Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH ILMU KALAM


Disusun guna memenuhi tugas sekolah ilmu kalam

Guru mapel ; Nursangadah s.Pd

Disusun oleh ;

Kelompok 1
1. Abdul Rahman Cipto Aji
2. Tiara Hati
3. Iksan
4. Wahyu
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh

al-hamdulillah kita haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang

senantiasa melimpahkan nikmat, taufiq, dan hidayahNYA kepada kita berupa

kesehatan jasmani dan rohani, iman dan islam. Sholawat serta salam semoga terus

tercurahkan kepada baginda nabi agung nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa

Sallam. Semoga atas bacaan sholawat kita mendapatkan asy-syafa’atu al-‘udlma

dihari kebangkitan internasional dimana orang-orang tidak ada yang duduk manis

(hari kiamat).

Tidak lupa Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Agus

Khunaifi selaku Dosen pembimbing mata kuliah ilmu kalam yang senantiasa sabar

dan tulus membimbing Mahasiswa terutama kelas PAI 2D.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu mohon bantuan saran dan kritik dari para pembaca apabila dalam

pembuatan makalah ini masih banyak kekurangandan kesalahan dalam penulisan

makalah.

Wassalamu ‘alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh

Semarang, 12 MARET 2015

PENULIS

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang yang ingin memahami seluk beluk agamanya perlu
mempelajari ilmu teologi/kalam. Yang merupakan salah satu disiplin ilmu yang
dikembangkan secara sistematis oleh para pemikir muslim klasik(salafi).
Sehingga pemikiran kalam bersentuhan dengan ilmu fiqh, filsafat dan tasawuf.
Ilmu kalam mempunyai arti pembicaraan yang bukan pembicaraan biasa,
akan tetapi sebuah pembicaraan yang menggunakan rasio atau akal sehat manusia.
Kalam sendiri berasal dari kata ”kalm” dengan arti cacat atau luka, karena berpicu
pada argumen rasional dari pada wahyu (nash al-qur’an).
Sebagai unsur dalam studi klasik pemikiran keislaman. Ilmu Kalam
menempati posisi yang cukup terhormat dalam tradisi keilmuan kaum Muslim. Ini
terbukti dari jenis-jenis penyebutan lain ilmu itu, yaitu sebutan sebagai Ilmu
Aqo’id (Ilmu Akidah-akidah), Ilmu Tawhid (Ilmu tentang Kemaha-Esaan Allah),
dan Ilmu Ushul al-Din (Ushuluddin, yakni, Ilmu Pokok-pokok Agama). Ilmu
Kalam menjadi tumpuan pemahaman tentang sendi-sendi paling pokok dalam
ajaran agama Islam.
Adapun yang melatar belakangi sejarah munculnya persoalan-persoalan
kalam adalah disebabkan faktor-faktor politik pada awalnya setelah khalifah
Ustman terbunuh kemudian digantikan oleh Ali menjadi khalifah. Peristiwa
menyedihkan dalam sejarah Islam yang sering dinamakan al-Fitnat al-Kubra
(Fitnah Besar), sebagaimana telah banyak dibahas, merupakan pangkal
pertumbuhan masyarakat Islam di berbagai bidang, khususnya bidang-bidang
politik, sosial dan paham keagamaan. Maka Ilmu Kalam sebagai suatu bentuk
pengungkapan dan penalaran paham keagamaan juga hampir secara langsung
tumbuh dengan bertitik tolak dari Fitnah Besar itu.

2
B. Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor penyebab tumbuhnya ilmu kalam ?
2. Perkembangan ilmu kalam pada masa ke masa ?
3. Aliran-aliran yang berkembangan dalam pemikiran kalam umat Islam ?
C. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab tumbuhnya ilmu
kalam.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan ilmu kalam dari masa ke
masa.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Aliran-aliran yang berkembang dalam
pemikiran kalam umat Islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Faktor-faktor penyebab tumbuhnya ilmu kalam.
Munculnya Ilmu Kalam dipicu oleh persoalan politik yang
menyangkut peristiwa pembunuhan ‘Utsman bin Affan yang berbuntut
pada penolakan Mu’awiyah atas kekholifahan Ali bin Abi Thalib.
Ketegangan antara Mu’awiyah dan Ali bin Abi Tholib mengkristal
menjadi Perang Shiffin yang berakhir dengan keputusan tahkim yakni
tawaran yang diusulkan untuk memecah kubu Sayyidina ali menjadi dua
bagian yaitu Syi’ah dan Khowarij (arbitrase).
Sikap Ali yang menerima tipu muslihat Amr bin Ash, utusan dari
pihak Mu’awiyah dalam tahkim, ia dalam keadaan terpaksa, itu tidak
disetujui oleh sebagian tentaranya dalam arti menentang. Mereka
memandang Ali bin Abi Tholib telah berbuat salah sehingga mereka
meninggalkan barisannya. Dalam sejarah Islam, mereka terkenal dengan
sebutan Khawarij, yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri.
Sedangkan, sebagian besar pasukan yang membela dan tetap mendukung
Ali menamakan dirinya sebagai kelompok Syi’ah.
Adapun faktor –faktor penyebab ilmu kalam ada dua, yaitu faktor
internal dan eksternal ialah sebagai mana akan dibahas ;
1. Faktor Internal.
a. Al-Qur’an disamping ajakannya kepada tauhid dan mempercayai
kenabian dan hal-hal lain yang berhubungan dengan itu, al-qur’an
juga menyinggung golongan-golongan dan agama-agama yang ada
pada masa Nabi Muhammad SAW yang mempunyai kepercayaan-
kepercayaan yang tidak benar. Al-qur’an tidak membenarkan
kepercayaan mereka dan membantah alas an-alasannya antara lain:
a) Golongan yang mengingkari agama dan adanya Tuhan, dan
mereka mengatakan bahwa yang menyebabkan kebinasaan dan
kerusakan hanyalah waktu saja (baca al-jatsiah 24).
b) Golongan-golongan syirik, yang menyembah bintang-bintang,
bulan, matahari, (baca al-an’am76-78) yang mempertuhan Nabi

4
Isa dan Ibunya (baca al-ma’idah 116), yang menyembah
berhala-berhala (baca al-an’am 74 dan as-Syu’ara 9).
c) Golongan-golongan yang tidak percaya akan keutusan Nabi-
nabi (baca Isra 94) dan tidak mempercayai kehidupan kembali
di akhirat nanti (baca al-Anbiya’ 104).
d) Golongan yang mengatakan bahwa semua yang terjadi di dunia
ini adalah dari perbuatan Tuhan semuanya dengan tidak ada
campur tangan manusia ( yaitu orang-orang munafik) (baca Ali
Imran 154).
Tuhan membantah alasan-alasan dan perkataan-perkataan mereka
semua dan juga memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk
tetapmenjalankan dakwahnya sambil menghadapi alasan-alasan
mereka yang tidak percaya dengan cara yang halus.1

b. Ketika kaum muslimin telah selesai menaklukkan negeri-negeri


baru, dan keadaan mulai stabil serta melimpah ruah rizkinya, di
sinilah akal pikiran mereka mulai memfilsafatkan agama, dan
bersungguh-sungguh dalam membahasnya dan mempertemukan
nash-nash agama yang kelihatannya bertentangan. Keadaan seperti
ini hampir merupakan gejala umum bagi tiap-tiap agama. Pada
mulanya agama itu hanyalah kepercayaan yang sederhana dan
kuat, tidak perlu diperselisihkan dan tidak memerlukan
penyelidikan. Pemeluk-pemeluknya menerima bulat-bulat apa yang
diajarkan agama, kemudian dianutnya dengan sepenuh hatinya
tanpa memerlukan penyelidikan dan pemilfisatan. Setelah itu
datang fase pemfilsatan dan pemikiran dalam membicarakan soal
agama secara ilmiah dan filosofis. Kemudian tokoh-tokoh agama
mulai memakai filsafat untuk memperkuat hujjah-hujjah dan
penjelasan-penjelasanny. Inilah yang telah terjadi pada agama
yahudi dan ini pulalah yang terjadi pada agama nasrani.

1
Ahmad Hanafi, theology islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990), cet ke 8, hlm. 6-7.
5
c. Sebab yang ke tiga adalah soal-soal politik. Contoh yang paling
jelas dalam persoalan tersebut adalah masalah khilafah.
Sebenarnya masalah khilafah itu adalah soal politik belaka. Agama
tidak mengharuskan kaum muslimin mengambil bentuk khilafah
dengan cara tertentu. Tetapi agama hanya memberikan ketentuan
supaya memperhatikan kepentingan umum. Wakil-wakil umat bisa
membuat peraturan-peraturan yang menjamin sebaik-baiknya cara
dan menghilngkan sebab-sebab pertikaian. Jika terjadi suatu
perselisihan, maka perselisihan tersebut adalah semata-mata soal
politik. Oleh karena perselisihan politik adalah factor yang besar
dari sebab-sebab perselisihan soal agama, kepercayaan, dan
perpecahan.2

2. Faktor Eksternal
1) Banyak diantara pemeluk-pemeluk Islam yang mula-mula
beragama yahudi, masehi dan lain-lain, bahkan diantara mereka ada
yang sudah pernah menjadiulamanya. Setelah fikiran mereka tenang
dan sudah memegang teguh agama yang baru yaitu Islam, mereka
mulai mengingat-ingat kembali ajaran-ajaran agamanya yang dulu,
dan di masukkannyadi dalam ajaran Islam. Karena itu dalam buku-
buku aliran dan golongan Islam sering kita dapati pendapat-
pendapatyang jauh dari ajaran Islam sebenarnya.
2) Golongan Islam yang dahulu, terutama golongan mu’tazilah
memusatkan perhatiannya yang terpenting adalah untuk dakwah
Islam dan bantahan alasan orang-orang yang memusihi Islam.
Mereka tidak akan bisa menghadapi lawan-lawannya kalau mereka
sendiri tidak mengetahui pendapat-pendapat lawan-lawannya beserta
alasan-alasannya. Dengan demikian harus mereka menyelami
pendapat-pendapat tersebut, dan akhirnya Negeri Islam menjadi
arena perdebatan bermacam-macam pendapat dan bermacam-macam
agama. Hal ini bisa mempengaruhi masing-masing pihak yang

2
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam, (Jakarta, PT Raja Grafindo, 2010), cet 1, hlm. 36.
6
bersangkutan. Salah satu seginya yang terang ialah penggunaan
filsafat sebagai senjata kaum muslimin.
3) Factor ketiga ini merupakan kelanjutan factor kedua, yaitu para
mutakalimmin hendak mengimbangi lawan-lawannya menggunakan
filsafat, terutama segi ketuhanan. Karena itu Annazzam (tokoh
mu’tazilah) membaca buku-buku Aristotelesdan membantah
beberapa pendapatnya. Demikian pula Abul Huzail al-Allaf (juga
tokohMu’tazilah).3

2. Perkembangan ilmu kalam pada masa ke masa.


a. Pada masa nabi.
Pada masa Nabi SAW,dan para khulafaurosyiddin, umat
islam bersatu, mereka satu akidah, satu syariah dan satu akhlaqul
karimah,kalau mereka ada perselisihan pendapat dapat di atasi
dengan wahyu dan tidak ada perselisihan di antara mereka.awal mula
adanya perselisihan di picu oleh abdullah bin saba (seorang
yahudi)pada pemerintahan khalifah usman bin afan dan berlanjut
pada masa khalifah ali. Dan awal mula adanya gejala timbulnya
aliran-aliran adalah sejak khalifah usman bin afan, (setelah wafatnya
rosulullah) pada masa itu di latar belakangi oleh kepentingan
kelompok,yang mengarah terjadinya perselisihan sampai
terbunuhnya khalifah utsman bin afan.kemudian di gantikan oleh ali
bin abi thalib,pada masa itu perpecahan di tubuh umat islam terus
berlanjut.4
Umat islam pada masa itu ada yang pro terhadap kekhalifan
ali bin abi tholib yang menamakan dirinya kelompok syi’ah,dan yang
kontra yang menamakan dirinya khawarij.akhirnya perpecahan
memuncak kemudian terjadilah perang jamal yaitu perang antara ali
dengan aisyah dan perang siffin yaitu perang antara ali dengan

3
Ahmad Hanafi, Theologi Islam (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990), cet ke 8, hlm. 11-12.

4
Harun nasution,teologi islam:aliran-aliran sejarah analisa perbandingan,ui
pres,jakarta,hal 6
7
mu’awiyah.bermula dari itulah akhirnya timbul berbagai aliran di
kalangan umat islam masing-masing kelompok juga terpecah
belah,akhirnya jumlah aliran di kalangan umat islam menjadi
banyak,seperti aliran syi’ah , khowarij,murji’ah,jabariyah,mu’tazilah
dll.
b. Pada masa bani umayah(661-750 M)
Masalah aqidah menjadi pendebatan yang hanyat di kalangan
umat islam. Di zaman inilah lahir berbagai aliran teologi seperti
murjiah, qodariyah jabariyah dan muktazilah. Kaum muslim tidak
bisa mematahkan argumentasi filosofi orang lain tanpa mereka
menggunakan senjata filsafat rasional pula. Untuk itu bangkitlah
mu’tazilah mempertahankan kehidupan dengan argumentasi-
argumentasi filosofis tersebut. Namun sikap mu’tazilah yang terlalu
mengagungkan akaldan melahirkan berbagai pendapat controversial
menyababkan kaum tradisional tidak menyukainya akhirnya lahir
aliran ahlusunnah waljama’ah dengan tokoh besarnya abu hasan al-
asy’ari dan abu mansyur al-maturidi. Pada zaman bani umayah
hampir keseluruhan umat islam di dalam keimanan yang bersih dari
sebarang pertikaian dan perdebatan.dan apabila kaum muslimin
selesai melakukan pembukaan negri dan kedudukanya telah pun
mantap, mereka beralih tumpuan kepada pembahasan sehingga
menyebabkan berlaku perse;isihan pendapat di kalangan mereka.
c. Pada zaman abasiyah
Telah banyak pembahasan di dalam perkara-perkara akidah
termasuk perkara-perkara yang tidak wujud pada zaman nabi saw
atau xaman para sahabatnya, pembahasan tersebut memberi
penumpuan menjadi satu ilmu yang baru yang di beri nama ilmu
kalam.
Setelah kaum muslimin selesai membuka negeri-negeri,lalu
ramai dari kalangan penganut agama lain yang memeluk islam.
Mereka ini menzahirkan pemikiran-pemikiran baru yang di ambil
dari agama lain yang memeluk islam.mereka ini menzahirkan

8
pemikiran-pemikiran baru yang di ambil dari agama lama mereka,
tetapi di beri rupa bentuk islam iraq khusunya di basrah merupakan
tempat segala agama dan aliran. Maka terjadilah perselisihan apabila
ada suatu golongan yang menafikan irodah manusia. Kelompok ini
di ketuai oleh jahnm bin safwan5 dan para antara pengikutnya ialah
para pengikut aliran jabariyah yang di ketuai oleh ma’bad al juhni,
aliran ini lahir di tengah-tengah kekacauan dan asa yang di bentuk
oleh setiap kelompok untuk diri mereka. Kemudian bangkitlah
sekelompok orang yang ikhlas memberi penjelasan mengenai
akidah-akidah kaum muslimin berdasarkan jalan yang di tempuh
oleh al-qur’an antara yang masyhur di kalangan mereka ialah hasan
al basyri.dan sebagian dari kesan perselisihan antara hasan al-basyri
dengan muridnya washil bin atho ialah lahirnya suatu kelompok baru
yang di kenal dengan muktazilah, perselisihan tersebut ialah
mengenai hukum orang beriman yang mengerjakan dosa besar.
Kemudian mati sebelum sempat bertaubat.
Pada akhir kurun ketiga dan awal kurun keempat, lahirlah
imam abu matrudi yang berusaha menolak golongan yang berakidah
batil. Mereka membentuk aliran al-maturu\idiah kemudian muncul
pula abu hassan al asy’ari yang telah mengumumkan keluar dari
kelompok mu’tazilah dan menjelaskan asas-asas pegangan barunya
yang bersesuaian dengan para ulama dari kalangan fuqoha dan ahli
hadis. Dia dan pengikutnya di kenal sebagai aliran asy-ariyah dan
dari dua kelompok ini terbentuklah kelompok ahli sunnah wal
kamaah
Dan kesimpulanya kita dapat melihat bahwa kemunculan
kelompok-kelompok di dalam islam adalah kembali pada dua
perkara yaitu, perselisihan mengenai pengetahuan,perselisihan di
dalam masalah usul atau asal agama.

5
W.montgomery watt,pemikiran teologi dan filsafat islam terj. Umar basalim hal 10
9
3. Aliran-aliran yang berkembangan dalam pemikiran kalam umat
Islam.

Adapun aliran – aliran dalam perkembangan ilmu kalam


disebabkan, karena adanya perbedaan dalam mengambil suatu kaidah –
kaidah dan dasar – dasar kalam. Seperti halnya masalah tenteng ayat
qur’an yang menimbulkan pemahaman yang berbeda – beda dalam
menyikapi sifat atau dzat Allah.
Ilmu kalam secara garis besar terbagi menjadi 6 aliran, berikut
adalah pemaparannya ;
1. Aliran Qodariyyah.
Secara bahasa Qodariyyah berasal dari bahasa arab “qodara“ yang
mempunyai arti kemampuan atau kekuatan, sedangkan secara
terminologi qodariyyah adalah aliran ilmu kalam yang percaya bahwa
manusia mampu mengendalikan dirinya sendiri tanpa ada perantara
sang Kholiq. Aliran ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang terjadi
ialah atas kehendak makhluk itu sendiri, seperti halnya kesuksesan
seseorang terjadi karena atas kemampuan dan kerja keras manusia
tanpa adanya ikut campur dari Allah.
Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Dr.
Hadariansyah, orang - orang yang berpaham Qadariyah adalah mereka
yang mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak
dan memiliki kemampuan dalam melakukan perbuatan. Manusia
mampu melakukan perbuatan, mencakup semua perbuatan, yakni baik
dan buruk.6
Sejarah lahirnya aliran Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti
dan masih merupakan sebuah perdebatan. Akan tetepi menurut Ahmad
Amin, ada sebagian pakar teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah
pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad al-Jauhani dan Ghilan ad-
Dimasyqi sekitar tahun 70 H/689M.7

6
Hadariansyah, loc.cit

7
Hadariansyah, loc.cit.,; Harun Nasution, op.cit., h. 32; Rosihan Anwar, op.cit., h. 71
10
2. Aliran Jabariyyah.
Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata jabara yang
mengandung pengertian memaksa. Di dalam kamus Munjid dijelaskan
bahwa nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti
memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Salah satu sifat
dari Allah adalah al-Jabbar yang berarti Allah Maha Memaksa.
Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan
dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah.
Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan perbuatan dalam
keadaan terpaksa.8
Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang
menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari
semula oleh Qadha dan Qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap
perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendak
manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendak-Nya, di sini
manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena tidak
memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahlkan bahwa Jabariyah
adalah aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai dalangnya.9
3. Aliran Mu’tazilah.
Aliran Mu’tazilah tumbuh pada masa khalifah Umaiyah. Tetapi
melibatkan pemikiran Islam pada khalifah Abbasyiah dalam waktu
yang cukup lama. Kaum ini merupakan golongan yang membawa
pesoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis
dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum Khawarij dan
Murji’ah. Dalam pembahasan mereka banyak memakai akal sehingga
mereka mendapat nama “kaum Rasionalais Islam”.10
Kebanyakan Ulama sepakat bahwa pendiri kaum ini adalah Washil
bin Atha’, salah satu murid Al-Hasan Basri yaitu ketika timbul suatu

8
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Puskata Setia, 2006), cet ke-2, h. 63

9
Harun Nasution, op.cit., h. 31

10
Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisis Perbandingan,(Jakarta:
UI-Press, 2002)hal. 40
11
masalah tentang kedudukan orang yang melakukan dosa besar. Washil
menentang gurunya, Al-Hasan Al-Basri, dengan mengatakan, “aku
berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar bukan mukmin
sama sekali, akan tetapi dia berada di antara dua posisi (al-manzilah
baina al-manzilataini)”. Setelah itu kemudia ia meninggalkan gurunya
dan mendirikan majelis lain di masjid.11
4. Aliran Murji’ah.
Nama Murji’ah berasal dari kata irja atau arja’a yang berarti
penundaan, penangguhan, dan pengharapan. Kata arja’a bermakna juga
memberi harapan, yakni memberi harapan kepada pelaku dosa besar
untuk memperoleh pengampunan dan Rahmat Allah. Selain itu, arja’a
juga berarti meletakkan di belakang atau mengkudiankan, yaitu orang
yang mengutamakan iman daripada amal. Oleh karena itu, Murji’ah
artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang
bersengketa (yakni Ali dan Muawiyah serta pengikut masing-masing)
kelak dihari kiamat.
Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul
kemunculan Murji’ah. Teori pertama mengatakan bahwa gagasan irja
atau arja’a dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan
menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam ketika terjadi pertikaian
politik dan untuk menghindari sektarianisme. Murji’ah sebagai
kelompok politik maupun Teologis diperkirakan lahir bersamaan
dengan kemunculan Syi’ah dan Khawarij. Yang mana kelompok
Murji’ah merupakan musuh berat Khawarij.12
5. Aliran Khowarij.
Pengertian khowarij, secara etimologi berasal dari kata khoroja
yang artinya keluar, secara terminologi adalah orang atau kelompok

11
M. Abu Zahrah, Sejarah Aliran-aliran dalam Islam Bidang Politik dan Aqidah, (Jawa
Timur, PSIA, 1991)hal. 151

12
Sariono sby, http://referensiagama.blogspot.com/2011/02/murjiah-pemikiran-
doktrin-dan-sekte.html
12
yang keluar dari pimpinan yang sah, yang telah disetujui, baik dari
masa khulafa’urrosyiddin, tabi’in, maupun sesudahnya.13
Golongan khorij ini, semula merupakan pengikut shahabat Ali,
dalam menghadapi Mu’awiyyah ketika perang siffin, suatu peperangan
antara kholifah Ali melawan Mu’awiyyah. Mereka mengundurkan diri
dari kelompok Ali lantaran pihak Ali menerima tahkim yang
ditawarkan pihak mu’awiyyah. Sebenarnya Ali menolak tawaran itu,
lantaran kemenangan telah didepan mata.14
6. Aliran Syi’ah.
Seacara lughowi, syi’ah berarti pengikut, pendukung, atau
penolong. Menurut az-Zawi kata ini di kenal sebagai pendukung Ali
atau pendukungnya.15 Tetapi secara terminologi, adlah sikap dukungan
kepada Ali untuk meneruskan kepemimpinan rasullullah, yang dalam
hal ini dapat dibedakan pada dua masalah (Ghazali munir : 2010. Hlm
26-27) ;
1) Yang hanya menekankan keutamaan Ali untuk meneruskan
kepemimpinan rasullullah, termasuk keutamaannya dari
abu bakar, umar, dan utsman.
2) Yang menekankan pada keyakinan bahwa imamah Ali
bukan sekedar lebih utama, tetapi sudah merupakan wasiat
dari rasullullah atas kehendak Allah.
7. Aliran Asy’ariyyah.
Dalam kemuktazilah yang keruh,muncullah al asy’ari, di besarkan
dan di didik,sampai mencapai umur lanjut.ia telah membela aliran
muktazilah sebaik-baiknya,akan tetapi aliran tersebut kemudian di
inggalkanya,bahkan memberinya pukulan-pukulan hebat dan
menganggapnya lawwan yang berbahaya. Namanya Abu hasan ali bin
ismail al- asy-ari,keturunan dari abu musa al-asy’ari. Salah seorang
13
Ghozali munir, ilmu kalam aliran aliran ilmu kalam hlm. 22Asy-syahrastani, Al-Milal
Wan Nihal, halm 114

14
Ghozali munir op,cit hlm 22.

15
At-Tahir Ahmad az-Zawi, “syi’ah” dalam Tartib al-Qur’an al-Muhit, II, Mesir : Al-Halabi,
1972,hlm. 768.
13
perantara ali dan muawiyyah.al asy’ari lahir pada tahun 260H/873 M
dan wafat pada tahun 324 H/935 M 16.
8. Aliran maturidiyyah.
Aliran maturidiyyah seperti aliran asy’ariyah masih tergolong ahli
sunnah .pendirinya ialah muhamad bin muhamad abu mansyur.ia di
lahirkan di maturid,sebua kota kecil di daerah samarkand (termasuk
daerah usbekistan sekarang pada pertengahan abad ketiga hijriyah dan
meninggal di samarkand tahun 332H.

16
Ahmad hanafi,teologi islam 43,pt bulan bintang Jakarta,1974
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Munculnya Ilmu Kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut
peristiwa pembunuhan ‘Utsman bin Affan yang berbuntut pada penolakan
Mu’awiyah atas kekholifahan Ali bin Abi Thalib.
Ilmu kalam sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum di kenal pada masa nabi,
maupun pada masa sahabat , akan tetapi baru di kenal pada masa-masa
sesudahnya
Dari semua yang tersebut di atas mengenai dalil-dalil wujud tuhan,tidak
berlebih lebihan kiranya kalau di katakan bahwa dalil-dalil aliran asy’ariyah dan
muktazilah bukan dalil syara bukan pula dalil yang rasional murni, dan dengan
sengaja mereka mengesampingkan dalil-dalil syara.
Dalil-dalil yang di kemukakan ibnu rosydi sesuai dengan dalil-dalil qur’an
yang juga menjadi dalil [ara flosof. Teori kausalitas di ambil dari aris toteles dan
dalil tujuan (teologi) di ambil dari plato akan tetapi ibnu rusydi telah dapat
memperbaiki pikiran-pikiran kedua orang filosof tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA
 Hadariansyah, AB, Pemikiran-pemikiran Teologi dalam Sejarah Pemikiran
Islam, (Banjarmasin: Antasari Press, 2008).
 Anwar, Rosihan, Ilmu Kalam, (Bandung: Puskata Setia, 2006), cet ke-2.
 Nasution, Harun, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa
Perbandingan, (Jakarta: UI-Press, 1986), cet ke-5.
 M. Abu Zahrah, Sejarah Aliran-aliran dalam Islam Bidang Politik dan
Aqidah, (Jawa Timur, PSIA, 1991).
 Sby Sariono, lihat di
http://referensiagama.blogspot.com/2011/02/murjiah-pemikiran-doktrin-
dan-sekte.html unduhan(senin, 16 maret 2015 08:00wib)
 Hanafi ahmad,teologi islam ,pt bulan bintang Jakarta,1974.
 A. Nasir Sahilun, Pemikiran Kalam, (Jakarta, PT Raja Grafindo, 2010),
cet 1
 Munir ghozali, ilmu kalam aliran aliran dan pemikiran islam, (Semarang,
RaSAIL Media Group, 2010).
 W.montgomery watt,pemikiran teologi dan filsafat islam terj. Umar basalim hal
10 p3m jakarta1987

16

Anda mungkin juga menyukai