Anda di halaman 1dari 4

Orasi Ilmiah Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal

dan Transmigrasi

Oleh:

M. RIDWAN FATHONY
171520200505

ARTIKEL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Proses Pemerintahan Lokal Desa

Dosen Mata Kuliah:


Prof. Dr. Drs. Utang Suwaryo, M.A

PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN 2021


Regulasi Pemerintah sebagai turunan UU Cipta Kerja juga
menguntungkan Bumdes yaitu PP No 11 Tahun 2021 tentang Badan
Usaha Milik Desa, lebih memudahkan menjalin kerja sama bisnis
dengan pihak lain. PP No 5 Tahun 2021 mempersilahkan Bumdes
mengelola sumber daya air, dan memanfaatkan bagian jalan tol dan non
tol.

Melihat apa yang disampaikan Bapak Menteri Halim Iskandar perihal


regulasi di atas mengenai UU Cipta Kerja yang menguntungkan Bumdes
untuk mengelola sumber daya air dengan PP No 5 Tahun 2021. Bumi dan
Air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan
dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat sesuai UUD
1945 pasal 33 (3) tetapi kebalikan yang terjadi di lapngan bahwa sumber
mata air banyak di jual oleh negara kepada pihak asing, keberadaan pabrik
air minum dalam kemasan di Indonesia selama ini dimonopoli dan dikuasai
oleh perusahaan perusahaan besar. Bahkan perusahaan besar itu bukan
berasal dari indonesia melainkan dari luar negeri. Mereka diizinkan oleh
pemerintah untuk mengelola sumber daya air yang ada di indonesia dan
kemudian di produksinya dijual kembali kepada masyarakat indonesia
juga. Apa yang mereka lakukan hanya sekedar pengolahan saja. Dalam hal
ini, tentu sangat tidak adil jika dilihat oleh kita sebagai warga negara
indonesia. Kita hanya jadi penikmat saja sedangkan yang mendapatkan
untung adalah mereka perusahaan dari luar. Namun memang ada pasal
lain yang mengecualikan yakni memperbolehkan para pengusaha dari luar
untuk sebatas ijin pengolahan saja. Sedangkan penguasaan, itu tetap ada
di tangan pemerintah baik daerah atau pusat. Akan tetapi sayangnya masih
banyak perusahaan air minum yang tidak mematuhi aturan seperti amdal.
Melihat kondisi indonesia saat ini, masih banyak daerah yang kekurangan
atau bahkan terdampak kekurangan air bersih, melihat hal tersebut
dimana fungsi pemerintah sebagai pemegang hak dan memberikan
kesejahteraan kepada masyarakatnya.

Melihat kondisi seperti di atas, Bumdes mungkin saja kebagian kecil


dari sumber mata air yang tersisa. Ada beberapa perusahaan besar di
antaranya juga ada yang dari luar negeri yang ikut bermain dalam
mendirikan pabrik khusus untuk air minum dalam kemasan (AMDK)
tersebut. Bahkan karena mungkin support modalnya juga besar dan tidak
menutup kemungkinan ada praktek suap menyuap. Kita bisa saksikan
bahwa produk tersebut menguasai pasar khususnya indonesia sebagai
berikut: Aqua, Nestle Purelife, Super O2, Le Minerale, Club dan Equil. Nama
nama ini hanyalah sebagian besar saja, selama ini sudah sangat besar dan
populer di kalangan masyarakat.

Melihat banyaknya air minum kemasan yang dikuasai oleh


perusahaan besar bahkan banyak juga diantaranya yang dari asing, maka
yang kemudian menjadi pertanyaan untuk masyarakat lokal. Apakah mau
jadi penonton? Dan apakah Bumdes bisa dnegan jumlah mata air yang
tersisa?. Air minum adalah kebutuhan manusia yang sangat vital setelah
udara, sehingga sepertinya tak akan mungkin surut.

Sitem perekonomian dunia kini semakin terbuka, beberapa negara


menerapkan kebijakan ramah terhadap investor asing. Hanya beberapa saja
yang membatasi ruang gerak investor asing dalam pembangunan
perekonomiannya. Indonesia masuk daftar negara yang cukup ramah
terhadap investor asing beberapa kebijakan pemerintah justru sengaja
dilahirkan untuk menarik perhatian investor asing agara mereka mau
masuk dan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional. Lihat
saja kebijakan keringanan pajak yang disipkan sebagai karpet merah bagi
investor asing yang bersedia menanamkan modalnya di tanah air. Jadi
jangan heran jika investor asing berbondong bondong datang ke indonesia
dan meminta pembebasan pajak.

Melihat penomena hal tersebut di atas, apakah masih ada


kesempatan untuk masyarakat indonesia untuk mengembangkan dan
menggali potensi kekayaan alam yang ada. Kondisi ini pastinya akan
mengundang perhatian masyarakat. Tidak hanya pelaku ekonomi nasiona,
tapi juga politisi, akademisi hingga pejabat.
PP No 9 Tahun 2021 mengizinkan Bumdes memiliki bangunan dalam
lahan sendiri PP No 23 Tahun 2021 membuka peluang Bumdes
menggunakan kawasan hutan, memiliki usaha pengolahan hasil hutan,
dan usaha pengolahan kayu bulat skala kecil.

Kekayaan hutan indonesia salah satu terbesar di dunia selain Brazil


dan Zaire berdasarkan data Kementrian Kehutanan RI, pada 2011 hutan
Indonesia sekitar 99,6 Hektar. Tetapi luas hutan terus menurun. Laju
kerusakan hutan indonesia sekitar 610.375,92 hektar pertahun dan
tercatat sebagai tiga besar di dunia. Indonesia menjadi pengekspor hasil
hutan ke sejumlah negara seperti Malaysia dan Jepang, karena luas hutan
di tiap negara berkembang dan tidak semua negara punya sumber daya
hasil hutan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan. Hasil hutan meliputi
kayu dan kekayaan sumber daya hayati yang hidup di dalamnya. Hutan
menjadi sumber pangan dan obat obatan. Keanekaragaman hayati hutan di
Indonesia sangat tinggi dibandingkan negara negara lain. Menteri Halim
Iskandar adanya memungkinkan Bumdes untuk mengelola hasil hutan dan
usaha pengolahan kayu bulat skala kecil karna skala besarnya sudah dijual
negara kepihak asing dan perusahaan kelapa sawit.

Anda mungkin juga menyukai