Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

VARIABEL DAN ASUMSI PENELITIAN


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Pendidikan Biologi yang diampu oleh
Fuji Astuti, M.Pd. dan Dian Tauhidah, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 7
PB 6C
1. Dwi Cahyono (1908086070)
2. Waqi’ah (1908086090)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan.
Atas rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shawalat serta salam tercurah pada
Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.
Makalah dengan judul “Variabel dan Asumsi Penelitian” dibuat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, ibu Fuji Astutik
M. Pd. dan ibu Dian Tauhidah M. Pd. yang telah mengampu pada mata kuliah
ini. Besar harapan agar isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada kesalahan
penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah. Demikian kata pengantar ini kami sampaikan.
Terima kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan membaca
makalah ini.

Semarang, 28 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 3
A. Definisi Variabel Penelitian ....................................................................................... 3
B. Jenis-Jenis Variabel Penelitian ................................................................................ 5
C. Definisi Asumsi Penelitian ....................................................................................... 12
D. Janis-Jenis Asumsi Penelitian ................................................................................. 14
E. Cara Menentukan Asumsi Penelitian………………………………………………..14

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 16


A. Kesimpulan .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan. Secara teoritis, variabel dapat didefinisikan sebagai
atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu
orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau
kegiatan tertentu.
Selain variabel, dalam sebuah penelitian memerlukan adanya
asumsi penelitian. Asumsi dalam konteks penelitian diartikan sebagai
anggapan dasar, yaitu suatu pernyataan atau sesuatau yang diakui
kebenarannya atau dianggap benar tanpa harus dibuktikan lebih
dahulu. Asumsi konseptual berakar pada pengakuan akan kebenaran
suatu konsep atau teori.
Keberadaan variabel dan asumsi dalam sebuah penelitian
sangatlah penting. Namun terkadang banyak hal juga yang
menyebabkan kita kurang mengetahui mengenai apa dan seperti apa
variabel dan asumsi penelitian, serta apa saja jenis variabel dan
asumsi dalam penelitian itu. Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan
itulah sebabnya membahas variabel dan asumsi penelitian menjadi
suatu hal yang sangat penting.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian/definisi variabel penelitian?
2. Apa saja jenis-jenis variabel penelitian?
3. Apa pengertian/definisi asumsi penelitian?
4. Apa saja jenis-jenis asumsi penelitian?
5. Bagaimana cara menentukan asumsi penelitian?

1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas,
adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian/definisi variabel
penelitian
2. Mahasiswa dapat megetahui jenis-jenis variabel penelitian
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian/definisi asumsi
peneitian
4. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis asumsi penelitian
5. Mahasiswa dapat mengetahui cara menentukan asumsi penelitian

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Variabel Penelitian


Variabel merupakan istilah yang selalu ditemui dalam kegiatan
penelitian. Variabel adalah konsep yang mempunyai nilai bervariasi.
Menurut pendapat Ibnu, Mukhadis, Dasna (2003), variabel adalah
suatu konsep yang mempunyai lebih dari satu nilai, keadaan, kategori,
atau kondisi. Suatu konsep mungkin hanya mempunyai dua katagori
saja. Jenis kelamin, merupakan suatu konsep yang hanya memiliki dua
katagori, yaitu pria dan wanita. Sehingga suatu konsep yang hanya
mempunyai satu nilai dan tidak bervariasi tidak dapat disebut
variabel. Contoh: konsep “jantung” adalah bukan variabel, karena
tidak mempunyai nilai yang bervariasi. “Denyut jantung” adalah
variabel, karena memiliki nilai lebih dari satu dan bervariasi, yaitu
“denyut jantung lambat”, “denyut jantung cepat”, dan ”jumlah denyut
jantung”.
Menurut pendapat Sutrisnohadi (1976) dalam Budiwanto
(2017), pengertian variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.
Contoh: jenis kelamin mempunyai variasi laki-laki dan perempuan,
urutan pangkat dalam tentara yang mempunyai variasi dari prajurit,
kopral, sersan, dan seterusnya sampai dengan kolonel, ukuran tinggi
badan manusia yang divariasikan dari yang paling rendah misalnya
150 cm, 151 cm, 152 cm, seterusnya sampai dengan yang paling tinggi
190 cm.
Kerlinger (1973) dalam Budiwanto (2017) menjelaskan bahwa
yang disebut variabel tidak hanya sesuatu yang bisa divisualisasikan
saja, akan tetapi segala sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata
juga bisa dikatagorikan sebagai variabel. Contoh: positive thinking
dan negative thinking yang merupakan konsep prasangka.
Menurut Hatch dan Farhady (1981) dalam Sugiyono (2015),
variabel adalah seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara

3
satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
Variabel mengandung pengertian ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki
seseorang atau sesuatu yang dapat menjadi pembeda atau penciri
antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya variabel umur, berat
badan, pendidikan, motovasi, pengetahuan dan lain– lain. Umur tiap
orang berbeda, begitupula dengan berat badan tiap orang masing-
masingberbeda.Termasuk pendidikan, motivasi, dan pengetahuan
juga bervariasi.Untuk mendapatkan ukuran atau nilai yang bervariasi
maka sumber data penelitiannya juga harus dari kelompok data atau
obyek yang heterogen.
Suatu variabel penelitian harus diidentifikasi sesuai dengan
masalah dan tujuan penelitian. Dalam mengidentifikasi variabel-
variabel, tidak hanya berdasarkan keinginan peneliti. Kemampuan
profesional dan penguasaan peneliti tentang bidang keilmuan dan
masalah penelitian merupakan faktor yang berperan penting dalam
mengidentifikasi variabel penelitian. Selain itu, kajian pustaka perlu
dilakukan untuk memperluas wawasan dan cakrawala peneliti dalam
memilih dan menentukan variabel-variabel yang penting, tepat dan
relevan. Sehingga variabel-variabel penelitian yang ditentukan dapat
dipertanggungjawabkan secara teoritis maupun praktis (Budiwanto,
2017).
Pertimbangan penting berikutnya dalam menentukan variabel
penelitian adalah kelayakan (feasible), dan variabel tersebut dapat
dilakukannya pengukuran (measurable). Suatu variabel layak untuk
diteliti karena variabel tersebut memang penting, namun harus layak
ditinjau dari kesiapan akademik, tersedianya dana dan waktu. Selain
itu, variabel penelitan harus dapat diukur, artinya harus ada sumber
data dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
(Budiwanto, 2017).
Pentingnya mengenali variabel dalam penelitian adalah, untuk:
1. Menemukan fokus kajian agar peneliti tetap konsisten pada tujuan
dan fokus penelitian,

4
2. Untuk menemukan keterkaitan logis dengan variabel lain
berdasarkan teori dan paradigma ilmu yang mendasarinya, dan
3. Merumuskan indikator, dimensi, dan pilihan instrumen keilmuan
yang akan digunakan dala penelitian beserta turunannya (Hardani,
dkk, 2020).
B. Jenis-Jenis Variabel Penelitian
Mengklasifikasi variabel-variabel merupakan tahap yang
penting dalam kegiatan penelitian. Ada beberapa cara mengklasifikasi
variabel penelitian berdasarkan kriteria yang berbeda-beda.
Wiersma (1980) mengklasifikasi variabel penelitian menjadi
dua macam.
1. Berdasarkan hubungan antar variabel dibedakan menjadi:
a. Variabel dependen
b. Variabel independen
2. Berdasarkan pengaruh variabel-variabel dalam penelitian,
dibedakan menjadi:
a. Variabel organismik
b. Variabel antara (intervening variabel)
c. Variabel kontrol
3. Berdasarkan fungsi dan hubungan antara variabel-variabel dalam
penelitian, Tuckman (1978) membedakan variabel penelitian
menjadi lima macam, yaitu:
a. Variabel bebas (independen variabel)
Variabel bebas (independent variabel) sering disebut variabel
prediktor, variabel perlakuan (treatment), variabel sebab,
variabel stimulus, atau variabel input. Variabel bebas adalah
variabel yang diduga menjadi sebab terjadinya perubahan pada
variabel lain, yaitu variabel terikat (dependent variabel).
Variabel bebas adalah faktor utama yang menjadi pokok
permasalahan yang diteliti. Variabel bebas merupakan variabel
yang sengaja dimanipulasi dalam suatu penelitian untuk
diketahui hubungannya, intensitasnya atau pengaruhnya

5
terhadap variabel lain, yaitu variabel terikat. Dengan kalimat
lain, variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi untuk
mengamati pengaruhnya terhadap variabel terikat.
Dimanipulasi artinya sengaja direncanakan dan diubah-ubah
oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian tertentu. Menurut
Thomas dan Nelson (1990), variabel independen disebut juga
variabel eksperimental (experimental variable) atau variabel
perlakuan (treatment variable). Dalam kegiatan penelitian
eksperimen, variabel bebas ini dapat dimaknai sebagai variabel
sebab yang dapat menjadikan perubahan pada variabel akibat
atau variabel tergantung. Contoh: penelitian tentang pengaruh
latihan senam aerobik terhadap kesegaran jasmani. Latihan
senam aerobik dipandang sebagai variabel bebas atau variabel
sebab yang diduga mempengaruhi atau mengakibatkan
perubahan pada kesegaran jasmani sebagai variabel
tergantung (dependent variabel) (Budiwanto: 2013).
b. Variabel terikat ( dependen variabel)
Variabel terikat (dependent variabel) sering juga disebut
sebagai variabel tergantung, variabel akibat, variabel respon,
variabel output, atau atau variabel kriterion. Disebut variabel
tergantung, karena besarnya nilai variabel ini tergantung dari
variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang diukur
untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas. Variabel
terikat adalah merupakan variabel yang diduga sebagai akibat
dari variabel bebas (independen variabel). Variabel terikat
diamati dan diukur untuk mengetahui respon atau pengaruh
dari variabel bebas atau variabel sebab. Dari contoh di atas,
kesegaran jasmani merupakan variabel terikat, dan besarnya
nilai variabel kesegaran jasmani dipengaruhi atau tergantung
pada latihan senam aerobik sebagai variabel bebas atau
variabel sebab. Selain itu, dalam kaitannya dengan
menyusunan tes, variabel terikat disebut juga sebagai variabel

6
kriterion, besarnya nilai variabel kriterion dapat diramalkan
atau dipredikasi dari besarnya nilai variabel prediktor
(Thomas dan Nelson, 1990).
c. Variabel moderator
Variabel moderator termasuk jenis variabel bebas, sering
disebut sebagai variabel bebas kedua. Dalam penelitian,
variabel moderator dipilih, dimanipulasi, diukur, dan dianalisis
untuk mengetahui apakah ada pengaruhnya terhadap
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Contoh: penelitian tentang korelasi antara tinggi lompatan
dengan tinggi badan. Tinggi badan adalah variabel bebas yang
diduga mempunyai hubungan dengan tinggi lompatan sebagai
variabel terikat. Hasil penelitian adalah ada hubungan yang
signifikan, semakin badannya tinggi maka semakin tinggi pula
lompatannya. Untuk meyakinkan hubungan tersebut, maka
perlu dipilih variabel power tungkai kaki sebagai variabel
moderator. Jika setelah diintroduksi oleh variabel power
tungkai kaki hasilnya tetap signifikan, maka yakin bahwa
hubungan berat badan dan tinggi badan tersebut tidak
dipengaruhi oleh variabel power tungkai kaki (Budiwanto,
2017).
d. Variabel kontrol
Variabel kontrol sering disebut juga variabel kendali. Variabel
kontrol adalah variabel penelitian yang dikontrol atau
dinetralkan, dibuat sama pengaruhnya terhadap hubungan
variabel-variabel pokok yang sedang diteliti. Meskipun bukan
sebagai variabel utama, tetapi jika tidak dilakukan
pengontrolan dengan ketat maka memungkinkan dapat
mempengaruhi hubungan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat yang sedang diteliti. Namun demikian,
diharapkan variabel kontrol ini menjadi variabel yang
menyebabkan hubungan variabel bebas dan tergantung tetap

7
konstan. Selain itu, variabel control dapat mengeliminasi
dampak yang diakibatkan dari adanya variabel-variabel
moderat Contoh: penelitian tentang pengaruh latihan senam
aerobik terhadap kesegaran jasmani. Faktor variabel gizi
makanan dan waktu istirahat dapat menjadi variabel kontrol.
Selama penelitian, pemberian gizi dan waktu istirahat harus
dikontrol dengan ketat, yaitu dibuat sedemikian rupa sehingga
tercipta kondisi sama atau dikendalikan untuk semua anggota
subyek yang diteliti (Budiwanto, 2017).
e. Variabel antara (intervening variable)
Variabel antara (intervening variable) sering disebut juga
variabel mediator atau variabel penghubung. Variabel antara
dianggap sebagai variabel mediator yang dapat menjelaskan
keterkaitan variabel bebas dan tergantung. Variabel antara
merupakan variabel yang tidak dapat diamati atau diukur
secara langsung peristiwanya karena bersifat abstrak, tetapi
dapat diamati pengaruhnya terhadap variabel tergantung.
Sesuai dengan namanya, wujud dan penampilan variabel
antara terletak di antara variabel bebas dan variabel terikat,
atau menjadi penghubung antara variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel intervening merupakan variabel antara atau
penyela pada variabel bebas dan variabel terikat, sehingga
variabel bebas tidak langsung mempengaruhi perubahan
variabel tergantung. Sehingga pengaruhnya terhadap
hubungan varabel bebas dan variabel terikat dapat terjadi
beberapa kemungkinan. Kemungkinan yang terjadi adalah
hubungan yang sebenarnya antara variabel bebas dan variabel
tergantung tidak berubah, sedikit berubah menurun, atau
hubungan dua variabel tersebut hilang sama sekali. Contoh:
penelitian tentang pengaruh latihan senam aerobik terhadap
kesegaran jasmani. Faktor semangat melakukan latihan senam

8
adalah variabel yang menjadi variabel antara, yang
mempengaruhi variabel kesegaran jasmani (Budiwanto, 2017).
Anderson Scravia mengklasifikasi variabel penelitian
berdasarkan skala pengukuran ke dalam dua jenis yaitu variabel
diskrit dan variabel kontinum (discrete and continous):
1. Variabel diskrit: disebut juga variabel nominal atau variabel
kategorik karena hanya dapat dikategorikan atas dua kutub yang
berlawanan yaitu “ya” dan “tidak”, misalnya ya wanita tidak
wanita, atau dengan kata lain: “wanita” –”pria” – hadir –tidak
hadir, atas-bawah. Angka-angka digunakan dalam variabel diskrit
ini untuk menghitung, yaitu banyaknya pria, banykanya wanita,
banyaknya yang hadir dan sebagainya. Maka angka dinyatakan
sebagai frekuensi (Sitorus, 2011).
Contoh:
• Jenis kelamin: 1. Laki-laki, 2. Perempuan. Penomoran hanya
untuk mengkode atau mengkategorikan tanpa
membandingkan apakah no 1 lebih tinggi dari no 2 ataupun
sebaliknya. Pengkategorian ini dianggap setara atau
sederajat.Termasuk pada variabel pendidikan dan Agama.
• Pekerjaan: 1. PNS/TNI/Polri, 2. Karyawan Swasta, 3.
Wiraswasta, 4. Buruh, 5. Lain-lain (sebutkan).
• Agama: 1. Islam, 2. Katolik, 3. Protestan, 4. Hindu, 5. Budha
(Masturoh dan T Anggita, 2018).
2. Variabel kontinum dibagi menjadi tiga variabel yaitu:
a. Variabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkatan-
tingkatan misalnya panjang, kurang panjang, pendek. Untuk
sebutan lain adalah variabel “lebih kurang” karena yang satu
mempunyai kelebihan/ kekurangan dari lainnya. Contoh: Ani
terpandai, Siti pandai, Nono tidak pandai (Sitorus, 2011).
Contoh:

9
• Pengetahuan: 1. Kurang, 2. Cukup, 3. Baik. Pilihan jawaban
dari variabel pengetahuan menunjukkan bahwa terdapat
tingkatan pengetahuan.
• Penghasilan: 1. < UMR, 2. ≥ UMR.Pilihan jawaban dari
variabel penghasilan menunjukkan bahwa terdapat
tingkatan penghasilan; yang pertama penghasilannya
dibawah UMR dan yang kedua penghasilannya sama
dengan atau lebih besar dari UMR.
• Kepuasan: 1. Sangat Tidak Puas, 2. Tidak Puas, 3. Biasa saja,
4. Puas, 5. Sangat Puas. Pilihan jawaban dari variabel
kepuasan menunjukkan bahwa terdapat tingkatan
kepuasan (Masturoh dan T Anggita, 2018).
b. Variabel interval, yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika
dibanding dengan variabel lain, sedang jarak itu sendiri dapat
diketahui dengan pasti. Misalnya: Suhu udara di luar 31°C.
Suhu badan kita 37°C. Maka selisih suhu adalah 6°C. Jarak
Semarang – Magelang 70 km, sedangkan Magelang-Yogyakarta
101 km. Maka selisih jarak, adalah jarak Magelang-Yogyakarta
31 km (Sitorus, 2011).
Contoh:
• Tinggi badan; misalnya membagi tinggi badan ke dalam 4
interval yaitu: 140 – 149, 150 – 159, 160 – 169, dan 170 –
179.
• Suhu tubuh
• Tekanan darah
• Skor IQ (Masturoh dan T Anggita, 2018).
c. Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Variabel ini dalam
hubungan antar sesamanya merupakan “sekian kali”. Contoh:
Berat Pak Karto 70 kg, sedangkan anaknya 35 kg. Maka Pak
Karto beratnya dua kali berat anaknya (Suharsimi Arikunto,
1996).

10
Selain jenis-jenis variabel yang sudah disebutkan di atas,
terdapat pula istilah variabel perancu. Variabel perancu (confounding
variable) adalah variabel yang berhubungan dengan variabel
independen dan variabel dependen, tapi bukan merupakan variabel
antara. Keberadaan variabel penelitian ini dapat mempengaruhi
validitas penelitian karena dapat menyebabkan bias pada hasil
penelitian. Untuk meminimalisir bias maka variabel perancu ini harus
diidentifikasi. Identifikasi variabel perancu ini sangat penting agar
kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh tidak salah, misalnya hasil
penelitian ditemukan terdapat hubungan antara satu variabel
independen dengan satu variabel dependen padahal sebenarnya
hubungan tersebut tidak ada, atau sebaliknya disimpulkan tidak ada
hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel
dependen padahal sebenarnya ada hubungan (Masturoh dan T
Anggita, 2018).

Contoh, peran variabel perancu (kebiasaan merokok) dalam


hubungan antara variabel independen (minum kopi) dengan variabel
dependen (kejadian Penyakit Jantung Koroner). Kebiasaan merokok
memenuhi syarat sebagai variabel perancu, karena mempunyai
hubungan dengan kebiasaan minum kopi (variabel independen) dan
berhubungan dengan kejadian PJK (variabel dependen). Bila
kebiasaan merokok ini tidak diidentifikasi, mungkin akan ditemukan
hubungan positif antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian PJK
yaitu diperoleh data yang gemar minum kopi lebih banyak menderita
PJK dibandingkan dengan yang tidak suka minum kopi. Hal ini
mungkin benar tapi mungkin juga tidak. Bisa jadi yang sebenarnya
terjadi adalah tidak terdapat hubungan antara kebiasaan minum kopi
dengan kejadian PJK, namun ada hubungan antara kebiasaan merokok
dengan kejadian PJK dimana biasanya perokok kebanyakan suka
minum kopi jadi seolah - olah kebiasaan minum kopi berhubungan
dengan kejadian PJK (Sastroasmoro, 2014).

11
Hal yang sebaliknya dapat terjadi tidak ditemukan hubungan
antara variabel independen dengan dependen, padahal sebenarnya
terdapat hubungan. Hal ini akibat adanya pengaruh variabel perancu
yang bersifat negatif. Seperti contoh hubungan antara variabel
independen (makan permen) dengan variabel dependen (kejadian
karies Dentis), dapat “tersembunyi” apabila anak yang gemar makan
permen sebagian besar lebih rajin menggosok gigi daripada anak yang
tidak gemar makan permen. Peran variabel perancu (kebiasaan
menggosok gigi) berhubungan positif dengan variabel independen
(makan permen) dan juga berhubungan negatif dengan variabel
denpenden (kejadian karies Dentis) (Sastroasmoro, 2014).

C. Definisi Asumsi Penelitian


Dalam penelitian, asumsi harus dapat memberikan penjelasan
sampai batas mana suatu teori dapat diterapkan. Asumsi dari suatu
teori adalah sejumlah pernyataan yang menggambarkan penerapan
teori dalam lingkungan tertentu. Pernyataan ini bukan untuk diuji
melainkan diterima sebagai sesuatu yang benar. Seorang peneliti
harus merumuskan asumsi karena :
1. Sebagai dasar atau titik tolak dalam memecahkan masalah
penelitian
2. Sebagai acuan dalam menguraikan variable variable penelitian
3. Menjadi sumber untuk merumuskan hipotesis
Asumsi bisa juga disebut sebagai anggapan dasar, adalah suatu
pernyataan yang tidak diragukan lagi kebenarannya sebagai titik tolak
dalam suatu penelitian. Asumsi harus didasarkan pada keyakinan
peneliti, sehingga dapat dijadikan titik tolak dalam penelitian.
Kebenaran asumsi bukan dikira-kira atau dispekulasi, tetapi betul-
betul harus di dukung oleh teori-teori atau hasil-hasil penemuan
penelitian yang relevan. Merumuskan asumsi bukanlah hal yang
mudah karena memerlukan kajian pustaka yang mendalam dan
analisis yang tajam ( Arifin zainal, 2004 ).

12
Asumsi dalam kamus ilmiah populer mempunyai arti praduga,
anggapan sementara yang kebenarannya masih perlu dibuktikan.
Dalam penelitian kita diharuskan untuk menyusun asumsi. Hal ini
sebagai stimulus agar kita mencari pembuktian sebuah kebenaran
ilmiah. Dalam menyusun asumsi ini kita tidak boleh sembarangan,
akan tetapi kita harus melihat konteks atau objek yang kita teliti.
Asumsi adalah kenyataan penting yang dianggap benar tapi belum
terbukti kebenarannya. Suatu kejadian atau situasi yang dianggap
benar, sehingga kebenarannya tidak diragukan. Hal ini berbeda
dengan hipotesis , karena asumsi tidak memerlukan pengujian atau
pembuktian.
Asumsi berarti dugaan yang diterima sebagai dasar, landasan
berfikir karena dianggap benar. Sedangkan mengasumsikan berarti
menduga, memperkirakan, memperhitungkan, meramalkan. Asumsi
berfungsi sebagai dasar dari suatu penelitian. Sebab sebuah penelitian
berangkat dari asumsi. Dalam penelitian asumsi merupakan perekat
lem atau adonan. Dikatakan demikian karena asumsi menjadi perekat
antara satu variable dengan variable lainnya. Asumsi dapat kita
gunakan untuk membangun suatu kontruksi bangunan penelitian
yang besar seperti Menyusun batu bata. Asumsi bisa dengan sebab-
akibat, tetapi bisa juga tentang suatu masalah. Asumsi juga
merupakan hal penting dalam menentuka paradigma penelitian,
asumsi juga berguna untuk menafsirkan kesimpulan kita.
Contoh :
1. Bahwa perubahan-perubahan kurikulum hanya menambah
kebingungan bagi guru dan peserta didik
2. Bahwa persaingan penerimaan siswa baru antar SMA tidak sejalan
dengan tujuan Pendidikan yang sebenarnya
3. Bahwa Pendidikan di Indonesia belum memenuhi kriteria
pemerataan kualitas Pendidikan antara di kota dan di desa
4. Bahwa kurikulum membatasi kreativitas guru dalam
mengembangkan anak didik

13
5. Bahwa krisis global kedua akan berpengaruh terhadap omset para
pengusaha di seluruh Indonesia.
D. Jenis-Jenis Asumsi Penelitian
Ada tiga jenis asumsi dasar, antara lain :
1. Aksioma yaitu suatu pernyataan yang disetujui umum tanpa
memerlukan pembuktian karena kebenarannya sudah
membuktikan sendiri. Misalnya, “keseluruhan itu lebi besar
daripada tiap bagiannya”.
2. Postulat yaitu suatu pernyataan yang dimintakan persetujuan
umum tanpa pembuktian atau suatu fakta yang hendaknya
diteriam saja sebagaimana adanya. Postulat biasa diajukan untuk
menyamakan pengertian suatu istilah atau ungkapan dalam
sebuah argument, sementara dilangsungkan pembahasan
mengenai suatu masalah tertentu. Misalnya, “kurangnya motivasi
belajar siswa merupakan factor penting yang mendorong
kemalasan siswa mempelajari bahasa arab”.
3. Pangkal pendapat ( premise ) tersamar dalam suatu entimen ordo
pertama yaitu suatu silogisme yang pangkal pendapat pertama
tersirat atau bisa juga ordo kedua yaitu suatu silogisme yang
pangkal pendapat pendamping ( perantara ) tersirat.
E. Menentukan Asumsi Penelitian
Asumsi atau anggapan dasar harus didasarkan atas kebenaran
yang telah diyakini oleh peneliti. Sebagai bahan pendukung asumsi
atau anggapan dasar, sebaiknya peneliti melakukan studi
perpustakaan untuk mengumpulkan teori-teori dari buku maupun
penemuan dari penelitian. Apa yang sudah dibaca sebaiknya dicatat
pada kartu-kartu. Pada setiap kartu dicantumkan sekaligus sumber
keterangan yang diambil agar tidak ada kesulitan apabila bukunya
pinjaman atau sukar ditemukan.
Kegunaan asumsi atau anggapan dasar ini untuk memperkuat
permasalahan dan membantu peneliti memperjelas menetapkan

14
objek penelitian, wilayah pengambilan data, instrument pengumpulan
data.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Variabel adalah seseorang atau obyek yang mempunyai variasi
antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek
yang lain. Variabel mengandung pengertian ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki seseorang atau sesuatu yang dapat menjadi pembeda
atau penciri antara yang satu dengan yang lainnya.
2. Jenis-jenis variabel:
a. Berdasarkan hubungan antar variabel dibedakan menjadi:
1) Variabel dependen
2) Variabel independen
b. Berdasarkan pengaruh variabel-variabel dalam penelitian,
dibedakan menjadi:
1) Variabel organismik
2) Variabel antara (intervening variabel)
3) Variabel kontrol
c. Berdasarkan fungsi dan hubungan antara variabel-variabel
dalam penelitian:
1) Variabel bebas (independen variabel)
2) Variabel terikat ( dependen variabel)
3) Variabel moderator
4) Variabel kontrol
5) Variabel antara (intervening variable)
d. Berdasarkarkan skala pengukuran:
1) Variabel diskrir (nominal)
2) Variabel kontinu:
a) Variabel ordinal
b) Variabel interval
c) Variabel ratio
e. Selain variabel-variabel tersebut, terdapat pula variabel
perancu (confounding variable)

16
3. Asumsi bisa juga disebut sebagai anggapan dasar, adalah suatu
pernyataan yang tidak diragukan lagi kebenarannya sebagai titik
tolak dalam suatu penelitian. Asumsi harus didasarkan pada
keyakinan peneliti, sehingga dapat dijadikan titik tolak dalam
penelitian.
4. Jenis-jenis asumsi penelitian:
a. Aksioma
b. Postulat
c. Pangkal pendapat ( premise )
5. Asumsi atau anggapan dasar harus didasarkan atas kebenaran
yang telah diyakini oleh peneliti. Kegunaan asumsi atau anggapan
dasar ini untuk memperkuat permasalahan dan membantu
peneliti memperjelas menetapkan objek penelitian, wilayah
pengambilan data, instrument pengumpulan data.

17
DAFTAR PUSTAKA

Budiwanto, S. 2017. Metodologi Penelitian Dalam Keolahragaan. Malang: UM


Press.
Budiwanto, S., 2013. Metodologi Penelitian Bidang Keolahragaan. Malang:
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Malang
Firdaus dan Zamzam, Fakhry. 2018. Aplikasi Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Depublish.
Hardani, dkk. 2020. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:
CV. Pustaka Ilmu.
Ibnu, S., Mukhadis, A dan Dasna, I.W. 2003. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Masturoh dan T Anggita, 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Kemenkes.
Sastroasmoro, S. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Sagung Seto.
Sugiyono. 2015. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Suharsimi, A. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Suharsimi, A., 1996. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT. Bina Aksara.
Thomas, J.R. dan Nelson, J.K. 1990. Research Methods in Physical Activity, 2nd
edition. Illinois: Human Kinetics Books Publishers, Inc.
Zainal arifin. 2014. Penelitian Pendidikan Metode dsn Paradigms Baru.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

18

Anda mungkin juga menyukai