Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

BUDI PEKERTI

ALAM TAKAMBANG JADI GURU

OLEH

KELOMPOK 6

NAMA : KHOIRUN NIKMAH ( 18129272 )

RAHMI HANIFAH ( 18129030 )

NUR AZIZAH (18129198 )

SEKSI : 18 AT 14

DOSEN PENGAMPU :

ASDI WIRMAN, M.Pd

UNIVERSITAS NEGRI PADANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2019
A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang besar. Negara yang memiliki semua


modal dasar untuk berkembang dan maju. Modal tersebut diantaranya
memiliki wilayah yang sangat luas, kaya sumber daya alam (SDA), dan jumlah
penduduk yang besar. Dengan ketiga modal tersebut seharusnya Indonesia
sudah menjadi negara maju yang sejajar dengan negara di Amerika dan Eropa.
Namun, kenyataan sebaliknya Indonesia tetap negara miskin yang penuh
dengan problematika yang sulit diatasi.

Suatu bangsa yang maju adalah bangsa yang masyarakatnya memiliki etos
kerja tinggi, mandiri, jujur, bertanggung jawab, hemat dan bermoral baik.
Sedangkan tanda-tanda bangsa yang menuju jurang kehancuran antara lain
adalah meningkatnya kekerasan remaja, pengaruh peer group yang kuat dalam
tindak kekerasan, meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan
narkoba, alkohol, seks bebas, semakin kaburnya pedoman moral, menurunnya
etos kerja, semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua, rendahnya
tanggung jawab mansyarakat, rendahnya nilai kejujuran, adanya rasa saling
curiga dan kebencian antar sesama, pengunaan kata-kata yang buruk atau kasar
(Megawangi, 2004:80). Dari tanda-tanda tersebut Indonesia sudah
memilikinya. Salah satu tanda yang penting adalah semakin buruknya
pengunaan bahasa masyarakatnya. Hal tersebut terlihat dari membudayanya
bahasa “prokem” dikalangan remaja dan bahasa-bahasa kasar yang dapat terjadi
pergeseran sosial (Megawangi, 2004:8).

Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Komunikasi akan lancar bila


penggunaan bahasa penuturnya baik, tetapi akan terjadi perselisihan apabila
bahasa yang digunakan tidak baik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahasa
seseorang menunjukkan bangsa. Bahasa akan menunjukkan karakter, watak,
pribadi seseorang. Bila bahasa seseorang telah berubah menuju ke arah negatif
seperti sarkasme, menghujat memaki, menfitnah, mengejek, melecehkan maka
dapat dikatakan karakter seseorang tersebut buruk. Seperti yang diungkapkan
Yuwono (dalam Cahyani, dalam Karim, 2010:635) bahwa perubahan bahasa
terjadi karena ketidaktertiban pengunaan bahasa yang mengakibatkan
terjadinya krisis jati diri bangsa. Krisis jati diri bangsa Indonesia yang terjadi
sekarang karena perubahan karkateristik pengunaan bahasa masyarakatnya. Hal
tersebut dapat diatasi dengan mengembalikan pemahaman masyarakat dalam
filsafah alam takambang jadi guru. Alam takambang jadi guru membentuk
karakter masyarakat untuk menghargai bahasa dan mengunakan bahasa untuk
berkomunikasi yang dilakukan dengan memperhatikan konteks dan dan
kategori sosial penutur.

Permasalahan yang terjadi dalam kaitan kehidupan masyarakat yang


majemuk adalah terjadinya krisis jati diri bangsa. Krisis tersebut terjadi karena
pengunaan bahasa yang tidak tertib sehingga dapat merusak karakter bangsa.
Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan yang dapat membentuk karakter
bangsa melalui bahasa dengan filosofi alam takambang jadi guru.

B. PEMBAHASAN

Alam takambang jadi guru merupakan filosofi masyarakat Minangkabau.


Alam takambang jadi guru mengajarkan untuk berguru pada alam. Seperti
dalam pepatah “Panakiak pisau sirauik, ambiak galah batang lintabuang,
silodang ambiak kanyiru. Nan satitik jadikan lauik, nan sakapa jadikan
gunuang, alam takambang jadi guru”. Nenek moyang Minangkabau
menjadikan sunatullah yang ada di alam sebagai dasar adat Minangkabau
(Amir, 2009).

Masyarakat Minangkabau mempunyai norma dalam berkomunikasi yang


disesuaikan dengan status sosial penutur dan petutur, tatapi tidak
mengindikasikan strata bahasa seperti bahasa Jawa dan Sunda, melainkan
hanya sebagai etika berbahasa. Norma dalam berkomunikasi yang digunakan
masyarakat Minangkabau ada empat yaitu kato mandaki (kata mendaki), kato
manurun (kata menurun), kato malereng (kata miring), kato mandata(kata
mendatar). Kata mendaki adalah bahasa yang digunakan oleh penutur yang
status sosialnya lebih rendah dari petuturnya, seperti bahasa anak kepada orang
tuanya. Kata menurun adalah kata yang dipakai oleh penutur yang status
sosialnya lebih tinggi dari petuturnya, seperti bahasa yang dipakai guru kepada
muridnya. Kata miring adalah bahasa yang digunakan penutur yang sama
statusnya sosialnya dengan petuturnya yang sama-sama saling menghargai,
seperti bahasa yang dipakai antara sesama menantu dalam sebuah keluarga
besar. Kata mendatar adalah bahasa yang digunakan penutur yang status
sosialnya sama dan akrab dengan petuturnya, seperti bahasa yang dipakai antara
teman dekat yang akrab (Rosa, 2010).

Semua yang ada di alam mempunyai unsur pendidikan baik itu pada
manusia, hewan, tumbuhan, air, angin, tanah, dll. Salah satu nilai pendidikan
yang terkadung di alam adalah pendidikan berbahasa. Manusia sebagai bagian
dari alam juga dapat belajar dengan sesama manusia. Manusia dapat menjalin
komunikasi dengan baik sehingga tercipta kehidupan tentram dan damai. Alat
komunikasi tersebut adalah bahasa maka manusia diharuskan untuk
menggunakan bahasa yang baik. Bahasa yang baik adalah bahasa yang
mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat mencerminkan karakter bangsa.
Manusia sebagai subjek di alam ini dapat belajar pada bagian alam lainnya,
khususnya dalam bebahasa.

Unsur alam lainnya selain manusia adalah hewan. Hewan adalah makhluk
tuhan yang tidak memiliki akal, tetapi dapat memberikan pembelajaran pada
manusia khususnya dalam berbahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi tidak
hanya dilakukan secara verbal, tetapi juga secara nonverbal. Hewan
menggunakan bahasa nonverbal dalam berkomunikasi. Hewan-hewan tersebut
di antaranya adalah burung, lebah, ikan lumba-lumba, simpanse, kepiting,
singa, kucing, anjing, dll. Sistem komunikasi hewan-hewan tersebut
berbeda-beda.

Tumbuhan juga tidak berbahasa secara verbal tetapi melalui nonverbal. Hal
tersebut terlihat dari gerakannya. Gerakan tumbuhan menunjukkan keadaan
alam sekitarnya. Selain itu, tumbuhan menyampaikan pesan secara tersirat pada
manusia. Pesan-pesan tersebut seperti menjaga tumbuhan tersebut untuk tetap
tumbuh dan berkembang agar nantinya apa yang dimiliki tumbuhan tersebut
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Seperti, oksigen, buah, bagian-bagian dari
tumbuhan tersebut.
Angin mengajarkan manusia untuk peka pada alam. Gerakan angin juga
mengandung pesan yang ingin disampaikan. Khusus bagi nelayan gerakan
angin sangat penting sebagai tanda untuk mulai bekerja.

Minangkabau bukan hanya sebagai tempat hidup dan mati, bukan hanya
tempat hidup danberkembang, tetapi minangkabau juga memiliki makna filoso
fis. Seperti yang ada dalam ungkapan pepatah minangkabau “alam takambang
jadi guru”.Alam memiliki makna yang mendalam dengansegala bentuk, sifat, s
erta segala yang terjadi di dalamnya, merupakan sesuatu yang dapat dijadikan
sebagai pedoman, ajaran, dan guru.

Alam sebagai ajaran dan pandangan hidup kata-kata yang menjadi pedom
an hidup bagi manusia dalam berbaut, bertindak, dan berprilaku.Dalam minan
gkabau pun begitu, mereka membuat segala bentuk pepatah-petitih dan mama
ngan berdasarkan kehidupan yang ada di alam semesta ini. Hal tersebut lalu di
jadikan sebagai aturan, hukum, dan ketentuan adat. Mereka menerapkan semu
a itu dalam kehidupansehari-hari.Hal itulah yang dinamakan ajaran minangkab
au.

Dalam kata pusaka minangkabau telah diungkapkan, bahwa.


Panakiak pisau sirauik,
Ambiak galah batan lintabuang,
Silodang ambiak ka nyiru
Satitiak jadikan lawik
Sakapa jadikan gunuang
Alam takambang jadi guru

Pada dasarnya, alam memiliki dua sifat yang paling mendasar. Pertama,
bersifat tetap, artinya alam tidak pernah berubah sejak dulu sampai kini. Semu
a hal yang tidak berubah itu dijadikanmasyarakat minangkabau sebagai dasar a
tau landasan hukum dan rumusan adat. Landasan itudisebut “adat babuhua mat
i”. Kedua, bersifat tidak tetap artinya alam dapat berubah-berubah sesuai deng
an kodratnya. Semua itu disebabkan oleh keadaan, situasi dan cuaca. Sifat ini
juga dijadikan oleh orang minangkabau sebagai rumusan membuat adat, yang
disebut dengan “adatbabuhua sintak”.Kedua hal ini dijadikan sebagai falsafah
“alam takambang jadi guru”.

Alam merupakan tempat hidup dan sumber kehidupan manusia. Maka dari
itu manusia haruslahmemanfaatkan alam dengan seoptimal mungkin. Semua
yang terdapat di Alam ini, memilikikegunaannya masing-masing serta memili
ki makna penciptaannya.

Dalam kata pusaka telah dijelaskan, yaitu


Nan lunak ditanam baniah
Nan kareh dibuek ladang
Nan bancah palapeh itiak
Ganangan ka tabek ikan
Bukik batu ka tambang ameh
Padang laweh bakeh taranak

Ka rimbo babungo kayu


Ka sungai babungo pasia
Ka lawik babungo karang
Ka sawah babungo padi
Ka tambang babungo ameh

Ternyata orang minangkabau terdahulutidak hanya mengenal dunia agraris s


aja, tetapi juga telah mengenal pertambangan. Alam merekajadikan sebagai l
andasan untuk merumuskan dan menyusun ajaran adat. Kemudian mereka m
enjadikan alam sebagai sumber hidup dan kehidupan mereka. Apapun yang d
iberikan alam, merekajadikan sebagai sumber kesejahteraan SDA. Memanfa
at pemberian alam untukmemenuhi semua kebutuhan mereka. Demikianlah
arti alam bagi orang minangkabau.

C. PENUTUP

Pembentukan karakter berbahasa melalui filosofi alam takambang jadi


guru dapat diwujudkan pada pengenalan tentang alam sejak dini pada anak.
Alam memiliki semua yang dibutuhkan manusia. Alam akan mengajarkan
manusia tentang nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai tersebut dapat dipelajari
manusia secara langsung tanpa harus ada pendidikan formal. Pengenalan
tentang alam pada anak dapat melalui keluarga dan masyarakat. Bila sejak dini
anak sudah dikenalkan pada keistimewaan alam maka akan mudah
membentuk karakter anak untuk lebih menjaga alam dan melestarikan alam.

Semua yang ada di alam mempunyai unsur pendidikan baik itu pada
manusia, hewan, tumbuhan, air, angin, tanah, dll. Salah satu nilai pendidikan
yang terkadung di alam adalah pendidikan berbahasa. Manusia mengunakan
bahasa verbal dan nonverbal dalam berkomunikasi, tetapi selain manusia
unsur yang terkandung dari alam menggunakan bahasa nonverbal untuk
berkomunikasi. Walaupun unsur alam seperti hewan, tumbuhan, air, tanah, dll
tersebut menggunakan bahasa nonverbal dan terbatas, manusia juga dapat
belajar dari unsur-unsur tersebut. Hewan mengunakan bahasa nonverbalnya
dengan bernyanyi, bergerak, dan perpedoman pada bau. Tumbuhan juga
menggunakan bahasa nonverbalnya dengan gerakannya. Bahasa yang
digunakan di alam pada dasarnya digunakan untuk menyampaikan pesan
untuk tetap menjaga alam agar kehidupan dapat berjalan dengan baik, lancar,
dan aman.

Alam mengajarkan manusia untuk menggunakan bahasa dalam


berkomunikasi dengan memperhatikan unsur-unsur dalam berkomunikasi.
Unsur-unsur tersebut diantaranya komunikan, komunikator, konteks, dan
topik komunikasi. Manusia tidak dapat hidup sendiri karena manusia adalah
mahkluk sosial yang masih membutuhkan manusia lain dan unsur-unsur alam
lainya. Pembelajaran alam yang dibekali sejak dini pada anak akan membuat
anak paham akan pentingnya belajar pada alam dan memahami pesan-pesan
yang disampaikan alam. Seperti halnya masyarakat Minangkabau yang
mempunyai norma dalam berkomunikasi yang menggunakan empat cara,
yaitu kato mandaki (kata mendaki), kato manurun (kata menurun), kato
malereng (kata miring), kato mandata(kata mendatar). Kata mendaki adalah
bahasa yang digunakan oleh penutur yang status sosialnya lebih rendah dari
petuturnya, seperti bahasa anak kepada orang tuanya. Kata menurun adalah
kata yang dipakai oleh penutur yang status sosialnya lebih tinggi dari
petuturnya, seperti bahasa yang dipakai guru kepada muridnya. Kata miring
adalah bahasa yang digunakan penutur yang sama statusnya sosialnya dengan
petuturnya yang sama-sama saling menghargai, seperti bahasa yang dipakai
antara sesama menantu dalam sebuah keluarga besar. Kata mendatar adalah
bahasa yang digunakan penutur yang status sosialnya sama dan akrab dengan
petuturnya, seperti bahasa yang dipakai antara teman dekat yang akrab.

Apabila manusia sudah dididik untuk mengenal dan menjaga alam sejak
dini, maka sejak itulah pembentukan karakter anak dimulai. Karakter untuk
belajar pada alam dan memahami bahasa alam baik tersirat maupun tersurat.
Jika karakter tersebut telah terbentuk tidak mustahil alam akan bersahabat
dengan manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Budimansyah, Dasim. 2010. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk


Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Husein, Amir. 2009. Mencari Nilai Falsafah Dalam Adat. Dalam


www.palantaminang.wordpress.com. Diunduh pada 06 Oktober 2019.

Karim, Suryadi, dkk.(editor). Potret Profesionalisme Guru dalam Membangun


Karakter Bangsa : Pengalaman Indonesia dan Malaysia. Bandung: UPI Press.

Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter. Jakarta: Indonesia Heritage


Foundation.

Pemerintah Republik Indonesia. Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Tahun


2010-2025. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Rosa, Silvia. 2010. Komunikasi Menurut Budaya Minangkabau. Dalam


http://repository.unand.ac.id. Diunduh pada 06 Oktober 2019.

Wahyudiibnuyusuf. 2010. Pendidikan Karakter untuk Membangun Keberadaban


Bangsa, Mungkinkah? Dalam www.wahyudiibnuyusuf.blogspot.com. Diunduh
pada 06 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai