. Kolonialisme di Indonesia
Awal abad ke-16 bangsa Eropa mulai masuk ke Nusantara dan terjadilah
perubahan politik kerajaan yang berkaitan dengan perebutan hegemoni. VOC (berdiri
tahun1602) sebagai perwakilan dagang Belanda di Indonesia mendirikan markas
besarnya di Batavia dan mulai menguasai wilayah-wilayah perdagangan di Nusantara.
Kekuasaan Belanda dimulai dari Indonesia bagian Timur sebagai pusat rempah-
rempah yaitu di Maluku, kemudian ke Sulawesi, Nusa Tenggara sampai Jawa.
Dengan demikian kekuasaan raja-raja di Nusantara harus menghadapi Belanda.
Kekuasaan VOC berakhir pada 31 Desember 1799, kemudian aset-asetnya diambil
alih oleh pemerintah Belanda. Karenanya sejak abad XIX Belanda menguasai
Nusantara dalam seluruh aspek kehidupan atau menjadikan koloninya. Kekuasaan itu
terus berlangsung hingga Jepang merebutnya pada tahun 1942.

Anda mungkin juga menyukai