Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH STRUKTUR BATIN DALAM PUISI

MATA KULIAH KAJIAN PUISI

Dosen Pengampu: Endang Sulistijani S.S., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Muhammad Rafli Ramadhan 202221500331

Anisa Putri 202221500332

Septi Aulia Sari 202221500364

Khoiru Nisa 202221500366

Raihan Fauzil Ihsan 202221500446

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2024
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Struktur Batin dalam Puisi” untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Puisi.
Makalah ini dapat digunakan sebagai wadah untuk menambah pengetahuan dan sebagai
referensi tambahan dalam belajar materi Struktur Batin dalam Puisi.

Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Ibu Endang Sulistijani S.S.,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Kajian Puisi atas bimbingan, dorongan, dan ilmu yang telah
diberikan kepada kami. Dan ucapan terima kasih untuk anggota kelompok 6 yang telah
membantu dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan makalah ini.

Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak
mustahil dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu
kami mohon saran dan kritik dari dosen dan teman-teman demi tercapainya makalah yang
sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah
pengetahuan dan wawasan.

Jakarta, 22 Maret 2024

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................1

C. Tujuan Masalah................................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................3

A. Pengertian Struktur Batin Puisi....................................................................................... 3

B. Unsur Batin Dalam Puisi................................................................................................. 7

1. Tema atau Makna (Sense).......................................................................................... 3

2. Rasa atau Perasaan (Feeling)......................................................................................3

3. Nada dan Suasana (Tone)........................................................................................... 5

4. Amanat....................................................................................................................... 5

C. Analisis Struktur Batin Puisi........................................................................................... 8

BAB III
PENUTUP............................................................................................................................... 10

A. Simpulan........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia
dengan keindahan bahasa. Sastra dan bahasa merupakan dua bidang yang tidak dapat
dipisahkan. Keistimewaan pemakaian bahasa dalam karya sastra sangat menonjol karena
salah satu keindahan suatu karya sastra dapat dilihat dari bahasanya. Tanpa keindahan bahasa,
karya sastra menjadi hambar. Keistimewaan bahasa dalam karya sastra terjadi karena adanya
kebebasan penyair atau pengarang dalam menggunakan bahasa atau pengarang mempunyai
maksud tertentu. Pembagian karya sastra yang telah dikenal ada 3 yaitu prosa, puisi, dan
drama. Semua jenis sastra itu menggunakan kata-kata yang indah supaya menarik. Persamaan
pokok ketiganya adalah menggunakan bahasa sebagai sarana penyampaiannya.

Terciptanya sebuah puisi terkait dengan latar belakang, pengalaman, atau perasaan
dari sang penyair. Penyampaian tersebut bisa sebuah ide, pemikiran, atau kritikan. Puisi
menjadi sarana mengeksplorasi diri dalam berkarya sastra. Puisi sebagai karya sastra dapat
dikaji dari bermacam-macam aspek, misalnya struktur dan unsurnya, mengingat puisi
merupakan struktur yang tersusun dari bermacam unsur dan sarana-sarana kepuitisan
(Pradopo, 1990). Richard (dalam Tarigan, 2005, hal 9) seorang kritikus sastra terkenal telah
menunjukkan kepada kita bahwa suatu puisi mengandung suatu makna keseluruhan yang
merupakan perpaduan dari tema penyair (inti pokok puisi itu), perasaannya (yaitu sikap
penyair terhadap bahan atau objeknya) nadanya (sikap penyair terhadap pembaca dna
penikmatnya), dan amanat (maksud dan tujuan penyair).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan struktur batin dalam puisi?

2. Apa saja struktur batin pada puisi?

3. Bagaimana contoh penggunaan struktur batin pada puisi?


C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui struktur batin dalam puisi

2. Untuk mengetahui apa saja struktur batin puisi

3. Untuk mengetahui cara mengkaji puisi menggunakan struktur batinnya


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Batin Puisi

Puisi adalah karya sastra yang bahasanya terikat oleh rima dan merupakan gagasan
serta perasaan seseorang mengenai suatu hal yang dituangkan kedalam kata-kata yang indah.
Puisi terdiri dari dua unsur pokok yaitu struktur batin dan struktur fisik Waluyo (Wuryani,
2013). Kedua bagian tersebut terdiri dari unsur-unsur yang saling terikat dan membentuk
makna yang utuh. Struktur batin adalah sebuah unsur yang membangun puisi yang tidak
nampak langsung dalam penulisan kata-katanya.

B. Unsur Batin dalam Puisi


Struktur batin puisi mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair
dengan perasaan dan suasana jiwanya (Herman J.Waluyo, 1987). Ada empat unsur batin
dalam puisi sebagai berikut.

1. Tema atau Makna (Sense)

Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya. Tema
berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya. Tema itulah yang menjadi
kerangka pengembangan sebuah puisi. (Kosasih, 2012 : 105) mengatakan bahwa tema
merupakan sesuatu yang mendasari sebuah tulisan yang kemudian disebut dengan ide pokok.
Tema dalam puisi menjadikan sesuatu dasar bagi penyair untuk menyampaikan maksud dari
puisi yang diciptakannya. Sedangkan menurut Jabrohim dkk (2009 : 65) tema adalah sesuatu
yang menjadi pikiran pengarang. Sesuatu yang menjadi pikiran tersebut dasar bagi puisi yang
dicipta oleh penyair. Sesuatu yang dipikirkan itu dapat bermacam-macam, meliputi berbagai
permasalahan hidup. Permasalahan itu oleh penyair disusun dengan baik dan ditambah
dengan ide, gagasan, cita-cita, atau pendirian penyair.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tema merupakan pokok persoalan
yang menjadi dasar atau sesuatu yang menjadi dasar pemikiran pembuatan puisi. Cara
menentukan tema dalam puisi dilakukan dengan cara mencari atau merumuskan keseluruhan
larik pada puisi. Setelah itu carilah bukti-bukti yang mendukung atas tema yang sudah
ditentukan berupa baris-baris tertentu yang selaras dengan tema. Bukti tersebut diharapkan
dapat meyakinkan pembaca bahwa tema puisi yang kita tentukan tersebut benar adanya.

Berikut adalah tema-tema yang ada dalam puisi:

1.1 Tema religius

Tema religius adalah tema puisi yang sesuai dengan nilai religius atau ketuhanan.
Tema puisi ini biasanya membuat manusia lebih taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Puisi-puisi dengan tema religius biasanya menunjukkan pengalaman religi penyairnya.
Pengalaman religi didasarkan atas tingkat kedalaman pengalaman ketuhanan seseorang.
Pengalaman religi penyair didasarkan atas pengalaman hidup secara konkret.

Contoh puisi: Sajadah Panjang (Karya Taufik Ismail)

Ada sajadah panjang terbentang

Dari kaki buaian

Sampai ke tepi kuburan hamba

Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang

Hamba tunduk dan sujud

Di atas sajadah yang panjang ini

Diselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki, mencari ilmu

Mengukur jalanan seharian

Begitu terdengar suara azan

Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang


Hamba tunduk dan rukuk

Hamba sujud dan tak lepas kening hamba

Mengingat Dikau

Sepenuhnya.

Puisi sajadah panjang karya Taufik Ismail merupakan puisi yang memiliki tema agar
pembacanya ingat kepada tuhan. Penggunaan kata "sajadah" dalam puisi ini juga merujuk
pada kegiatan utama yang ada pada puisi tersebut, yakni ibadah shalat. Sebagaimana
diketahui bahwa shalat merupakan bentuk ibadah wajib yang dilakukan umat muslim agar
selalu mengingatkan dan mendekatkan kita dengan tuhan, sebelum akhirnya benar-benar
sampai ke liang lahat dan bertemu langsung dengan sang pencipta.

1.2 Tema Kemanusiaan

Tema puisi ini mengangkat tema untuk menghormati martabat manusia agar
meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama.

Contoh puisi: Gadis Peminta-minta (Karya Toto Sudarto Bachtiar)

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil

Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka

Tengadah padaku, pada bulan merah jambu

Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil

Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok

Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan

Gembira dari kemanjaan riang


Duniamu yang lebih tinggi

Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hapal

Jiwa begitu murni

Untuk bisa membagi dukamu

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil

Bulan di atas itu tak ada yang punya

Dan kotaku, ah kotaku

Hidupnya tak lagi punya tanda.

Dalam puisi Gadis Peminta-minta Karya Toto Sudarto Bachtiar memiliki tema
kemanusian karena kebanyakan pembaca menganggap bahwa pengemis kecil yang
minta-minta dipinggir jalan sebagai sampah masyarakat, sebagai manusia yang tidak
berharga. Maka puisi yang dibuat penyair mengambil tema ini karena penyarir memiliki
maksud untuk menghargai sesama manusia karena martabat gadis peminta-minta itu sama
derajatnya dengan martabat semua orang.

1.3 Tema Patriotisme

Tema puisi ini mengajak pembaca untuk mengenang jasa para pahlawan. Tema
patriotisme juga mengajak pembaca untuk meneladani sikap patriotisme dari para pejuang.
Lalu puisi tema patriotisme dapat meningkatkan perasaan cinta terhadap bangsa dan tanah air
yang dibentuk oleh penyair untuk pembaca.

Contoh puisi: Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini (karya Taufik Ismail)

Tidak ada pilihan lain

Kita harus berjalan terus

Karena berhenti atau mundur

Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita

Dalam pengabdian tanpa harga

Akan maukah kita duduk satu meja

Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran

“Duli Tuanku ?”

Tidak ada lagi pilihan lain

Kita harus berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan

Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh

Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka

Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan

Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada lagi pilihan lain

Kita harus

Berjalan terus.

1.4 Tema Percintaan


Tema puisi ini biasanya mengekspresikan kisah percintaan. Kisah yang dibawakan
dalam puisi tema percintaan tidak selalu bahagia dan senang. Ada juga tema yang
mengekspresikan rasa kehilangan atau kesedihan.

1.5 Tema kedaulatan rakyat

Puisi tema kedaulatan rakyat biasanya didapat pada puisi protes. Dalam puisi yang
bertema kedaulatan rakyat adalah puisi yang berisi protes terhadap kesewenang-wenangan
pihak yang berkuasa yang tidak mendengarkan jeritan rakyat. Puisi ini juga biasanya berisi
kritikan terhadap sikap otoriter penguasa. Penyair berharap dengan menggunakan tema puisi
ini orang-orang yang berkuasa memikirkan nasib si miskin. Dan diharapkan juga agar
pembaca tidak hanya mengejar keyakinan pribadi namun juga harus mengutamakan
kesejahteraan bersama.

2. Rasa atau Perasaan (Feeling)

Citraningrum (2016) mengatakan, “Perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok


pikiran yang ditampilkannya dan perasaan sangat berkaitan dengan tema yang ditampilkan.”
Artinya, perasaan merupakan sesuatu khas yang terdapat dalam puisi yang disampaikan oleh
penyair lewat penggambaran tema. Baik yang menyangkut perjuangan, ketuhanan, dan
semangat patriotisme. Sedangkan menurut Jabrohim dkk (2009 : 66) perasaan merupakan
suatu sikap ekspresi dalam sebuah puisi. Dari penjelasan tersebut disimpulkan bahwa
perasaan merupakan ekspresi yang ingin diungkapkan penyair melalui puisi.

Contoh puisi: Dengan Puisi, Aku (Karya Taufik Ismail)

Dengan puisi, aku bernyanyi


Sampai senja umurku nanti.

Dengan puisi, aku bercinta


Berbatas cakrawala.

Dengan puisi, aku mengenang


Keabadian yang akan datang.
Dengan puisi, aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris.

Dengan puisi, aku mengutuk


Nafas zaman yang busuk.

Dengan puisi, aku berdoa


Perkenankanlah kiranya.

Analisis unsur rasa atau perasaan pada puisi ini merupakan sikap seorang penyair
terhadap pokok permasalan pada puisi, puisi ini mengandung rasa terasing akan keadaan
manusia yang dibatasi oleh zaman. Hal tersebut tampak terlihat secara jelas dari susunan kata
yang digunakan, serta perasaan dalam puisi ini terlihat juga pada bait ke empat dan ke lima
“Dengan puisi aku menangis jarum waktu bila kejam mengiris, dengan puisi aku mengutuk
nafas zaman yang busuk”. Dari bait puisi diatas dapat diketahui bahwa penyair
mengungkapkan kesedihannya melalui puisi ketika ada peristiwa atau kejadian yang
menyedihkan atau menyayat hati.

3. Nada dan Suasana (Tone)

Nada atau suasana pada puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada
berhubungan dengan tema dan rasa yang ditujukan penyair pada pembaca, bisa dengan nada
menggurui, mendikte, nada sombong, nada tinggi. Sedangkan suasana adalah keadaan jiwa
pembaca setelah membaca puisi yang berpengaruh terhadap jiwa pembaca (Kosasih, 2012 :
109). Artinya, nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca atau sikap pembaca terhadap
karya yang dibacanya. Dalam hal ini, nada yang diciptakan oleh pembaca bergantung pada
penangkapan maksud dari puisi yang dicipptakan oleh penyair.

Contoh puisi: Silhuet (Karya Taufiq Ismail)

Gerimis telah menangis

Di atas bumi yang lelah

Angin jalanan yang panjang


Tak ada rumah. Kita tak berumah

Kita hanya bayang-bayang

Gerimis telah menangis

Di atas bumi yang letih

Di atas jasad yang pedih

Kita lapar. Kita amat lapar

Bayang-bayang yang lapar

Gerimis telah menangis

Di atas bumi yang sepi

Sehabis pawai genderang

Angin jalanan yang panjang

Menyusup-nyusup

Menusuk-nusuk

Bayang-bayang berjuta

Berjuta bayang-bayang

Di bawah bayangan pilar

Di bawah bayangan emas

Berjuta bayang-bayang

Menangisi gerimis

Menangisi gunung api

Kabut yang ungu


Membelai perlahan

Hutan-hutan

Di selatan.

Analisis unsur batin unsur nada dalam puisi ini mencerminkan kesepian, kelelahan, dan
kelaparan. Nada puisi ini terutama suram dan menyedihkan, dan memberikan kesan
yang sangat terasa melalui penggunaan repetisi kata-kata seperti “gerimis”,
“bayang-bayang”, dan “lapar”, serta pengulangan kata-kata seperti “panjang” dan “berjuta”.
Selain itu, pernyataan “Kita tak berumah” atau “Kita hanya bayang-bayang” pada bait
pertama menunjukkan kesepian dan ketidakstabilan yang mendalam, sementara “Kita
lapar, Kita amat lapar, / Bayang-bayang yang lapar” pada bait kedua menunjukkan
kekurangan dan kesulitan yang dialami oleh orang-orang yang hidup di bawah kondisi yang
sulit. Penggambaran alam dalam puisi ini juga sangat menarik, dengan hujan yang menangis,
angin yang panjang, dan kabut ungu yang membelai perlahan. Hal ini memberikan kesan
melankolis dan sedih pada puisi. Puisi ditulis pada bulan Juli 1965 menunjukkan bahwa puisi
ini dibuat selama masa ketidakstabilan politik di Indonesia pada saat itu, ketika banyak
orang mengalami kesulitan ekonomi dan sosial. Secara keseluruhan, puisi “Silhuet”
menampilkan kesan yang sangat melankolis dan menyedihkan, dengan nada suram dan
penggambaran yang kuat tentang kesulitan hidup di bawah kondisi yang sulit.

4. Amanat
Pada puisi, amanat atau tujuan merupakan pesan yang terkandung di dalam sebuah
puisi. Amanat dapat ditemukan dengan memaknai puisi tersebut secara langsung atau tidak
langsung. Amanat merupakan pesan yang tersirat dibalik kata-kata yang disusun maupun
berada di balik tema yang diungkapkan, penyampaian amanat tersebut disampaikan oleh
penyair secara sadar maupun tidak sadar dalam karyanya (Kosasih, 2012 : 109).

Sejalan dengan hal tersebut, Tarigan (2015: 5) menjelaskan amanat sebagai berikut.
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema,
rasa, dan nada puisi itu. Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk
menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada
dibalik tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin
secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan
amanat puisi yang ditulisnya.

Contoh puisi: Puisi Untuk Ibu (Karya H.Muhammad Ichsan)

Lelahnya tak terhitung

Oleh waktu dan kehidupan

Kasihnya sepanjang masa

Taktersekat waktu

Perhatiannya pada keluarga

Energiyang takredup

Elegi ibu dalam nada pilu

Hanya sehelai kisah

Darisejuta epos kehebatannya

Ibu adalah rumah,

Tempat Kembali

Secarik narasi cinta

Dari jiwa-jiwa yang merindu

Seperti burung

Yang pulang kesarang

Membawa harap,

Membagi cerita cinta


Ibu,

Kau wanita terbaik

Kutuliskan puisi untukmu

Wanita hebat dan mulia

Di bawah telapak kakimu

Surga

Analisis unsur batin amanat pada puisi “Puisi Untuk Ibu” karya Muhammad Ichsan
adalah kita harus menyayangi dan menghormati sosok seorang ibu. Karena ibu adalah sosok
yang mulia dan juga hebat, sosok ibu juga sosok yang akan selalu membagi cinta kepada
anak-anaknya. Apapun yang terjadi sosok ibu adalah sosok yang akan selalu dirindukan
oleh anak-anaknya, karena ibu bagaikan rumah tempat untuk berpulang paling nyaman.
C. Analisis Struktur Batin Puisi
Berkayuh Di Kaki Sulawesi
karya D. Zawawi Imron

Inilah puisi yang mengaji kelenjar


mengaji simpul tali yang merentang layar

Tadi malam kasur sekarang ombak


Matahari tak pernah ingkar janji
Memandang teduh Bandar kepagian
dan darah selalu mengalir
meniru riak laut yang tak berakhir

Mengaji haluan mengaji kemudi


Dayung berkayuh di kaki Sulawesi
inilah senyum yang tidak bibir
awan membungkuk bagai diukir

Bersungguhlah dalam mengaji


menyanyi menggetarkan hati
menempuh gelombang menyibak karang
menata langkah ke negeri seberang

Di sana ada pagi di sini ada pagi


pada pertemuan sana dan sini
ada hati yang bergigi ada langkah yang bergizi
walau antara kalau dan tapi
tak boleh ada hutang ada nafas matahari

Struktur fisik puisi Berkayuh Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron sebagai
berikut:

1. Tema atau Makna (Sense)


Tema merupakan pokok persoalan yang menjadi dasar atau sesuatu yang menjadi
dasar pemikiran pembuatan puisi. Analisis tema pada puisi Berkayuh Di Kaki Sulawesi
karya D. Zawawi Imron sebagai berikut.

Tema pada puisi Berkayuh Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron bertema
perjuangan (tantangan mengarungi hidup). Hal tersebut digambarkan melalui pokok pikiran
yang terdapat pada puisi bait 2.

Bait 2

tadi malam kasur sekarang ombak


matahari tak pernah ingkar janji
memandang teduh Bandar
kepagian dan darah selalu
mengalir
meniru riak laut yang tak berakhir

Pada kutipan bait kedua di atas menggambarkan kerasnya perjuangan hidup


seseorang dalam berlayar disuatu perjalanan menuju tempat baru. Tetapi perjalanan tersebut
mendapatkan rintangan yang bermacam-macam. Karena rintangan yang dilalui mengartikan
kegigihan dalam merantau dari kampung halaman ke tempat baru. Dapat terlihat pada bait
kedua (baris pertama) yaitu “tadi malam kasur sekarang ombak”. Pada baris tersebut
mengartikan bahwa perjalanan si penyair yang dikisahkan begitu klimaks, karena terasa hari
cepat berlalu, kemarin masih ditempat tidur, kini harus berjuang menanti hari baru hingga
harus berlayar melawan kerasnya ombak dan rintangan lainnya. Hal lain terungkap pada
(baris keempat dan kelimat) yaitu “dan darah selalu mengalir meniru riak laut yang tak
berakhir” maksud dari isi puisi tersebut adalah kekuatan dan keyakinan harus tetap dimiliki
demi berjuang melawan rintangan yang dihadapi dalam melakukan perantauan meskipun
harus menerjang lautan.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam puisi
yang berjudul Berkayuh Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron ini bertema perjuangan
(tantangan mengarungi hidup) karena terlihat perjuangan menghadapi segala sesuatu yang
harus dilalui dengan rintangan yang terjal, mengarungi laut, dan melakukan perjalanan jauh
demi meraih kesuksesan yang diinginkan.
2. Rasa atau Perasaan (Feeling)

Perasaan merupakan ekspresi yang ingin diungkapkan penyair melalui puisi.


Analisis rasa atau perasaan pada puisi Berkayuh Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron
sebagai berikut.

Puisi berjudul Berkayuh Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron ini


mengungkapkan perasaan sedih karena pada puisi tersebut dikisahkan perjalanan yang
dilakukan penyair dalam isi puisi tersebut tidak semudah yang dikira. Perasaan haru dan
sedih dapat terlihat pada bait ketiga.

Bait 3

mengaji haluan mengaji kemudi


dayung berkayuh di kaki
Sulawesi inilah senyum yang
tidak bibir awan membungkuk
bagai diukir

Pada bait puisi terungkap dalam kata-kata “mengaji haluan mengaji kemudi” yang
memiliki arti si penyair sebagai pengemudi utama dalam melakukan perjalanan panjangnya.
Selain itu, dapat terlihat bahwa pada bait ketiga, baris ketiga puisi yang terdapat dalam kata
“dayung berkayuh di kaki Sulawesi, inilah senyum yang tidak bibir”. Dapat terlihat bahwa
perjalanan panjang yang dilalui penyair dari kampung halaman ke tempat perantauan
dilakukan dengan semangat yang berat terungkap dari ekspresi senyumnya yang tampak
sedih begitu dalam terpancar. Pada kata “awan membungkuk bagai diukir” juga
menjelaskan bahwa perjalanan panjang yang melelahkan ini dapat terlihat suasana langit
yang tampak muram menghiasi perjalanan penyair menuju Sulawesi.

Berdasarkan hasil pembahasan puisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perasaan pada
puisi yang Berkayuh Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron adalah perasaan haru dan
sedih. Hal tersebut terungkap pada perasaan penyair yang tertuang dalam puisinya pada bait
ketiga mendeskripsikan perasaan haru (sedih) karena meskipun perjalanan yang dilalui
dihiasi dengan sebuah senyuman, tetapi senyuman itu memiliki arti yang mendalam untuk
ditunjukkan karena medan perjalan yang berat untuk meraih kesuksesan.

3. Nada atau Suasana (Tone)

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca atau sikap pembaca terhadap karya
yang dibacanya. Analisis nada pada puisi Berkayuh Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron
sebagai berikut.

Pada puisi Berkayuh Di Sulawesi karya D. Zawawi Imron ini memilki nada yang
penuh semangat atau optimis karena pada puisi tersebut berisi hal penting dan nasihat agar
pembaca yang membaca puisi tersebut selalu memiliki sikap optimis dan berjuang terhadap
sesuatu yang ingin dicapai. Agar hal yang ingin kita capai tidak berakhir dengan kegagalan.
Nada optimis ini terungkap pada kutipan bait kelima.

Bait 5

Di sana ada pagi di sini ada pagi


pada pertemuan sana dan sini
ada hati yang bergigi ada langkah yang
bergizi walau antara kalau dan tapi
tak boleh ada hutang ada nafas matahari

Pada bait 5 (baris ketiga) puisi di atas terdapat kata “ada hati yang bergigi ada
langkah yang bergizi”. Kata ini memiliki makna bahwa sikap yang ditunjukkan
penyair kepada pembaca adalah memberikan sebuah sikap ketegasan dan optimis agar
bisa mengikhlaskan hati kita supaya langkah kita yang ingin diambil menuju
kesuksesan bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Lalu kata pada baris 4
dan 5 yaitu “walau antara kalau dan tapi, tak boleh ada hutang ada nafas matahari”
maksud dari penyair adalah mengajak pembaca untuk menghilangkan sikap ragu saat
berjuang menuju kesuksesan. Lalu saat mendapatkan sebuah rintangan, kita tidak
boleh menyisakan kesusahan kita kepada orang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa
nada penyair dalam puisi yang berjudul Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron
adalah memiliki nada semangat dan optimisme terhadap apa yang ingin dilakukan
agar perjalanan untuk meraih kesuksesan tersebut bisa terwujud.

4. Amanat

Amanat merupakan pesan yang tersirat dibalik kata-kata yang disusun maupun
berada di balik tema yang diungkapkan penyair. Analisis amanat pada puisi Berkayuh Di
Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron sebagai berikut.

Amanat yang akan diungkapkan penyair melalui puisi Berkayuh Di Kaki


Sulawesi karya D. Zawawi Imron adalah untuk menasehati dan memberikan inspirasi
kepada pembaca untuk selalu ingat bahwa dalam meraih kesuksesan harus dilalui
dengan perjuangan. Dan dalam berjuang harus bersiap untuk mengambil keputusan
untuk menghadapi kemungkinan rintangan yang akan terjadi. Amanat ini terdeskripsi
pada kutipan bait keempat.

Bait 4

bersungguhlah dalam mengaji


menyanyi menggetarkan hati
menempuh gelombang menyibak karang
menata langkah ke negeri seberang

Kutipan bait di atas menjelaskan untuk bersungguh-sungguh lah dalam mengambil


keputusan dan selalu bersikaplah dengan tenang dalam menjalani suatu proses menuju
kesuksesaan. Hal ini dapat terlihat pada baris kesatu dan kedua yaitu “bersungguhlah dalam
mengaji, menyanyi menggetarkan hati” yang dideskripsikan bahwa penyair selalu berdoa,
berikhtiar, dan berusaha untuk mencapai keberhasilan dengan jiwa yang tenang. Pada bait 4
(baris ketiga dan empat) “menempuh gelombang menyibak karang, menata langkah ke
negeri seberang”. Hal ini dikisahkan si penyair yang pergi jauh dari kampung halamannya
menuju tanah Sulawesi untuk mencapai cita- citanya. Artinya adalah saat sedang di
perantauan dan dalam melakukan perjalanan panjang hal yang harus dilakukan adalah untuk
tetap kuat dan tidak boleh mengeluh untuk berjuang meraih kesuksesan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis pada antologi puisi Berkayuh Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi
Imron, maka secara keseluruhan terdapat struktur 1) tema, yaitu perjuangan (tantangan
mengarungi hidup), yang terdapat pada bait 2. Hal ini dideskripsikan bagaimana perjuangan
menghadapi rintangan yang terjal, mengarungi laut, dan melakukan perjalanan jauh demi
meraih kesuksesan yag diinginkan. 2) rasa atau perasaan (feeling) yaitu ungkapan perasaan
haru dan sedih hal ini dikisahkan bagaimana perjalanan penyair tidak semudah yang dikira,
yang terdapat pada bait 3. Hal ini dideskripsikan bagaimana perjalan yang dilalui penyair
dihiasi dengan sebuah senyum, tetapi senyuman itu memiliki arti mendalam yang ditunjukkan
untuk melawan medan perjalan yang berat untuk meraih kesuksesan. 3) nada/sikap
didominasi dengan nada/sikap lugas/terbuka yaitu pencapaian tidak berakhir dengan
kegagalan, yang terdapat pada bait 5. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kita harus semangat
dan optimis terhadap apa yang ingin dilakukan agar perjalanan meraih kesuksesan bisa
terwujud. 4) amanat yaitu mengambil keputusan untuk menghadapi rintangan yang akan
terjadi. Hal ini dideskripsikan untuk senantiasa tetap kuat dan tidak boleh mengeluh demi
berjuang meraih kesuksesan.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, L. F., & Humaira, M. A. (2022). Analisis Puisi “Puisi Untuk Ibu” Karya Muhammad
Ichsan dengan Pendekatan struktural. Karimah Tauhid, 1(1), 48-57.

Citraningrum. (2016). Menulis puisi dengan teknik pembelajaran yang kreatif.

Jabrohim, dkk. 2009. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kosasih, E. (2012). Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

Pradopo, Rachmat Djoko. (1990). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Tarigan, H. G. (2015). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tiadilona, W., Munaris, M., & Prasetyo, H. (2023, May). Analisis Pendekatan Struktural Pada
Puisi Berjudul “SILHUET” Karya Taufiq Ismail. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan,
Bahasa, Sastra, Seni, Dan Budaya (Vol. 2, No. 1, pp. 236-250).Waluyo, Herman J. 1987.
Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Wuryani, W. (2013). Pesona Karya Sastra Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Budaya
Indonesia. Jurnal semantic, Vol 2. No 2. September 2013.

Anda mungkin juga menyukai