Anda di halaman 1dari 28

RINGKASAN MATA KULIAH

METODOLOGI PENELITIAN
“PROSES PENELITIAN”

OLEH
Kadek Erma Damayanti 1707532135

S1 AKUNTANSI-PROGRAM NON REGULER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2019
PEMBAHASAN
1. Poses Penelitian
Pada proses penelitian biasanya peneliti menggunakan proses berurutan yang mencakup
berbagai langkah yang didefinisakan dengan jelas. Tidak ada yang mengatakan bahwa
penelitian memerlukan peneyelesaian setiap langkah sebelum langkah berikutnya dimulai.
Pengulangan, penyederhanaan, dan pengabaian suatu proses kadangkala terjadi. Beberapa
langkah dimulai tidak sesuai urutannya, adapula yang dilaksanakan secara bersamaan, dan
terkadang dilewatkan begitu saja (Cooper dan Emory, 1996:55)
1.1. Idetifikasi, Pemilihan dan Pemilihan Masalah
1.1.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah diperlukan agar peneliti benar-benar menemukan masalah
ilmiah, bukan akibat dari permasalahan lain. Kerlinger dan Imam Suprayogo
menjelaskan bahwa masalah ilmiah bukanlah masalah moral dan etis.
Sebagaimana dikemukakan di muka, masalah penelitian bersifat tidak terbatas.
Meskipun demikian, tidak semua masalah yang ada di masyarakat bisa diangkat
sebagai masalah penelitian. Untuk mengidentifikasi masalah penelitian, perlu
diajukan empat pertanyaan:
a. Masalahnya apa (Substansinya) ?
b. Bermasalah menurut siapa ?
c. Dianggap masalah dalam konteks apa ?
d. Dalam perspektif apa?

1.1.2 Pemilihan Masalah


Setelah mengidentifikasi masalah dari berbagai sumbernya, dan ditemukan lebih
dari satu masalah, maka dari masalah-masalah tersebut, dipilih salah satu yang
paling layak dan paling sesuai untuk diteliti, yaitu masalah yang akan ditetapkan
sebagai penelitian. Sedangkan pokok persoalan yang memerlukan pemecahan
melalui penelitian adalah sesuatu yang problematik yang disebut masalah. Jadi topik
menonjolkan inti persoalan, juga menegaskan batas-batas masalah dan mengarahkan
penentuan judul penelitian.
Selanjutnya, dalam menetapkan masalah yang layak untuk diteliti, dapat
digunakan beberapa pertimbangan, antara lain :
a. Apakah topik tersebut dapat dijangkau dan dikuasai (manageable topic)
b. Apakah bahan-bahan/data tersedia secukupnya (obtanabledata)
c. Apakah topik tersebut penting untuk diteliti (significance of topic)
d. Apakah topik tersebut cukup menarik minat untuk diteliti dan dikaji (interested
topic).
Selain itu, juga perlu dihindari duplikasi atau jiplakan topik lama, dan resistensi
sosial, kultural dan ideologis terhadap sesuatu masalah yang hendak diteliti.

1.1.3 Perumusan Masalah


Menurut Dantes (2012:23-25), tugas pertama yang dihadapi seorang peneliti
adalah pemilihan dan penentuan masalah yang akan diteliti. Pemililihan dan
perumusan masalh merupakan aspek-aspek yang penting yang nantinya akan
menyangkut seluruh proses penelitian, oleh karenanya perumusan masalah tidak
dapat dianggap gampang.
A. Sumber-sumber masalah peneliatian
Masalah penelitian adalah pertanyaan mengenai keterkaitan yang
terdapat pada seperangkat peristiwa dalam suatu bidang ilmu. Penelitian yang
dilakukan untuk memperoleh jawaban terhadap pertanyaan tersebut. para
peneliti umumnya menemukan sumber permasalahan dari :
1) Pengalaman
Merupakan salah satu sumber yang bermanfaat bagi peneliti yang
berpengalaman untuk mendapatkan permasalah yang teliti. Contohnya
seorang guru, maka pengalaman sebagai guru merupakan sumber yang
sangat membantu dalam peilihan masalah melalui permasalahan sehari-hari
yang dilakukan.
2) Deduksi dari teori
Merupakan deduksi yang dibuat dari teori yang berkaitan dalam
bidangnya yang diketahui oleh peneliti.
3) Literatur yang relevan
Merupakan sumber lain untuk menemukan masalah. Bacaan mengenai
hasil penelitian yang telah dilakukan orang tidak hanya bermanfaat untuk
mengetahui masalah-masalahnya yang baik dan mempelajari metode
penelitian tetapi juga bermanfaat untuk menemukan masalah-masalah yang
disarankan untuk diteliti lebih lanjut.
B. Metode Penemuan Masalah
Ide untuk menemukan masalah penelitian dapat diperoleh melalui dua
pendekatan:
1. Pendekatan Formal
a. Metode Analog (Analog Method)
Metode ini menggunakan pengetahuna yang diperoleh dari hasil
penelitian pada bidang tertentu untuk menentukan masalah penelitian
pada bidang lain yang terkait.
b. Metode Renovasi (Renovation Reseach)
Menurut metode ini masalah penelitian dapat ditentukan dengan
cara memperbaiki atau mengganti komponen teori atau metode yang
kurang relevan dengan komponen teori atau metode lain yang Iebih
efektif.
c. Metode Dialektis (Dialectic Method)
Metode ini menentukan masalah penelitian dengan mengajukan
usulan pengembangan terhadap teori atau metode yang telah ada. Fokus
masalah yang diteliti adalah penerapan teori atau metode alternatif.
d. Metode Morfologi (Morphology Method)
Metode ini merupakan metode formal yang digunakan untuk
menemukan masalah penelitian dengan menganalisis berbagai
kemungkinan kombinasi bidang masalah penelitian yang saling
berhubungan dalam bentuk matrik.

e. Metode Dekomposisi (Decomposition Method)


Berdasarkan metodeini masalah penelitian ditemukan dengan
cara menbagi masalah ke dalam elemen- elemen yang lebih spesifik.
Peneliti dapat memilih masalah penelitian berdasarkan pada elemen
tenentu.
f. Metode Agregasi (Aggregation Method)
Metode ini merupakan kebalikan dari metode dekomposisi. yaitu
menggunakan hasil penelitian atau teori dari berbagai bidang penelitian
yang berbeda untuk menemukan suatu suatu masalah penelitian yang
lebih kompleks. Misal, masalah penelitian yang menguji: 1. Penerapan
analisis input-output, teori utilitas, dan teori motivasi secara simultan
untuk pengukuran kinerja manajerial, 2. Penerapan teori nilai sekarang
dalam akuntansi sewa-beli dan akuntansi sumber daya manusia.
2. Pendekatan Informal
a. Metode Perkiraan (ConjectureMethod)
Metode ini menemukan masalah penelitian bisnis berdasarkan
intuisi pembuat keputusan mengenai situasi tertentu yang diperkirakan
mempunyai potensi masalah
b. Metode Fenomenologi (Phenomenology Method)
Metode ini menemukan masalah penelitian berdasarkan hasil
observasi terhadap paksa atau kejadian. Pengamatan terhadap fenomena
kemungkinan dapat mengarahkan pada penyusunan suatu dugaan atau
hipotesis.
c. Metode Konsensus (Consensus Method)
lde masalah penelitian dapat ditemukan berdasarkan adanya
consensus atau konvensi dalam praktik bisnis. Konsensus atau konvensi
merupakan kebiasaan yang dipraktikkan dalam bisnis yang tidak
dilandasi oleh konsep atau teori yang baku.
d. Metode Pengalaman (ExperienceMethod)
Masalah penelitian, seperti yang telah disebutkan dimuka,
diantaranya dapat ditemukan berdasarkan pengalaman perusahaan atau
orang-orang dalam perusahaan.

C. Tahapan Perumusan
Berikut merupakan tahapan merumuskan masalah penelitian menurut (Cooper
dan Schindler,2006: 65):
1. Menemukan Dilema Manajemen
Ini dapat berupa masalah atau peluang. Pada tahap ini Anda mungkin
bahkan telah mengindentifikasi masalah atau peluang.
1.1 Eksporasi
Pada tahap ini Anda meninjau sumber-sumber publikasi dan
mewawancara pmilik informasi untuk memahami dilemma manajemen
yang benarnya, bukan sekedar gejalanya
2. Mendefinisikan Pertanyaan Manajemen
Dengan menggunakan informasi yang telah dikumpulkan pada tahap
eksplorasi. Anda mengubah dilemma atau memperbaiki gejala menjadi
susunan kata-kata dalam bentuk pertanyaan.
2.1 Eksporasi
Pada tahap ini biasanya melibatkan wawancara dengan pemilik
informasi, pengembangan ide dengan pakar, dan teknik penelitian lain.
3. Mendefinisikan Pertanyaan Penelitian
Beberapa pertanyaan penelitian mungkin dirumuskan pada tahap ini.
Tiap pertanyaan merupakan tindakan alternatif yang mungkin diambil
manajemen untuk mengatasi dilema manajemen.

1.2. Kajian Pustaka dan Hipotesis


1.2.1. Kajian Pustaka/Literatur Review
 Pengertian Tinjauan Pustaka Literatur
Merupakan analisi berupa kritik (yang membangun maupun menjatuhkan) dari
penelitian yang sedang dilakukan terhadap topik khusus atau pertanyaan terhadap
suatu bagian dari keilmuan.
 Tujuan Literatur Review
a. Membentuk sebuah kerangka teoritis untuk topik/bidang penelitian.
b. Menjelaskan definisi, kata kunci, dan terminology
c. Menentukan studi, model, studi khusus, yang mendukung topik
d. Menentukan lingkup penelitian

 Langkah – langkah dalam Literatur Review


a. Langkah 1 : - Membaca tulisan ilmiah terkait
- Perhatikan struktur dan teks
- Jika tidak cocok cari penelitian yang dapat mendukung Literatur
Review
b. Langkah 2 : - Mengevaluasi semua tulisan ilmiah yang dibaca
- Akurasi
- Objektivitas
- Kemutakhiran
- Cakupan
c. Langkah 3 : - Membuat ringkasan publikasi-publikasi
d. Langkah 4 : - Gabungkan menjadi satu cerita ilmiah yang lengkap mengenai
suatu
permasalahan.
- Sumber-sumber Literatur Review
- Cara Membaca Sumber
a. Skimming : membaca dokumen secara cepat dengan
mengambil inti-inti dari setiap paragraph untuk melakukan
review dengan lebih cepat dan menyeluruh.
b. Paragraf Statement (Kalimat Utama di dalam suatu
paragraph) : membaca kalimat terpenting di dalam suatu
paragraph untuk mengerti paragraph objek.
c. Document Statement (Kalimat Permasalahan/Tema
Penelitian) : membaca statement utama dalam dokumen objek
yang berguna untuk membantu mengerti tema keseluruhan.
1.2.2. Hipotesis
 Pengertian Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan dugaan (Conjectural) tenteng hubungan antara dua
variable atau lebih. Hipotesis selalu mengambil mentuk kalimat pernyataan
(declarative) dan menggabungkan secara umum maupun secara khusus antara variable
satu dengan yang lainnya. Tentang hipotesis dan pernyataan hipotesis yang baik ada dua
kriteria. Kreteria pertama hipotesis adalah pernyataan yang menunjukkan relasi antara
variable-variabel. Kedua, hipotesis mengandung implikasi – implikasi yang jelas untuk
menguji hubungan – hubungan yang dinyatakan.
 Fungsi Hipotesis
a. Memberikan penjelasan tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan
pengetahuan dalam suatu bidang.
b. Mengemukakan pernyataan tentang hubungan dua konsep yang secara langsung
dapat diuji dalam penelitian.
c. Memberikan arah penelitian.
d. Memberi kerangka pada penyusunan kesimpulan penelitian.

 Bentuk – bentuk Hipotesis


Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah
penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif
(perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, bentuk hipotesis penelitian
juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif komparatif, dan asosiatif/hubungan.
Hipotesis deskriptif, adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
deskriptif; hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
komparatif; dan hipotesis asosiatif adalah merupakan jawaban sementara terhadap
masalah asosiatif/hubungan. Pada butir 2 berikut akan diberikan contoh judul penelitian,
rumusan masalah, dan rumusan hipotesis. Rumusan hipotesis deskriptif, lebih
didasarkan pada pengamatan pendahuluan terhadap obyek yang diteliti.
a. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif,
yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh:
1. Rumusan Masalah Deskriptif
a. Berapa daya tahan lampu pijar merk X?
b. Seberapa tinggi semangat kerja karyawan di PT. Y?
2. Hipotesis Deskriptif
Daya tahan lampu pijar merk X = 600 jam (Ho). Ini merupakan hipotesis
nol, karena daya tahan lampu yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda
secara signiflkan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi.
Hipotesis alternatifnya adalah: Daya tahan lampu pijar merk X tidak
sama 600 jam. “Tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil
dari 600 jam.
3. Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)
Ho : µ = 600
Ha : µ ≠ 600
µ : Adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui
sampel
Untuk rumusan masalah no. 2) hipotesis nolnya bisa berbentuk demikian:
a. Semangat kerja karyawan di PT X = 75% dari kriteria ideal yang ditetapkan.
b. Semangat kerja karyawan di PT X paling sedikit 60% dari kriteria ideal yang
ditetapkan (paling sedikit itu berarti lebih besar atau sama dengan ≥ ).
c. Semangat kerja karyawan di PT X paling banyak 60% dari kriteria ideal
yang ditetapkan (paling banyak itu berarti lebih kecil atau sama dengan C ).
Dalam kenyataan hipotesis yang diajukan salah satu saja, dan hipotesis mana
yang dipilih tergantung pada teori dan pengamatan pendahuluan yang dilakukan
pada obyek. Hipotesis alternatifnya masing-masing adalah:
a. Semangat kerja karyawan di PT X ≠ 75%
b. Semangat kerja karyawan di PT X < 75%
c. Semangat kerja karyawan di PT X > 75%
Hipotesis statistik adalah (hanya ada bila berdasarkan data sampel).
a. Ho : ρ = 75%
Ha : ρ ≠ 75%

b. Ho : ρ ≥ 75%
Ha : ρ < 75%
c. Ho : ρ ≤ 75%
Ha : ρ > 75%
ρ = hipotesis berbentuk persentase.
Nb Teknik statistik yang digunakan untuk menguji ketiga hipotesis
tersebut tidak sama. Cara-cara pengujian hipotesis akan dilanjutkan pada
analisis data.
b. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang
berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
1. Rumusan Masalah Komparatif
Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan
dengan PT Y?

2. Hipotesis komparatif
Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan
tiga model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut:
- Hipotesis Nol:
1. Ho: Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X
dan PT Y; atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan PT
X dan Y, atau
2. Ho: Produktivitas karyawan PT X lebih besar atau sama dengan (≥) PT Y
(“lebih besar atau sama dengan)” = paling sedikit).
3. Ho: Produktivitas karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan (≤) PT Y
(“lebih kecil atau sama dengan” = paling besar).
- Hipotesis Alternatif:
1. Ha: Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (atau lebih kecil) dari
karyawan PT Y.
2. Ha: Produktivitas karyawan PT X lebih kecil dari pada (<) PT Y.
3. Ha: Produktivitas karyawan PT X lebih besar daripada (≥) PT Y.

3. Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:


a. Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
b. Ho : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
c. Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2
µ1 = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT.X
µ2 = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT. Y
4. Hipatesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
1. Rumusan Masalah Asosiatif
Adakah hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan barang
yang terjual.
2. Hipotesis Penelitian:
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan
pelayan toko dengan barang yang terjual.

5. Hipotesis Statistik
Ho : ρ = 0, 0 berarti tidak ada hubungan.
Ha : ρ ≠ 0 , “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol
berarti ada hubungan,
ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

1.3. POPULASI DAN SAMPEL


Prof. Dr. Sugiyono (2010) menegaskan bahwa terdapat perbedaan mendasar dalam
pengertian antara “ populasi dan sampel” dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif.
1. Dalam penelitian kuantitatif, populasi di artikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi itu misalnya
penduduk di wilayah tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya.
Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
keseluruhan karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek/subyek itu. Sedangkan Sampel
adalah bagian dari populasi itu, apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulan akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili).
2. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi menggunakan
istilah situasi sosial, yang terdiri atas  tiga elemen yaitu: tempat, pelaku dan aktifitas yang
berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek
penelitian yang ingin diketahui “ apa yang terjadi” di dalam nya, misalnya rumah berikut
keluarga dan aktifitasnya. Situasi sosial tidak hanya terdiri dari tiga elemen tersebut, tetapi
bisa juga berupa peristiwa alam, binatang, tumbuh-tumbuhan dan sejenisnya. Sedangkan
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara
sumber, partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian
kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan
penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.

1.3.1. Teknik sampling


Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
Dalam penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d, Prof. Dr. Sugiyono (2010) menyatakan
Secara skematis, teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu Probability Sampling dan Non probability Sampling. Probability
Sampling meliputi:  simple random, proportionate stratified random, disproportionate
stratifed random, dan area random. Nonprobability sampling meliputi: sampling
sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling
jenuh, dan snowball sampling.
1. Probability sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Macam-macam teknik ini meliputi:
a. Simple random sampling
Simple random sampling merupakan pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
b. Proportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proposional. Suatu organisasi yang mempunyai
pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu
berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1=45 orang, S2=30 orang, SMK=
800 orang, SMA= 400 orang, SMP= 300 orang, SD= 300 orang. Jumlah sampel
yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
c. Disproportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata
tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai, 3
orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang
SMP. Maka 3 orang lulusan S3 dan 4 orang lulusan S2 tersebut diambil semuanya
sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan
kelompok S1, SMU, dan SMP.
d. Cluster sampling ( Area sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara,
provinsi, atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan jadi sumber
data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah
ditetapkan.
2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sam bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel.
a. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang
terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota tersebut diberi nomor urut, yaitu nomor 1
sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor
ganjil saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan 5,
untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor1, 5, 10, 15, 20, dan
seterusnya sampai 100.
b. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai
contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan
masyarakat dalam urusan Ijin Mendirikan Bangunan. Jumlah sampel yang
ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang
tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kuota
yang ditentukan.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang
pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi 100
orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500
orang anggota sampel tersebut.
c. Sampling ansidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti, hasil
datanya dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan yang
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Misalnya akan melekukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Atau penelitian tentang
kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli
politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian-
penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
e. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan
kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel.
f. Snowball sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya
kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama
menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang,
tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap data yang diberikan, maka
peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data
yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak.
Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball,
misalnya akan meneliti siapa provokator kerusuhan, maka akan cocok menggunakan
purposive dan snowball.
1.3.2. Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang
diharapkan 100% yang mewakili populasi adalah sama dengan jumlah populasi itu sendiri.
Berikut ini rumus menghitung ukuran sampel dari populasi yang jumlahnya telah diketahui:
Cara menentukan ukuran sempel bila sempel tidak berdistribusi normal, misalnya
populasi homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai. Misalnya populasinya
berbeda, katakan logam dimana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sempel yang
diperlukan 1% saja sudah bisa mewakili.
Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sempel, misalnya dari
Cochen, Cohen dll. Bila keduanya digunakan untuk menghitung ukuran sempel, terdapat
sedikit perbedaan jumplahnya. Lalu yang dipakai yang mana? Sebaiknya yang dipakai
adalah jumlah ukuran sempel yang paling besar.

1.3.3. Contoh Menentukan Ukuran Sempel


Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat terhadap
pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tertentu. Kelompok masyarakat itu
terdiri 1000 orang, yang dapat dikelompokan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan
S1= 50, Sarjana Muda = 300, SMK = 500, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata).
Bila jumlah populasi = 1000, kesalahan 5% , maka jumlah sempelnya = 258, Karena
populasi berstrata, maka sampelnya jga berstrata. Stratanya  ditentukan menurut jenjang
pendidikan. Dengan demikian masing-masing sempel untuk tingkat pendidikan harus
proporsional sesuai dengan populasi. Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini
jumlah sempel untuk kelompok S1 = 14, Sarjana Muda (SM) = 83, SMK = 139, SMP = 14,
dan SD = 28.
 
S1        =          50/1000           X         258     =          13,90   =          12,9
SM      =          300/1000         X         258       =          83,40   =          77,4
SMK   =          500/1000         X         258      =          139,0   =          129
SMP    =          100/1000         X         258      =          27,8     =          25,8
SD       =          50/1000           X         258      =          13,91    =          12,9
Jumlah                                                                     =          258
Jadi jumlah sempelnya = 12,9 + 77,4 +129 + 25,8 + 12,9 + = 258. Jumlah yang pecahan
bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sempel menjadi 13 + 78 + 129 + 26 + 13 = 259. Pada
perhitungan yang menghasilkan pecahaan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan ke atas
sehingga jumlah sempelnya lebih 259. Hal ini lebih aman daripada kurang dari 258. Roscoe
dalam buku Research Methonds For Business (1982:253) memberikan saran-saran tentang
ukuran sempel untuk penelitian seperti berikut ini:
a. Ukuran sempel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
b. Bila sempel dibagi dalam katagori ( misalnya: pria-wanita, pegawai  negeri-swasta dan lain-
lain) maka jumlah anggota sempel setiap katagori minimal 30.
c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan Multivariate (korelasi atau regresi
ganda misalnya). Maka jumlah anggota sempel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang
diteliti. Misalnya variabel penelitiaanya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah
anggota sempel = 10  X  5 = 50.
d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang mengunakan kelompok ekspetrimen dan
kelompok kontrol, maka jumlah anggota sempel masing-masing antara 10 s/d 20.

1.3.4. Cara Mengambil Anggota Sempel


Probability sampling adalah teknik sempling yang memberi peluang sama kepada
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sempel. Cara demikian sering disebut
dengan random sampling, atau cara pengambilan sampel secara acak.
Pengambilan sempel secara acak random/acak dapat dilakukan dengan bilangan
random, komputer, maupun dengan undian. Bila pengambilan dilakukan dengan undian,
maka setiap anggota populasi diberi nomer terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota
populasi.

1.4. Metode Pengumpulan Data


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pengumpulan data adalah proses,
cara, perbuatan mengumpulkan, atau menghimpun data. Sedangkan instrumen adalah alat yg
dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat
kedokteran, optik, dan kimia), perkakas, sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan
sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010:265), instrumen pengumpulan data
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Ibnu Hadjar
(1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.
Sementara itu, Sumadi Suryabrata (2008:52) menyatakan bahwa instrument penelitian adalah
alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas
atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan
menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut
kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif,
perangsangnya adalah pernyataan.

1.4.1. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kuantitatif


Sugiyono (2012:7) metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini
sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian.
Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat
positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-
kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini
juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan
dikembangkan sebagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data
penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.
Menurut Sugiyono (2012:137) berdasarkan teknik pengumpulan data penelitian
kuantitatif dapat dilakukan dengan cara:
a. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondenya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur (peneliti telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh) maupun tidak
terstruktur (peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap sebagai pengumpul datanya) dan dapat dilakukan secara langsung
(tatap muka) maupun secara tidak langsung (melalui media seperti telepon).
b. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Serta
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Kuesioner juga cocok
digunakan jika jumlah responden cukup besar dan terssebar diwilayah yang luas.
c. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai cirri yang spesifik
bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Karena
observasi tidak selalu dengan obyek manusia tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
Sutrisno Hadi, dalam Sugiyono (2012:145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Dari segi proses pelaksanaannya, observasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu observasi
berperan serta (participant observation) dan observasi non partisipan (non participant
observation).
1.4.2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif
Sugiyono (2012:7) metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru. Karena
popularitasnya belum lama, danamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada
filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses
penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive
karena data hasil penelitiannya lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang
ditemukan di lapangan.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna pada generalisasi.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi
yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan
data kualitatif secara umum terdapat 4 macam yaitu:
a. Observasi
Nasution, dalam Sugiyono (2012:226) menyatakan bahwa, observasi adalah
dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data,
yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga
benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda
ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Sanafiah Faisal, dalam Sugiyono (2012:226) mengklasifikasikan observasi
menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara
terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi
yang tak berstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Spradley, dalam Sugiyono
(2012:226) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu observasi partisipasi
yang pasif (pasive participation), observasi partisipasi yang moderat (moderate
participation), observasi partisipasi yang aktif (active participation) dan observasi
partisipasi yang lengkap (complete participation).
b. Wawancara/interview
Esterberg, dalam Sugiyono (2012:231) mendefinisikan interview sebagai
berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through question
and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a
particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Esterberg, dalam Sugiyono (2012:233) mengemukakan beberapa
macam wawancara yaitu wawancara testruktur (peneliti telah mengetahui dengan pasti
informasi apa yang akan diperoleh sehingga peneliti menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah
disiapkan), wawancara semiterstruktur (pelaksanan wawancara lebih bebas, dan
bertujuan untuk menemukan pemasalahan secara lebih terbuka dimana responden
dimintai pendapat dan ide-idenya), dan wawancara tidak terstuktur (merupakan
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya).
c. Dokumen
Sugiyono (2012:240), mengemukakan pendapatnya mengenai dokumen,
dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
d. Triangulasi
Sugiyono (2012:241), Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapat data dari sumber yang sama. peneliti menggunakan
observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang
sama secara serempak.
1.5. Rencana Analisis Data 
Peneliti membuat suatu penelitian dengan satu tujuan pokok yaitu menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk mengungkap fenomena sosial atau alam tertentu, untuk
mencapai tujuan tersebut peneliti merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, memproses data,
membuat analisis dan interpretasi.
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini sering kali digunakan statistic. Salah satu fungsi
pokok statistic adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi
informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami. Disamping itu statistic
membandingkan angka yang diperoleh dengan hasil yang terjadi secara kebetulan, sehingga
memungkinkan peneliti untuk menguji apakah hubungan yang diamati memang betul terjadi
karena adanya hubungan yang sistematik antara variabel-variabel yang diteliti atau hanya
terjadi secara kebetulan.
Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan
jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan
data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Untuk penelitian yang
tidak merumuskan hipotesis langkah terakhir tidak dilakukan.
1.5.1. Tahapan Pengolahan Data
1. Editing
Kegiatan dalam editing adalah kegiatan memeriksa data mentah yang masuk, apakah
terdapat kekeliruan dalam pengiriman, apakah tidak lengkap pengisiannya, palsu dan
sebagainya. Kegiatan editing dapat dilakukan di kantor pusat atau dilapangan. Dengan
demikian, harapannya adalah data yang diperoleh tersebut valid dan reliabel serta dapat
dipertanggungjawabkan. Hal-hal yang perlu diperiksa adalah sebagai berikut:
a) Dipenuhi tidaknya instruksi sampling. Apakah responden yang diwawancarai sesuai
dengan syarat-syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan.
b) Dapat dibaca atau tidaknya data mentah. Bila ada tuliasan yang tidak jelas harus
dikembalikan kepada pewawancara untuk mengetahui kebenaran dari tulisan tersebut.
c) Kelengkapan Pengisisan. Perlu ditunjukkan kepada pewawancara bila ada bagian yang
kososng/tidak diisi.
d) Keserasian (Konsistensi). Adalah hal-hal yang saling bertentangan.
e) Apakah isi jawaban bisa dipahami Bila ada jawaban yang panjang, kemudian disingkat
oleh pewawancara dan singkatan tersebut susah dipahami.
2. Coding
Coding adalah pemberian tanda/symbol/kode bagi tiap-tiap data yang termasuk dalam
kategori yang sama. Tanda dapat berupa angka/huruf. Tujuan daripada coding adalah
mengklasifikasikan jawaban kedalam kategori-kategori yang penting. Ada dua langkah
penting dalam melakukan coding yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan kategori-kategori yang akan digunakan.
2. Mengalokasikan jawaban individual pada kategori-kategori tersebut.
Kumpulan dari kategori-kategori ini disebut dengan “coding frame”. Pada
pertanyaan tertutup biasanya coding frame sudah dilengkapi namun pada pertanyaan
terbuka sukar untuk merencanakan coding frame yang bersangkutan, mengkonstruksi
coding frame hendaknya dilakukan oleh seseorang yang benar-benar mengetahui tujuan
penelitian dan mengetahui bagaimana hasil penelitian akan digunakan. Coding frame ini
perlu dites terlebih dahulu oleh petugas coding. Hal ini dilakukan, selain untuk melatih
petugas coding, juga untuk membuka kemungkinan terciptanya coding frame yang lebih
baik.
Alokasi jawaban pada kategori-kategori didalam coding frame dapat dilakukan
oleh responden, petugas wawancara dan oleh petugas coding, yang dapat dilakukan oleh
responden atau petugas wawancara hanya terbatas pada tipe pertanyaan tertutup saja.
Dalam tipe pertanyaan terbuka harus dilakukan sepenuhnya oleh petugas coding sesuai
dengan instrument coding yang benar-benar spesifik. Mengkode adalah menaruh angka
pada tiap jawaban. Untuk dapat memberikan kode pada jawaban tersebut perlu
diperhatikan yaitu:
a) Kode dan Jenis Pertanyaan
Dalam hal ini perlu diperhatikan jenis pertanyaan, jawaban atau pertanyaan yang dapat
dibedakan. Jawaban yang berupa angka, jawaban dari pertanyaan tertutup, jawaban
pertanyaan semi terbuka, jawaban pertanyaan terbuka dan jawaban pertanyaan kombinasi.
 Bila jawaban berupa angka maka kode yang digunakan adalah angka itu sendiri.
 Bila jawaban untuk pertanyaan tertutup jawabannya sudah disediakan terlebih dahulu
dan responden hanya mengecek jawaban tersebut sesuai dengan instruksi. Responden
tidak boleh menjawab diluar yang telah ditetapkan.
 Bila jawaban pertanyaan semi terbuka, selain dari jawaban yang telah ditentukan maka
jawaban lain yang dianggap cocok oleh responden masih diperkenankan untuk dijawab.
Jawaban tambahan tersebut perlu diberi kode tersendiri.
 Bila jawaban pertanyaan terbuka, jawaban yang diberikan sifatnya bebas. Untuk
memberi kode, jawaban-jawaban tersebut harus dikatagorikanlebih dahulu atau
dikelompokkan sehingga tiap kelompok berisi jawaban yang sejenis. Kalau masih ada
jawaban yang tidak bisa masuk ke kelompok tersebut, dapat dibuatkan katagori-katagori
lain-lain, namun tidak boleh terlalu banyak dan juga perlu diingat jawaban pertanyaan
tidak boleh tumpang tindih.
 Bila jawaban kombinasi, hampir serupa dan jawaban pertanyaan tertutup. Selain ada
jawaban yang jelas, responden masih dapat menjawab kombinasi dari beberapa
jawaban.
b) Tempat Kode
Kode dapat dibuat pada kartu tabulasi ataupun daftar pertanyaan itu sendiri. Jika data
diolah dengan komputer, kode-kode harus dibuat dalam coding sheet.
3. Tabulasi
Data yang dikumpulkan setelah melewati proses editing dan coding, langkah
selanjutnya adalah disusun dalam bentuk tabel. Jawaban yang serupa dikelompokkan
dengan cara yang diteliti dan teratur, kemudian dihitung dan dijumlahkan beberapa banyak
peristiwa/gejala/item yang termasuk dalam satu kategori. Kegiatan ini dilakukan sampai
terwujud tabel-tabel yang berguna, terutama penting pada data kuantitatif. Dalam tabulasi,
angka-angka akan dimasukkan dalam satu tabel yang terdiri atas kolom-kolom maka ada
baiknya bila susunan kolom disusun berdasarkan urutan-urutan susunan logis dan tiap-tiap
kepala kolom diberi keterangan yang menyatakan isi kolom yang bersangkutan. Dengan
demikian dapat dilakukan pencarian hubungan-hubungan yang berarti antara jawaban yang
satu dengan jawaban lainnya, hanya dengan melihat kepada kolom tersebut.
Pengaturan data dapat bermacam-macam seperti pengaturan menurut banyaknya
peristiwa yang terjadi/ jumlah jawaban yang sama (tabel frekuensi), menurut kelompok atau
kelasnya (tabel klasifikasi) atau secara korelatif ( tabel korelasi). Jika setelah dibuat
distribusi frekuensi ada kode variabel yang tidak cocok, harus dilakukan pembersihan data.
Setelah itu baru dilanjutkan kedalam analisis berikutnya.
Tabel juga dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Tabel Induk tabel teks, dan tabel frekuensi. Tabel induk adalah tabel yang berisi
semua data yang tersedia secara terperinci untuk melihat kategori data secara
keseluruhan.
2. Tabel Teks. Tabel teks adalah tabel diringkas sesuai dengan keperluan. Tabel ini
biasanya dibuat langsung dalam teks dan digunakan saat membuat penafsiran.
3. Tabel Frekuensi. Tabel frekuensi ini sering digunakan untuk mengecek
kesesuaian hubungan jawaban antara satu pertanyaan dengan pertanyaan lain
dalam daftar pertanyaan.
4. Penyajian Data
Data setelah dikumpulkan dapat disajikan dengan menggunakan tabel frekuensi baik
frekuensi tunggal maupun tabulasi silang. Tabel tentang kepemilikan pesawat tv pada
pembahasan sebelumnya adalah contoh distribusi tunggal. Selain dalam bentuk tabel data
juga dapat disajikan dalam bentuk gambar/grafik. Contoh: Histogram, Poligon, dan lain-
lain.
Dalam tabulasi silang, setiap kesatuan data dipecah lebih lanjut menjadi dua/tiga. Setiap
penambahan variabel baru kedalam tabulasi silang akan memberikan keterangan lebih baik
terhadap data yang diolah, tetapi pengolahan akan lebih sukar (complicated).
Grafik merupakan sebuah garis yang menunjukkan suatu tingkatan atau naik dan
turunnya sebuah data. Grafik juga disebut sebagai diagram, jenis diagram terbagi menjadi
tiga macam antara lain :
1. Diagram Garis . Diagram garis merupakan sebuah diagram yang menunjukkan data
dalam bentuk garis.
2. Diagram Batang. Diagram batang merupakan sebuah diagram yang menunjukkan data
dalam bentuk segi empat. Diagram batang juga disebut histogram.
3. Diagram Lingkaran . Diagram lingkaran merupakan Sebuah diagram yang
menunjukkan data dalam bentuk lingkaran 360derajat.
1.6. Penulisan laporan
Laporan adalah penyampaian informasi dari seorang petugas/pejabat kepada
petugas/pejabat lain dalam suatu system administrasi.Menurut FX Soedjadi, pengertian laporan,
sebagai berikut:
a. Laporan adalah suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun
pertanggungjawaban baik secara lisan maupun tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai
dengan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang ada antara mereka.
b. Laporan adalah salah satu cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu kepada pihak
yang lainnya.

1.6.1. Dasar-dasar Membuat Laporan


Laporan pada dasarnya adalah alat komunikasi, agar dapat digunakan sebagai alat
komunikasi yang efektif, sebuah lapran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
a. Lengkap. Artinya data dan fakta yang ada dalam laporan harus lengkap.
b. Jelas. Sebuah lapran disebut jelas bila uraian dalam laporan tidak memberi peluang
ditafsirkan secara berbeda oleh pembaca yang berbeda.
c. Benar/akurat. Data dan fakta yang salah dapat menuntun pembaca membuat suatu
keputusan yang salah.
d. Sistematis. Laporan harus dioraganisasikan sedemikian rupa, dengan system
pengkodean yang teratur, sehingga mudah dibacadan diikuti oleh pembaca.
e. Objektif. Penulis laporan tidak boleh memasukkan selera pribadi ke dalam laporannya.
Penulis harus bersikap netral dan memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu.
f. Tepat waktu. Ketepatan waktu mutlak diperlukan, karena keterlambatan laporan bisa
mengakibatkan keterlambatan pengambilan keputusan.
1.6.2. Jenis-jenis Laporan
Jenis-jenis laporan dapat ditentukan berdasarkan sifat dan kandungan laporan itu.
1. Laporan menurut bentuknya, yaitu
a) Laporan lisan, disampaikan secara lisan, biasanya dilakukan hal-hal yang perlu segera
disampaikan. Laporan lisan dapat disampaikan dengan tatap muka, lewat telepon,
wawancara, dan sebagainya.
b) Laporan tertulis. Disampaikan secara lengkap dalam bentuk tulisan.
2. Laporan menurut isinya, yaitu:
a) Laporan kegiatan, misalnya pelaksanaan perkemahan, pelaksanaan ujian SKU,dll.
b) Laporan perjalanan, misalnya laporan wisata, dsb.
c) Laporan keuangan, menyangkut masalah penerimaan dan penggunaan uang.
d) Laporan informatif, yaitu laporan yang dimaksudkan untuk memberi informasi dan
bukan dimaksudkan untuk memberi analisis atau rekomendasi.
e) Laporan rekomendasi, yaitu laporan yang di samping memberikan informasi juga
menyertakan pendapat si penulis, dengan maksud memberikan rekomendasi (ususl).
Meski demikian akurasi dan rincian informasi tetap diperlukan supaya rekomendasi
yang diberikan juga meyakinkan.
f) Laporan analitis, yaitu laporan yang memuat sumbangan pikiran si penulis, bisa berupa
pendapat atau saran, setelah melalui analitis yang matang dan mendalam.
g) Laporan pertanggungjawaban. Si penulis memberi gambaran tentang pekerjaan yang
sedang dilaksanakan atau sudah dilaksanakan.
h) Laporan kelayakan, penulis menganalisis suatu situasi atau masalah secara mendalam
untuk menuju penilaian yang bersifat pilihan layak atau tidak layak.
3. Laporan menurut bahasa yang digunakan, yaitu:
a) Laporan yang ditulis secara popular, yaitu menggunakan kata-kata sederhana, kadang-
kadang diselingi dengan kalimat humor/lucu. Bentuk laporan ini bisa disebut juga
dengan laporan non formal, yaitu laporan yang tidak memenuhi beberapa unsure
formal. Laporan ini bersifat pribadi yang disesuaikan dengan kepentingan penulisannya.
b) Laporan yang ditulis secara ilmiah, yaitu sebagai hasil peneliti. Biasanya isinya singkat
tetapi padat dan sistematis serta logis. Bentuk laporan ini disebut dengan laporan
formal, yaitu laporan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut.
a. Ada halaman judul.
b. Ada surat atau pernyataan penyesalan.
c. Ada daftar isi.
d. Ada ikhtisar
e. Ada pendahuluan, isi dan penutup.
c) Laporan menurut bentuknya, yaitu:
a. Laporan berbentuk memo, biasanya laporan pendek yang memuat hal-hal pokok
saja dan beredar di kalangan intern organisasi.
b. Laporan berbentuk surat, isinya lebih panjang daripada laporan yang berbentuk
memo, bisa ditunjukkan ke luar organisasi.
c. Laporan berbentuk naskah, laporan ini bisa panjang atau pendek. Bila panjang
dibuat dalam format buku, dan dalam penyampaiannya mutlak diperlukan surat
atau memo pengantar.
1.6.3. Fungsi Laporan
Penyampaian laporan biasanya dilakukan oleh seornag bawahan kepada atasan, dalam
hal ini adalah atasan yang memberikan tugas atau mempunyai fungsi control dan
pengawasan atas dirinya atau atas kegiatan yang dilaporkan. Laporan juga bersifat
koordinatif bila ditulis oleh petugas dengan posisi sejajar dengan pembacanya. Atas dasar
ini laporan mengandung empat fungsi, yaitu:
a. Fungsi infromatif. Laporan bisa digunakan sebagai sumber informasi bagi pembacanya.
b. Fungsi pertanggungjawaban. Laporan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban penulis
terhadap pembaca laporan/atasannya, atau tugas yang harus dan telah dilaksanakannya.
c. Fungsi Pengawasan. Dengan membaca laporan, seorang atasan bisa mengawasi bawahan serta
tugas yang dilakukan bawahan tanpa harus melihat langsung.
d. Fungsi pengambilan keputusan. Laporan dari bawahan dapat digunakan oleh atasan sebagai
bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Juga berlaku untuk laporan koordinatif.

1.6.4. Sistematika Penulisan Laporan


Hendaknya dalam membuat laporan, laporan tersebut dapat menjawab semua
pertanyaan mengenai: apa (WHAT), mengapa(WHY), siapa(WHO), dimana(WHERE),
kapan (WHEN), dan bagaimana (HOW). Dalam penyusunan laporan, urutan isi laporan
sebaiknya diatur, sehingga penerima laporan dapat mudah memahaminya. Urutan isi
laporan, sebagai berikut.
1. Pendahuluan . Pada bagian pendahuluan, harus disebutkan tentang:

a. Latar belakang kegiatan

b. Dasar hukum kegiatan

c. Tujuan kegiatan

d. Ruang lingkup isi laporan


2. Isi laporan . Pada bagian ini, harus dimuat segala sesuatu yang ingin dilaporkan, antara
lain:

a. Jenis kegiatan

b. Tempat dan waktu kegiatan

c. Petugas kegiatan

d. Persiapan dan rencana kegiatan

e. Peseta kegiatan

f. Pelaksanaan kegiatan

g. Kesulitan dan hambatan

h. Hasil kegiatan

i. Kesimpulan dan saran.

3. Penutup . Pada bagian ini, penulis dapat menuliskan ucapan terima kasih serta menambahkan
kesimpulan dan saran.

1.7. Proposal penelitian


Pengertian proposal penelitian adalah pedoman yang berisikan berbagai kegiatan serta
langkah-langkah sistematis yang akan diikuti oleh seorang peneliti dalam melaksanakan suatu
penelitian. (Sugiyono : 2013)
Pengertian proposal penelitian adalah suatu bentuk pedoman rencana kerja yang terdiri
atas semua unsur-unsur pokok dalam proses penelitian. Proposal penelitian juga harus berisikan
informasi yang cukup bagi si pembaca untuk mengevaluasi penelitian yang diajukan. (Prof.
Robertus Wahyudi Triweko, Ph.D)
Secara umum, pengertian proposal penelitian adalah jenis proposal yang banyak
digunakan untuk bidang akademik khususnya dalam bidang karya ilmiah yang biasa dibuat
oleh para mahasiswa. Contoh proposal penelitian seperti skripsi, tesis, desertasi, pembuatan
PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), dan lain sebagainya.
Bentuk proposal penelitian adalah berupa dokumen singkat yang berisikan rencana
peneliti dalam melakukan penelitiannya. Proposal penelitian untuk S2 ataupun S3 bisa sangat
singkat sekitar 500 kata, atau juga bisa sangat panjang sekitar 6000 kata (15 halaman)
tergantung dari program studi yang diambil.
Pembuatan proposal penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti apakah seorang
mahasiswa telah mampu meneliti dan mengembangkan suatu ilmu pengetahuan yang
diterimanya atau tidak. Proposal ini juga melatih tingkat keseriusan kita saat sedang meneliti
sesuatu, dapat dilihat dari hasil yang diperoleh nantinya.
Tujuan pembuatan proposal penelitian adalah untuk :

 Menampilkan pokok permasalahan yang harus diteliti dan poin-poin penting dari penelitian
tersebut.
 Mencari berbagai data yang diperlukan untuk memecahkan pokok permasalahan.
 Menyarankan bagaimana data tersebut akan dikumpulkan, diperlakukan, serta diinterpretasikan.
Ciri-ciri proposal penelitian:

 Isinya berfokus pada salah satu isu atau kasus umum yang terdapat dalam suatu ilmu tertentu,
disesuaikan dengan program studi dan jenis penelitian yang diambil.
 Penggunaan data primer sebagai data utama, dibantu dengan penggunaan data sekunder.
 Rancangan ilmu empiris terhadap ilmu teoretis dalam bidang tertentu.
 Ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
 Format penulisannya baku.
 Hasil data yang akan ditampilkan adalah data real, tidak boleh diterka.
Proposal penelitian dibagi atas 4 jenis, yaitu:

1. Proposal Penelitian Pengembangan


Pengertian proposal penelitian pengembangan adalah proposal yang berisi rancangan kegiatan yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah aktual. Pemanfaatan teori, konsep, prinsip dan temuan
sangat ditekankan sebagai langkah untuk memecahkan masalah. Proposal penelitian pengembangan ini
berbeda dengan proposal penelitian biasa karena hasil yang ditampilkan pada proposal pengembangan
nantinya digunakan sebagai penerapan ilmu untuk memecahkan masalah.

2. Proposal Penelitian Kajian Pustaka


Proposal penelitian kajian pustaka adalah proposal yang bertujuan untuk menelaah dan mendalami
kasus yang terjadi melalui kajian pustaka yang relevan untuk memecahkan suatu masalah. Telaah yang
dilakukan adalah dengan mengumpulkan data atau informasi yang berkaitan dengan kasus yang sedang
diteliti. Bahan-bahan pustaka ini diperlukan untuk menggali ide atau gagasan baru sebagai
pengembangan kerangka baru.

3. Proposal Penelitian Kualitatif


Pengertian proposal penelitian kualitatif adalah proposal yang menampilkan gejala holistik-konstektual
melalui pengumpulan data yang memanfaatkan orang sebagai instrumen kunci dari penelitian.
Penelitian kualitatif ini sifatnya deskriptif atau berupa penjelasan yang umumnya menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif. Yang ditonjolkan dalam proposal ini adalah proses dan
maknanya. Maka dari itu proposal ini disajikan harus berdasarkan data yang otentik (asli), dan disusun
berdasarkan narasi yang kreatif.

4. Proposal Penelitian Kuantitaif


Pengertian proposal penelitian kuantitatif adalah proposal yang menggunakan pendekatan induktif-
deduktif. Proposal ini disusun dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, dan pemahaman peneliti
berdasarkan pengalamannya yang kemudian akan dikembangkan menjadi masalah dan pemecahannya
digunakan untuk memperoleh kebenaran.

1.8. Cara sitasi yang benar dan legal


Terdapat berbagai macam cara atau sistem dalam pengutipan suatu referensidalam laporan
penelitian. Prodi Dilpoma IV Terapi Wicarapada Jurusan Terapi Wicaradi Polteknik Kesehatan
Kemenkes Surakarta mengacu pada system HARVARDStyle, dimana yang dituliskan adalah “Nama
Belakang Penulis”dan “Tahun Publikasi”dikutip dalam teks,dan Daftar Pustaka (Daftar Semua
Kutipan/Referensi Yang Digunakan) disertakan pada akhir Laporan Penelitiansesuai denganurutan
Alfabet Nama Penulis. Kutipan pada umumnya harus sama dengan aslinya, baik susunan kata maupun
ejaan dan tanda bacanya. Penulisan sumber dalam pengutipan teks dapat dilakukan dengan cara yang
bervariasi tergantung kalimat atau paragraf yang akan ditulis.Berikut tata cara pengutipan berdasarkan
sumber referensinya :

1. Nama Penulis Dituliskan Didalam Teks

Notoatmodjo (2009)menyatakan bahwa penelitian pada dasarnya penelitian merupakan cara


ilmiah untuk........atau,

Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk........(Notoatmodjo, 2009)

2. Terdapat Lebih Dari Satu Penulis yang Dikutip

Thomas(2001) dan Andrew(2005) menunjukkan bahwa ............................atau,

Penelitian merupakan .................................. (Thomas,2001; Andrew, 2005)


3. Dua Penulis Dari Satu Sumber

Ibnudan Sunindya(2009) mengemukananbahwa penelitian .................atau,

Penelitian................... (Ibnu& Sunindya, 2009).

4. Lebih Dari Dua Penulis dari Satu SumberBila terdapat lebih dari dua penulis, hanya
nama pertama saja yang disebut, diikuti ’et al’(untuk referensi berbahasa asing) atau
’dkk’ (untuk referensi berbahasa Indonesia)

Thomaset al(2009) menyatakanbahwa pada umumnya ..................

Fajar, dkk (2009) mengatakan bahwa ....................................

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa...... (Thomaset al, 2009)

5. Tanpa Nama Jika penulis tidak dapat diidentifikasikan gunakan ’Anonim’disertai judul
tulisan dan tahun penerbitandituliskan denganhuruf miring (italic).

Social Marketing Strategy(Anonim, 1999)

6. Sumber Sekunder Atau Sumber KeduaDalam pengutipan, sebisa mungkin


menggunakan sumber asli (sumber primer) sebagai rujukan. Namun ada kalanya suatu
teks yang telah dikutip oleh orang lain tidak dapat ditemukan sumber rujukan aslinya,
maka dalam hal ini kutipan tersebut dapat di gunakan. Sumber seperti ini disebut
sebagai sumber sekunder dan harus dinyatakanseperti itu dalam pengutipannya:

Penelitian adalah.............. (Brown 1996 dalam Bassett 1986)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Brown (1996 dikutip dalam Bassett 1986) ditemukan
bahwa ..........

White, seperti yang dipaparkan oleh Black (1994) menjelaskan bahwa.

7. Beberapa Tulisan Oleh Satu Penulis Dalam Tahun Yang Berbeda Bila terdapat lebih
dari satu publikasi dari seorang penulis yang menggambarkan hal yang sama dan tulisan
tersebut dipublikasikan dalam tahun yang berbeda, maka referensinya harus dituliskan dalam
urutan waktu(yang awal dituliskan lebih dahulu) :
Dijelaskan oleh Sugiyono(1999, 2001) bahwa penelitian merupakan.........

Penelitian adalah.......................... (Sugiyono, 1999, 2001).

8. BeberapaTulisan Dari Satu Penulis Dalam Tahun Yang SamaJika beberapa tulisan yang
dirujuk dipublikasikan pada tahun yang sama oleh penulis yang sama maka sumber
rujukan dibedakan dengan menambahkan huruf kecilpada tahun :

Dalam penelitian terdahulu oleh William(1999a) ditemukan bahwa ........, namun pada
penelitian selanjutnya yang juga dilakukan oleh William(1999b) dihasilkan .......

9. InstitusiJika suatu tulisan atau karya dituliskan oleh suatu organisasi maka penulisan
rujukan dilakukan atas nama organisasi tersebut, baik oleh asosiasi, perusahaan,
ataupun departemen pemerintahan. Penggunaan singkatan dari nama sebuah organisasi
(misalnya BPS) dapat dilakukan, dengan menuliskan nama lengkapnya pada kutipan
pertama.

Kutipan pertama : Badan Pusat Statistik (BPS), 2007

Kutipan kedua dan selanjutnya : BPS, 2007

10. Tabel dan diagram Bila menyajikan data dari sebuah diagram atau tabel, atau mengcopy
keseluruhan tabel atau diagram, maka sumbernya harus disebutkan. Rujukan yang
diambil dari teks menjadi sebuah tabel harus disebutkan penulis dan
halamannya(misalnya Soekidjo2005, hal 43), agar pembaca dapat melakukan
verifikasidata resebut. Bila data tersebut bukan milik si penulis tetapi diambil dari
sumber lain, maka rujukan tersebut menjadi sumber sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyo, Basuki. Metode Penelitian, Jakarta : Penaku, 2010

Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D,
Bandung : Cv. Alfa Beta, 2012

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Hal. 102-106

Anda mungkin juga menyukai