Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pembicaraan tentang sintaksis, bidang yang menjadi lahannya adalah unit
bahasa berupa kalimat, klausa dan frase. Manusia dalam bertutur sapa, berkisah, atau
segala sesuatu yang dapat dikatakan sebagai berbahasa, selalu memunculkan kalimat-
kalimat yang diirangkai, dijalin sedemikian rupa, sehingga berfungsi optimal bagi si
penutur dalam upaya mengembangkan akal budinya dan memelihara kerjasamanya
dengan orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian sintaksis?
2. Apa pengertian frase dan apa jenis-jenisnya?
3. Apa pengertian klausa dan apa jenis-jenisnya?
4. Apa pengertian kalimat dan apa saja macam-macamnya?

C. Tujuan Pembahasan Masalah


1. Dapat menjelaskan pengertian mengenai sintaksis
2. Dapat menjelaskan pengertian dan jenis-jenis frase
3. Dapat menjelaskan pengertian dan jenis-jenis klausa
4. Dapat menjelaskan pengertian kalimat dan macam-macamnya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SINTAKSIS
Sintaksis berasal dari bahasa belanda syntaksis. Dalam bahasa inggris digunakan
istilah syntax. Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk wacana,kalimat,klausa,frase(Ramlan 2001).
Sedangkan menurut Tarigan sintaksis adalah salah satu cabang atau tatabahasa yang
membicarakan struktur kalimat,klausa,dan frase. misalnya:
- Saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan ketika nenek Aminah sedang
memasak nasik goreng
Contoh di atas dapat diklasifikasikan atas : satu kalimat :
- Saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan ketika nenek Aminah Sedang
memasak nasik goreng dua klausa :
(1) Saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan;
(2) ketika nenek Aminah sedang memasak nasik goreng
enam frasa:
(1) Saya dan Ali
(2) sedang menggambar
(3) lukisan pemandangan
(4) nenek Aminah
(5) sedang memasak
(6) nasik goreng

B. FRASE
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa. Frase merupakan kelompok kata yang
mendududuki suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap, objek, dan keterangan) dan
kesatuan makna dalam kalimat. Untuk memudahkan Anda mengenai frase,lihat contoh
berikut: Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
Kalimat itu terdiri dari satu klausa,yaitu Dua orang mahasiswa sedang membaca buku
baru di perpustakaan. Sedangkan,klausa terdiri dari empat unsur yaitu,dua orang
mahasiswa, sedang membaca buku baru,dan di perpustakaan.

2
Masing-masing unsur menduduki satu fungsi.Dua orang mahasiswa menduduki
unsur S,sedang membaca menduduki fungsi P,buku baru menduduki fungsi O,dan di
perpustakaan menduduki fungsi KET.Demikianlah unsur klausa yang terdiri dari dua kata
atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi itu merupakan satuan gramatik yang
disebut frase.Jadi Frase itu sendiri adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.

Berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya frase dibagi dua jenis ,yaitu:


1. Frase endosentrik
Frase endosentrik yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat. Frase
endosentrik dibagi atas tiga jenis yaitu:
a. Frase endosentrik koordinatif,yakni frase yang unsur-unsurnya setara,dapat
dihubungkan dengan kata dan, atau, misalnya: Sepeda motor, kasih sayang,
rumah sakit
b. Frase endosentrik atributif,yakni frase yang unsur-unsurnya tidak setara
sehingga tak dapat disisipkan kata penghubung dan, atau, misalnya: Sepeda
baru, sambil bernyanyi, sedang mandi
2. Frase endosentrik apositif,
yakni frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tak
dapat dihubungkan dengan kata “dan”, “atau”, misalnya: Andi, anak Pak Slamet
sedang membaca
3. Frase eksosentrik,
adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua
unsurnya.misal:
• Di toko
• Ke kampus
• Dari desa

Frase ditinjau dari persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata,frase
dibagi menjadi lima,yaitu:
1. Frase verbal, adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dangan
verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa. Misal:
• Kapal laut itu sudah belabuh
• Ibu saya sedang mencuci

3
2. Frase nominal, adalah dua buah kata atau lebih yang intinya dari nominal atau
benda. Misal:
• Amay makan beberapa butir telur itik
• Syarifudin menjual tiga puluh kodi kayu besi
3. Frase ajektival, adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang
intinya ajektiva (sifat) dan satuan ini tidak membentuk klausa. Misal:
• Baju itu sangat indah
• Mobil ferozamu baru sekali
4. Frase pronomina, adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya
menduduki satu fungsi dalam kalimat. Misal:
• Saya sendiri akan pergi ke pasar
• Kami sekalian akan pergi ke kantor
5. Frase numeralis, adalah dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi
dalam kalimat namun satuan gramatik itu intinya pada numeralia. Misal:
• Tiga buah rumah sedang terbakar
• Lima ekor ayam sedang terbang

C. KLAUSA
Kridalaksana (1982:85) mengungkapkan bahwa “klausa adalah satuan
gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya tediri dari subjek dan predikat
dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.” Ramlan (1981:62) mengungkapkan
“Klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri atas dari P, baik disertai S, O, PEL,
dan KET atau tidak. Dengan ringkas klausa ialah (S) P (O), (PEL) (KET). Tanda kurung
menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh
ada, boleh juga tidak ada.” Berdasarkan pengertian di atas, klausa adalah satuan gramatik
yang unsur-usurnya minimal terdiri atas Subjek-Predikat dan maksimal unsurnya terdiri
atas Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap-Keterangan.

Klausa dilihat dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi Predikat
terdiri atas :
1. Klausa nominal, adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa golongan
nomina. Misalnya : Ia guru IPA

4
2. Klausa verbal, adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa kategori
verbal, dan klausa verbal terbagi atas empat jenis, yakni :
a. Klausa verbal yang ajektif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan
verbal yang termasuk kategori sifat sebagai pusatnya. Misalnya :
- Rumahnya sangat luas
- Tamannya indah sekali
b. Klausa verbal Intransitif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan kata
kerja intransitif sebagai unsur intinya. Misalnya :
- Burung merpati sedang terbang di angkasa
- Pesawat Lion Air belum mendarat di Lanud Hasanuddin
c. Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal
yang transitif sebagai unsur intinya. Misalnya :
- Ibuku sedang mencuci piring
- Pamanku sedang mengajarkan IPS
d. Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari kata verbal yang
tergolong kata kerja reflektif. Misalnya :
- Anak itu sedang menyelamatkan diri
- Kakek Adi telah mengobati penyakitnya
e. Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan
verbal yang termasuk kata kerja resiprok. Misalnya :
- Mereka saling melempar batu karang
- Anak-anak itu ejek-mengejek di sekolah
3. Klausa bilangan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa golongan
bilangan. Misalnya:
- Kaki meja itu empat buah
- Mobil itu delapan rodanya
4. Klausa depan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa depan yang diawali
kata depan sebagai penanda. Misalnya :
- Baju dinas itu untuk pegawai pemda
- Mobil itu dari Amerika

5
D. KALIMAT
Keraf (1984:156) mendefinisikan kalimat sebagai salah satu bagian dari ujaran
yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian
ujaran itu sudah lengkap. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) menyatakan bahwa
kalimat merupakan bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan
pikiran utuh secara ketatabahasaan. Sosok kalimat tampak dalam dua wujud, yaitu lisan
dan tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, diwarnai oleh
kekerasan dan kelembutan tekanan, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai dan
diikuti oleh kesenyapan.
Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda tanya atau tanda seru. Kalimat lisan merupakan wujud primer dari
bahasa sedangkan kalimat tertulis merupakan derivasi dari wujud primer tersebut yang
tentu saja tidak mampu mencerminkan keseluruhan wujudnya.

Jenis-jenis Kalimat
1. Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal
dan dapat pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara
(koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif).
Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi
diungkapkan dengan kalimat majemuk.
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya,
kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam
bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang
sederhana.

b. Majemuk Majemuk Setara


Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat
majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut:
1) Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh
kata dan atauserta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan
hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.

6
Contoh: Kami membaca dan Mereka menulis.
2) Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat
dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan,
dan hasilnya disebut kalimat majemu setara pertentangan.
Contoh: Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
3) Dua kalimat tunggal ata lebih dapat dihubungkan oleh
kata lalu dankemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.
Contoh: Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja,
kemudian disebutkan namanama juara MTQ tingkat dewasa.
4) Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika
kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat
majemuk setara pemilihan.
Contoh: Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos
yang terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi
langsung.

c. Kalimat Majemuk tidak Setara


Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan
satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan
taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti
gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut
pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek
gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.

d. Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan
kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk taksetara (bertingkat).
Misalnya:
1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
Penjelasan

7
Kalimat pertama terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk
setara, kami pulang, tetapi mereka masih bekerja, dan anak kalimatkarena
tugasnya belum selesai. Jadi, susunan kalimat kedua adalah setara + bertingkat.
2. Jenis Kalimat Menurut Fungsinya
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan,
kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jenis kalimat itu
dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif.
a. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan
lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan
berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya: Positif : Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
Negatif : Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
b. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau
reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda
tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya sepertibagaimana, di mana,
mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya: Positif : Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
Negatif : Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek
yang disepakati?

c. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)


Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang”
orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda
seru).
Misalnya: Positif : Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak
Sahluddin!
Negatif : Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi
manusia.
d. Kalimat Seruan

8
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang
kuat” atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada
kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya: Positif : Bukan main, cantiknya.
Negatif : Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

3. Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif


a. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan perbuatan. Kalimat
Aktif Biasanya memiliki predikatnya berupa kata kerja yang melakukan suatu
pekerjaan dan berawalan me-dan ber-. Contoh: Nina menulis surat untuk nenek.

b. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai perbuatan. Kalimat
Pasif Biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di-. Contoh: Surat
untuk nenek ditulis oleh Nina.
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif:
1) Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2) Awalan me- diganti dengan di-.
3) Tambahkan kata oleh di belakang predikat. Contoh: Bapak memancing ikan.
(aktif) Ikan dipancing oleh bapak. (pasif).
4) Jika subjek kalimat aktif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat
dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan. Contoh: Aku harus
memngerjakan PR(aktif), PR harus kukerjakan (pasif)

4. Kalimat Langsung dan Tidak Langsung


a. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat diucapkan oleh pelaku.
Kalimat Langsung Bagian kutipan dalam kalimat langsung dapat menirukan
ucapan orang. Biasanya ditandai dengan berupa kalimat tanya atau kalimat
perintah.
Contoh : Ibu berkata, “Anis, jangan bermain-main saja, kamu harus belajar !”

b. Kalimat Tidak Langsung

9
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang tidak langsung diucapkan oleh
pelaku. Bagian kutipan pada kalimat tak langsung menceritakan kembali ucapan
orang lain.
Contoh : Ibu berkata bahwa aku harus rajin belajar.
5. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang
sehingga diperoleh jawaban tentang suatu masalah. Secara lisan, kalimat tanya
biasanya diakhiri dengan tanda tanya (?).
Contoh: Apakah kamu sakit?
Siapa yang membeli buku ini?

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Sintaksis merupakan


bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat,
klausa, dan frase.
Frase sendiri adalah kesatuan yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari kalimat.
Frase dilihat dari segi hubungan distribusi unsur- unsurnya terdiri atas frase endosentrik
(atributif, koordinatif, apositif) dan eksosentrik; frase dilihat dari segi kategori katanya
terdiri atas empat macam frase: nominal, verbal, ajektival, numeralia, fromina.
Klausa dilihat dari kategori kata yang menduduki predikat terdiri atas klausa verbal
(ajektif, intransitif, aktif, pasif, dan resiprokal), klausa nominal, klausa bilangan, dan klausa
depan.
Adapun kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
pola intonasi final. Kalimat ditinjau dari segi jumlah pola struktur dikandungnya terdiri atas
kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal terdiri atas beberapa jenis, yakni
kalimat nominal, kalimat verbal (intransitif, ekatransitif, dwritransitif, semi transitif, pasif)
kalimat ajektival, kalimat preposisional. Dan kalimat tunggal ditinjau dari segi maknanya
terdiri atas kalimat berita, tanya, dankalimat seru.

B. SARAN
Pemahaman satuan sintaksis dan semantik bahasa Indonesia bagi guru, selain dapat
menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.
Sehingga, materi ini harus benar-benar dikuasai dan dipahami.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amando, M. 1962. Uaraian Kalimat dan Kata-kata. Jakarta. Pustaka Rakyat. Atunsuhono.
1956. Uraian Kalimat Bahasa Indonesia. Jogjakarta: Hien Hoo Sing.
Depdikbud. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 1982. Tatabahasa Indonesia. EndeFlores: Nusa Indah
Kridalaksana. H. 1982. Kamus Lingistik, Jakarta: Gramedia
Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyon
Diakses dari http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/frase-klausa-dan-kalimat/
pada tanggal 11 Oktober 2019.
Permana, Adi. 2000. Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

12

Anda mungkin juga menyukai