Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

VARIABEL PENELITIAN

OLEH KELOMPOK 1 :
1. SILVESTER RUDIN ( 18314019)
2. MARGARITA SARTI
3. KORNELIA J. SARTIKA
4. SAVERINUS NURDIN
5. FAUSTINA SURYATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah Penelitian Pendidikan dengan judul “Variabel Penelitian
“ ini tepat waktu.
Makalah ini berisikan informasi mengenai definisi atau pengertian variabel
penelitian, ciri-ciri variabel penelitian, jenis-jenis variabel penelitian, korelasi
variabel penelitian, pengukuran variabel penelitian,manfaat variabel penelitian
tersebut, dimana di dalamnya ada contoh-contoh yang memudahkan pembaca
memahaminya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua tentang Variabel dalam sebuah penelitian. Dalam hal ini pun penyusun
masih dalam tahapan belajar, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah dari awal sampai akhir.

Ruteng, 28 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB1PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
2.1 Pengerian Variabel .................................................................................... 3
2.2 Ciri-Ciri Variabel Penelitian ..................................................................... 5
2.3 Macam-macam Variabel ........................................................................... 7
2.4 Korelasi Variabel Penelitian ................................................................... 13
2.5 Pengukuran Variabel ............................................................................... 15
2.6 Fungsi Variabel Penelitian ...................................................................... 22
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 23
3.2 Saran ....................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 25

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penelitian adalah suatu proses mencari tahu sesuatu secara
sistematis dalam waktu yang relatif lama dengan menggunakan metode
ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Salah satu komponen penelitian
yang mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan proses studi secara
komprehensif adalah variabel penelitian. Variabel merupakan atribut
sekaligus objek yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel
penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Penentuan variabel penelitian merupakan salah satu tahap yang
penting dan tidak bisa ditinggalkan, bahkan harus dilakukan secara tepat
dalam kegiatan penelitian. Jika peneliti salah dalam menentukan variabel
penelitiannya, maka kesalahan ini akan berlanjut dalam penggunaan teori,
dan begitu pula akan terjadi kesalahan dalam mendefinisikan secara
operasional. Kesalahan beruntun juga terlihat dalam penyusunan
instrumen, dan tentu saja dalam mencari (mengumpulkan) data serta
penganalisaan,
selanjutnya juga berdampak pada kesimpulan penelitiannya. Dalam
kegiatan penelitian, variabel penelitian merupakan objek yang ‘menempel’
(dimiliki) pada diri subjek. Objek tersebut berupa suatu data yang
dikumpulkan dari subjek penelitian yang menggambarkan suatu kondisi
atau nilai masing-masing subjek penelitian. Setiap subjek penelitian
memiliki kondisi atau nilai yang beragam. Data berupa kondisi atau nilai
tersebut dikumpulkan oleh peneliti dengan menggunakan suatu teknik
pengumpulan data,yang sudah ditentukan secara tepat.
2

Oleh karena itu, kami akan membahas tentang variabel penelitian


tersebut dalam makalah ini.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan variabel penelitian?
2. Bagaimana ciri-ciri variabel penelitian?
3. Bagaimana jenis-jenis variabel penelitian?
4. Bagaimanakah korelasi variabel penelitian?
5. Bagaimanakah pengukuran variabel penelitian?
6. Bagaimana Manfaat variabel penelitian ?

1.3.Tujuan
2. Untuk mengetahui pengertian variabel penelitian.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri variabel penelitian.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis variabel penelitian.
5. Untuk mengetahui korelasi variabel penelitian
6. Untuk mengetahui pengukuran variabel penelitian.
7. Untuk mengetahui Manfaat variabel penelitian.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengerian Variabel


Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
(Sugiyono, 2007)
Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai
berikut :
1) Hatch & Farhady (1981)
Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau obyek yang
mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu
obyek dengan obyek yang lain.
2) Kerlinger (1973)
 Variable adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan
dipelajari. Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan,
pendidikan, status social, jenis kelamin, golongan gaji,
produktifitas kerja, dll.
 Variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil
dari suatu nilai yang berbeda (different values).
 Dengan demikian, Variabel itu merupakan suatu yang
bervariasi.
3) Kidder (1981)
Variable adalah suatu kualitas qualities) dimana peneliti
mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
4) Bhisma Murti (1996)
Variable didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai
variasi nilai. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau
kuantitatif.
4

5) Sudigdo Sastroasmoro
Variable merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah
dari satu subyek ke subyek lainnya.
6) Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007)
Variable adalah Konsep yang mempunyai variabilitas.
Sedangkan Konsep adalah penggambaran atau abstraksi dari
suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal
mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai
variable. Dengan demikian, variable dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang bervariasi.
7) Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)
 Variable mengandung pengertian ukuran atau cirri yang
dimiliki oleh anggota – anggota suatu kelompok yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain
 Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat
atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu
penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu.
 Misalnya : umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit,
dsb.

Berdasarkan pengertian – pengertian di atas, maka dapat


dirumuskan definisi Variabel Penelitian adalah Suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan
di tarik kesimpulannya.

Penentuan variabel penelitian merupakan salah satu tahap


yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, bahkan harus dilakukan
secara tepat dalam kegiatan penelitian. Jika peneliti salah dalam
5

menentukan variabel penelitiannya, maka kesalahan ini akan


berlanjut dalam penggunaan teori, dan begitu pula akan terjadi
kesalahan dalam mendefinisikan secara operasional. Kesalahan
beruntun juga terlihat dalam penyusunan instrumen, dan tentu saja
dalam mencari (mengumpulkan) data serta penganalisaan,

selanjutnya juga berdampak pada kesimpulan


penelitiannya. Dalam kegiatan penelitian, variabel penelitian
merupakan objek yang ‘menempel’ (dimiliki) pada diri subjek.
Objek tersebut berupa suatu data yang dikumpulkan dari subjek
penelitian yang menggambarkan suatu kondisi atau nilai masing-
masing subjek penelitian. Setiap subjek penelitian memiliki kondisi
atau nilai yang beragam. Data berupa kondisi atau nilai tersebut
dikumpulkan oleh peneliti dengan menggunakan suatu teknik
pengumpulan data,yang sudah ditentukan secara tepat.

Selain penting dalam menentukan variabel, bagaimana cara


mengukur variabel juga merupakan tugas pokok dari peneliti.
Kajian teori, khususnya mengenai aspek-aspek dari masing-masing
variabel beserta penjabaran indikatornya merupakan langkah
penting dalam upaya mengukur keberadaan masing-masing
variabel.

2.2 Ciri-Ciri Variabel Penelitian


Dalam sebuah penelitian variabel memiliki tiga ciri khusus, yaitu:
memiliki variasi nilai, membedakan satu objek dengan objek yang lainnya
dalam satu populasi, dan bisa diukur.
1. Variabel mimiliki nilai yang bervariasi.
Dikarenakan variabel membedakan satu objek dengan
objek lain dalam satu populasi , maka variabel haruslah memiliki
nilai yang bervariasi. Misalnya sebagai berikut: dari suatu
6

populasi yang terdiri dari 40 orang mahasiswa, indeks prestasi


atau IP hanya akan menjadi variabel bila terdapat variasi nilai
dalam IP pada populasi tersebut. Dan sebaliknya, jika dari 40
orang mahasiswa tersebut tidak terdapat variasi nilai dalam IP
karena memiliki nilai IP yang sama, maka IP bukan termasuk
dalam konsep variabel dari populasi kelompok tersebut. Contoh
yang lainnya, dari suatu populasi yang tinggal di suatu daerah
tertentu, jenis pekerjaan atau profesi bukanlah merupaka variabel
jika seluruh orang dalam populasi itu mempunyai profesi atau
pekerjaan yang sama.
2. Variabel membedakan satu objek dari objek yang lainnya.
Objek – objek bisa menjadi anggota populasi karena
memiliki suatu karakteristik yang sama. Walaupun sama, objek –
objek dalam populasi masih bisa dibedakan satu sama lainnya
dalam suatu variabel. Contohnya, populasi mahasiswa terdiri dari
anggota yang mempunyai satu kesamaan karakterisktik, yaitu
mahasiswa. Selain dari kesamaan tersebut, diantara mahasiswa
tersebut memiiliki perbedaan dalam hal usia, agama, jenis
kelamin, motivasi belajar, cara belajar, prestasi, tempat tinggal,
pekerjaan orang tua, bakat, kecerdasa, dan sebagainya. Perbedaan
– perbedaan tersebut merupakan variabel dikarenakan memiliki
sifat membedakan di antara objek yang ada di dalam populasi
mahasiswa tersebut.
3. Variabel harus bisa diukur.
Penelitian kuantitatif mengharuskan adanya hasil penelitian
yang objektif, terukur dan selalu terbuka untuk diuji. Variabel berbeda
dengan konsep, karena konsep belum tentu dapat diukur sedangkan
variabel bisa diukur. Variabel adalah operasionalisasi konsep (Bouma,
1993:38). Contohnya sebagai berikut, belajar adalah konsep dan hasil
belajar adalah variabel, mahasiswa adalah konsep dan jumlah
7

mahasiswa adalah variabel. Dengan demikian data dari variabel


penelitian harus stampak dalam perilaku yang bisa diukur dan
diobservasi, misalnya prestasi belajar adalah jumlah jawaban yang
benar dihasilkan oleh mahasiswa dalam mengerjakan sebuah tes.

2.3 Macam-macam Variabel


Ada banyak macam (jenis) variabel yang dapat digunakan dalam
suatu penelitian. Jenis penelitian yang dapat memanfaatkan beragam
variabel antara lain penelitian eksperimen. Namun, selama ini dalam
penelitian di bidang pendidikan pada umumnya hanya menggunakan dua
variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian
pendidikan, sebenarnya ada cukup banyak variabel yang dapat digunakan
antara lain berupa variabel kontrol, variabel antara, dan variabel
moderator. Berbagai macam variabel tersebut perlu dipahami oleh peneliti
agar dapat menggunakan variabel tersebut secara tepat. Di bawah ini
dijelaskan mengenai macam-macam variabel tersebut.
1. Variabel Bebas ( Independent Variabel)
Variabel bebas diartikan sebagai suatu kondisi atau nilai
yang jika muncul maka akan memunculkan (mengubah) kondisi
atau nilai yang lain. Dengan demikian, jika ditinjau keberadaannya,
variabel bebas pada umumnya terlebih dahulu muncul (ada), dan
akan diikuti variabel yang lainnya. Dalam rangkaian kegiatan
ilmiah, peneliti dalam menentukan variabel bebas tidak boleh
secara sembarangan. Variabel bebas bukanlah suatu kondisi yang
terlepas sama sekali dengan keberadaan variabel terikat. Dengan
demikian, keberadaan variabel bebas pada umumnya terkait atau
ada hubungannya dengan keberadaan variabel terikat.
Beberapa wujud penelitian pendidikan adalah berupa
penelitian eksperimen, dan penelitian tindakan. Dalam penelitian
eksperimen maupun penelitian tindakan, variabel bebas merupakan
8

variabel yang dimanipulir (dirancang dan diimplementasikan) oleh


peneliti. Pada umumnya variabel bebas dalam penelitian
eksperimen maupun tindakan tersebut berupa treatment
(perlakuan) yang akan dikenakan pada subjek penelitian untuk
dinilai dampaknya (hasil perubahannya).
Dalam menentukan variabel bebas, peneliti perlu
melandaskan teori yang kuat. Selain itu, peneliti perlu mengkaji
teori-teori yang menguraikan keterkaitan antara keberadaan
variabel bebas dengan variabel terikat. Oleh karena itu, peneliti
perlu mengkaji dan memilih teori manakah di antaranya yang
menjamin kuatnya keterkaitan keberadaan di antara kedua variabel
tersebut. Dengan adanya alasan yang kuat (tepat) di atas maka
peneliti dapat menentukan penggunaan variabel bebas dalam
penelitian eksperimen.
2. Variabel Terikat (dependen variable)
Variabel terikat merupakan suatu kondisi atau nilai yang
muncul sebagai akibat adanya variabel bebas. Baik variabel bebas
maupun variabel terikat sebenarnya dapat dikaji (ditentukan) dari
judul penelitian. Namun di dalam susunan judul penelitian, letak
variabel terikat tidak berarti selalu berada setelah variabel bebas.
Peneliti dapat menentukannya variabel terikat secara rasional,
yakni dengan menentukan mana variabel yang munculnya sebagai
akibat dari variabel lain.
Contoh satu. Pada judul penelitian “Pengaruh Konsep Diri
terhadap Kemandirian Belajar Siswa SMP Pandawa Salatiga”,
variabel bebasnya adalah Konsep Diri, dan variabel terikatnya
berupa Kemandirian Belajar. Hal ini disebabkan bahwa
kemandirian belajar siswa muncul sebagai akibat adanya konsep
dirinya. Cara penentuan masing-masing jenis variabel berdasar
susunan kalimat dalam judul tersebut relatif lebih mudah. Contoh
9

dua. Sedangkan pada judul penelitian “Perbedaan Percaya Diri


berdasar Pola Asuh Orang Tua pada Siswa SMA Sinar Kasih”,
variabel bebasnya berupa Pola Asuh orang tua, dan variabel
terikatnya adalah Percaya Diri. Meskipun percaya diri terletak di
bagian depan susunan kalimat judul penelitian, ternyata tidak
menunjukkan sebagai variabel bebas, justru sebaliknya sebagai
variabel terikat. Hal ini disebabkan bahwa secara rasional percaya
diri salah faktor pembentuknya adalah pola asuh orang tua.
Dalam penelitian eksperimen – sebagai salah satu wujud
penelitian pendidikan - variabel terikat berupa informasi (data)
tentang perubahan pada diri subjek sebagai reaksi subjek terhadap
keberadaan (setelah dikenai treatment) variabel bebas tersebut.
Perbandingan antara sebelum eksperimen dengan sesudah
eksperimen atau sesudah mendapat perlakuan, merupakan wujud
perubahan sebagai reaksi subjek terhadap treatment penelitian
eksperimen.
Sebelum suatu penelitian dilakukan tentu peneliti sudah
mempersiapkan alat ukur atau instrumen penelitiannya. Instrumen
tersebut dapat berupa panduan observasi dengan cara pengisian
chek list, dapat pula dalam bentuk skala sikap yang harus
disebarkan dan diisikan oleh subjek penelitian. Dalam penelitian
eksperimen, melalui alat ukur yang sudah ditentukan tersebut
peneliti perlu mengumpulkan data kondisi perubahan diri subjek
setelah mendapatkan treatment (perlakuan).
3. Variabel Kontrol
Selain terdapat variabel bebas dan variabel terikat, dalam
penelitian eksperimen sering kali menggunakan variabel kontrol.
Dalam penelitian eksperimen, ada cukup banyak variabel yang
dapat mempengaruhi perubahan keadaan subjek penelitian.
Tindakan atau treatment dalam penelitian eksperimen merupakan
10

variabel bebas. Sedangkan perubahan keadaan diri subjek yang


diharapkan hanya sebagai hasil treatment penelitian eksperimen
tersebut tergolong sebagai variabel tergantung (terikat). Agar
perubahan keadaan diri subjek penelitian benar-benar sebagai
akibat dikenai treatment maka peneliti perlu mengendalikan
(mengontrol) kondisi eksperimennya, antara lain dalam
menentukan ciri-ciri subjek yang dipilih, mengendalikan situasi
(setting) penelitian. Keberadaan variabel lain, di luar variabel
bebas dan terikat tersebut, tidak boleh dibiarkan tetapi harus
dikendalikan agar keberadaannya tidak mencemari hasil penelitian.
Dalam tulisannya Azwar (1999) menyatakan bahwa
variabel control atau kendali merupakan variabel bebas tetapi efek
pengaruhnya terhadap variabel tergantung dikendalikan (dikontrol)
oleh peneliti sehingga pengaruhnya netral. Perlu dipahami bahwa
variabel kontrol banyak digunakan ketika peneliti melakukan
eksperimen murni, yang berfungsi untuk mengendalikan
pelaksanaan eksperimen agar dapat berjalan sesuai rancangan
penelitiannya. Selain itu, penggunaan variabel control juga
berfungsi agar hasil eksperimen tidak tercampuri oleh kondisi luar
tetapi memang sebagai akibat dari eksperimen itu sendiri.
Dalam penelitian pra-eksperimen maupun eksperimen semu
khususnya pada penelitian bidang pendidikan, peneliti tidak perlu
menyibukkan diri dengan variabel kontrol. Jika penelitian
eksperimen dalam bidang pendidikan dilakukan dengan
menggunakan variabel kontrol maka dalam penelitian tersebut sulit
atau bahkan tidak akan diketemukan subjek penelitian yang
diinginkan. Hal ini disebabkan karena tidak ada seorangpun di
dunia yang memiliki sifat, karakter, atau ciri-ciri yang sama persis
dalam segala hal. Dalam penelitian eksperimen di bidang
pendidikan, baik pra-eksperimen maupun eksperimen semu, selalu
11

mengesampingkan perbedaan keseluruhan kondisi subjek


penelitiannya. Subjek dianggap memiliki kondisi yang sama.
Dengan demikian, variabel kontrol bukan menjadi perhatian utama
dalam penelitian eksperimen di bidang pendidikan tetapi tetap
mengutamakan perhatian terhadap variabel bebas dan terikat.

Contoh:

Seorang peneliti ingin menguji efektivitas dari


metode pembelajaran A terhadap keberhasilan belajar
siswa. Dalam penelitian eksperimen tersebut peneliti hanya
menggunakan siswa yang memiliki IQ normal, dan kondisi
sosial ekonomi orangtua yang tergolong cukup.
Pengendalian terhadap IQ subjek yang normal, dan kondisi
sosial ekonomi tersebut merupakan penggunaan variabel
kontrol.
4. Variabel Antara
Variabel antara merupakan suatu faktor yang secara
teoritik (konseptual) berpengaruh terhadap fenomena hubungan
antara bebas dan terikat. Dalam penelitian, variabel antara tanpa
dilakukan pengukuran maupun dimanipulasi, tetapi dikaji
keberadaannya. Variabel antara berfungsi untuk menjelaskan
hubungan kedua variabel tersebut, yang nampak (terwujud) saat
peneliti membahas hasil analisis hubungan antara variabel bebas
dengan terikat.

Contoh:

Penelitian yang dilakukan untuk mengkaji hubungan antara


kondisi status sosial ekonomi dan kebiasaan belajar dengan
prestasi belajar siswa. Peneliti juga perlu memperhitungkan
keberadaan kecerdasan siswa yang ditelitinya.
12

5. Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan variabel bebas untuk
menentukan sejauhmana efeknya ikut mempengaruhi hubungan
antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Keberadaan
variabel moderator ini bukan termasuk utama untuk diamati.
Variabel moderator dibiarkan bervariasi agar pengaruhnya
terhadap variabel tergantung dapat diamati dan diperhitungkan
sehingga dapat diperoleh kesimpulan yang lebih cermat mengenai
hubungan variabel bebas dengan variabel tergantung. Sebaliknya
keberadaan variabel kendali justru diminimalisir atau bahkan
dihilangkan pengaruhnya.
Variabel moderator selalu berupa kategorikal yakni
variasinya berupa kategori atau klasifikasi atau level. Asumsinya
karena dalam desain penelitian masing-masing level pada variabel
bebas akan memiliki efek yang berbeda terhadap keberadaan
variabel tergantung.
Contoh :
Dalam penelitian tentang pengaruh umpan balik dalam
latihan terhadap tingkat kecemasan siswa dalam
menghadapi ujian. Peneliti juga memperhatikan kondisi
sosial ekonomi orang tua dan konsep diri siswa.
6. Kovariabel
Kovariabel merupakan variabel bebas yang sudah diketahui
memiliki hubungan linier dengan variabel tergantung, dan
diikutsertakan dalam desain penelitian agar kecermatan analisis
tetap terjaga. Fungsi keberadaan kovariabel sama dengan variabel
moderator tetapi tidak berupa kategori, melainkan berupa kondisi
yang kontinyu berkorelasi dengan variabel tergantung.
Contoh:
13

Pada penelitian eksperimen tentang pengaruh (efektivitas)


metode pembelajaran discovery terhadap hasil tes mata
pelajaran IPA, peneliti juga memperhitungkan kecerdasan
siswanya.

2.4 Korelasi Variabel Penelitian


Pada intinya penelitian ilmiah adalah mencari hubungan antara
variabel, sedangkan data-data yang diperoleh dari lapangan merupakan
unsur-unsur yang akan mencantumkan apakah variabel-variabel tersebut
memiliki hubungan atau tidak.
Dalam hubungan antara variabel ini ada beberapa jenis hubungan
yang perlu diketahui, yaitu:
1. Hubungan simetris
2. Hubungan timbal balik, (reciprocal), dan
3. Hubungan asimetris
Secara lebih jelasnya beberapa jenis hubungan tersebut dapat
dilihat dalam uraian di bawah ini:
1. Hubungan simetris
Hubungan simetris terjadi apabila :
a) Kedua variabel adalah akibat dari suatu vaktor yang sama,
misalnya meningkatnya penggunaan internet dikalangan
masyarakat dengan, naiknya jumlah oplah surat kabar, merupakan
dua variabel yang tidak saling mempengaruhi, namun diakibatkan
oleh faktor yang sama, yaitu meningkatnya kebutuhan informasi
ditengah masyarakat.
b) Kedua variabel berkaitan secara fungsional, misalnya hubungan
antara petani dengan cangkul, hubungan guru dengan murid,
hubungan dokter dengan pasien, dan sebagainya.
c) Kedua variabel mempunyai hubungan karena kebetulan semata-
mata, misalnya secara kebetulan semua murid berkacamata gemar
14

membaca. Hubungan antara variabel murid berkacamata dengan


gemar membaca adalah hubungan simetris.
2. Hubungan timbal balik
Hubungan timbal balik merupakan hubungan antar dua
variabel yang saling timbal balik, maksudnya adalah satu variabel
dapat menjadi sebab dan juga akibat terhadap varibel lainnya,
demikian pula sebaliknya, sehingga tidak dapat ditentukan variabel
mana yang menjadi sebab atau variabel mana yang menjadi akibat.
Misalnya dalam waktu variabel x mempengaruhi y, dan dalam
waktu lain variabel y dapat mempengaruhi variabel x.
Contoh, hubungan antara motivasi belajar dengan minat
membaca, motivasi belajar dapat mempengaruhi minat membaca,
demikian pula sebaliknya, minat membaca dapat mempengaruhi
motivasi belajar. Contoh lain, penenaman modal (investment)
mendatangkan keuntungan, dan sebaliknyak keuntungan akan
memungkinkan timbulnya penanaman modal. Berdasarkan contoh-
contoh ini, variabel terpengaruh pada berubah menjadi variabel
pengaruh di waktu lain, demikian pula sebaliknya.
3. Hubungan Asimetris
Hubungan asimetris adalah hubungan antara variabel, yakni
suatu variabel mempengaruhi variabel lain, namun sifatnya tidak
timbal balik. Pada dasarnya inti pokok analisis-analisis sosial
terletak pada hubungan asimetris ini. Misalnya, hubungan antara
keamanan suatu negara dengan penanaman modal asing.
Keamanan suatu negara akan mempengaruhi tingkat penanaman
modal (investasi) asing dinegara tersebut. Tingginya angka
pengangguran dapat mempengaruhi tingkat kriminalitas di
masyarakat; tingkat pendidikan mempengaruhi pola hidup sehat;
tingkat pendapatan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, dan
sebagainya.
15

Hubungan antara suatu variable satu atau lebih variable


lainnya merupakan hipotesis dalam penelitian. Jadi hipotesis
adalah kesimpulan sementara /tentative tentang hubungan antara
dua variabel atau lebih. Hipotesis ini akan memberikan arah dari
proses pengumpulan data, dan hendaknya/oleh karenanya harus
diformulasikan sebagai berikut:
 Dinyatakan dalam bentuk yang sederhana mungkin
 Konsisten dengan teori yang ada atau konsistendengan
fakta yang diketahui. Harus reasonable (masuk akal).
 Menggambarkan hubungan antara variable-variabel
 Harus memberikan petunjuk bagaimana hubungan itu
harus diuji. Ini berarti bahwa variable-variabel yang
dicantumkan dalam hipotesi harus dapat diukur
(dikuantitatifkan) dan arah hubungan antara variable-
variabel itu harus jelas.

2.5 Pengukuran Variabel


Pengukuran terhadap variabel merupakan hal penting yang harus
dipertimbangkan oleh seorang peneliti. Kekuatan sebuah penelitian salah
satunya ditentukan ketepatan pengukuran variabel.
Menurut Ibnu (2003:41-43) apabila seorang peneliti telah menetap-
kan suatu masalah, merumuskan hipotesis, dan mengidentifikasi variabel-
variabel yang akan diteliti, maka ia menghadapi pertanyaan tentang
bagaimana mengukur variabel-variabel yang akan dipakai dalam pengujian
hipotesis tersebut.
Untuk variabel-variabel tertentu, seperti kecepatan lari, tinggi
lompatan, kekuatan lemparan atau jenis kelamin siswa, pengukurannya
jelas dan sederhana. Namun dalam banyak hal, seperti tingkah laku siswa
yang menyangkut aspek-aspek psikologis, pengukuran terhadap variabel
16

tersebut sedemikian abstrak dan rumit sehingga menuntut penjabaran


variabel secara cermat dan serius dari pihak peneliti.
Di dalam penelitian, prosedur dan teknik untuk mengukur variabel
perlu ditetapkan dengan cermat agar dapat menghasilkan data yang benar.
Upaya tersebut meliputi pendefinisian variabel secermat dan seoperasional
mungkin, perancangan skala pengukuran, pembuatan alat ukur
(instrumen), pengecekan validitas dan reliabilitas instrumen.
1. Pengukuran & Skala Pengukuran
Menurut Mathews (1978) Pengukuran merupakan bagian
dari evaluasi, yang dilakukan melalui prosedur kuantitatif dengan
menggunakan instrumen tertentu. Kirkendall (1980) menyatakan
pengukuran merupakan proses pengumpulan informasi.
Pengukuran (measurement) adalah prosedur penetapan
angka yang mewakili kuantitas ciri (atribut) yang dimiliki oleh
subjek dalam suatu populasi atau sampel. Dalam variabel
keterampilan siswa, misalnya, keterampilan merupakan atribut dan
siswa adalah subjek. Dalam pengukuran keterampilan siswa angka-
angka dipergunakan untuk mewakili kuantitas keterampilan yang
dimiliki oleh setiap siswa.
Dalam hal tertentu, angka tidak mewakili kuantitas
melainkan dipakai sebagai label yang menunjukkan kategori
dimana setiap subjek termasuk di dalamnya. Dalam variabel jenis
kelamin siswa, misalnya, angka-angka dipergunakan untuk
menyatakan “pria” atau “wanita” bagi setiap subjek dalam populasi
siswa, angka 1 untuk “pria” dan 2 untuk “wanita”.
2. Skala Pengukuran
Data yang dikumpulkan peneliti memiliki skala pengukuran
yang beragam, tergantung dari jenis datanya. Oleh karena itu
sebelum peneliti menyusun instrumen, sebaiknya perlu mengetahui
lebih dahulu berbagai jenis skala pengukuran. Jenis data yang
17

dikumpulkan terkait dengan prosedur analisis data yang digunakan.


Berbagai skala pengukuran dapat dikelompokkan ke dalam empat
kategori, yaitu data dengan skala nominal, skala ordinal, skala
interval, dan skala rasio.
a) Skala Nominal
Sebuah data dikatakan memiliki skala nominal,
apabila angka-angka dalam rentangan skala pengukuran
hanya berfungsi sebagai pengganti nama (label) atau
kategori, tidak menunjukkan suatu kuantitas, maka skala
pengukurannya disebut nominal. Angka-angka pada skala
nominal tidak merupakan urutan dalam suatu kontinum,
melainkan menunjukkan kategori-kategori yang terlepas
satu dengan yang lain.
Contoh berikut diharapkan akan memperjelas
pengertian yang dimaksudkan dalam skala nominal.
Variabel jenis kelamin, setiap subjek wanita ditandai
dengan angka 1 dan setiap pria ditandai dengan angka 2.
Tidak berarti bahwa seorang pria mempunyai kuantitas
dua kali seorang wanita, karena angka-angka tersebut tidak
mempunyai hubungan kuantitatif. Jadi, angka 1 dan 2
hanya berfungsi sebagai penanda atau kategori untuk
wanita dan pria.
Contoh lain, nomor punggung pemain sepakbola,
setiap pemain memiliki nomor punggung yang berbeda,
mulai angka 01, 02, 03 dan seterusnya. Bukan berarti
pemain nomor punggung 10 mempunyai kuantitas dua kali
lebih hebat dibanding dengan pemain nomor punggung 05,
angka-angka tersebut tidak mempunyai hubungan
kuantitatif, dan hanya berfungsi sebagai penanda atau
kategori untuk pemain sepakbola.
18

b) Skala Ordinal
Sebuah data dikatakan memiliki skala ordinal,
apabila angka-angka dalam rentangan skala pengukuran
tidak hanya menunjukkan kategori-kategori tertentu, tetapi
juga menunjukkan hubungan kuantitas tertentu, yakni
berupa tingkatan (gradasi). Apabila diperoleh data
tersebut, maka skala pengukurannya disebut ordinal. Skala
ordinal salah satu cirinya adalah adanya tingkatan sebagai
berikut:
 Sekelompok subjek disusun berturut-turut mulai
dari yang paling tinggi (besar, kuat, baik) sampai
kepada yang paling rendah (kecil, lemah, jelek)
dalam hal atribut yang diukur.
 Angka-angka tidak menunjukkan "seberapa besar"
(kuantitas) dalam arti absolut (titik nol tidak
mutlak).
 Tidak ada kepastian tentang sama atau tidaknya
jarak-jarak (perbedaan-perbedaan) antara angka-
angka yang berurutan.

Skala ordinal sering dipergunakan dalam


pengukuran variabel-variabel sikap, pendapat, minat,
preferensi, dan sebagainya yang sukar diukur secara
absolut. Lebar rentangan yang menunjukkan ranking
(ordinal) ini dapat dibuat selebar jumlah subjek, dapat pula
dibatasi ke dalam beberapa ranking seperti: 1 = kurang, 2 =
sedang, 3 = lebih; atau 1= sangat kurang, 2 = kurang, 3 =
sedang, 4 = lebih, 5 = sangat lebih. Contoh berikut
diharapkan akan memperjelas pengertian yang
dimaksudkan dalam skala ordinal. Tingkatan siswa SMP,
19

kelas VII, kelas VIII dan kelas IX merupakan tata urutan


yang tersusun secara berjenjang di SMP. Jenjang kelas VII,
VIII dan IX tersebut tidak mempunyai hubungan
kuantitatif, tetapi merupakan penanda pengelompokan
jenjang kelas di SMP. Data dengan skala ordinal ini tidak
memiliki angka nol secara mutlak, sehingga tidak dapat
dioperasionalisasikan dalam bentuk penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian. Data dengan skala
ordinal ini hanya dapat dioperasikan dalam bentuk
frekuensi untuk kategori.

Contoh: Data statistika jumlah siswa di sebuah SMPN

Jenis Kelas VII Kelas VIII Kelas IX


Kelamin
Pria 104 111 109
Wanita 132 129 131
Jumlah 236 240 240

c) Skala Interval
Sebuah data dikatakan memiliki skala interval,
apabila angka-angka dalam skala pengukuran tidak hanya
menunjukkan hubungan kuantitatif dalam bentuk gradasi
(ranking), tetapi juga menunjukkan bahwa jarak atau
perbedaan kuantitas antar dua angka yang berurutan selalu
sama, maka skala pengukurannya disebut interval (Ibnu,
2003:41-43). Dalam skala interval:
 Angka-angka ranking (rank-order) ditetapkan
berdasarkan atribut yang diukur.
 Jarak atau perbedaan kuantitas antar angka-angka
yang berurutan selalu sama.
20

 Tidak ada kepastian tentang kuantitas absolut,


sehingga tidak diketahui di mana letak angka nol
absolut (angka nol yang menunjukkan kekosongan
sama sekali akan atribut yang diukur). Angka nol
dipergunakan dalam skala ini, akan tetapi tidak
menunjukkan nol absolut (nol dalam arti nihil atau
tidak ada). Contoh dari skala pengukuran jenis ini,
misalnya, skala inteligensi, skala motivasi, dan
skala prestasi pekerjaan.

Ciri yang menonjol dalam skala interval adalah


kesamaan jarak (interval) antar titik atau angka
(kategori) dalam skala. Misalnya, perbedaan bilangan
90 dan 100 dan perbedaan bilangan 120 dan 130 dalam
skala IQ menunjukkan perbedaan kuantitas inteligensi
yang sama. Apabila seorang peneliti mengembangkan
sebuah skala sikap dan prosedur penerapannya dengan
cara tertentu sehingga dapat diyakini bahwa perbedaan
(interval) antar angka yang berurutan menunjukkan
perbedaan kuantitas sikap yang sama, maka skala
tersebut dapat dianggap interval.

d) Skala Rasio
Sebuah data dikatakan memiliki skala rasio, apabila
nilai nol absolut (ukuran kuantitas absolut) diketahui
dengan pasti. Dengan demikian, skala rasio memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
 Angka-angka yang menunjukkan ranking (rank-
order) telah ditentukan sebelumnya berdasarkan
atribut yang diukur.
21

 Interval (jarak) antar angka-angka yang berurutan


menunjukkan jarak yang sama.
 Mempunyai nilai nol absolut, artinya jarak antara
tiap angka dalam skala dengan titik nol absolut
dapat diketahui, secara eksplisit atau secara
rasional.

Dalam pendidikan jasmani dan olahraga


banyak ditemukan skala pengukuran rasio. Ukuran
kecepatan, jarak, waktu dan sebagainya merupakan
contoh variabel yang menggunakan skala rasio dalam
teknik pengukuran.

Skala rasio adalah tingkat skala yang tertinggi


karena menyatakan kuantitas yang absolut dan hasil
pengukurannya dapat dipergunakan untuk semua
keperluan analisis dalam penelitian dengan
menggunakan semua prosedur statistik.

Secara konseptual skala rasio dan skala interval


mempunyai perbedaan yang fundamental, akan tetapi
secara praktis dalam penelitian tidak terlalu banyak
perbedaan kegunaannya. Pada umumnya keperluan
analisis dalam penelitian dapat tercukupi dengan baik
apabila pengukuran variabelnya menggunakan skala
interval. Mengembangkan skala rasio dalam tingkah
laku dan aspek-aspek psikologis manusia seringkali
sangat sulit atau bahkan tidak mungkin. Oleh karena
itu, dalam penelitian psikologi dan kependidikan lebih
banyak dipergunakan skala interval daripada skala
rasio.
22

2.6 Fungsi Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitain memiliki kegunaan yang sangat
penting untuk menunjang proses penelitian. Seperti misalnya uniuk
mempersiapkan alat serta metode apa yang di gunakan dalam
pengumpulan data. Variabel ini juga di gunakan untuk menyiapkan
teknik analisis data ataupun pengolahan data apoa yang di butuhkan.
Selain itu fungsi yang tak ntak kalah penting dari adanya variabel
ini adalah untuk menguji hipotesis yang di tawarkan.
Karena itu dalam menentukan variabel juga harus
memperhatikan kriteria yang di gunakan diantaranya adalah
variabel harus relevan, dapat di ukur dan diamati, serta dapat di
identifikasi dan di defenisikan dengan jelasw dalam proses
pengujian hipotesis nantinya tidak terjadi kesalahn dalam
pengumpulan maupun pengolahan datnya.,
23

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Variabel Penelitian adalah Suatu atribut atau sifat atau nilai
dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan di
tarik kesimpulannya.
 Dalam sebuah penelitian variabel memiliki tiga ciri khusus,
yaitu: memiliki variasi nilai, membedakan satu objek dengan
objek yang lainnya dalam satu populasi, dan bisa diukur.
 Ada banyak macam (jenis) variabel yang dapat digunakan
dalam suatu penelitian. Jenis penelitian yang dapat
memanfaatkan beragam variabel antara lain penelitian
eksperimen. Namun, selama ini dalam penelitian di bidang
pendidikan pada umumnya hanya menggunakan dua variabel
yakni variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian
pendidikan, sebenarnya ada cukup banyak variabel yang dapat
digunakan antara lain berupa variabel kontrol, variabel antara,
dan variabel moderator. Berbagai macam variabel tersebut
perlu dipahami oleh peneliti agar dapat menggunakan variabel
tersebut secara tepat.
 Ada beberapa jenis hubungan antar variabel, yaitu Hubungan
simetris,Hubungan timbal balik, (reciprocal), dan Hubungan
asimetris.
 Pengukuran terhadap variabel merupakan hal penting yang
harus dipertimbangkan oleh seorang peneliti. Kekuatan sebuah
penelitian salah satunya ditentukan ketepatan pengukuran
variabel
 Variabel dalam penelitain memiliki kegunaan yang sangat
penting untuk menunjang proses penelitian. Seperti misalnya
uniuk mempersiapkan alat serta metode apa yang di gunakan
dalam pengumpulan data. Variabel ini juga di gunakan untuk
menyiapkan teknik analisis data ataupun pengolahan data apoa
yang di butuhkan. Selain itu fungsi yang tak ntak kalah
penting dari adanya variabel ini adalah untuk menguji
hipotesis yang di tawarkan.
24

3.2 Saran
Dalam melaksanakan penelitian di harapkan peneliti harus
mengetahui dan memahami jenis-jenis variabel yang di gunakan
dari penelitian tersebut. Apalagi sebagai mahasiswa yang pada
saatnya nanti harus melaksanakan penelitian untuk memnuhi tugas
akhir skripsinya nanti,sehingga harus memiliki pemahaman tentang
variabel penelitian.

Dalam makalah ini, penulis berharap agar pembaca


memiliki pemahaman yang tentang variabel penelitian dan penulis
berharap masukan atau saran dari pembaca demi kesempurnaan isi
makalah ini selanjutnya
25

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu S., Mukhadis A., dan Dasna, I.W. 2003. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Garna. Judistira.K. 2000. Metode Penelitian Sosial (Penelitian Dalam Ilmu


Pemerintahan Desain dan Rencana Penelitian) Primaco Akademika Bandung

Burhan, Bungin, (2001), Metodologi Penelitian Sosial. Format- Format


Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Ismail Nurdin, dan Sri Hartati. (2019). METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL.


Penerbit Media Sahabat Cendekia Pondok Maritim Indah Blok PP-7

. Margono, S. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka

Muri, Y. (2007). Metodologi Penelitian. Padang: UNP press

Narbuko,C., Achmadi, A,H. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Bumi


Aksara

Nazir,M.(2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai