Anda di halaman 1dari 15

Apresiasi puisi makassar

“KELONG”

Kelompok 3:
 Helmi zulfiana syam
 St. Aminah
 Hajrah
 Nurismi auliyah
 Asnani

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang
berjudul “kelong Makassar”.

Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang Apresiasi puisi Makassar
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 7 september 2019


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................1
BABA II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kelong ...................................................................................... 2
2.2 Ciri-ciri kelong ..................................................... ....................................... 2
2.3 Jenis-jenis kelong…......................................................................................3
2.4 Nilai-nilai dalam kelong.................................................................................6
2.5 Bentuk kelong…............................................................................................8
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…...............................................................................................10
3.2 Saran….........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA…......................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang

Kelong sebagai salah satu bentuk kesuastraan Bugis Makassar, di dalamnya


mengandung renungan dan kearfian yang tergambar melalui kesatuan dan kepadatan
makna. Kesatuan dan kepadatan makna tersebut, setidaknya dapat dilihat di dalam
fungsi-fungsi sastra pada umumnya.
Kelong merupakan salah satu jenis karya sastra Bugis Makassar yang sangat tua.
Bagi masyarakat Bugis Makassar, kelong mendapat tempat tersendiri karena segala
perasaan suka dan duka yang dialami oleh masyarakanya disampaikannya melalui
kelong.
Secara umum, kelong mempunyai lima fungsi, yaitu: (1) kelong sebagai media
pendidikan; (2) kelong sebagai sebagai media hiburan; (3) kelong sebagai pembangkit
semangat juang; (4) kelong sebagai media komunikasi; dan (5) kelong sebagai produk
dan pelestari budaya.
Lemahnya minat masyarakat Bugis Makassar terhadap sastra lisan, khususnya
kelong yang di dalamnya terkandung nilai-nilai moral, lebih disebabkan oleh kurangnya
pembudayaan kelong itu sendiri, baik di lembaga pendidikan formal maupun di dalam
lingkungan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apa itu Kelong?

2. Bagaimanakah ciri-ciri Kelong?

4. Apa saja fungsi Kelong?

5. Jenis-jenis Kelong
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kelong

Kelong Makassar merupakan karya sastra yang bernilai tinggi karena baik isi maupun
bentuk pengungkapannya memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan karya sastra lainnya.
Kelong pun mengandung pesan atau amanat yang dapat dijadikan pembelajaran bagi
penikmatnya.
Menurut Basang (dalam Dahir, 2004: 9) bahwa kelong termasuk juga sastra tua dalam
kesusastraan Makassar. Ia mendapat tempat istimewa di dalam lubuk jiwa orang Makassar.
Segala suka-duka dalam hidup dan kehidupannya dilukiskan dengan penuh rasa keharuan,
maka dilahirkan dengan kelong sebagai sutu-satunya alat yang paling tepat baginya. Dalam
Kamus Makassar-Indonesia, kelong dalam bahasa Makassar berarti sanjak atau syair.
Sedangkan (Bantang, 2008: 11) mengemukakan bahwa kelong adalah syair yang
mengandung banyak petuah dan ajakan yang sangat berguna bagi pedoman hidup dimasa
mendatang.
Kelong adalah karya sastra Makassar yang berbentuk puisi dan banyak persamaan
dengan pantun dalam karya sastra Indonesia. Kelong terdiri dari empat baris dalam satu bait.
Baris pertama dan kedua berjumlah delapan suku kata, baris ketiga berjumlah lima suku kata,
dan baris keempat berjumlah delapan suku kata. Setiap larik dalah satu bait saling
mendukung satu arti (Djirong Basang, 1988).

2.2 Ciri-ciri kelong


Adapun ciri-ciri khusus kelong tradisional, antara lain:
a. Tidak mempunyai judul
b. Bersifat anonim (tidak diketahui nama pengarangnya)
c. Baris-baris dalam bait kelong merupakan satu kesatuan yang utuh untuk mendukung
sebuah makna.
d. Kesatuan suara yang terdapat pada tiap-tiap baris merupakan kesatuan sintaksis yang
berupa kata atau kelompok kata dengan pola 2/2/1/2
e. Jumlah suku kata pada setiap baris berpola 8/8/5/8.
Contoh:
1) Bait kelong berpola 2/2/1/2 artinya:
Assambayangko / nutambung (2) Bersembahyang dan berserah dirilah
Pakajai / amalaknu (2) perbanyaklah amalmu
Nanujarreki (1) dan yakinkan
Kananna / anrong gurunnu (2) ajaran gurumu
2) Bait kelong yang berjumlah suku kata pada setiap baris berpola 8/8/5/8

Tu-tu-ko-ri-ma-lo-lo-a (8) berhati-hatilah dikala muda


I-ngak-ko-tan-nga-ta-u-a (8) ingatlah pertengahan tahun
To-a-ku-sal-lang (5) nanti kamu tua
Na-nu-sas-sa-lak-ka-len-nu (8) menyesal kemudian

2.3 Jenis-Jenis Kelong


Menurut Basang (1985) kelong tradisional dapat dikelompokkan atas beberapa

jenis berdasarkan: (1) usia pemakaiannya, (2) lapangan pekerjaan , (3) sifat kelong.

1. Kelong erdasarkan usia pemakaiannya, kelong terbagi atas tiga yaitu:

a. Kelong anak-anak yang terbagi menjadi:

1) Kelong tekne pakmaik (pantun riang/ perasaan senang)

Contoh:
Battu ratemak ri bulang
Makkutaknang ri bintoeng
Apa kananna
Bunting lompojako sallang

Towak teaki matei


Lekbak tompak bunting lompo
Kinnganre todong
Kanrejawa lekbak dupa
Nampak i lalang ri banttang
Nakminasa totowaku
Eroki bedeng
Nipakatekne nyawanu

2) Kelong simpung pakmaik (kelong bersedih hati)


Punna kucinik agangku
Nirurrungang ri ammakna
Makgilingmamak
Mangkere jeknek matangku

Nampak nakke cakdi-cakdi


Kunabokoimo mangge
Na tena todong
Barang-barang kuballaki

Punna kucinik sarengku


Anne mae ri cakdiku
Tenamo kapang
Pakrisanngang na i nakke

b. Kelong tau lolo/ tau rungka (kelong orang muda) yang terdiri atas 4 jenis, yaitu:

1) Kelong sare (kelong nasib)

Tojengmak anne kamase


Tallasak takronang-ronang
Manna nakamma
Tea tonjak nitunai

Teaki tunai dudu


Tutunayya tallasakna
Gassing riboko
Namminra tonja sarennna

I katte tukamasea
Pakniak tongi siritta
Nakkulle todong
Tappainra tallasatta

2) Kelong tau lolotau rungka (kelong orang muda)

Nakke teak nipatiru


Nibubusi allo banngi
Ka niak tonja
Bukungku la kupattuju

Kubilang rugi kalengku


Punna tena kukkareso
Karesopantu
Na niak dallek nitayang

Ri wattuntajintu lolo
Kikkareso tojeng-tojeng
Towaki sallang
Niakmo nipattakgalli

3) Kelong passiassengang pantun perkenalan)

Andik pammopporangmamak
Erokak anne kutaknang
Bunga ejayya
Niakmo kapang patanna

Punna tenapa patanna


Bunga eja sibolloa
Erokak nakke
Sitinriang allo banngi

Bunga eja sibolloa


Tenapa mannyerokana
Barang i katte
Nakkulle mulu nyawaku

Punna sitojengki erok


Sitinriang allo banngi
Alle rupai
Pakminasanta ri nakke

4) Kelong singai-ngai, sitanring-tanring (pantun percintaan)

Teyaki ranggaselai
Bata-bata ri kalenta (Andik)
Nakke burakne
Majarre tokdok puliku

Punna kammantu kananta (Daeng)


Kupatappakmi kananta
Na kutojengang
Panrannuangta ri nakke

Nakke lebak singainta


Takminasayya silakkak
Punna teyai
Pakkeke mappasilakkak

c. Kelong tau towa yang terbagi menjadi:

1) Kelong panngajarak (pantun pendidikan)

Tutuki maklepa-lepa
Makbiseang rate bonto
Tallangki sallang
Na nasakkokki limbukbuk

I katte tau sunggua


Teaki takliwak-liwak
Bangkenga cinik
Tena nappada akjappa

Akpappaki ri kalambusang
Ammenteng ri katojengan
Solla natea
Taklinggei biseangta

Biseang kidongkokia
Lomoi antu taklingge
Punna taena
Kimmallaki tokdoppuli

2) Kelong agama

Boyai ri taena-Na
Issengi ri maniak-Na
Tenai antu
Na maknassa ri niak-Na

Karaeng Alla Taala


Karaeng Mappakjaria
Ia kusomba
Ia tong kupaknganroi

Assambayangki kikjakkak
Pakajai amalatta
Na kigaukang
Parentana agamayya

Dallek niaka ri katte


Alla Taalaji pata
Alle sukkuri
Nakkulle sannang nyawata

2) Kelong menurut lokasi pemakaiannya dibagi menjadi:


a) Kelong tulembang (kelong orang pedalaman)

b) Kelong tupakbiring (kelong orang yang terdiam di tepi pantai)

3) Kelong menurut propesi/pekerjaan pelakunya yang terbagi menjadi:

a) Kelong padolangang (kelong pelaut)

b) Kelong pamarri (kelong kelong petani)

c) Kelong palakbak (kelong perantau)


d) Kelong palloserang (kelong untuk menidurkan)

4) Kelong menurut sifatnya, dibagi menjadi:

a) Kelong boto-botowang (kelong teka-teki)

b) Kelong appamelek-melek (kelong lucu).

2.4 Nilai- Nilai dalam Kelong

Nilai merupakan sesuatu yang dihargai atau dihormati atau sesuatu yang ingin
dicapai karena dianggap sebagai sesuatu yang berharga atau bernilai. Poerwadarminta
(1984: 677) menyatakan bahwa nilai adalah keadaan isi yang memiliki sifat-sifat atau
hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Adapun nilai-nilai yang ditemukan
dalam kelong Makassar, antara lain:

a. Nilai Agama

Ebarakna:

boyai ri teann Boyai ri taena-Na

aesGi ri mnian Assengi ri maniak-Na

etnai atu Tenai antu

n mns ri nian Na maknassa ri niak-Na

Artinya:
Cari Dia dalam gaib
Yakinkan Dia ada
Meskipun tidak tampak
Tetapi, Dia pasti ada

kuaesGi ri mnian Kuassengi ri maniakna

kuboyai ri teann Kuboyai ri taenana

naiasni Naiasani
kelku toji kugp Kalengku tonji kugappa

Artinya:
Kuyakini keberadaan-Nya
Kucari Dia dalam gaib
Tetapi, yang kutemukan
hanya diriku sendiri.

b. Nilai Moral

Ebarakna:

amku aro kelku Ammakku anrong kalengku

aro tumlsukku Anrong tumallassukangku


pripuGn Pakrimpunganna
pGai t mtpuku Panngai ta matappukku

Artinya:
Ibuku ibu kandungku
Ibu yang melahirkan
dan tempat mencurahkan
segala kasih

kedji n rua lino Kakdeji na rua lino

kublukmi sieber Kubalukammi sibekre

n kupbli Na kupaballi

ri pmai tmiry Ri pakmaik tamminraya

Artinya:
Andaikanbumi ini dua buah
akan kujual satu buah
Kemudian kupertukarkan
dengan hati yang tidak berubah-ubah.

c. Nilai Pendidikan

Ebarakna:

mn bosi mn ribu Manna bosi manna rimbuk

btuj ri sikolku Battujak ri sikolangku

mn mlro Manna maklakrok

guturu t kujpGi Gunturuk ta kujampangi

Artinya:
Biarpun hujan dan badai menghantam
Aku tetap pergi bersekolah
Meski guntur bersahutan
Aku tetap tidak peduli

sikolyji mps Sikolayaji mappasang

ai ket nppsGi I katte napappasanngi

earoki ebed Eroki bedeng

nikujuGi aloalo Nikunjungi allo-allo

Artinya:
Sekolah menitip pesan
kepada kita semua
bahwa dia ingin
dikunjungi setiap hari.

2.5. Bentuk kelong


Dalam kesusastraan Makassar dikenal beberapa macam bentuk kelong. Menurut
Pangeran (1967: 20) Dari beberapa jenis kelong Makassar yang dikemukakan di atas, yang
diteliti hanya kelong palloserang. Tentang bentuknya dapat dibandingkan dengan bentuk
pantun yaitu masing-masing terdiri atas empat baris dalam satu bait. Namun demikian
terdapat juga beberapa perbedaan antaranya:
a) Kelong tidak mementingkan sajak, tetapi tidaklah berarti bahwa di dalam kelong tidak
terdapat sajak sama sekali.

b) Tidaklah menjadi syarat bagi kelong bahwa baris pertama dan kedua merupakan sampiran
seperti pada pantun.

c) Ditinjau dari sudut kesatuan suara yang terdapat pada tiap-tiap baris, yang kalau diteliti
lebih jauh kesatuan suara itu terwujud pula dalam kesatuan sintaksis yang berupa kata atau
kelompok kata, maka kelong itu tergolong ke dalam puisi kata/kelompok kata yang berpola
2.2.1.2. (Basang, 1997:20).

 Pengertian kelong Palloserang


Kata palloserang berasal dari kata dasar loserang yang berarti ninabobo; emong
setelah mendapat awalan pa- menjadi palloserang berarti peninabobo; pengemong (Arif,
1996:243). Kelong palloserang umumnya dinyanyikan oleh ibu atau nenek kepada anak atau
cucunya dengan tujuan anak tersebut segera tidur. Dengan alunan kelong yang sangat
menyentuh perasaan sang anak, maka anak dapat tertidur pulas.
pelaksanannya hampir sama yaitu menyanyikan kelong palloserang sampai anak
tertidur namun bedanya, ada yang menidurkan anak diantara kedua kaki, ada yang
menidurkan anak dengan cara menggendong anak dengan posisi berbaring, ada yang
berbaring bersama anak di atas.

 Jenis kelong palloserang berdasarkan cara menidurkan anak

Bentuk yang terdapat dalam kelong palloserang hanya ada satu bentuk, yaitu dimainkan
dengan menggunakan syair yang tidak terbatas jumlahnya sampai anak tertidur. Jenis kelong
palloserang berdasarkan cara menidurkan anak terbagi menjadi empat jenis, yaitu sebagai
berikut:
a. Kelong yang dilantungkan pada saat Nionda (menidurkan anak di antara kedua kaki)

b. Kelong yang dilantungkan pada saat Nitimang-timang (menggendong anak dengan posisi
berbaring)

c. Kelong yang dilantungkan pada saat Niloserang (berbaring bersama anak di atas tempat
tidur)
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Kelong adalah karya sastra Makassar yang berbentuk puisi dan banyak persamaan
dengan pantun dalam karya sastra Indonesia. Kelong terdiri dari empat baris dalam satu bait.
Baris pertama dan kedua berjumlah delapan suku kata, baris ketiga berjumlah lima suku kata,
dan baris keempat berjumlah delapan suku kata. Setiap larik adalah satu bait saling
mendukung satu arti (Djirong Basang, 1988).

3.2 Saran
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Makassar adalah daerah yang kaya akan
budaya dan karya sastra daerah sebagai warisan dari nenek moyang kita, maka marilah
kita melestarikan budaya tersebut dengan cara memperkenalkan karya sastra kepada
dunia pendidikan dan masyarakat luas, agar kekayaan budaya dan sastra lisan yang kita
miliki tidak luput oleh jaman.
DAFTAR PUSTAKA
Daeng, Kembong. 2018. Buku Kelong-Kelongna Tau Mangkasaraka.
https://beritaku.id.kolombudaya, diakses pada 9 september 2019 pukul 15:45

Kartika Nur Ramadha. 2009. Karya sastra


Makassar. http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-dan-karya-sastra-makassar-
indonesia.html, diakses pada senin, 9 september 2019 pukul 16.00

http://id.wikipedia.org/wiki/karyasastramakassar#kelongMangkassarak, ,diakses
pada senin, 9 september 2019 Pukul 16.30

Anda mungkin juga menyukai