Anda di halaman 1dari 4

Ibnu Taimiyah

A. Landasan Filosofi Gerakan Pembaharuan

Pada masa hidupnya, ibnu taimiyah menyaksikan serbuan pasukan tartar telah menggilis
wilayah islam sejak dari tepi sungai Indus sampai sungai eufrat dan terus bergerak maju
menuju syam disatu sisi. Sementara di sisi lain, umat Islam sepeninggalan Imam Al Ghazali
mengalami kemerosotan kembali yang cukup mengesankan akibat logis dari pertempuran
berat dan panjang ketika menghadapi pasukan Tartar selama lima puluh tahun.

Ketika orang-orang Tartar berkuasa dan menanamkan pengaruhnya dikalangan umat para
ulama, fuqaha (ahli fiqih) dan para pengusa, moral dan kemerosotan umat Islam pun makin
menjadi-jadi dan bahkan jauh lebih hancur ketimbang masa-masa sebelumnya. Taqlid buta
merajalela, sehingga mazhab-mazhab fiqh dan aliran teologi hampir berubah menjadi agama.
Tidak lama kemudian muncullah seorang imam dan ulama hadits yang mencoba untuk
memperbaiki umat Islam yang tengah dilanda kezaliman dan kebobrokan. Imam tersebut
adalah Ibnu Taimiyah. Kegigihan dan ketinggian semangatnya dalam mendalami agama
menghantarkannya pada kedudukan mujtahid mutlak.

Kerangka dasar pemikiran Ibnu Taimiyah adalah menunjukkan bahwa Islam dan
pembaharuan Islam memerlukan suatu cara, yaitu jalan tengah dan sintetik (buatan). Pada
kenyataannya, jalan tengah harus dipadukan dengan perkembangan dalam Islam yang
bermacam-macam tersebut dengan tetap berpegang pada ajaran pokok Islam yang termaktub
dalam al Qur’an dan Sunnah yang murni, yang tidak terkontaminasi oleh budaya-budaya
asing.

B. Ide Pembaharuan

Adapun ide-ide pembaharuan Ibnu Taimiyah adalah sebagai berikut

Pertama, melakukan kritik dengan cara yang jauh lebih tajam dan ketat dibanding apa yang
telah dilakukan oleh Imam Al Ghazali.

Kedua, menegakkan dalil dan bukti berdasarkan akidah, hukum dan kaidah-kaidah Islam
dengan seirama dengan apa yang dilakukan Imam Al Ghazali, dan bahkan bila dilihat apa
yang dikemukakan Imam Al Ghazali banyak sekali mempergunakan istilah-istilah logika.
Ketiga, Ibnu Taimiyah tidak saja menolak segala bentuk taqlid buta, melainkan lebih dari itu.
Dengan demikian, Ibnu Taimiyah berbicara dalam berbagai persoalan, mengeluarkan
berbagai pendapat yang diistilahkan dari Al Qur’an , Sunnah Rasul dan Atsar (pendapat) para
sahabat sebagai rujukannya.

Keempat, memerangi bid’ah, taqlid, kemajuan berfikir, kesesatan aqidah, dan dekadensi
moral. Dalam bidang inilah Ibnu Taimiyah mesti diberi penghormatan besar, namun dia tidak
pernah berhenti memberikan kritik terhadap Islam, yang selanjutnya ditunjukkan jalan Islam
yang murni dihadapan umat Islam.

Ijtihad dalam islam memegang peran yang sangat besar karena hanya dengan prinsip inilah
islam akan selalu menjadi dinamis, hidup dan maju serta tidak akan pernah ketinggalan
zaman. Dengan prinsip ijtihad inilah yang memungkinkan perkembangan dan kemajuan yang
bersinambungan didalam syari’ah.

Ibnu Taimiyah digambarkan sebagai pemikir yang paling cemerlang dan konsisten, ahli
dalam bidang ilmu hadis, ilmu bahasa, ilmu tafsir, ilmu kalam, serta ahli juga dalam bidang
filsafat. Usaha reformatif Ibnu Taimiyah dan pencarian ilmu meliputi tema yang luas,yang
dapat disimpulkan sebagai berikut :

1). Membangkitkan keimanan dalam ketaatan terhadap tauhid (pengesaan Allah Swt)

2) Memberantas kepercayaan Patheis dan budaya

3) Kritik terhadap filsafat, pemikiran silogistik, dan berdebat dalam rangka menunjukkan
superioritas Al-Qur’an dan As-Sunnah

4) Memberantas anti Islam melalui penentangan terhadap Kristen dan Syi’ah

5) Pembaharuan pemikiran Islam dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya

Jumlah total karya Ibnu Taimiyah 621yang mana banyak hasil karyanya yang telah
hilang.Kecermelangan pikiran Ibnu Taimiyah tercermin dalam beberapa bukunya seperti
kitab “Minhajus Sunnah an-Nabawiyah fi naqdil kalam asy-Syi’ah wal Qadriyah. Di dalam
kitab ini ia menjelaskan tentang ide-ide politik negara. Karyanya yang kedua yakni Sistem
Politik Syari’ah merupakan karya yang sangat eksklusif mengenai pemikiran politik yang
lebih rinci yang di dalamnya memuat juga fungsi-fungsi dari organisasi negara. Sedangkan
karyanya yang ketiga adalah kitab ‘al-Hisbah fil Islam’ yang didalamnya menguraikan
penggunaan prinsip menyerukan kebajikan mencegah kejahatan, terutama sekali dalam
hubungannya dengan administrasi negara. Karya-karyanya yang lain diantaranya Radd ala al-
Mantiqyyin Liman Baddala Din Al-Masih, al-Qiyas fi-Syari’il Islamy, al-Iqtidaus Shiratil
Mustaqim, dan lain-lainnya.

C. Dampak Ide Gerakan Bagi Pembaharuan Islam

Barangkali tokoh yang paling menonjol dalam mendakwahkan 'Salafiah' dan membelanya
mati-matian pada masa lampau ialah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah beserta muridnya Imam
Ibnul-Qoyyim dan yang lainnya. Mereka inilah orang yang paling pantas mewakili gerakan
'Pembaruan Islam' pada masa mereka. Karena pembaruan yang mereka lakukan benar-benar
mencakup seluruh disiplin ilmu Islam. Mereka telah menumpas faham 'taqlid', 'fanatisme
madzhab fiqh' dan ilmu kalam yang sempat mendominasi dan mengekang pemikiran Islam
selama beberapa abad. Namun, disamping kegarangan mereka dalam membasmi 'ashobiyah
madzhabiyah' ini, mereka tetap menghargai para Imam Madzhab dan memberikan hak-hak
mereka untuk dihormati. Hal itu jelas terlihat dalam risalah "Raf'i Ma lam 'an al-A'immat al-
A'lam" karya Ibnu Taimiyah.

Demikian gencar serangan mereka terhadap 'tasawuf' karena penyimpangan-penyimpangan


pemikiran dan aqidah yang menyebar di dalamnya. Khususnya di tangan pendiri madzhab 'al-
Hulul Wal-Ittihad' (penyatuan diri dengan tuhan). Dan penyelewengan perilaku yang
dilakukan para orang jahil dan yang menyalahgunakan 'tasawuf' untuk kepentingan
pribadinya. Namun, mereka menyadari tasawuf yang benar (shahih). Mereka memuji para
pemuka tasawuf yang ikhlas dan robbani. Bahkan dalam bidang ini, mereka meninggalkan
warisan yang sangat berharga, yang tertuang dalam 'Majmu' Fatawa' karya besar Imam Ibnu
Taimiyah. Demikian pula dalam beberapa karangan Ibnu Qoyyim. Yang termasyhur ialah
'Madarijus Salikin Syarah Manazil as-Sairin ila Maqomaat Iyyaka Na'budu wa Iyyaka
Nasta'in'.

Manhaj Nalar dan mengikuti dalil, melihat setiap pendapat secara obyektif, bukan
memandang orangnya, itulah yang telah ditempuh oleh Ibnu Taimiyah. Metodologi yang
diusung Ibnu Taimiyah dalam pemikiran dan tulisannya mengenai Tafsir, Akidah, Fiqh dan
Tasawuf selalu dikuatkan dengan bukti atau dalil dari al-Qur’an dan sunnah, kemudian
mendekatkan sunnah dengan nalar, menggunakan dan menentukan nalar hanya sekedar untuk
nasihat bukan untuk gubahan, dan pendekatan bukan untuk petunjuk. Oleh karena itu, kita
akan menemukan dan menentukan sebuah kesatuan sifat, tanda dan kepribadian yaitu
kesatuan dalam satu metodologi saja.

Adhani Rihhadatul 'Aisy

H2A017072

Anda mungkin juga menyukai