1. Mengapa kebanaran korespodensi Pancasila belum begitu tampak di
Indonesia?
Kebenaran korespondensi adalah suatu keadaan ketika suatu hal diterapkan
sebagaimana adanya. Kebenaran korespondensi ditandai dengan adanya kesesuaian antara pernyataan dan Kenyataannya. Contoh kebenaran korespondensi untuk Pancasila, yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai (cocok) dengan kenyataan bahwa terdapat berbagai penyembahan terhadap Sang Pencipta, menjalankan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya sesuai dengan agama yang diyakininya. Dengan kata lain, kebenaran korespondensi menuntut adanya pengamalan yang nyata dari sebuah nilai. Kebenaran korespondensi tidak akan tercapai jika nilai-nilai tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang warga negara Indonesia menyatakan bahwa Pancasila sebagai pandangan hidupnya, tetapi perbuatannya tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila berarti orang tersebut melakukan kebohongan. Akhir-akhir ini justru fenomena demikian banyak terjadi di masyarakat sehingga antara kata dan perbuatan tidak seiring sejalan, tidak ada kesatuan antara pernyataan dan kenyataan. Jika ini terus terjadi maka Pancasila hanya menjadi rangkaian kata-kata yang indah yang berifat verbalis belaka yang tidak berarti. Berikut beberapa faktor yang memengaruhi kurangnya pengamalan pancasila di masyarakat 1. Kurangnya pemahaman Pancasila mengakibatkan masyarakat mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas dan daya tarik pembelajaran Pancasila. 2. Eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi sehingga mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, dan menguatnya gejala polarisasi dan frgamentasi sosial yang berbasis SARA. 3. Kesenjangan sosial, karena masih terjadi sentralisasi pembangunan ekonomi pada wilayah-wilayah tertentu. 4. Pelembagaan Pancasila, di mana lemahnya institusionalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kelembagaan politik, ekonomi dan budaya serta masih lemahnya wawasan ideologi Pancasila di kalangan penyelenggara negara. 5. Keteladanan Pancasila. Dalam konteks ini, tantangan yang dihadapi adalah masih kurangnya keteladanan dari tokoh-tokoh pemerintahan dan masyarakat. Upaya untuk membumikan nilai Pancasila dalam kehidupan praksis sehari-hari dapat dilakukan melalui siasat kebudayaan, yaitu tindakan untuk membangkitkan kembali kebiasaan berpikir serius, mengubah konsep ekonomi dari urusan pasar dan jual beli uang ke urusan mata pencaharian warga biasa, melatih kebiasaan mau mengakui kesalahan dan berkata benar, melatih kebiasaan berpolitik karena tanggung jawab dan komitmen pada kehidupan publik bukan pribadi.
2. Ringkasan sejarah perjuangan bangsa Indonesia
1. Masuknya agama ke Indonesia
Masuknya agama-agama besar di Nusantara menandai dimulainya kehidupan beragama pada masyarakat. Di Indonesia, agama Hindu adalah agama pertama yang masuk pada abad ke 7. Setelah agama hindu kemudian masuk agama Budha sebagai agama yang diajarkan Sidharta Gautama. Agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang Gujarat yang datang ke Samudra Pasai maupun di Selat Malaka pada abad ke 13. Kemudiaan perdagangan juga membawa kontak dengan bangsa Eropa yang seperti halnya bangsa-bangsa Asia yang lain selain melakukan perdagangan juga menyebarkan agama, yairu agama Katholik dan agama Kristen. Pada saat Indonesia menjadi negara merdeka maka kelima agama yaitu: Hindu, Budha, Islam, Katholik, dan Kristen menjadi agama yang diakui dan disayahkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Setelah reformasi agama Kong Hu Chu juga diterima dan menjadi agama keenam yang diakui negara. 2. Kerajaan-kerajaan besar di Indonesia Sejarah Indonesia selalu menyebutkan bahwa ada dua kerajaan besar yang melambangkan kemegahan dan kejayaan masa lalu yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Sriwijaya berdasarkan beberapa bukti sejarah (Muara Takus abad ke 7) yaitu di wilayah Palembang yang dipimpin oleh seorang raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Pada abad ke-13 dengan tentara yang kuat Sriwijaya masih menguasai wilayah sebagian besar Sumatra, dan Semenanjung Malaka serta sebagian Barat pulau Jawa atau Sunda. Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran pada akhir abad ke-13. Akibat pergolakan politik yang sangat kuat serta permasalahan ekonomi. Kerajaan Siam di Sebelah Utara berhasil merebut daerah kekuasaan sriwijaya di semenanjung malakan serta di sebelah timur pasukan Sriwijaya terdesak oleh kerajaan Singosari yang semakin kuat melakukan ekspedisi ke arah barat. Majapahit merupakan kerajaan terbesar kedua yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara, yaitu di daerah-daerah Sumatra bagian Barat sampai ke daerah- daerah Maluku dan Irian di bagian Timur (sekarang Papua). Kekuasan Majapahit diluaskan ke negara-negara tetangga di Asia tenggara dalam bentuk persahabatan. Gadjah Mada sebagai patih masa Hayam Wuruk telah menjadikan kerajaan Majapahit sebagai kerajaan besar dan berkuasa. Meninggalnya Gadjah Mada (1364) dapat dianggap merupakan detik-detik awal keruntuhan Majapahit dan semakin mundur dengan wafatnya Hayam Wuruk (1389). Berita Portugis dan Italia mengatakan bahwa pada permulaan abad ke-16 kerajaan Majapahit masih berdiri, yang disebutnya sebagai kerajaan Hindu (Sartono, dkk. 1977: 272). Akan tetapi berdasar berita lain menyatakan pada tahun 1518-1521 penguasaan atas Majapahit beralih ketangan Adipati Unus dari Demak Sejak itu Majapahit beralih dari kerajaan Hindu ke kerajaan Islam. 3. Kolonialisme di Indonesia Awal abad ke-16 bangsa Eropa mulai masuk ke Nusantara dan terjadilah perubahan politik kerajaan yang berkaitan dengan perebutan hegemoni. VOC (berdiri tahun1602) sebagai perwakilan dagang Belanda di Indonesia mendirikan markas besarnya di Batavia dan mulai menguasai wilayah-wilayah perdagangan di Nusantara. Kekuasaan Belanda dimulai dari Indonesia bagian Timur sebagai pusat rempah- rempah yaitu di Maluku, kemudian ke Sulawesi, Nusa Tenggara sampai Jawa. Dengan demikian kekuasaan raja-raja di Nusantara harus menghadapi Belanda. Kekuasaan VOC berakhir pada 31 Desember 1799, kemudian aset-asetnya diambil alih oleh pemerintah Belanda. Karenanya sejak abad XIX Belanda menguasai Nusantara dalam seluruh aspek kehidupan atau menjadikan koloninya. Kekuasaan itu terus berlangsung hingga Jepang merebutnya pada tahun 1942.