Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah

Dosen Pengampu: Hj. Lina Marlina., S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh:

Naufal Luthfi Zarkasyi 181002037

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA

2020 M/1441 H
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Islam adalah agama yang sempurna. Hal ini dikarenakan didalamnya


dibahas nilai-nilai, etika, dan pedoman hidup secara komperhensif. Islam pula
merupakan agama penyempurna agama-agama terdahulu dan mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia baik persoalan aqidah maupun muamalah. Dalam hal
muamalah, Islam mengatur kaitannya dengan relasi manusia dengan sesama
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari termasuk didalamnya
dituntun bagaimana cara pengelolaan pasar dan segala bentuk mekanismenya.

Peranan ekonomi Islam dalam mekanisme pasar menyumbangkan andil


yang amat penting di tengah carut-marut kondisi perekonomian bangsa Indonesia.
Praktek pasar sejatinya harus ditampilkan nilai-nilai yang sesuai dengan norma
dan nilai yang dibenarkan. Dua paham ekonomi yang selama ini menjadi acuan
dan barometer dunia, yaitu ekonomi kapitalis dan ekonomi sosialis ternyata tidak
dapat mengatur mekanisme kegiatan pasar saat ini yang serba tidak menentu dan
tidak jelas, malah semakin memperparah keadaan.

2. Rumusan Masalah
a) Apa Biografi dan Karya Ibn Taimiyah?
b) Apa Mekanisme Pasar?
c) Apa Perbandingan Mekanisme Pasar Islam dengan Konvensional?
3. Tujuan
a) Memahami Biografi dan Karya Ibn Taimiyah?
b) Memahami Mekanisme Pasar?
c) Memahami Perbandingan Mekanisme Pasar Islam dengan Konvensional?
B. PEMBAHASAN

1. Biografi dan Karya Ibn Taimiyah


Beliau bernama lengkap Ahmad bin Abdis Salam bin Abdillah bin Al-
Khidir bin Muhammad bin Taimiyah An-Numairy al-Harrany al-Dimasyqy. Ia
dilahirkan di Harran, sebuah kota induk di Jazirah Arabia yang terletak di antara
sungai Dajalah (Tigris) dan Efrat, pada Senin, 12 Rabi'ul Awal 661 H (1263M).

Sejak kecil Ibnu Taimiyah sudah menunjukkan kecerdasannya. Ketika


masih berusia belasan tahun, Ibnu Taimiyah sudah hafal Alquran dan mempelajari
sejumlah bidang ilmu pengetahuan di Kota Damsyik kepada para ulama-ulama
terkenal di zamannya.

Berkat kecerdasannya, ia dengan mudah menyerap setiap pelajaran yang


diberikan. Bahkan, ketika usianya belum menginjak remaja, ia sudah menguasai
ilmu ushuluddin (teologi) dan memahami berbagai disiplin ilmu, seperti tafsir,
hadis, dan bahasa Arab.

Pada umurnya yang ke-17, Ibnu Taimiyah sudah siap mengajar dan
berfatwa, terutama dalam bidang ilmu tafsir, ilmu ushul, dan semua ilmuilmu lain,
baik pokok-pokoknya maupun cabang-cabangnya.

Ibnu Taimiyah banyak dikecam oleh ulama Syiah dan menyebutnya


sebagai orang yang tidak suka terhadap *ahlul bayt* (keturunan Rasul dari
Fatimah RA dan Ali bin Abi Thalib RA). Ia juga banyak dikecam oleh para ulama
wahabi dengan menganggapnya sebagai seorang ulama yang merusak akidah
Islam.

Karena dianggap berbahaya, termasuk oleh penguasa setempat, ia


kemudian dizalimi dan dimasukkan ke dalam penjara. Di penjara, ia justru
merasakan kedamaian, sebab bisa lebih leluasa mengungkapkan pikirannya dan
menuangkannya dalam tulisan-tulisan. Beberapa karyanya berasal dari ide-idenya
selama di penjara.
Ia wafat di dalam penjara *Qal'ah Dimasyqy* pada 20 Dzulhijah 728 H
(1328 M), dan disaksikan salah seorang muridnya, Ibnu al-Qayyim. Bersama
Najamuddin At-Tufi, mereka dijuluki sebagai trio pemikir bebas. Ibnu Taimiyah
berada di dalam penjara selama 27 bulan (dua tahun tiga bulan) lebih beberapa
hari.

Ibnu Taimiyah sangat dalam perhatiannya terhadap persoalan


perekonomian. Pandangannya memberikan refleksi dari orientasi pemikirannya
yang pragmatis dan memberikan dampak sangat nyata pada generasi penerusnya.
Adalah Thomas Aquinas satu dari tokoh yang tercatat banyak mengdopsi
pemikiran Ibnu Taimiyah, walaupun dalam beberapa kasus ia harus memodifikasi
serta memperbaikinya sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam rangka
mensintesis dengan ajaran Nasrani.

Tak bisa dipungkuri kontribusi Ibnu Taimiyah dalam pemikiran ekonomi.


Pemikirannya banyak diambil dari berbagai karya tulisnya, antara lain
Majmu‟Fatwa Syaikh al-Islam, as-Siyasah asy-Syar‟iyyah fil Islhlah ar-Ra‟I wa
ar-Ra‟iyah dsan al-Hisbah fi al-Islam.

Sebagai ilmuan, Ibnu Taimiyyah mendapat reputasi yang sangat luar biasa
dikalangan ulama ketika itu, ia dikenal sebagai orang yang berwawasan luas,
pendukung kebebasan berpikir, tajam perasaan, teguh pendirian dan pemberani
serta menguasai berbagai disiplin keilmuan yang dibutuhkan ketika itu. Ia bukan
hanya menguasai studi Al-Qur‟an, Hadits dan Bahasa Arab, tetapi ia juga
mendalami Ekonomi, Matematika, Sejarah Kebudayaan, Kesustraan Arab,
Mantiq, Filsafat dan berbagai analisa persoalan yang muncul pada saat itu.
Kedalaman ilmu Ibnu Taimiyyah memproleh penghargaan dari pemerintah pada
saat itu dengan menawarinya jabatan kepala kantor pengadilan. Namun, karena
hati nuraninya tidak mampu memenuhi berbagai batasan yang ditentukan
penguasa, ia pun menolak tawaran tersebut.
Karya-karya Ibnu Taimiyyah meliputi berbagai bidang keilmuan, seperti
tafsir, hadits, ilmu hadits, ushul fiqh, tasawuf, mantiq, filsafat, politik,
pemerintahan dan tauhid. Karya-karya Ibnu Taimiyyah antara lain:

a) Tafsir wa’Ulum al-Qur’an


1) At-Tibyan fi Nuzuhu al-Qur‟an
2) Tafsir surah An-Nur
3) Tafsir Al-Mu‟udzatain
4) Muqaddimah fi „Ilm al-Tafir

b) Fiqh dan Ushul Fiqh


1) Kitab fi Ushul Fiqh
2) Kitab Manasiki al-Haj
3) Kitab al-Farq al-Mubin baina al-Thlaq wa al Yamin
4) Risalah li Sujud al-Sahwi
5) Al-„Ubudiyah

c) Tasawwuf
1) Al-Faraq baina Aulia al-Rahman wa Aulia al-Syaithan
2) Abthalu Wahdah al-Wujud
3) Al-Tawasul wa al-Wasilah
4) Risalah fi al-Salma wa al-Raqsi
5) Kitab Taubah
6) Al-„Ubudiyyah
7) Darajat al-Yaqin

d) Ushulu al Din wa al Ra’du ‘Ala al Mutakallimin


1) Kitab al-Iman
2) Al-Furqan baina al-Haq wa al-Bathl
3) Syarah al-„Aqidah al-Ashfihiniyah
4) Jawabu Ahli al-Ilmi wa al-Iman
5) Risalah fi al-Ihtijaj bi al-Qadr
6) Shihah Ushul Mazhab
7) Majmua Tauhid

e) Al Ra’du ‘Ala Ashab al Milal


1) Al-Jawab al-Shahih Liman Badala Dina Al-Haq
2) Al-Ra‟du „Ala al-Nashara
3) Takhjil Ahli al-Injil
4) Al Risalah al-Qabarshiyah

f) Al Fasafah al Mantiq
1) Naqdhu al Mantiq
2) Al-Raddu „Ala al Mantiqiyin
3) Al-Risalah al-„Arsyiah
4) Kitab Nubuwat

g) Akhlak wa al Siyasah wa al-Ijtima’


1) Al-Hasbah fi al-Islam
2) Al Siyasah al-Syar‟iyyah fi Ishlah al-Ra‟yi wa al-Ru‟yah
3) Al Wasiyah al-Jami‟ah li Khairi al-Dunia wa al-Akhirah
4) Al Mazhalim al-Musytarikah
5) Al Amru bi al Ma‟ruf al Nahyu „an al-Munkar
6) Amradlu Qulub wa Syifa‟uha

h) Ilmu al-Hadits wa al-Mustalahah


1) Kitab fi „Ilmi al-Hadits
2) Minhaj Sunnah Nabawiyyah.

2. Pemikiran Ekonomi tentang Mekanisme Pasar


Mekanisme pasar adalah proses penentuan tingkat harga berdasarkan
kekuatan permintaan dan penawaran. Pertemuan antara keduanya disebut
equilibrium price (harga keseimbangan). Sejalan dengan pandangan itu, Ibnu
Taimiyah mengatakan bahwa kezaliman bukanlah satu-satunya faktor terhadap
berubahnya harga. Kadang-kadang alasannya bisa jadi menipisnya persediaan,
dan pada saat bersamaan, kebutuhan terhadap barang meningkat, harga dengan
sendirinya meningkat. Di sisi lain, penyediaan memadai dan permintaan terhadap
suatu barang rendah, maka harga akan turun. Sebagaimana perkataannya:

“Naik, turunya harga tidak selalu terjadi karena ketidakadilan (zulm) dari
beberapa orang. Kadang-kadang terjadi karena kekurangan produksi atau
penurunan Impor barang yang diminta. Dengan demikian jika keinginan
pembelian barang mengalami peningkatkan sedang ketersediaan barang merosot,
maka harga akan naik. Di sisi lain jika ketersediaan barang bertambah sedang
permintaan turun, maka harga akan turun. Kelangkaan atau kelimpahan ini
mungkin tidak disebabkan oleh tindakan dari beberapa orang, yang mungkin
karena suatu alasan berlaku tidak adil,atau kadangkadang, mungkin ada yang
menyebabkan hal yang mengundang ketidakadilan. Allah-lah yang Maha Kuasa
yang menciptakan keinginan dalam hati *manusia …”

Dari statemen di atas, dapat dimengerti bahwa masyarakat beranggapan


bahwa peningkatan harga merupakan keserakahan manusia untuk mendapat
mendapat untung lebih banyak, sehingga melakukan manipuasi pasar dengan cara
menaikkan harga. Anggapan ini dengan tegas dibantah oleh Ibnu Taimiyah
dengan teori kekuaran permintaan dan penawaran. Dia menyebut dua sumber
penawaran yakni – produksi domestik dan impor barang Perubahan dalam
penawaran, digambarkan sebagai peningkatan atau penurunan dalam jumlah
barang yang ditawarkan. Sedangkan permintaan, sangat ditentukan oleh selera dan
pendapatan.

Dalam bukunya, Majmu‟ Fatawa, Ibnu Taimiyah mencatat beberapa faktor


yang mempengaruhi permintaan serta konsekuensinya terhadap harga, yaitu:

a) Keinginan masyarakat (raghbah) terhadap berbagai jenis barang yang


berbeda dan selalu berubah-ubah. Perubahan ini sesuai dengan langka atau
tidaknya barang-barang yagn dimint. Semakin sedikit jumlah suatu barang
yang tersedia akan semakin diminati oleh masyarakat.
b) Jumlah para peminat terhadap suatu barang. Jika jumlah masyarakat yang
menginginkan suatu barang semakin banyak, harga barang tersebut akan
semakin meningkat, dan begitu pula sebaliknya.
c) lemah atau kuatnya kebutuhan terhadap suatu barang serta besar atau
kecilnya tingkat dan ukuran kebutuhan. Apabila kebutuhan besar dan kuat,
harga akan naik. Sebaliknya, jika kebutuhan kecil dan lemah, harga akan
turun.
d) kualitas pembeli. Jika pembeli adalah seseorang yang kaya dan terpercaya
dalam membayar utang, harga yang diberikan lebih rendah. Sebaliknya,
harga yang diberikan lebih tinggi jika pembeli adalah seorang yang sedang
bangkrut, suka mengulur-ulur pembayaran utang serta mengingkari utang.
e) jenis uang yang digunakan dalam transaksi. Harga akan lebih rendah jika
pembayaran dilakukan dengan menggunakan uang yang umum dipakai
daripada uang yang jarang dipakai.
f) tujuan transaksi yang menghendaki adanya kepemilikan resiprokal
diantara kedua belah pihak. Harga suatu barang yang telah tersedia
dipasaran lebih rendah daripada harga suatu barang yagn belum ada
dipasaran. Begitu pula halnya harga akan lebih rendah jika pembayaran
dilakukan secara tunai daripada pembayaran dilakukan secara angsuran.
g) besar kecilnya biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen atau penjual.
Semakin besar biaya yang dibutuhkan oleh produsen atau penjual untuk
menghasilkan atau memperoleh barang akan semakin tinggi pula harga
yang diberikan, dan begitu pula sebaliknya.

3. Perbandingan Mekanisme Pasar Islam dengan Konvensional


Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran produk baik berupa barang
maupun jasa yang alamiah dan telah berlangsung sejak peradaban awal manusia.
Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian.
Pengertian pasar dapat dititik beratkan dalam arti ekonomi yaitu untuk
transaksi jual dan beli. Pada prinsipnya, aktivitas perekonomian yang terjadi di
pasar didasarkan dengan adanya kebebasan dalam bersaing, baik itu untuk
pembeli maupun penjual. Penjual mempunyai kebebasan untuk memutuskan
barang atau jasa apa yang seharusnya untuk diproduksi serta yang akan di
distribusikan. Sedangkan bagi pembeli atau konsumen mempunyai kebebasan
untuk membeli dan memilih barang atau jasa yang sesuai dengan tingkat daya
belinya.

Pasar menurut kajian ilmu ekonomi adalah suatu tempat atau proses
interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu
barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan
(harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan.

Mekanisme pasar (market mechanism) adalah kecenderungan di pasar


bebas sehingga terjadi perubahan harga sampai pasar menjadi seimbang
(equilibrium) yakni sampai jumlah permintaan dan penawaran sama.

Menurut Adam Smith, mekanisme pasar yaitu alokasi sumber daya


ekonomi berlandaskan interaksi yang lebih menekankan pada kekuatan
permintaan dan penawaran. Adam Smith berpendapat bahwa mekanisme pasar
akan menjadi sebuah alat alokasi sumber daya baik yang efisien, jika ikut campur
dalam perekonomian. Adam smith juga mengatakan bahwa yang menjadi
kekuatan tangan-tangan yang tak terlihat terlihat (Ghaib) adalah mekanisme pasar
itu sendiri, bukan sesuatu kekuatan yang ghaib yang abstrak.

Boediono mendefinisikan mekanisme pasar sebagai proses yang berjalan


atas dasar gaya (kekuatan) tarik menarik antara konsumen-konsumen (demand)
dan produsen-produsen (supply) yang bertemu di pasar. Dari proses tersebut
kemudian terbentuklah suatu harga atas barang di pasar barang dan faktor
produksi di pasar faktor produksi.
Pada prinsipnya harga yang dibentuk oleh mekanisme pasar bergerak
secara bebas sesuai hukum permintaan dan penawaran. Jika supply lebih besar
dari demand, maka harga akan cenderung rendah. Begitupun jika demand lebih
tinggi sementara supply terbatas, maka harga akan cenderung mengalami
peningkatan.

Mekanisme pasar yang bisa berjalan secara sehat akan dapat membentuk
kondisi yang seimbang antara permintaan dan penawaran, yaitu kondisi di mana
tidak ada kelebihan ataupun kekurangan stock. Sehingga jumlah barang yang
ditawarkan dalam satu periode tertentu sama dengan barang yang diminta. Pada
kondisi inilah harga keseimbangan akan terbentuk.

Menurut Ibn Taimiyah, pasar yang ideal menurut Ibnu Taimiyyah adalah
pasar bebas dalam bingkai nilai dan moralitas Islam, yaitu pasar yang bersaing
bebas – kompetitif dan tidak terdistorsi- antara permintaan dan penawaran. Ibnu
Taimiyyah melarang intervensi pemerintah dalam pasar karena akan menganggu
ekuilibrium pasar, kecuali jika ada yang mendistorsinya, seperti penimbunan.
Harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Naik dan turunnya
harga tidak selalu diakibatkan oleh kezaliman orang-orang tertentu. Hal tersebut
bisa disebabkan oleh kekurangan produksi atau penurunan impor barang-barang
yang diminta. Apabila permintaan naik dan penawaran turun, harga-harga akan
naik. Sementara, apabila persediaan barang meningkat dan permintaan
terhadapnya menurun, harga-pun turun.

Untuk lebih menjamin berjalannya mekanisme pasar secara sempurna


peranan pemerintah sangat penting. Rasulullah SAW sendiri telah menjalankan
fungsi sebagai market supervisor atau al-hisbah, yang kemudian banyak dijadikan
acuan untuk peran negara terhadap pasar. Sementara dalam bukunya Al-Hisbah fi
Al-Islam, Ibnu Taimiah banyak mengungkap tentang peranan Al-Hisbah pada
masa Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sering melakukan inspeksi ke pasar
untuk mengecek harga dan mekanisme pasar. Seringkali dalam inspeksinya beliau
menemukan praktek bisnis yang tidak jujur sehingga beliau menegurnya.
Rasulullah juga telah memberikan banyak pendapat, perintah maupun larangan
demi sebuah pasar yang bermoral.

Al-Hisbah adalah nama lembaga yang berfungsi untuk memerintahkan


kebaikan sehingga menjadi kebiasaan dan melarang hal yang buruk ketika hal itu
telah menjadi kebiasaan umum. Sementara tujuan dari Al-Hisbah adalah untuk
memerintahkan kebaikan dan mencegah keburukan di pasar.

Al-Hisbah tetap banyak didirikan sepanjang bagian terbesar dunia Islam,


bahkan di beberapa negara institusi ini tetap bertahan hingga awal abad ke-20 M.
Selama periode, dinasti Mamluk Al-Hisbah memiliki peranan penting, terbukti
dengan sejumlah kemajuan ekonomi yang dicapai pada masa itu. Di Mesir, Al-
Hisbah tetap bertahan sampai pada masa pemerintahan Muhammad Ali (1805-
1849 M). Bahkan di Maroko hingga awal abad ke-20, institusi ini masih dapat
dijumpai. Di Romawi Timur, yang telah melakukan kontak dengan dunia Islam
juga mengadopsi istilah ini dengan sebutan Mathessep yang berasal dari kata
muhtasi.

Pada pemikiran ekonomi kontemporer, eksistensi Al-Hisbah sering kali


dijadikan acuan bagi fungsi negara terhadap perekonomian, khususnya dalam
pasar. Namun, elaborasi Al-Hisbah dalam kebijakan praktis ternyata terdapat
berbagai bentuk. Beberapa ekonom berpendapat bahwa Al-Hisbah akan
diperankan oleh negara secara umum melalui berbagai institusinya. Sementara itu,
sebagian lainnya berpendapat perlunya dibentuk lembaga khusus yang bernama
Al-Hisbah. Jadi, Al-Hisbah adalah sebuah lembaga yang mengatur dan
mengawasi lancar dan tidaknya aktifitas perekonomian. Bahkan lembaga ini
merupakan suatu agen independen sehingga terlepas dari kepentingan kelompok
tertentu atau pemerintah itu sendiri. Namun, dengan melihat fungsi Al-Hisbah
yang luas dan strategis ini, tampak bahwa fungsinya akan melekat pada fungsi
pemerintahan secara keseluruhan, di mana dalam teknis operasionalnya akan
dijalankan oleh kementerian, departemen, dinas atau lembaga lain yang terikat.
Perbedaan Mekanisme Pasar Islam dengan Konvensional

No Materi Konvensional Islam


1 Pusat Manusia Allah
Kepentingan
2 Penilaian Maksimalisasi Kepuasan Memenuhi Kebutuhan
3 Anggaran Terbatas Memadai; Konsumsi
dikendalikan, tidak
boros atau berlebihan
4 Pembatasan Tidak ada pembatasan Ada pembatasan;
Pengekangan hawa
nafsu
5 Pembatasan Dikendalikan Oleh tangan- Dikendalikan oleh
tangan yang tak terlihat yang Kehendak Allah dalam
disebut Mekanisme pasar semua pencapaian
segala usaha/tawakal

4. Analisis Pribadi
Secara teoritis, pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran produk baik
berupa barang maupun jasa yang alamiah dan telah berlangsung sejak peradaban
awal manusia. Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam
perekonomian, dan mekanisme pasar adalah proses penentuan tingkat harga
berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran. Pertemuan antara keduanya
disebut equilibrium price (harga keseimbangan).

Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa kezaliman bukanlah satu-satunya faktor


terhadap berubahnya harga. Kadang-kadang alasannya bisa jadi menipisnya
persediaan, dan pada saat bersamaan, kebutuhan terhadap barang meningkat,
harga dengan sendirinya meningkat. pasar bebas dalam bingkai nilai dan moralitas
Islam, yaitu pasar yang bersaing bebas – kompetitif dan tidak terdistorsi- antara
permintaan dan penawaran. Ibnu Taimiyyah melarang intervensi pemerintah
dalam pasar karena akan menganggu ekuilibrium pasar, kecuali jika ada yang
mendistorsinya, seperti penimbunan.

Menurut Adam Smith, mekanisme pasar yaitu alokasi sumber daya


ekonomi berlandaskan interaksi yang lebih menekankan pada kekuatan
permintaan dan penawaran. Adam Smith berpendapat bahwa mekanisme pasar
akan menjadi sebuah alat alokasi sumber daya baik yang efisien, jika ikut campur
dalam perekonomian. Adam smith juga mengatakan bahwa yang menjadi
kekuatan tangan-tangan yang tak terlihat terlihat (Ghaib) adalah mekanisme pasar
itu sendiri, bukan sesuatu kekuatan yang ghaib yang abstrak.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa yang mempengaruhi harga itu karena


menipisnya atau langkanya persediaan, dan pada saat bersamaan barang atau jasa
dan bisa juga terjadi penimbunan. Maka dari itu, tugas pemerintah yaitu menjamin
ketersediaan barang dan jasa, agar harga yang barang atau jasa dipasar akan
normal atau seimbang.
DAFTAR PUSTAKA

Rianawati. 2010. Sejarah & Peradaban Islam. Pontianak: STAIN Pontianak


Press.

Sjadzali Munawir. 1990. Islam dan Tata Negara: ajaran, sejarah dan pemikiran.
Jakarta: UI Press.

Taimiyah, Ibnu. 1963. Majmu’Fatwa Syaikh al-Islam. Riyadh: Matabi‟ al-Riyadh.

Amalia, Euis. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: dari Masa Klasik hingga
Kontemporer. Depok: Gramata Publishing.

Cyril S. Belshaw. 1981. Tukar Menukar Tradisional dan Pasar Modern. Jakarta:
PT Gramedia.

M. Nur Rianto Al Arif dan EuisAmalia. 2010. Teori Mikro Ekonomi: Suatu
Perbandingan Ekonomi Islam dan EkonomiKonvensional. Jakarta:
Kencana.

Teteng, Ilva Royhana Mahbub, dan Deni K. Yusup. MEKANISME PASAR


MENURUT ISLAM DAN KONVENSIONAL. Ilmu Jurnal Ekonomi
Islam. 2(3): 25-36.

Ain Rahmi. 2015. Mekanisme Pasar dalam Islam. Jurnal Ekonomi Bisnis dan
Kewirausahaan. 4(2): 177-192.

Sukamto. 2012. MEMAHAMI MEKANISME PASAR DALAM EKONOMI


ISLAM. Jurnal Sosial Humaniora. 5(1): 19-32.

Boediono. 1982. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE UGM.

Anda mungkin juga menyukai