Anda di halaman 1dari 6

AMORTISASI

Amortisasi

adalah

pengurangan

nilai aktiva

tidak

berwujud ,

seperti merek dagang, hak cipta, dan lain-lain, secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu pada setiap periode akuntansi .
Pengurangan ini dilakukan dengan mendebit akun beban amortisasi
terhadap akun aktiva .
Undang-Undang Pajak Penghasilan menggunakan istilah Harta Tidak
Berwujud tidak dengan aset tetapi mempunyai pengertian yang sama
dengan aset dalam SAK. Seperti yang telah dilakukan pada Aset Tetap
Berwujud,

nilai

Aset

Tetap

Tidak

Berwujud

harus

juga

dilakukan

penyusutan yang disebut dengan amortisasi. Pengertian aset tidak


berwujud adalah aset tidak lancar (non-current asset) dan tidak berbentuk
hak yang memberikan keekonomian dan hukum kepada pemiliknya dan
dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi
aset yang lain (PSAK Nomor 19). Termasuk dalam aset tidak berwujud
seperti hak paten, hak merek, goodwill, biaya pendirian, dan lain-lain.
Amortisasi adalah pengalokasian harga perolehan ke beban usaha
(biaya), yang pada aktiva tetap dikenal dengan depresiasi (penyusutan).
Penghitungan maupun pencatatan atas amortisasi sama saja dengan cara
penghitungan

maupun

pencatatan

atas

penyusutan

aktiva

tetap

dan

jarang

berwujud.
Amortisasi

kebanyakan

merupakan

biaya

usaha

digolongkan ke dalam harga pokok produksi, kecuali merk dagang yang


memang digolongkan ke dalam kelompok harga pokok penjualan.
Undang-Undang Pajak Penghasilan menggunakan istilah Harta Tidak
Berwujud tidak dengan aset tetapi mempunyai pengertian yang sama
dengan aset dalam SAK. Seperti yang telah dilakukan pada Aset Tetap
Berwujud,

nilai

Aset

Tetap

Tidak

Berwujud

harus

juga

dilakukan

penyusutan yang disebut dengan amortisasi. Pengertian aset tidak


berwujud adalah aset tidak lancar (non-current asset) dan tidak berbentuk

hak yang memberikan keekonomian dan hukum kepada pemiliknya dan


dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi
aset yang lain (PSAK Nomor 19). Termasuk dalam aset tidak berwujud
seperti hak paten, hak merek, goodwill, biaya pendirian, dan lain-lain.
Metode Amortisasi dan Cara Penghitungannya
Metode yang digunakan dalam amortisasi aset tidak berwujud
menurut akuntansi pajak, yaitu :
1. Metode garis lurus
2. Metode saldo menurun
Namun, Amortisasi lebih baik jika dihitung menggunakan metode
garis lurus saja, karena pada dasarnya intangible asset tidak dipengaruhi,
bahkan tidak ada hubungannya dengan output produk yang dihasilkan
oleh perusahaan.
Pengaturan amortisasi dalam undang-undang Pajak penghasilan
bahwa harga perolehan harta tidak berwujud dan pengeluaran lainnya
termasuk perpanjangan hak-hak atas tanah (seperti hak usaha, hak guna
bangunan dan hak pakai) dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun, diamortisasi dengan metode :
1. Dalam bagian yang sama setiap tahun selama masa manfaat
2. Dalam bagian yang menurun setiap tahun dengan cara menerapkan
tarif amortisasi atas nilai sisa buku.

Mengapa aset pemerintah perlu didepresiasi:


1. Untuk terjaminnya akuntabilitas yaitu dapat diketahui niali sebenarnya
dari suatu aset
2. Faktor teknis: karena usang, aus, rusak, ketinggalan zaman
3. Faktor ekonomi:
penghasilan.

karena

tidak

seimbangnya

antara

biaya

dan

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan adalah:


1. Harga perolehan (cost), yaitu semua pengeluaran sampai dengan aktiva
siap untuk digunakan.
2. Umur ekonomis (useful life), yaitu umur sejak aktiva digunakan sampai
dengan tidak dapat dipakai secara ekonomis (biaya lebih besar
daripada penghasilan)
3. Nilai residu atau nilai sisa (salvage value), yaitu nilai aktiva setelah
habis umur ekonomisnya.
Landasan Hukum :
a) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
c) Undang undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang undang Nomor 7 tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan.
d) Undang undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1994 tentang
Peubahan Atas Undang undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang undang
Nomor 7 tahun 1991.
e) Undang undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1991 tentang
Perubahan Atas Undang undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan.
f) Undang undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan.
g) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah.
h) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 merupakan perubahan dari
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah
i) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
j) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang
Penatausahaan BMN

k) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang


SistemAkuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
l) Peraturan Menteri Keuangan nomor 233/PMK.05/2011 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Keuangan nomor : PMK 171/PMK.05/2007
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
m) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan
Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat
n) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tentang Tabel
Masa Manfaat.
o) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.06/2010 Tentang

Tata

cara Penghapusan BMN pada Perwakilan Republik Indonesia di Luar


Negeri.
p) PernyataanStandar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 tentang Aset
Tetap dan Aset Lain-lain
q) PSAK Nomor 17 tentang Akuntansi Penyusutan.
Penyajiannya pada laporan keuangan berpedoman pada PSAK
Nomor 17 tentang Akuntansi Penyusutan.
Jika

entitas

pelaporan

menggunakan

basis

akrual

besarnya

penyusutan dan amortisasi untuk suatu tahun akan dicatat dengan


mendebit akun beban penyusutan dan mengkredit akun akumulasi
penyusutan. Saldo akun beban penyusutan dan amortisasi pada akhir
tahun akan dilaporkan sebagai beban operasional dalam Laporan
Operasional (LO), sementara itu saldo akun akumulasi penyusutan dan
amortisasi (yang menunjukkan besarnya penyusutan dan amortisasi dari
awal pemakaian aset tetap tersebut sampai akhir tahun yang berjalan)
dilaporkan di neraca sebagai pengurang dari nilai perolehan aset tetap
yang bersangkutan.
Jika entitas pelaporan menerapkan dasar kas menuju akrual, entitas
pelaporan tidak menyusun laporan operasional, oleh karena itu besarnya
penyusutan dan amortisasi untuk setiap tahun akan diperlakukan dengan
mendebit akun Diinvestasikan dalam aset tetap atau aktiva tidak
berwujud dan mengkredit akun Akumulasi Penyusutan atau Amortisasi.
Akun Diinvestasikan dalam aset tetap atau aktiva tidak berwujud adalah

akun ekuitas sehingga jika akun ini didebit berarti mengurangi jumlah
ekuitas. Sementara itu akun akumulasi penyusutan atau amortisasi adalah
akun pengurang dari akun aset tetap atau tidak berwujud sehingga jika
akun ini dikredit, maka nilai aset tetap atau aktiva tidak berwujud secara
neto telah berkurang. Dengan demikian dapat dikatakan dengan dasar
Kas menuju akrual, besarnya penyusutan atau amortisasi diperlakukan
sebagai pengurangan terhadap aset dan ekuitas.
Penyusutan

atau

amortisasi

tersebut

diakumulasikan

setiap

semester dan dicatat dalam akun Akumulasi Penyusutan atau Amortisasi.


Di Neraca, Akumulasi Penyusutan atau Amortisasi tersebut disajikan
sebagai pengurang nilai aset tetap atau aktiva tidak berwujud dan
pengurang dari nilai pos Diinvestasikan Dalam Aset Tetap atau Aset Tidak
Berwujud.
Pencatatan penyusutan aset tetap atau Amortisasi asset tidak berwujud
dalam neraca dilakukan sejak perolehan sampai dengan aset tetap
tersebut dihapuskan. PMK no 1/PMK.06/2013 masih menggunakan dasar
kas menuju akrual perlakuan sebagaimana dijelaskan di atas. Jika
pemerintah sudah menerapkan dasar akrual sebagaimana diatur dalam
Lampiran I PP 71 tahun 2010 perlakuan penyusutan akan berbada. Jika
pemerintah

sudah

menggunakan

dasar

akrual,

maka

pencatatan

penyusutan atau Amortisasi akan dilakukan dengan mencatat Beban


Penyusutan atau Amortisasi dan menambah saldo akun Akumulasi
Penyusutan atau Amortisasi.

Anda mungkin juga menyukai