Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PEMIKIRAN TOKOH-TOKOH EKONOMI KLASIK YANG RELEVAN

DAN TIDAK RELEVAN DENGAN MASA SEKARANG


Untuk memenuhi tugas final test mata kuliah “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam”
yang dibimbing oleh Bapak Muhammad Arief Budiman

Disusun Oleh :
NUURHIDYAH SAPITRI 190105010115

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

JANUARI 2021
BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN

A. Pemikiran Ekonomi Ibnu Miskawaih

1. Biografi Ibnu Miskawaih

Nama lengkap Ibnu Miskawaih (330-421 H/940-1030 M) adalah Abu Ali

Al-Kasim Ahmad (Muhammad) bin Yaqub bin Maskawaih. Ia lahir di Rayy,

belajar dan meninggal di Isfahan pada tanggal 9 Shafar 412 H./ 16 Pebruari 1030

M. Ia hidup di masa pemerintahan dinasti Buwaihi (320-450H./ 9321062M.) yang

sebagian besar pemukanya adalah bermazhab Shi‟ah. Setelah menjelajahi banyak

ilmu pengetahuan dan filsafat, ia lebih memusatkan perhatian pada sejarah dan

akhlak.

Gurunya dalam bidang sejarah adalah Abu Bakar Ahmad bin Kamil Al-

Qadi, sedangkan dalam bidang filsafat adalah Ibnu Al-Khammar. Ahmad bin

Muhammad bin ya‟qub yang nama keluarganya Miskawaih, disebut pula Abu Ali

Al-Khazim. Dari beberapa pertanyaan ibn Sina dan At-Tauhidi tampak bahwa

mereka berpendapat bahwa ia tak mampu berfilsafat. klaim utama Miskawaih

yang perlu diperhatikan terletak pada sistem etikanya yang tersusun dengan baik.

2. Pemikiran Ekonomi Ibnu Miskawaih

a) Konsep Pertukaran Barang

Ibnu Miskawaih dalam bukunya Tahdib al Akhlaq banyak

berpendapat dalam tataran filosofi etis dalam upaya untuk mensintesiskan

pandangan-pandangan Aristoteles dengan ajaran Islam. Ia banyak

membahas tentang pertukaran barang dan jasa serta peranan uang.

Menurutnya, manusia adalah makhluk sosial yang paling membutuhkann


satu sama lainnya untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa.

Karenanya, manusia akan melakukan pertukaran barang dan jasa dengan

kompensasi yang pas (reward, al-mukafat al-mukafat almunasihab).

Contoh jika seorang tukang sepatu memakai jasa tukang cat dan ia

memberikan jasanya sendiri, ini akan menjadi reward jika karya keduanya

seimbang.

Dalam hal ini dinar akan menjadi suatu penilaian dan penyeimbang

di antar keduanya. Ia menegaskan bahwa logam yang dapat dijadikan

sebagai mata uang adalah logam yang dapat diterima secara universal

melalui konvensi, yakni tahan lama, mudah dibawa, tidak rusak,

dikehendaki orang dan fakta orang menyukainya. Terdapat sebuah hadist

yang menjelaskan tentang konsep pertukaran jasa atau barang yang

nilainya harus seimbang. Abu Sa‟id Al-Khudri mengatakan bahwa pada

suatu hari Bilal menjumpai Rasulullah SAW dengan membawa kurma

hijau. Rasulullah SAW bertanya:”Dari mana kau dapat kurma ini?” Bilal

menjawab: “Kami memiliki kurma berkualitas rendah.

Karena itu kami lalu menukarkan kurma dua sha‟ kurma buruk itu

dengan satu sha‟ kurma baik ini untuk kami hadiahkan kepada Nabi.”

Mendengar itu Nabi bersabda:”….itu riba yang amat jelas. Jangan lagi

lakukan itu; jika kau ingin mendapat kurma yang berkualitas baik, maka

juallah kurmamu yang berkualitas buruk itu lalu belilah dengannya kurma

yang berkualitas yang baik.” (Bukhari) Sangatlah jelas dari hadist yang

disebutkan tersebut bahwa pertukaran dua komoditas yang sama Nabi


larang kecuali jika dalam jumlah yang sama dan waktu yang berlangsung

seketika.

Sekalipun dalam pertukaran barang terdapat toleransi dengan

beberapa syarat tertentu tetapi juga tudak dianggap baik. Dalam contoh

kasus pada hadist yang disebutkan bahwa Nabi menyuruh menjual

komoditas mereka lalu dengan uang mereka dapat membeli komodiatas

yang mereka inginkan tetapi sesuai dengan kualitas dan nilai. Salah satu

tujuan dari perintah tersebut adalah menghindari dari praktek riba, dan

sebagai alat untuk mendorong digunakannya uang sebagai alat tukar.

b) Konsep Peranan dan Pertukaran Uang

Menurut Ibnu Miskawaih dalam melakukan pertukaran uang akan

berperan sebagai alat penilaian dan penyeimbang (al-muqawwim al-

musawwi baynahuma) dalam pertukaran, sehingga dapat tercipta keadilan.

Karena sejatinya Nabi melarang pertukaran apabila nilainya tidak sama

karena dapat menimbulkan kerugian, yaitu salah satu pihak beruntung dan

pihak lainnya merugi. Ataupun juga bisa menimbulkan celah riba antara

dua orang pelaku. Selain itu juga ia juga banyak membahas kelebihan

uang emas (dinar) yang dapat diterima secara luas dan menjadi subtitusi

(mu‟awwid) bagi semua jenis barang dan jasa.

Hal ini dikarenakan emas yang merupakan logam yang sifatnya

tahan lama (durable), mudah dibawa (convenience), tidak dapat dikorup

(incorruptible), dikehendaki banyak orang (desirable), serta orang senang

melihatnya. Dari pemikiran Ibnu Miskawaih adalah ia juga menjelaskan


bahwa uang adalah subjek dari keadilan. Ia melihat bahwa emas menjadi

dapat diterima secara universal. Kualitas yang baik dari suatu logam

tertentu: tahan lama, mudah dibawa, tidak dapat dikorup, dikehendaki

orang dan kenyataan bahwa orang senang melihatnya.

Sejatinya banyak dari pemikiran ekonom muslim yang lebih

dahulu sebelum munculnya pemikiran konvensional. Dan juga banyak

teori yang lebih dahulu di paparkan oleh ekonom muslim. Hal ini

membuktikan bahwa pemikir atau kontribusi muslim telah lebih dahulu

ada dan secara pemikiran lebih maju dari pemikiran konvensional.

B. Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah

1. Biografi Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah bernama lengkap Taqi al-Din Ahmad bin „Abd al-Halim,

lahir di Kota Harran pada tanggal 22 Januari 1263 M (10 Rabi‟ul Awwal 661 H).

Ia berasal dari keluarga yang berpendidikan tinggi. Ayahnya Abd. Al-Halim

Syihabuddin bin Taymiyyah. Seorang syaikh, khatib, yang „alim Wara‟. Yang

berpropesi sebagai guru besar dan kepala madrasah Sukkariyyah. Kakeknya Majd

ad-Din Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taymiyyah Al-Harrani.

Syaikul Islam, ulama fiqih, ahli hadis, tafsir, Ilmu Ushul dan hafidz dan

merupakan ulama besar madzhab Hambali dan penulis sejumlah buku. Berkat

kejeniusannya, diusia yang terbilang muda Ibn Taimiyah telah mamapu

menamatkan sejumlah mata pelajaran, seperti tafsir, hadis, fiqih, matematika dan

filsafat, serta berhasil menjadi yang terbaik diantara teman-teman sepeguruannya.


2. Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah

a. Harga kompensasi dan upah yang adil

1) Harga kompensasi

Dua isltilah yang sering ada dalam pembahasan Ibnutaimiyah

tentang masalah harga, yaitu:

 konpensasi yang setara („iwad al-mitsl) diukur dan ditaksir

oleh hal-hal yang setara dan itulah esensi dari keadilan(

nafs al-„adl);

 harga yang setara ( tsaman al-mitsl).Ibnu Taimiyah

membedakan ada dua jenis harga, yaitu:

a) harga yang tak adil/terlarang dengan

b) harga yang adil/ disukai.

Harga yang setara itu sebagai harga yang adil. Jadi

dua kata : “adil” dan “setara” digunakan saling mengganti.

Konsep Ibnu Taimiyah tentang kompensasi yang adil

(‘iwad al-mitsl ) dan harga yang adil ( tsaman al-mitsl )

tidak sama. Kompensasi yang adil adalah penggantian

sepadan yang merupakan nilai harga yang setara dari

sebuah benda menurut adat kebiasaan.

Kompensasi yang setara diukur dan ditaksir oleh

hal-hal yang setara tanpa adatambahan dan pengurangan.

Penggunaan kata kompensasi yang adil setara untuk

membongkar masalah moral dan kewajiban hukum


berkaitan dengan barang-barang, dan bukan merupakan

kasus nilai tukar, tetapi sebagai kompensasi atau

pelaksanaan sebuah kewajiban. Sedangkan haga yang adil

adalah nilai harga yang dimana orang-orang menjual

barangnya dapat diterima secara umum sebagai hal yang

sepadan dengan barang yang dijual itu ataupun barang yang

sejenis lainnya ditempat dan waktu tertentu.

Keadilan yang dikehendaki oleh Ibnu Taimiyah

berhubungan dengan prinsip la dharar yakni tidak meluka

dan merugikan orang lain sehingga dengan berbuat adil

akan mencegah terjadinya tindak kezaliman.

2) Upah yang adil

konsep upah yang adil dimaksudkan sebagai tingkat upah

yang wajib diberikan kepada para pekerja sehingga mereka dapat

hidup layak ditengah-tengah masyarakat. Dalam pembahasan, Ibnu

Taimiyah mengacu pada tingkat harga yang berlaku dibursa kerja (

tas fi a’mal ) dan menggunkan istilah upah yang setara (ujrah al-

mitsl).

Ketentuan akan upah yang adil atau setara diatur dengan

menggukan aturan yang sama dengan harga yang adil, yaitu

dengan adanya tawar-menawar antar pekerja dan pemberi kerja.

Dengan kata lain, pekerja diberlakukan sebagai barang dagang

yang harus tunduk pada hukum ekonomi, tentang permintaan dan


penawaran. Tentang bagaimana upah yang adil atau setara tersebut

ditentukan, Ibn Taimiyah menjelaskan:“ upah yang setara akan

ditentukan oleh upah yang telah diketahui (musamma) jika ada,

yang dapat menjadi acuan bagi kedua belah pihak.

Seperti halnya dalam kasus jual atau sewa, harga yang telah

diketahui (tsaman musamma) akan diberlakukan sebagai harga

yang setara. Konsep tersebut diberlakukan oleh pemerintah dan

individu. Jika pemerintah ingin menetapkan upah atau jika kedua

belah pihak tidak mempunyai acuan tentang tingkat upah, maka

mereka harus menyetujui atau menentukan tingkat upah yang

dapat diterima sebagai upah untuk perkejaan tertentu.

b. Mekanisme pasar

Aktifitas bisnis yang kita lakukan tentunya, berhubungan erat

dengan keadaan pasar serta mekanisme yang ada didalamnya, yang

berhubungan dengan kekuatan permintaan dan penawaran, guna

menentukan harga jual dan atau konpensasi yang kita harapkan atas

produk yang kita lempar. Berkaitan dengan persoalan diatas Ibn Taimiyah

menyatakan “ naik dan turunnya harga tidak selalu diakibatkan oleh

kezaliman orang-orang tertentu.

Terkadang, hal tersebut disebabkan oleh kekurangan produksi atau

penurunan impor barang-barang yang diminta. Oleh karena itu, apabila

permintaan naik dan penawaran menurun, maka harga-harga naik. Dan

sebaliknya. Apa bila persediaan barang meningkat dan permintaan


terhadapnya menurun, maa harga pun turun. Kelangkaan atau pun

kemelimpahan ini, bukan disebabkan oleh orang-orang tertentu. Ia bisa

jadi disebabkan oleh sesuatu yang tidak mengandung kezaliman, atau

terkadang, ia bisa juga disebabkan oleh kedzaliman.

Hal ini adalah ke maha kuasaan Allah swt yang telah menciptakan

keinginan dihati manusia”Bagaimana bila permintaan meningkat

sementara persediaan tetap? Apakah pengaruhi kenaikan atau

menurunnya harga? Dalam hal ini Ibnu Taimiyah meberikan penjelasan,

“apabila orang-orang menjual barang dagangan dengan cara yang dapat

diterima secara umum tanpa disertai dengan kezaliman dan harga-harga

mengalami peningkatan sebagai konsekuensi dari penurunan jumlah

barang (qillah al-syai) atau peningkatan jumlah penduduk (katsrah al-

khalq) , hal ini disebabkan oleh Allah swt.

Dengan penjelasan tersebut, Ibn Taimiyah bependapat bahwa

kenaikan harga itu terjdi karena penurunan jumlah barang atau kenaikan

jumlah penduduk. Penurunan jumlah barang dapat disebut juga sebagai

penurunan persediaan ( supply) , sedangkan peningkatan jumlah penduduk

dapat disebut sebagai kenaikan permintaan (demand). Suatu kenaikan

harga yang disebabkan oleh penurunan supply atau kenaikan demand

dikarakteristikkan sebagai sunnah Allah swt yang tidak bisa dielakkan

dalam teori ekonomi, untuk menunjukan mekanisme pasar yang bersifat

impersonal.
c. Regulasi dan musyawarah harga

Tujuan regulasi harga adalah untuk menegakan keadilan serta

memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Ibnu Taimiyah membedakan dua

jenis penetapan harga,yakni penetapan harga yang tidak adil dan cacat

hukum serta penetapan harga yang adil dan sah menurut hukum.penetapan

harga yang tidak adil dan cacat hukum adalah penetapan harga yang

dilakukan pada saat kenaikan harga-harga terjadi akibat persaingan pasar

bebas, yakni kelangkaan supply atau kenaikan demand.

Musyawarah untuk menetapkan harga sebelum menerapkan

kebijakan penetapan harga, terlebih dahulu pemerintah harus melakukan

musyawarah dengan masyarakat terkait.Secara jelas, ia memaparkan

kerugian dan bahaya dari penetapan harga yang sewenang-wenang yang

tidak akan memperoleh dukungan luas, seperti timbulnya pasar gelap atau

manipulasi kualitas tingkat barang yang dijual pada tingkat harga yang

ditetapkan. Berbagai bahaya ini dapat direduksi, bahkan dihilangkan,

apabila harga-harga ditetapkan melalui proses musyawarah dan

dengan menciptakan rasa tanggung jawab moral serta dedikasi terhadap

kepentingan publik.

Pemikiran Ibnu Taimiyah tentang regulasi harga ini juga berlaku

terhadap berbagai faktor produksi lainnya. Seperti yang telah

disinggung jasa mereka sementara masyarakat sangat membutuhkannya

atau terjadi ketidaksempurnaan dalam pasar tenaga kerja, pemerintah

harus menetapkan upah para tenaga kerja. Tujuan penetapan harga ini
adalah untuk melindungi para majikan dan para pekerja dari aksi saling

mengeksploitasi di antara mereka.

d. Uang dan Kebijakan Moneter

Karakteristik dan Fungsi Uang Secara khusus Ibnu Taimiyah

menyebutkan dua utama fingsi uang yaitu sebagai pengukur nilai dan

media pertukaran bagi sejumlah barang yang berbeda. Ia menyatakan,

“Atsman (harga atau yang dibayarkan sebagai harga, yaitu uang)

dimaksudkan sebagai pengukur nilai barang-barang (mi‟yar al-amwal)

yang dengannya jumlah nilai barang-barang (maqadir al-amwal) dapat

diketahui; dan uang tidak pernah dimaksudkan untuk diri mereka sendiri.”

Berdasarkan pandangannya tersebut,

Ibnu Taimiyah menentang keras segala bentuk perdagangan uang,

karena hal ini berarti mengalihkan fungsi uang dari tujuan sebenarnya.

Apabia uang dipertukarkan dengan uang yang lain, pertukaran tersebut

harus dilakukan secara simultan (taqabud) dan tanpa penundaan (hulul).

Dengan cara ini, seseorang dapat mempergunakan uang sebagai sarana

untuk memperoleh berbagai kebutuhannya.

e. Penurunan Nilai Mata Uang

Ibnu Taimiyah menentang keras terjadinya penurunan nilai mata

uang dan percetakan mata uang yang sangat banyak. Ia menyatakan,

“Penguasa seharusnya mencetak fulus (mata uang selain dari emas dan

perak) sesuai dengan nilai yang adil (proporsional) atas transaksi

masyarakat, tanpa menimbulkan kezaliman terhadap mereka.” Pernyataan


tersebut memperlihatkan bahwa Ibnu Taimiyah memiliki beberapa

pemikiran tentang hubungan antara jumlahh mata uang, total volume

transaksi dan tingkat harga.

Pernyataanya tentang volume fulus harus sesuai dengan proporsi

jumlah transaksi yang terjadi adalah untuk menjamin harga yang adil. Ia

menganggap bahwa nilai intrinsik mata uang, misalnya nilai logam, harus

sesuai dengan daya beli di pasar sehingga tdak seorang pun, termasuk

penguasa, dapat mengambil untung dengan melebur uang tersebut dan

menjual dalam bentuk logam atau mengubah logam tersebut menjadi koin

dan memasukkannya dalam peredaram mata uang.

f. Mata Uang yang Buruk Akan Menyngkirkan Mata Uang yang Baik

Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa uang yang berkualitas buruk

akan menyingkirkan mata uang yang berkualitas baik dari peredaran. Ia

menggambarkan hal ini sebagai berikut: “Apabila penguasa membatalkan

pengggunaan mata uang tertentu dan mencetak jenis mata uang yang lain

bagi masyarakat, hal ini akan merugikan orang-orang kaya yang memiliki

uang karena jatuhnya nilai uang lama menjadi hanya sebuah barang. Ia

berarti telah melakukan kezaliman karena menghilanhkan nlai tinggi yang

semuka mereka miliki.

Lebih daripada itu, apabila nilai intrisik mata uang tersebut

berbeda, hal iniakan menjadi sebuah sumber keuntungan bagi para

penjahat untuk mengumpulkan mata uang yang buruk dan menukarnya

dengan mata uang yang baik dan kemudian mereka akan membawannya
kedaerah lain dan menukarkannya dengan mata uang yang buruk di daerah

tersebut untuk dibawa lagi kedaerahnya. Dengan demikian, nilai barang-

barang masyarakat akan menjadi hancur.” Pada pernyataan tersebut, Ibnu

Taimiyah menyebutkan akibat yang terjadi atas masuknya nilai mata uang

yang buruk bagi masyarakat yang sudah trlanjur memilikinya.

Jika mata uang tersebut kemudian dinyatakan tidak berlaku lagi

sebagai mata uang, berarti hanya diperlakukan sebagai barang biasa yang

tidak memiliki nilai yang sama dibanding dengan ketika berfungsi sebagai

mata uang. Disisi lain, seiring dengan kehadiran mata uang yang baru,

masyarakat akan memperoleh harga yang lebih rendah untuk barang-

barang mereka.

C. Pemikiran Ekonomi Al-Maqrizi

1. Biografi Al-Maqrizi

Nama lengkap Al-Maqrizi adalah Taqiyuddin Al-Abbas Ahmad bin Ali

Abdil Qadir AlHusaini, Ia lahir di Desa Barjuwan, Kairo pada tahun 766 H (1364

M). Keluarganya berasal dari Maqarizah sebuah desa yang terletak di kota

Ba‟lakbak. Maqarizah bermakna terpencil dari kota, oleh karena itu ia cenderung

dikenal sebagai Al-Maqrizi. Kondisi ekonomi ayahnya yang lemah menyebabkan

pendidikan masa kecil dan remaja Al-Maqrizi berada dibawah tanggungan

kakeknya dari pihak ibu, Hanafi ibnu Sa‟igh seorang penganut mazhab Hanafi.

Al-Maqrizi tumbuh berdasarkan mazhab ini.

Setelah kakeknya meninggal dunia pada tahun 786 H (1384 M), Al-

Maqrizi beralih ke mazhab Syafi‟i. bahkan dalam perkembangan pemikirannya, ia


terlihat cendrung menganut mazhab Zhahiri. Al-Maqrizi merupakan sosok yang

sangat mencintai Ilmu. Ketika berusia 22 tahun, Al-Maqrizi mulai terlibat dalam

berbagai tugas pemerintahan Dinasti Mamluk. Pada tahun 788 H (1386 M), Al-

Maqrizi memulai kiprahnya sebagai pegawai di Diwan Al-Insya, semacam

sekertariat Negara. Kemudian ia diangkat menjadi wakil Qadhi pada kantor hakim

agung mazhab Syafi‟i. Khatib di Masjid Jamil Al-Hakim dan guru Hadits di

Madrasah Al-Muayyadah. Pada tahun 791 H (1389 M), Sultan Barquq

mengangkat Al-Maqrizi sebagai Muhtasib di Kairo.

Jabatan tersebut diembannya selama dua tahun. Pada masa ini Al-Maqrizi

mulai banyak bersentuhan dengan berbagai permasalahan pasar, perdagangan, dan

Mudharabah. Sehingga perhatiannya terfokus pada harga-harga yang berlaku,

asal-usul uang dan kaidahkaidah timbangan. Pada tahun 811 H (1408 M), Al-

Maqrizi diangkat sebagai pelaksana administrasi Waqaf di Qalanisiyah, sambil

bekerja di rumah sakit An-Nuri, Damaskus. Pada tahun yang sama, ia menjadi

guru hadits di Madrasah Asyrafiyyah dan Madrasah Iqbaliyyah. Kemudian Sultan

Al-Malik Al-Nashir Faraj bin Barquq (1399-1412 M) menawarinya jabatan wakil

pemerintah Dinasti Mamluk di Damaskus. Namun, tawaran ini ditolak Al-

Maqrizi.

2. Pemikiran Ekonomi Al-Maqrizi

a. Konsep Uang

Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang

dalam ekonomi konvensional. Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat

jelas dan tegas bahwa uang adalah uang bukan capital. Sedang uang dalam
perspektif ekonomi konvensional diartikan secara

interchangeability/bolak-balik, yaitu uang sebagai uang dan sebagai

capital. Para ahli dalam perkonomian Islam mengakui manfaat uang

sebagai media pertukaran.

Nabi Muhammad saw sendiri menyukai penggunaan uang

dibandingkan menukarkan barang dengan barang. Pelarangan atas riba

Al-Fadl dalam Islam adalah langkah menuju transisi ke suatu

perekonomian uang dan juga suatu upaya yang diarahkan untuk membuat

transaksi barter bersifat rasional dan bebas dari elemen ketidakadilan serta

eksploitasi. Dalam konsep Islam, uang adalah flow concept. Islam tidak

mengenal motif kebutuhan uang untuk spekulasi karena tidak bolehkan.

Uang adalah barang public, milik masyarakat.

Karenanya, penimbunan uang yang dibiarkan tidak produktif

berarti mengurangi jumlah uang beredar. Bila diibaratkan dengan darah

dalam tubuh, perekonomian akan kekurangn darah atau terjadi kelesuan

ekonomi alias stagnasi. Itulah hikmah dilarangnya meninbun uang. Uang

dalam Ekonomi Islam adalah sesuatu yang bersifat flow consept bukan

stock concept.

Uang harus selalu mengalir, beredar di kalangan masyarakat dalam

kehidupan ekonomi karena uang itu adalah public goods, tidak mengendap

menjadi milik pribadi dalam bentuk private goods. Sebagai seorang

sejarahwan, Al-Maqrizi mengemukakan beberapa pemikiran tentang uang

melalui penelaahan sejarah mata uang yang digunakan oleh umat manusia.
Pemikirannya ini meliputi sejarah dan fungsi uang, implikasi penciptaan

mata uang buruk, dan daya beli uang. Bagi Al-Maqrizi, mata uang

mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia

karena dengan menggunakan uang manusia dapat memenuhi kebutuhan

hidup serta memperlancar aktivitas kehidupannya.

b. Teori Inflasi

Masalah inflasi adalah masalah yang selalu terjadi di dalam suatu

negara bukan hanya di negara maju tetapi juga di negara berkembang, hal

ini mengakibatkan tingkat pengangguran semakin tinggi. Dengan

mengemukakan berbagai fakta bencana kelaparan yang pernah terjadi di

Mesir, Al-Maqrizi menyatakan bahwa peristiwa inflasi merupakan sebuah

fenomena alam yang menimpa kehidupan seluruh masyarakat diseluruh

dunia sejak masa dahulu hingga sekarang.

Menurutnya, Inflasi terjadi karena harga-harga secara umum

mengalami kenaikan dan berlangsung terus-menerus. Menurut Al-Maqrizi

inflalsi terjadi karena dua hal yaitu faktor alamiah dan karena kesalahan

manunsia. Inflasi alamiah disebabkan karena faktor alam. Seperti ketika

terjadi bencana alam, berbagai bahan makanan dan hasil bumi lainnya

mengalami penurunan yang sangat drastis dan terjadi kelangkaan. Hal ini,

sangat berdampak terhadap kenaikan harga berbagai barang dan jasa

lainnya.

Untuk menangatasinya , pemerintah mengeluarkan sejumlah besar

dana yang mengakibatkan perbendaharaan negara mengalami penurunan


drastis karena disisi lain, pemerintah tidak memperoleh pemasokan atau

disebut juga pemerintah mengalami defisit anggaran dan negara, baik

secara politik, ekonomi, maupun sosial menjadi tidak stabil yang

kemudian menyebabkan keruntuhan sebuah pemerintahan.

Sedangkan penyebab inflasi karena kesalahan manusia disebabkan

oleh korupsi dan administrasi yang buruk dari para penguasa, Pejabat yang

banyak korupsi menyebabkan pengeluaran negara drastis naik sehingga

pemerintah menerapkan pajak yang berlebihan,Peningkatan sirkulasi Mata

Uang Fulus.

D. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun

1. Biografi Ibnu Khaldun

Nama lengkapnya adalah Abd al-Rahman bin Muhammad bin Khaldun

alHadrawi, 2 dikenal dengan panggilan Waliyuddin Abu Zaid, Qadi al-Qudat. Ia

lahir tahun 732 H di Tunis3. Ia bermazhab Maliki, Muhadist al-Hafidz, pakar

ushul fiqh, sejarawan, pelancong, penulis dan sastrawan.4 Saat kecil ia biasa

dipanggil dengan nama Abdurrahman. Sedangkan Ibnu Zaid adalah panggilan

keluarganya. Ia bergelar waliyudin dan nama populernya adalah Ibnu Khaldun.

5Gelar waliyudin merupakan gelar yang diberikan orang sewaktu Ibnu Khaldun

memangku jabatan hakim (qadli) di Mesir.

Sebutan „alamah didepan namanya menunjukkan bahwa pemakai gelar

tersebut merupakan orang yang mempunyai gelar kesarjanaan tertinggi,

sebagaimana gelar-gelar yang lain, seperti Rais, al-Hajib, al-Shadrul, al-Kabir, al-

Faqih, al-Jalil dan Imamul A‟immah, Jamal al-Islam wa al-Muslimin.6 Mengenai


tambahan nama belakangnya, al-Maliki, ini dihubungkan dengan imam mazhab

yang dianutnya dalam ilmu fiqh, yaitu mazhab Imam Malik bin Anas. Nenek

moyang Abd al-Rahman bin Muhammad bin Khaldun al-Handrami atau lebih

dikenal Ibnu khaldun mungkin berasal dari golongan Arab yaman di Handramaut.

Di Tunis keluarganya menetap setelah pindah dari Spanyol Moor.

Selama empat tahun ditempat itu ia menyelesaikan Muqaddimah, tahun

1337 M kemudian pindah ke Tunis untuk menyelesaikan kitab al-I‟bar (sejarah

dunia) dengan perolehan dari bahan-bahan perpustakaan kerajaan. Setelah

menjalani hidup di Afrika Utara, Ibnu Khaldun berlayar ke negeri Mesir pada

tahun 1383 M. Akhirnya Ibnu Khaldun meninggal dunia pada tanggal 26

Ramadhan 808 H/16 Maret 1406 M dalam usia 74 tahun menurut hitungan

Masehi atau 76 tahun menurut hitungan tahun Hijriah dan ia dimakamkan

dikuburan kaum sufi.

Selama 24 tahun menetap di Mesir, ia telah merevisi karya besarnya al-

„Ibar dengan menambah beberapa pasal dan memperluas cakupan bahasanya,

khususnya yang menyangkut dengan sejarah dinasti Islam dibagian Timur,

Sejarah negara purba serta sejarah negara Kristen dan asing. Selain itu ia juga

melengkapi pasal-pasal dalam kitab Muqadimah dam merevisi kitab

autobiografinya al-Ta‟rif.

2. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun

a. Teori Produksi

Dalam pemikiran ekonominya Ibnu Khaldun menegaskan bahwa

kekayaan suatu Negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di suatu


Negara, tetapi ditentukan oleh tingkat produksi Negara tersebut dan neraca

pembayaran yang positif (konsekuensi alamiah dari tingkat produksi yang

tinggi).

Bisa saja suatu Negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi

bila hal itu bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor

produksi, uang yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah

yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan

pendapatan pekerja dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi

lainnya. Bagi ibnu khaldun produksi adalah aktivitas manusia yang

diorganisasikan secara sosial dan internasional.

b. Teori Nilai, Uang, dan Harga

1) Teori Nilai

Bagi Ibnu Khaldun, nilai suatu produk sama dengan jumlah

tenaga kerja yang dikandungnya: “Laba yang dihasilkan manusia

adalah nilai yang terealisasi dari tenaga kerjanya.” (2:289)

2) Teori Uang

Bagi Ibnu khaldun, dua logam yaitu emas dan perak, adalah

ukuran nilai. Logam-logam ini diterima secara alamiah sebagai

uang dimana nilainya tidak dipengaruhi oleh fluktuasi subjektif

Ibnu Khaldun mendukung penggunaan emas dan perak sebagai

standar moneter. Baginya, pembuatan uang logam hanyalah

merupakan sebuah jaminan yang diberikan oleh penguasa bahwa

sekeping uang logam mengandung sejumlah kandungan emas dan


perak tertentu. Percetakannya adalah sebuah kantor religius, dan

karenanya tidak tunduk kepada aturan-aturan temporal. Jumlah

emas dan perak yang dikandung dalam sekeping koin tidak dapat

diubah begitu koin tersebut sudah dimulai (diterbitkan).

3) Teori Harga

Bagi Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari hukum

permintaan dan penawaran. Pengecualian satu-satunya dari hukum

ini adalah harga emas dan perak, yang merupakan standar moneter.

Semua barang-barang lainnya terkena fluktuasi harga yang

tergantung pada pasar. Bila suatu barang langka dan banyak

diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang berlimpah, maka

harganya rendah. Karena itu, Ibnu Khaldun menguraikan suatu

teori nilai yang berdasarkan tenaga kerja, sebuah teori tentang uang

yang kuantitatif, dan sebuah teori tentang harga yang ditentukan

oleh hukum permintaan dan penawaran.

c. Teori Distribusi

Harga suatu produk terdiri dari tiga unsur: gaji, laba, dan pajak. Gaji

adalah imbal jasa bagi produser, laba adalah imbal jasa bagi pedagang,

dan pajak adalah imbal jasa bagi pegawai negeri dan penguasa.

1) Pendapat Tentang Penggajian Elemen-Elemen Tersebut

 Gaji

Karena nilai suatu produk adalah sama dengan jumlah

tenaga kerja yang dikandungnya, gaji merupakan unsur


utama dari harga barang-barang. Harga tenaga kerja adalah

basis harga suatu barang.

 Laba

Laba adalah selisih antara harga jual dengan harga beli

yang diperoleh oleh pedagang. Namun selisih ini

bergantung pada hukum permintaan dan penawaran, yang

menentukan harga beli melalui gaji dan menentukan harga

jual melalui pasar. Bagi Ibn Khaldun perdagangan adalah

“Membeli dengan harga murah dan menjual dengan harga

mahal.” (2:297)

 Pajak

Pajak bervariasi menurut kekayaan penguasa dan

penduduknya. Karenanya, jumlah pajak ditentukan oleh

permintaan dan penawaran terhadap produk, yang pada

gilirannya menentukan pendapatan penduduk dan

kesiapannya untuk membayar.

2) Eksistensi Distribusi Optimum

Besarnya ketiga jenis pendapatan ini ditentukan oleh hukum

permintaan dan penawaran. Menurut Ibnu Khaldun pendapatan ini

memiliki nilai optimum.

 Gaji

Bila gaji terlalu rendah, pasar akan lesu dan produksi tidak

mengalami peningkatan. Jika gaji terlalu tinggi, akan


terjadi tekanan inflasi dan produsen kehilangan minat untuk

bekerja. “pekerja, pengrajin dan para professional menjadi

sombong.” (2:241)

 Laba

Jika laba sangat rendah, pedagang terpaksa melikuidasi

sahamsahamnya dan tidak dapat memperbaruinya karena

tidak ada modal. Jika laba terlalu tinggi, para pedagang

akan melikuidasi saham-sahammnya pula dan tidak dapat

memperbaruinya karena tekanan inflasi.

 Pajak

Jika pajak terlalu rendah, pemerintah tidak dapat menjalani

fungsinya: “pemilik harta dan kekayaan yang berlimpah

dalam peradaban tertentu memerlukan kekuatan protektif

untuk membelanya.” (2:250) Jika pajak terlalu tinggi,

tekanan fiskal menjadi terlalu kuat, sehingga laba para

pedagang dan produsen menurun dan hilanglah insentif

mereka untuk bekerja: Oleh karena itu, Ibn Khaldun

membagi pendapatan nasional menjadi tiga kategori: gaji,

laba dan pajak, dengan masing-masing kategori ini

memiliki tingkat optimum. Namun demiikian, tingkat

optimum ini tidak dapat terjadi dalam jangka panjang, dan

siklus aktivitas ekonomi harus terjadi.

d. Siklus Produksi dan Siklus Populasi


1) Siklus Produksi

Bagi Ibnu Khaldun, produksi bergantung kepada

penawaran dan permintaan terhadap produk. Namun penawaran

sendiri tergantung kepada jumlah produsen dan hasratnya untuk

bekerja, demikian juga permintaan tergantung pada jumlah

pembeli dan hasrat mereka untuk membeli Variabel penentu bagi

produksi adalah populasi serta pendapatan dan belanja Negara,

keuangan publik.

2) Siklus Populasi

Produksi ditentukan oleh populasi. Semakin banyak

populasi, semakin banyak produksinya. Demikian pula, semakin

besar populasi semakin besar permintaannya terhadap pasar dan

semakin besar produksinya. Namun populasi sendiri ditentukan

oleh produksi. Semakin besar produksi, semakin benyak

permintaan terhadap tenaga kerja dipasar. Hal ini menyebabkan

semakin tinggi gajinya, semakin banyak pekerja yang berminat

untuk masuk ke lapangan tersebut, dan semakin besar kenaikan

populasinya. Akibatnya, terhadap suatu proses kumulatif dari

pertumbuhan populasi dan produksi, pertumbuhan ekonomi

menentukan pertumbuhan populasi dan sebaliknya.


ANALISIS

A. Analisis Pemikiran Ekonomi Ibnu Miskawaih

Konsep Pertukaran Barang Menurutnya, manusia adalah makhluk sosial yang

paling membutuhkan satu sama lainnya untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa.

Karenanya, manusia akan melakukan pertukaran barang dan jasa dengan kompensasi

yang pas. Ia cukup bijaksana dengan meyadari bahwa mengukur dengan ukuran uang

tidaklah sempurna.

Maka, menjadi penting bagi penguasa untuk melakukan intervensi dengan alasan

untuk menjamin keadilan antara pihak-pihak yang melakukan transaksi. Pada masa

sekarang pertukaran barang atau yang biasanya disebut dengan barter memang jarang

sekali ditemukan disekitaran kota, apa lagi disaat ini sudah zaman modern banyak orang

yang lebih memilih dengan berbelanja online tanpa harus keluar rumah, tapi ternyata

masih ada sistem barter di Indonesia seperti di Pasar terapung Lok Baintan, Kalimantan

Selatan semakin pesatnya perkembangan zaman cara transaksi dalam perdagangan di

Pasar Terapung Lok Baintan masih menggunakan sistem barter dan ini berlangsung

sudah dari dulu.

Sistem barter terjadi saat seorang pedagang butuh suatu barang dan pedagang lain

membutuhkan barang tertentu. Nilai barang yang dibarter antar pedagang sama atau

dianggap sama. Konsep Peranan dan Pertukaran Uang Menurut Ibnu Miskawaih dalam

melakukan pertukaran uang akan berperan sebagai alat penilaian dan penyeimbang dalam

pertukaran, sehingga dapat tercipta keadilan. pemikiran Ibnu Miskawaih juga

menjelaskan bahwa uang adalah subjek dari keadilan. Pada masa sekarang uang memiliki

peran sebagai alat transaksi dalam kehidupan.


B. Analisis Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah

Mekanisme pasar Ibn Taimiyah menyatakan “ naik dan turunnya harga tidak

selalu diakibatkan oleh kezaliman orang-orang tertentu. Terkadang, hal tersebut

disebabkan oleh kekurangan produksi atau penurunan impor barang-barang yang diminta.

Oleh karena itu, apabila permintaan naik dan penawaran menurun, maka harga-harga

naik. Dan sebaliknya. Apa bila persediaan barang meningkat dan permintaan terhadapnya

menurun, maka harga pun turun. Pada masa sekarang mekanisme pasar diartikan dengan

harga bergerak bebas sesuai hukum permintaan dan penawaran (supply and demand).

Jika suplai lebih besar dari demand, maka harga akan cenderung rendah. Begitupun jika

demand lebih tinggi sementara suplai terbatas, maka harga akan cenderung mengalami

peningkatan.

C. Analisis Pemikiran Ekonomi Al-Maqrizi

Konsep Uang Al-Maqrizi mengemukakan beberapa pemikiran tentang uang

melalui penelaahan sejarah mata uang yang digunakan oleh umat manusia. Pemikirannya

ini meliputi sejarah dan fungsi uang, implikasi penciptaan mata uang buruk, dan daya beli

uang. Bagi Al-Maqrizi, mata uang mempunyai peranan yang sangat penting dalam

kehidupan umat manusia karena dengan menggunakan uang manusia dapat memenuhi

kebutuhan hidup serta memperlancar aktivitas kehidupannya. Pada masa sekarang Uang

adalah alat untuk memenuhi kebutuhan manusia selain itu uang sebagai alat tukar, uang

bukan komoditas yang bisa diperjualbelikan dengan kelebihan dan juga tidak dapat

disewakan.

Uang berguna untuk membeli suatu barang, sehingga kebutuhan manusia dapat

terpenuhi. Teori Inflasi Menurutnya, Inflasi terjadi karena harga-harga secara umum
mengalami kenaikan dan berlangsung terus-menerus. Menurut Al-Maqrizi inflalsi terjadi

karena dua hal yaitu faktor alamiah dan karena kesalahan manunsia. Inflasi alamiah

disebabkan karena faktor alam. Seperti ketika terjadi bencana alam, berbagai bahan

makanan dan hasil bumi lainnya mengalami penurunan yang sangat drastis dan terjadi

kelangkaan.

Pada masa sekarang inflasi juga sama seperti yang di jelaskan oleh Al-Maqrizi

yang dimana pada masa sekarang inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum

dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Untuk faktor yang menyebabkan inflasi

berbeda dengan pendapat dari Al-Maqrizi yang mana untuk faktor penyebab inflasi pada

masa sekarang adalah Inflasi Karena Permintaan, Inflasi Karena Bertambahnya Uang

yang Beredar, Inflasi Karena Kenaikan Biaya Produksi, Inflasi Campuran dan Inflasi

Karena Struktural Ekonomi yang Kaku.

D. Analisis Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun

Teori Produksi didalam pemikiran ekonominya Ibnu Khaldun menegaskan bahwa

kekayaan suatu Negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di suatu Negara, tetapi

ditentukan oleh tingkat produksi Negara tersebut dan neraca pembayaran yang positif

(konsekuensi alamiah dari tingkat produksi yang tinggi). Pada masa sekarang Teori

produksi ialah teori yang menerangkan sifat hubungan antara tingkat produksi yang akan

dicapai dengan jumlah faktor-faktor produksi yang digunakan. Manfaat produksi ialah

dapat memberikan manfaat sebagai penambah nilai guna barang dan Menciptakan Nilai

Guna Lewat Kegiatan Produksi.

Teori Nilai, Uang, dan Harga Teori Nilai Bagi Ibnu Khaldun, Teori Uang bagi

Ibnu khaldun, dua logam yaitu emas dan perak, adalah ukuran nilai. Logam-logam ini
diterima secara alamiah sebagai uang dimana nilainya tidak dipengaruhi oleh fluktuasi

subjektif Ibnu Khaldun mendukung penggunaan emas dan perak sebagai standar moneter.

Pada masa sekarang uang uang adalah setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum.

Alat tukar tersebut dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di

masyarakat dalam proses pertukaran barang dan/atau jasa.

Pada masa sekarang jarang ditemukan uang logam emas dan perak, saat ini

banyak yang beredar adalah uang berdasarkan lembaga yang menerbitkan seperti uang

kartal dan uang giral. Teori Harga Bagi Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari hukum

permintaan dan penawaran. Pengecualian satu-satunya dari hukum ini adalah harga emas

dan perak, yang merupakan standar moneter.

Pada masa sekarang teori harga sebuah teori yang berusaha memahami bagaimana

harga ditentukan. Dalam mikroekonomi, ini dijelaskan melalui hukum permintaan,

hukum penawaran dan ekuilibrium keduanya, baik secara individu maupun pasar secara

keseluruhan. Untuk teori harga ada kesamaan yang dinyatakan Ibnh Khaldun dengan

teori uang pada saat ini.


DAFTAR PUSTAKA

Penerbit Genpi.co. ‘’Sudah Modern, Ternyata Masih Ada Sistem Barter Di Indonesia’’. 7
februari 2019. https://www.genpi.co/amp/berita/6032/sudah-modern-ternyata-masih-ada-sistem-
barter-di-indonesia (diakses tanggal 8 Januari 2021)

Penerbit Okezone.Com. „‟ mekanisme pasar‟‟. 11 oktober 2010.


https://economy.okezone.com/amp/2010/10/11/226/381155/mekanisme-pasar (diakses tanggal 8
Januari 2021)

Novi Fuji Astuti. „‟faktor penyebab inflasi dalam perekonomian dan cara
menanganinya‟‟. https://m.merdeka.com/jabar/faktor-penyebab-inflasi-dalam-perekonomian-
dancaramenanganinyakln.html#:~:text=Inflasi%20terjadi%20karena%20munculnya%20keingina
n,akhirnya%20mengakibatkan%20harga%20menjadi%20naik. (diakses tanggal 8 Januari 2021)

Penerbit sudiobelajar.com. „‟teori produksi‟‟. https://www.studiobelajar.com/teori-


produksi/.

M Haris Asrari. „‟Pemikiran Ekonomi Ibn Miskawaih‟‟.


https://prezi.com/yckcd3kx3vwn/pemikiran-ekonomi-ibn-miskawaih/

Ismail K Usman. „‟Konsep Perndidikan Ibnu Miskawaih Dan Ibnu Khaldun‟‟.


https://media.neliti.com/media/publications/273892-konsep-pendidikan-ibnu-miskawaih-dan-
ibn-8fae6b3c.pdf

Annisa Silvi Kusumastuti, Syamsuri. „‟Konsep Pertukaran Dan Peranan Uang Menurut
Ibnu Miskawaih‟‟. http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/nisbah/article/view/2639/pdf

Choirul Huda. „‟Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi Islam; Ibnu Khaldun.


http://journal.walisongo.ac.id/index.php/economica/article/viewFile/774/685

Della Santika. „‟Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Khaldun‟‟. 29 November 2019
https://www.kompasiana.com/dellasanti22/5de08cb1d541df3f7a611fd4/sejarah-pemikiran-
ekonomi-islam-ibnu-khaldun
Abu Al Maira. „‟Biografi Ibnu Khaldun‟‟. http://www.jacksite.wordpress.com
/2007/04/17/biografi-ibnu-khaldun

Fadilla. „‟Pemikiran Ekonomi Al-Maqrizi‟‟. 1 Agustus 2016


https://media.neliti.com/media/publications/287387-pemikiran-ekonomi-al-maqrizic6dc494b.pdf

Ambok Pangiuk. „‟Inflasi Pada Fenomena Sosial Ekonomi: Pandangan Al-Maqrizi‟‟.


https://media.neliti.com/media/publications/146342-ID-none.pdf

Abdul Azim Islahi, Economic Consepts Of Ibn Taimiyah (London: The Islamic
Foundation 1988),hlm.57

Ibn Katsir, Al- Bidayah Wa al-Nihayah, Vol. 13 (Bairut : Maktabah al-Ma‟arif, 1966),
hlm. 136-137.

Ibn Rajab, Dhai Tabaqat al- Hanabilah, vol. 2 (kairo : Matba‟ah al-Sunnah
Muhammadiyah, 1953), hlm.388

Amalia, Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005, Cet.1

Ar. 2010. Diperlukan intervensi pemerintah untuk atasi tingginya gejolak harga,
http://bataviase.co.id/node

Azwar karim, Adiwarman, sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada, 2006, Ed. 3

Chamid, Nur, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2010, Cet. 1

Misanan, Munrokhim, dkk., Text Book Ekonomi Islam, Yogyakarta: Direktorat


Perbankan Syariah Bank Indonesia DPbS BI & Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi
Islam Universitas Islam Indonesia (P3EI UII)

Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2010), Cet. 1., hlm, 230

Anda mungkin juga menyukai