Disusun Oleh :
Kelompok 6
2024
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Struktur Batin dalam Puisi” untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Puisi.
Makalah ini dapat digunakan sebagai wadah untuk menambah pengetahuan dan sebagai
referensi tambahan dalam belajar materi Struktur Batin dalam Puisi.
Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Ibu Endang Sulistijani S.S.,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Kajian Puisi atas bimbingan, dorongan, dan ilmu yang telah
diberikan kepada kami. Dan ucapan terima kasih untuk anggota kelompok 6 yang telah
membantu dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan makalah ini.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak
mustahil dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu
kami mohon saran dan kritik dari dosen dan teman-teman demi tercapainya makalah yang
sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah
pengetahuan dan wawasan.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Masalah................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
4. Amanat....................................................................................................................... 5
BAB III
PENUTUP............................................................................................................................... 10
A. Simpulan........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia
dengan keindahan bahasa. Sastra dan bahasa merupakan dua bidang yang tidak dapat
dipisahkan. Keistimewaan pemakaian bahasa dalam karya sastra sangat menonjol karena
salah satu keindahan suatu karya sastra dapat dilihat dari bahasanya. Tanpa keindahan bahasa,
karya sastra menjadi hambar. Keistimewaan bahasa dalam karya sastra terjadi karena adanya
kebebasan penyair atau pengarang dalam menggunakan bahasa atau pengarang mempunyai
maksud tertentu. Pembagian karya sastra yang telah dikenal ada 3 yaitu prosa, puisi, dan
drama. Semua jenis sastra itu menggunakan kata-kata yang indah supaya menarik. Persamaan
pokok ketiganya adalah menggunakan bahasa sebagai sarana penyampaiannya.
Terciptanya sebuah puisi terkait dengan latar belakang, pengalaman, atau perasaan
dari sang penyair. Penyampaian tersebut bisa sebuah ide, pemikiran, atau kritikan. Puisi
menjadi sarana mengeksplorasi diri dalam berkarya sastra. Puisi sebagai karya sastra dapat
dikaji dari bermacam-macam aspek, misalnya struktur dan unsurnya, mengingat puisi
merupakan struktur yang tersusun dari bermacam unsur dan sarana-sarana kepuitisan
(Pradopo, 1990). Richard (dalam Tarigan, 2005, hal 9) seorang kritikus sastra terkenal telah
menunjukkan kepada kita bahwa suatu puisi mengandung suatu makna keseluruhan yang
merupakan perpaduan dari tema penyair (inti pokok puisi itu), perasaannya (yaitu sikap
penyair terhadap bahan atau objeknya) nadanya (sikap penyair terhadap pembaca dna
penikmatnya), dan amanat (maksud dan tujuan penyair).
B. Rumusan Masalah
Puisi adalah karya sastra yang bahasanya terikat oleh rima dan merupakan gagasan
serta perasaan seseorang mengenai suatu hal yang dituangkan kedalam kata-kata yang indah.
Puisi terdiri dari dua unsur pokok yaitu struktur batin dan struktur fisik Waluyo (Wuryani,
2013). Kedua bagian tersebut terdiri dari unsur-unsur yang saling terikat dan membentuk
makna yang utuh. Struktur batin adalah sebuah unsur yang membangun puisi yang tidak
nampak langsung dalam penulisan kata-katanya.
Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya. Tema
berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya. Tema itulah yang menjadi
kerangka pengembangan sebuah puisi. (Kosasih, 2012 : 105) mengatakan bahwa tema
merupakan sesuatu yang mendasari sebuah tulisan yang kemudian disebut dengan ide pokok.
Tema dalam puisi menjadikan sesuatu dasar bagi penyair untuk menyampaikan maksud dari
puisi yang diciptakannya. Sedangkan menurut Jabrohim dkk (2009 : 65) tema adalah sesuatu
yang menjadi pikiran pengarang. Sesuatu yang menjadi pikiran tersebut dasar bagi puisi yang
dicipta oleh penyair. Sesuatu yang dipikirkan itu dapat bermacam-macam, meliputi berbagai
permasalahan hidup. Permasalahan itu oleh penyair disusun dengan baik dan ditambah
dengan ide, gagasan, cita-cita, atau pendirian penyair.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tema merupakan pokok persoalan
yang menjadi dasar atau sesuatu yang menjadi dasar pemikiran pembuatan puisi. Cara
menentukan tema dalam puisi dilakukan dengan cara mencari atau merumuskan keseluruhan
larik pada puisi. Setelah itu carilah bukti-bukti yang mendukung atas tema yang sudah
ditentukan berupa baris-baris tertentu yang selaras dengan tema. Bukti tersebut diharapkan
dapat meyakinkan pembaca bahwa tema puisi yang kita tentukan tersebut benar adanya.
Tema religius adalah tema puisi yang sesuai dengan nilai religius atau ketuhanan.
Tema puisi ini biasanya membuat manusia lebih taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Puisi-puisi dengan tema religius biasanya menunjukkan pengalaman religi penyairnya.
Pengalaman religi didasarkan atas tingkat kedalaman pengalaman ketuhanan seseorang.
Pengalaman religi penyair didasarkan atas pengalaman hidup secara konkret.
Mengingat Dikau
Sepenuhnya.
Puisi sajadah panjang karya Taufik Ismail merupakan puisi yang memiliki tema agar
pembacanya ingat kepada tuhan. Penggunaan kata "sajadah" dalam puisi ini juga merujuk
pada kegiatan utama yang ada pada puisi tersebut, yakni ibadah shalat. Sebagaimana
diketahui bahwa shalat merupakan bentuk ibadah wajib yang dilakukan umat muslim agar
selalu mengingatkan dan mendekatkan kita dengan tuhan, sebelum akhirnya benar-benar
sampai ke liang lahat dan bertemu langsung dengan sang pencipta.
Tema puisi ini mengangkat tema untuk menghormati martabat manusia agar
meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama.
Dalam puisi Gadis Peminta-minta Karya Toto Sudarto Bachtiar memiliki tema
kemanusian karena kebanyakan pembaca menganggap bahwa pengemis kecil yang
minta-minta dipinggir jalan sebagai sampah masyarakat, sebagai manusia yang tidak
berharga. Maka puisi yang dibuat penyair mengambil tema ini karena penyarir memiliki
maksud untuk menghargai sesama manusia karena martabat gadis peminta-minta itu sama
derajatnya dengan martabat semua orang.
Tema puisi ini mengajak pembaca untuk mengenang jasa para pahlawan. Tema
patriotisme juga mengajak pembaca untuk meneladani sikap patriotisme dari para pejuang.
Lalu puisi tema patriotisme dapat meningkatkan perasaan cinta terhadap bangsa dan tanah air
yang dibentuk oleh penyair untuk pembaca.
Contoh puisi: Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini (karya Taufik Ismail)
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
“Duli Tuanku ?”
Kita harus
Berjalan terus.
Puisi tema kedaulatan rakyat biasanya didapat pada puisi protes. Dalam puisi yang
bertema kedaulatan rakyat adalah puisi yang berisi protes terhadap kesewenang-wenangan
pihak yang berkuasa yang tidak mendengarkan jeritan rakyat. Puisi ini juga biasanya berisi
kritikan terhadap sikap otoriter penguasa. Penyair berharap dengan menggunakan tema puisi
ini orang-orang yang berkuasa memikirkan nasib si miskin. Dan diharapkan juga agar
pembaca tidak hanya mengejar keyakinan pribadi namun juga harus mengutamakan
kesejahteraan bersama.
Analisis unsur rasa atau perasaan pada puisi ini merupakan sikap seorang penyair
terhadap pokok permasalan pada puisi, puisi ini mengandung rasa terasing akan keadaan
manusia yang dibatasi oleh zaman. Hal tersebut tampak terlihat secara jelas dari susunan kata
yang digunakan, serta perasaan dalam puisi ini terlihat juga pada bait ke empat dan ke lima
“Dengan puisi aku menangis jarum waktu bila kejam mengiris, dengan puisi aku mengutuk
nafas zaman yang busuk”. Dari bait puisi diatas dapat diketahui bahwa penyair
mengungkapkan kesedihannya melalui puisi ketika ada peristiwa atau kejadian yang
menyedihkan atau menyayat hati.
Nada atau suasana pada puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada
berhubungan dengan tema dan rasa yang ditujukan penyair pada pembaca, bisa dengan nada
menggurui, mendikte, nada sombong, nada tinggi. Sedangkan suasana adalah keadaan jiwa
pembaca setelah membaca puisi yang berpengaruh terhadap jiwa pembaca (Kosasih, 2012 :
109). Artinya, nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca atau sikap pembaca terhadap
karya yang dibacanya. Dalam hal ini, nada yang diciptakan oleh pembaca bergantung pada
penangkapan maksud dari puisi yang dicipptakan oleh penyair.
Menyusup-nyusup
Menusuk-nusuk
Bayang-bayang berjuta
Berjuta bayang-bayang
Berjuta bayang-bayang
Menangisi gerimis
Hutan-hutan
Di selatan.
Analisis unsur batin unsur nada dalam puisi ini mencerminkan kesepian, kelelahan, dan
kelaparan. Nada puisi ini terutama suram dan menyedihkan, dan memberikan kesan
yang sangat terasa melalui penggunaan repetisi kata-kata seperti “gerimis”,
“bayang-bayang”, dan “lapar”, serta pengulangan kata-kata seperti “panjang” dan “berjuta”.
Selain itu, pernyataan “Kita tak berumah” atau “Kita hanya bayang-bayang” pada bait
pertama menunjukkan kesepian dan ketidakstabilan yang mendalam, sementara “Kita
lapar, Kita amat lapar, / Bayang-bayang yang lapar” pada bait kedua menunjukkan
kekurangan dan kesulitan yang dialami oleh orang-orang yang hidup di bawah kondisi yang
sulit. Penggambaran alam dalam puisi ini juga sangat menarik, dengan hujan yang menangis,
angin yang panjang, dan kabut ungu yang membelai perlahan. Hal ini memberikan kesan
melankolis dan sedih pada puisi. Puisi ditulis pada bulan Juli 1965 menunjukkan bahwa puisi
ini dibuat selama masa ketidakstabilan politik di Indonesia pada saat itu, ketika banyak
orang mengalami kesulitan ekonomi dan sosial. Secara keseluruhan, puisi “Silhuet”
menampilkan kesan yang sangat melankolis dan menyedihkan, dengan nada suram dan
penggambaran yang kuat tentang kesulitan hidup di bawah kondisi yang sulit.
4. Amanat
Pada puisi, amanat atau tujuan merupakan pesan yang terkandung di dalam sebuah
puisi. Amanat dapat ditemukan dengan memaknai puisi tersebut secara langsung atau tidak
langsung. Amanat merupakan pesan yang tersirat dibalik kata-kata yang disusun maupun
berada di balik tema yang diungkapkan, penyampaian amanat tersebut disampaikan oleh
penyair secara sadar maupun tidak sadar dalam karyanya (Kosasih, 2012 : 109).
Sejalan dengan hal tersebut, Tarigan (2015: 5) menjelaskan amanat sebagai berikut.
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema,
rasa, dan nada puisi itu. Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk
menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada
dibalik tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin
secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan
amanat puisi yang ditulisnya.
Taktersekat waktu
Energiyang takredup
Tempat Kembali
Seperti burung
Membawa harap,
Surga
Analisis unsur batin amanat pada puisi “Puisi Untuk Ibu” karya Muhammad Ichsan
adalah kita harus menyayangi dan menghormati sosok seorang ibu. Karena ibu adalah sosok
yang mulia dan juga hebat, sosok ibu juga sosok yang akan selalu membagi cinta kepada
anak-anaknya. Apapun yang terjadi sosok ibu adalah sosok yang akan selalu dirindukan
oleh anak-anaknya, karena ibu bagaikan rumah tempat untuk berpulang paling nyaman.
C. Analisis Struktur Batin Puisi
Berkayuh Di Kaki Sulawesi
karya D. Zawawi Imron
Struktur fisik puisi Berkayuh Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron sebagai
berikut:
Tema pada puisi Berkayuh Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron bertema
perjuangan (tantangan mengarungi hidup). Hal tersebut digambarkan melalui pokok pikiran
yang terdapat pada puisi bait 2.
Bait 2
Bait 3
Pada bait puisi terungkap dalam kata-kata “mengaji haluan mengaji kemudi” yang
memiliki arti si penyair sebagai pengemudi utama dalam melakukan perjalanan panjangnya.
Selain itu, dapat terlihat bahwa pada bait ketiga, baris ketiga puisi yang terdapat dalam kata
“dayung berkayuh di kaki Sulawesi, inilah senyum yang tidak bibir”. Dapat terlihat bahwa
perjalanan panjang yang dilalui penyair dari kampung halaman ke tempat perantauan
dilakukan dengan semangat yang berat terungkap dari ekspresi senyumnya yang tampak
sedih begitu dalam terpancar. Pada kata “awan membungkuk bagai diukir” juga
menjelaskan bahwa perjalanan panjang yang melelahkan ini dapat terlihat suasana langit
yang tampak muram menghiasi perjalanan penyair menuju Sulawesi.
Berdasarkan hasil pembahasan puisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perasaan pada
puisi yang Berkayuh Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron adalah perasaan haru dan
sedih. Hal tersebut terungkap pada perasaan penyair yang tertuang dalam puisinya pada bait
ketiga mendeskripsikan perasaan haru (sedih) karena meskipun perjalanan yang dilalui
dihiasi dengan sebuah senyuman, tetapi senyuman itu memiliki arti yang mendalam untuk
ditunjukkan karena medan perjalan yang berat untuk meraih kesuksesan.
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca atau sikap pembaca terhadap karya
yang dibacanya. Analisis nada pada puisi Berkayuh Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron
sebagai berikut.
Pada puisi Berkayuh Di Sulawesi karya D. Zawawi Imron ini memilki nada yang
penuh semangat atau optimis karena pada puisi tersebut berisi hal penting dan nasihat agar
pembaca yang membaca puisi tersebut selalu memiliki sikap optimis dan berjuang terhadap
sesuatu yang ingin dicapai. Agar hal yang ingin kita capai tidak berakhir dengan kegagalan.
Nada optimis ini terungkap pada kutipan bait kelima.
Bait 5
Pada bait 5 (baris ketiga) puisi di atas terdapat kata “ada hati yang bergigi ada
langkah yang bergizi”. Kata ini memiliki makna bahwa sikap yang ditunjukkan
penyair kepada pembaca adalah memberikan sebuah sikap ketegasan dan optimis agar
bisa mengikhlaskan hati kita supaya langkah kita yang ingin diambil menuju
kesuksesan bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Lalu kata pada baris 4
dan 5 yaitu “walau antara kalau dan tapi, tak boleh ada hutang ada nafas matahari”
maksud dari penyair adalah mengajak pembaca untuk menghilangkan sikap ragu saat
berjuang menuju kesuksesan. Lalu saat mendapatkan sebuah rintangan, kita tidak
boleh menyisakan kesusahan kita kepada orang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa
nada penyair dalam puisi yang berjudul Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron
adalah memiliki nada semangat dan optimisme terhadap apa yang ingin dilakukan
agar perjalanan untuk meraih kesuksesan tersebut bisa terwujud.
4. Amanat
Amanat merupakan pesan yang tersirat dibalik kata-kata yang disusun maupun
berada di balik tema yang diungkapkan penyair. Analisis amanat pada puisi Berkayuh Di
Kaki Sulawesi karya D. Zawawi Imron sebagai berikut.
Bait 4
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis pada antologi puisi Berkayuh Di Kaki Sulawesi karya D. Zawawi
Imron, maka secara keseluruhan terdapat struktur 1) tema, yaitu perjuangan (tantangan
mengarungi hidup), yang terdapat pada bait 2. Hal ini dideskripsikan bagaimana perjuangan
menghadapi rintangan yang terjal, mengarungi laut, dan melakukan perjalanan jauh demi
meraih kesuksesan yag diinginkan. 2) rasa atau perasaan (feeling) yaitu ungkapan perasaan
haru dan sedih hal ini dikisahkan bagaimana perjalanan penyair tidak semudah yang dikira,
yang terdapat pada bait 3. Hal ini dideskripsikan bagaimana perjalan yang dilalui penyair
dihiasi dengan sebuah senyum, tetapi senyuman itu memiliki arti mendalam yang ditunjukkan
untuk melawan medan perjalan yang berat untuk meraih kesuksesan. 3) nada/sikap
didominasi dengan nada/sikap lugas/terbuka yaitu pencapaian tidak berakhir dengan
kegagalan, yang terdapat pada bait 5. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kita harus semangat
dan optimis terhadap apa yang ingin dilakukan agar perjalanan meraih kesuksesan bisa
terwujud. 4) amanat yaitu mengambil keputusan untuk menghadapi rintangan yang akan
terjadi. Hal ini dideskripsikan untuk senantiasa tetap kuat dan tidak boleh mengeluh demi
berjuang meraih kesuksesan.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, L. F., & Humaira, M. A. (2022). Analisis Puisi “Puisi Untuk Ibu” Karya Muhammad
Ichsan dengan Pendekatan struktural. Karimah Tauhid, 1(1), 48-57.
Pradopo, Rachmat Djoko. (1990). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Tiadilona, W., Munaris, M., & Prasetyo, H. (2023, May). Analisis Pendekatan Struktural Pada
Puisi Berjudul “SILHUET” Karya Taufiq Ismail. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan,
Bahasa, Sastra, Seni, Dan Budaya (Vol. 2, No. 1, pp. 236-250).Waluyo, Herman J. 1987.
Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Wuryani, W. (2013). Pesona Karya Sastra Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Budaya
Indonesia. Jurnal semantic, Vol 2. No 2. September 2013.