Dosen:
Disusun oleh :
Ibrahim
(171520200502)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
Makalah ini Penulis buat dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah
itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat harapkan
Ibrahim
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.3 Teori Growth Pole untuk Peningkatan Ekonomi Regional Indramayu ……. 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
ketersediaan modal yang terbatas dan hal ini menjadi salah satu hambatan utama bagi
berkembang memiliki tingkat pendapatan dan tabungan yang rendah. Tabungan yang
rendah tersebut tentu akan berdampak terhadap rendahnya dana yang disediakan untuk
investasi sehingga menghasilkan tingkat akumulasi kapital yang rendah, hal ini
Fenomena tersebut menurut Irawan dan Suparmoko (1999) disebut lingkaran yang tak
nomor 32 tahun 2004 diagnti lagi dengan undang-undang nomor 23 tahun 2014, hal
inilah yang patut mendapat pengahrgaan yang besar karena hasil reformasi telah
1
Otonomi daerah yang sudah berjalan sejak tahun 2001 telah mengalami
berbagai upaya perbaikan yang ditunjukkan dengan berbagai perubahan dasar hukum
daerah terus berjalan dinamis seiring dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat.
diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Daerah diberikan hak
2
untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa: kepastian tersedianya
kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk
mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan
dana perimbangan lainnya; hak untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan
sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber- sumber pembiayaan. Dengan
heran jika kualitas SDM di Indonesia masih belum merata, mengingat pembangunan
sejumlah infrastruktur di beberapa daerah juga masih belum merata. Banyak daerah di
jaringan listrik, maupun jaringan internet bisa dijangkau oleh seluruh masyarakat di
Indonesia. Masyarakat Indonesia berhak mendapat akses yang sama di mana pun
mereka berada. Dukungan pemerintah untuk menciptakan spread effect dari konsep
growth pole dapat dicapai melalui pemberian insentif oleh pemerintah bagi wilayah-
wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan. Memasukkan peran daerah sebagai pusat
pertumbuhan dalam formula dana transfer, terutama karena menanggung daerah lain,
bisa dijadikan insentif daerah. Selain itu, menjadi keharusan bagi pemerintah untuk
3
menyediakan infrastruktur dasar yang memadai dengan dasar Standar Pelayanan
tidak terjadi di sembarang tempat, melainkan di lokasi tertentu. Karena itu, untuk
mencapai tingkat pendapatan tinggi, maka harus dibangun beberapa tempat pusat
pole merupakan teori yang menjadi dasar dalam strategi dan kebijaksanaan
maupun negara maju. Pada awalnya konsep ini dianggap penting karena memberikan
dan hinterland-nya. Akan tetapi, faktanya tidak seperti yang diharapkan karena
dampak backwash effect lebih besar daripada spread effect sehingga pengurasan
sumber daya hinterland oleh pusat menjadi sangat menonjol dan mendorong
Dari permasalahan tersebut, perlu dikaji dan dicari suatu teori yang bisa
4
ekonomi tersebut. Suatu teori yang bisa dianalisis untuk mengatasi persoalan tersebut
adalah teori growth poles atau kutubkutub pertumbuhan. Teori merupakan konsep yang
yang masih tertinggal. Maka, dari sifat teori tersebut berupa penyebaran pusat
pertumbuhan, konektivitas dan keadilan, maka perlu dikaji lebih dalam bagaimana
1.2.4 Bagaimana Teori Growth Pole untuk Peningkatan Ekonomi Regional Indramayu
1.3.4 Mengetahui Teori Growth Pole untuk Peningkatan Ekonomi Regional Indramayu
5
BAB II
PEMBAHASAN
ekonomi daerah adalah strategi pemerintah nasional dalam menjalankan campur tangan
sebagai bagian dari daerah nasional supaya terjadi perkembangan kearah yang
menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik
Sedangkan istilah otonomi daerah berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti
sendiri dan namos yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
6
kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta
tumbuh, hidup dan berkembang di daerah. Sedangkan yang dimaksud dengan otonomi
konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan
kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi
berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, serta
pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam
Salah satu pilar utama yang harus ditegakkan dalam rangka mengembangkan
otonomi daerah yang benar-benar lebih nyata dan bertanggung jawab adalah aspek
7
Perpu No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah (Revisi UU No.32 Tahun 2004)
Konsep Growth Pole Sejak awal, para ekonom menaruh kepercayaan bahwa
ruang (space) memiliki dampak yang penting bagi kegiatan ekonomi. Pendiri teori
8
kegiatan lokalisasi dan berkonsep pada wilayah adalah Johan Henrich von Thünen
yang, melalui karyanya, diterbitkan pada tahun 1826, mempelajari lokasi berdasarkan
biaya produksi tanaman dan jarak ke pasar (Dobrescu& Dobre,2014:263). Pada saat
itu, kajian tentang ruang dan regional menjadi penting dalam teori ekonomi. Teori yang
lebih jauh mengembangkan konsep ruang, jarak dan biaya adalah teori tentang growth
poles atau kutub-kutub perkembangan. Teori inilah yang pertama yang meninggalkan
gagasan atas ruang (region/space) yang seragam-abstrak untuk memahami ruang yang
beraneka ragam. Teori 'kutub pertumbuhan' pertama kali dirumuskan pada tahun 1955
oleh ekonom Perancis François Perroux (Capello,2015:179). Teori ini mampu melihat
bagaimana suatu wilayah bisa berkembang dengan adanya interaksi industri utama dan
kesenjangan kemakmuran. Oleh karena itu, regional growth (and development) theory
focuses on spatial aspects of economic growth and the territorial distribution of income.
mampu tumbuh pesat dan menghasilkan pertumbuhan melalui efek berganda dan
ekonomi pada suatu kutub adalah adanya suatu industri yang merangsang industri lain,
sehingga terjadi koneksi ekonomi yang dinamis yang bisa memicu berbagai aktivitas
dengan hubungan social- ekonomi yang kuat dengan daerah sekitarnya, yang bertindak
9
sebagai pusat pertumbuhan, memiliki kemampuan untuk menyebar pembangunan di
seluruh wilayah" (Mustățea,2013:52). Peran kunci dari kutub ini adalah melakukan
penyebaran.
seperti yang sering diyakini secara dangkal dan keliru. Ekonomi regional adalah
cabang ekonomi yang menggabungkan dimensi 'ruang' ke dalam analisis kerja pasar
(Capello,2015:1). Oleh karena itu, kajian ekonomi regional bukan melihat aktivitas
ekonomi dalam skala regional. Kajian ini lebih pada melihat wilayah (space) sebagai
faktor atau variabel yang mempengaruhi variabel-variabel lain dalam ilmu ekonomi.
Selain itu, tujuan pragmatis dari kajian ekonomi regional adalah mencari solusi atas
ketimpangan ekonomi berbagai wilayah tang masih tertinggal. Salah satu teori yang
teori growth pole atau teori kutub pertumbuhan. Teori kutub pertumbuhan, lebih
lokal, dan studi tentang difusi inovasi dalam upaya suatu wilayah/regional untuk
10
tentang kutub pertumbuhan bisa diringkas dalam pernyataannya yang terkenal - yang
muncul di manamana pada saat yang sama: ia menjadi nyata di titik atau kutub
pembangunan, dengan intensitas variabel; itu menyebar melalui saluran yang berbeda,
ekonomi regional. Suatu wilayah atau regional tidak lagi dipandang sebagai penyangga
pertumbuhan ekonomi.
Maka, usaha atau perusahaan dominan tersebut bisa memberikan efek berantai
degan cara memangkas biaya perjalanan, menjalankan usaha yang berpengaruh besar,
Dengan peran perusahaan atau usaha dominan ini, akan memberikan pemicu
ekonomi.
membentuk sistem polisentris yang dapat menangkal ruang negatif konsentrasi dan
perkembangan ekonomi yang berlebihan, maka multipolaritas adalah ciri khas yang
baru tatanan dunia. (Dobrescu& Dobre,2014: 266). Dari hal tersebut bisa disimpulkan
11
suatu wilayah yang bisa memberikan pola penyebaran pertumbuhan yang menyebar
dan tidak terpusat pada satu wilayah saja. Oleh karena itu, teori growth poles akan
Indramayu
pembangunan jalan tol cikampek-palimanan. Masih belum ada sikap tegas dari
saing dengan wilayah lain. Melihat potensi Kabupaten Indramayu sebagai pusat
perekonomian sangat besar baik dari sektor pertanian, kelautan dan perkebunan ,
industri dan sektor wisata Peran pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan
ekonomi masih belum serius dan belum terencana dengan baik melihat potensi daerah
Kota Cirebon sebagai pusat, maka apa yang terjadi adalah pemusatan kemakmuran dan
12
adanya suatu industri utama dan dominan di Tangerang Selatan yang mampu menjadi
pendorong gerak laju perekonomian. Dengan seperti itu, maka akan terjadi kutub-kutub
baru di wilayah yang dianggap wilayah pinggir tersebut. Dari hal tersebut, maka perlu
dilihat apa saja sektor unggulan di Kabupaten Indramayu yang bisa menjadi perusahaan
dominan penggerak perekonomian. Pada sektor jasa, jika memang betul dominan dan
berintegrasi, maka di Kabupaten Indramayu akan muncul bukan hanya usaha jasa,
namun usaha terkait yang mendukung seperti pertaian dan peternakan untuk
mendukung makanan. Selain itu, perusahaan konstruksi juga tidak hanya bisa
menyerap tenaga kerja, namun memberikan sumber penghidupan bagi usaha-usaha lain
baik akomodasi, pendidikan, transportasi dan layananlayanan jasa baik murni maupun
wilayah (Mustățea, 2013:51). Oleh karena itu, berbagai dampak buruk pemusatan
13
BAB III
3.1 Kesimpulan
pembangunan yang dilakukannya. Lebih jauh lagi berarti perencanaan yang tepat
sesuai dengan kondisi di suatu wilayah menjadi syarat mutlak dilakukannya usaha
Teori Growth Poles dari Francois Perroux adalah strategi dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah. Teori ini memberikan penekanan pada
pemerataan wilayah, dimana melihat pertumbuhan bukan hanya di satu titik atau pusat
saja. Teori ini menyarankan terbentuknya kutub-kutup pertumbuhan yang berada pada
wilayah atau ruang yang di luar pusat. Teori ini menekankan peran perusahaan
dominan yang memiliki dampak luas dan konektivitas jaringan untuk bisa
ekonomi lain yang mendukungnya Teori ini cocok dugunakan untuk mengembangkan
14
perekonomian di Indramayu. Dalam implementasi teori ini perlu diperhatikan juga
daerah dan pusat. Selain itu, penyempurnaan teori ini dengan kritik dari ekonomi
kerakyatan dibutuhkan agar bisa memunculkan konsep yang lebih baik dan cocok
untuk Indonesia.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dobrescu, E. M., & Dobre, E. M. 2014. Theories regarding the role of the growth poles
Higgins, B., & Savoie, D. J. (Eds.). 2017. Regional economic development: essays in
Pemerintahan Daerah
16
Wijaya.Haw.2005. Penyelenggaran otonomi di Indonesia. PT Raja Grafindo
Persada.Jakarta
https://feb.ub.ac.id/id/growth-pole-dalam-pembangunan-ekonomi-indonesia.html
17