Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

"Periodesasi Kepemimpinan Muhammadiyah"

Disusun Oleh :

Cici Emiliatul Hasan (2019320147)

Nur Suci Octaviani (2019320148)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Jakarta

2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Kemuhammadiyahan dengan judul “Periodesasi
Kepemimpinan Muhammadiyah”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa
Indonesia kami Bapak Tanjun yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 11 September 2019

Penulis.
Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................................................

Daftar Isi................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

1.1. Latar Belakang Masalah.....................................................................................

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................

1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................

2.1.

2.2.

2.3.

BAB III PENUTUP.................................................................................................................

3.1. Kesimpulan...........................................................................................................

3.2. Saran.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini
diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah dapat dikenal sebagai
orang-orang pengikut Nabi Muhammad SAW.
Tujuan utama dari Muhammadiyah yaitu mengembalikan penyimpangan yang terjadi
dalam proses dakwah yang menyebabkan ajaran Islam bercampur dengan kebiasaan di daerah
tertentu dengan alasan adaptasi.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak menerapkan kepada perintah-perintah
Al-Quran, salah satunya dalam QS. Ali Imran ayat 104 yang berbunyi : “Dan hendaklah ada
diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” Dari ayat tersebut, menurut para tokoh
Muhammadiyah mengandung isyarat untuk bergeraknnya umat Islam dalam menjalankan
dakwah secara terorganisasi.
Untuk menggambarkan kehidupan dan perkembangan Muhammadiyah dari waktu ke
waktu, diwakili oleh pimpinan-pimpinan Muhammadiyah yang berkesempatan menjadi
pimpinan gerakan dalam beberapa periode yang mereka jalani.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana periodesasi kepemimpinan Muhammadiyah ?
2. Bagaimana kondisi yang dialami Muhammadiyah pada masing-masing setiap periode
kepemimpinan ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui masa periodesasi
kepemimpinan Muhammadiyah serta kondisi yang dialami dari setiap periodesasi
kepemimpinan Muhammadiyah.
BAB II PEMBAHASAN

A. Periodesasi Kepemimpinan Muhammadiyah


1. Periode K.H. Ahmad Dahlan (1912-1923)
Pada saat ini, merupakan masa-masa perintisan, pembentukan jiwa dan amal usaha serta
organisasi, sehingga Muhammadiyah menduduki tempat terhormat, sebagai gerakan Islam di
Indonesia yang berfaham modern.
Periode ini merupakan masa perintisan pembentukan organisasi dan jiwa serta amal
usaha. Selain itu masa pengenalan ide-ide pembaharuan dalam metode gerakan amaliah
Islamiyah. Ahmad dahlan mengenalkan Muhammadiyah melalui beberapa cara, antara lain
silaturahmi, mujadalah (diskusi), Tausiyah-ma’idhoh hasanah, dan memberikan keteladanan
dalam praktek pengamalan ajaran Islam. Pada periode ini dibentuk perangkat awal seperti :
Majelis Tabligh, Majelis Sekolahan 9pengajaran), Majelis Taman Pustaka, Majelis Penolong
Kesengsaraan Oemoem (PKO), ‘Aisyiyah, Kepanduan Hizbul Wathon (HW), menerbitkan
majalah “SWORO MOEHAMMADIJAH”. Selain itu mempelopori berdirinya rumah sakit
umat Islam, Rumah Miskin, dan Panti Asuhan Yatim/Piatu, serta menganjurkan dan
mempelopori hidup sederhana, terutama dalam menyelenggarakan Walimatul’Urusy (pesta
perkawinan).
a. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi :

1. Kehidupan keberagaman, kepercayaan tercampur khurafat, ibadah tercampur bid’ah,


pemahaman agama sempit, pola pikiran taklid.

2. Pendidikan terbelakang.
3. Anak muda kurang mendapat perhatian.
4. Perekonomian lemah.
5. Kegiatan Nasrani sangat menonjol, kegiatan dakwah sangat lemah.
b. Usaha-usaha K.H Ahmad Dahlan :
1. Peningkatan keislaman dengan mengadakan pengajian.
2. Penngkatan pendidikan dengan mendirikan sekolah.
3. Peningkatan martabat wanita dengan pengajian dan kursus keterampilan, berpidato, dan
perkumpulaan Aisyiyah.
4. Peningkatan umat Islam dengan silahturahmi kepada pemimpin.
5. Membentuk organisasi dengan mendirikan persyarikatan Muhammadiyah.
6. Mendirikan kepanduan Hizbul Wathan (HW).
7. Mendirikan majalah “Sworo Muhammadiyah”.
8. Menggerakkan tabligh islam
9. Membantu fakir miskin
10. Menganjurkan kehidupan sederhana terutama dalam pesta perkawinan.

2. Periode K.H Ibrahim (1923-1932)


Dalam masa ini Muhammadiyah semakin berkembang meluas sampai ke luar Jawa.
Selain itu terbentuk pula Majlis Tarji yang menghimpun para ulama Muhammadiyah
untuk mengaddakan penelitian dan pengembangan hukum-hukum agama. Dalam periode
ini pula angkatan muda memperoleh bentuk organisasi yang nyata, dimana pada tahun
1931 Nasyiatul ‘Aisyiyah berdiri dan menyusul satu satu tahun kemudian pemuda
Muhammadiayah.

Beberapa kegiatan yang menonjol antara lain :


1. Tahun 1924 mengadakan “Fonds-Dachlan” dengan tujuan membiayai sekolah anak
miskin.
2. Badan Perbaikan Perkawinan untuk menjodohkan putra-putri Muhammadiyah.
3. Menyebarluaskan Muhammadiyah ke luar Jawa.
4. Khitanan massal 1925.
5. Kongres ke XV di Surabaya 1926
6. Persoalan politik dalam kongres XVI di Pekalongan 1927.
7. Tahun 1928 mengirim putra-putri Muhammadiyah kepelosok tanah air.
8. Kongres ke XVII 1928 (Kongres Agung), untuk pertama kalinya diadakan pemilihan
Hoofid Bestuur Muhammadiyah.
9. Kongres ke XVIII di Solo mendirikan Uitgeefster My (Badan Usaha Penerbit Buku
sekolah Muhammadiyah).
10. Kongres ke XIX di Minangkabau 1930, muncul istilah ‘Consul Hofd Bestuur
Muhammadiyah’.
11. Kongres XX memakai makromah (jilbab).
12. Kongres XXI di Makassar 1932, menerbitkan surat kabar harian.
3. Periode K.H. Hisyam (1932-1936)
Usaha-usaha dalam bidang pendidikan mendapatkan perhatian yang mantap, karena
dengan pendidikan bisa lebih banyak diharapkan tumbuhnya kader-kader umat dan
bangsa yang akan meneruskan amal usaha Muhammadiyah. Juga dalam periode ini
diadakan penertiban dan pemantapan administrasi organisasi sehingga Muhammadiyah
lebih kuat dan lincah gerakannya.

Kegiatan yang dilakukan :

1. Kongres ke XXIII 1934 yang memutuskan pergantian nama-nama Belanda menjadi


Nama-nama Indonesia.
2. Kongres ke XXIV 1935 memutuskan membentuk Majelis Pimpinan Perekonomian untuk
memperbaiki ekonomi anggota.
3. Kongres seperempat abad di Jakarta 1936;
a. Memutuskan berdirinya sekolah tinggi.
b. Berdirinya Majelis Pertolongan dan Kesehatan Muhammadiyah untuk
memperhatikan pertolongan dan kesehatan pada seluruh cabang dan ranting.

4. Periode K.H. Mas Mansur (1936-1942)


Sering dikatakan bahwa tokoh K.H. Mas Mansur adalah salah seorang pemimpin
Muhammadiyah yang ikut membentuk dan mengisi jiwa gerakan Muhammadiyah, sehingga
lebih berisi dan mantap, seperti dengan pengokohan kembali hidup beragama serta penegasan
faham agama dalam Muhammadiyah. Wujudnya berupa pengaktifan Majlis Tarji, sehingga
mampu merumuskan “Masalah Lima”, yaitu perumusan mengenai : Dunia, Agama, Qyas,
Sabilillah, dan Ibadah. Selain itu untuk menggerakkan kembali Muhammadiyah agar lebih
dinamis dan berbobot, disusun pula “Langkah Dua Belas” yaitu :
1. Memperdalam masuknnya iman.
2. Memperluas faham agama.
3. Memperluas budipekerti.
4. Menuntun amal intiqad (mawas diri).
5. Menguatkan keadilan.
6. Menegakkan persatuan.
7. Melakkan kebijaksanaan.
8. Menguatkan majelis tanwir.
9. Mengadakan komperensi bagian.
10. Mempermusyawarahkan gerakan luar.
11. Mengawaskan gerakan dalam.
12. Mempersambungkan gerakan luar.
Langkah pertama sampai ketujuh, disebut langkah ilmiah karena memerlukan beberapa
keterangan, sedang langkah ke delapan disebut langkah amali, yakni langkah yang tinggal
dilaksanakan karena sudah jelas dan nyata.

Kondisi sosial dan politik pada masa itu, mulai tidak stabil karena pengaruh Perang Dunia ke
II. Keputusan-keputusan dan langkah penting yang diambil pada masa jabatan beliau adalah :
1. Membentuk komisi perjalanan haji.
2. Kongres XXVI di Yogyakarta 1937 memutuskan agar Muhammadiyah aktif
memperbaiki perekonomian dengan membentuk bank Muhammadiyah.
3. Menentang ordonansi pencatatan perkawinan oleh pemerintah kolonial Belanda.
4. Kongres XXVIII di Malang 1938 menentang ordonasi guru.
5. Kongres XXVIII di Medan 1939 menentang ordonasi sidang, mengganti istilah Hindia
Belanda menjadi Indonesia.
6. Tahun 1941 Pernag Pasifik, Indonesia dikuasai Jepang. Muhammadiyah memutuskan :
a. A.R. Sutan Mansur koordinaor Konsul Muhammadiyah untuk wilayah Sumatra.
b. GM. Hasan Tjorong untuk wilayah Kalimantan.
c. D. Muntu untuk wilayah Sulawesi.
7. Kongres XXIX di Purwokerto 1941 gagal karena keadaan darurat
8. Dikeluarkan ‘Franco amal” untuk menghimpun dana kaum dhuafa.
9. Ditetapkan Khittah yang dikenal dengan langkah 12.

5. Periode Ki Bagus Hadikusumo (1942-1953)


Tokoh dan pemimpin Muhammadiyah lain yang juga banyak mengisi dan membentuk
jiwa Muhammadiyah adalah Ki Bagus Hadikusumo; dan dalam periodenya tersusun
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Dalam Muqaddimah tersebut terumuskan
secara singkat dan padat gagasan dan pokok-pokok pikiran K.H. Ahmad Dahlan yang
akhirnya melahirkan Muhammadiyah. Dengan tersusunnya Muqaddimah tersebut
Muhammadiyah memiliki dasar berpijak yang kuat dalam melancarkan amal usaha dan
perjuangannya.
Kondisi sosial politik pada masa jabatan Ki Bagus Hadikusumo dalam suasana transisi
dari penjajah Belanda, usaha-usaha Pemerintah Koloni Belanda untuk menjajah Indonesia
kembali dan revolusi kemerdekaan. Pada masa ini kehidupan Muhammadiyah cukup berat.
Pada masa itu para pemimpin Muhammadiyah banyak terlibat dalam perjuangan, semenatar
di tingkat bawah hampir seluruh angkatan muda Muhammadiyah terjun dalam kancah
revolusi dalam berbagai laskar kerakyatan. Meskipun demikian Muhammadiyah masih dapat
melaksanakan berbagai kegiatan keorganisasian antara lain :

1. Tersusun Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah secrara singkat dan padat


gagasan dan pokok-pokokpikiran K.H Ahmad Dahlan yang akhirnya melahirkan
Muhammadiyah.
2. Kondisi sosial politik ; suasana transisi dari penjajah Belanda.
3. Kegiatan keorganisasian :
a. Tahun 1944 mengadakan muktamar darurat di Yogyakarta.
b. Tahun 1946 mengadakan silaturahmi cabang-cabang se-Jawa.
c. Tahun 1950 mengadakan sidang tanwir perwakilan.
d. Tahun 1951 sidang Tanwir di Yogyakarta.
e. Tahun 1952 sidang Tanwir di Bandung.
f. Tahun 1953 sidang Tanwir di Solo.

6. Periode A.R. Suttan Mansyur (1952-1959)


Secara kebetulaaan, bawha Muhammadiyah memiliki 2 pemimpin yang sama-sama hebat
ialah Mansur di Timur yaitu Mas Mansur dan Mansur di Barat, tak lain Suttan Mansyur.
Keduanya memiliki jiwa tauhid yang kokoh. Oleh karena itu tidak mengherankan bila
periode ini “Ruh Tauhid” ditanamkan kembali. Selain itu di susun suatu langkah perjuangan
yang dibatasi dalam waktu tertentu, yaitu 1956-1959. Langkah perjuangan ini kemudian
dikenal dengan nama Khittah Palembang yang memuat :
a. Menjiawi pribadi anggota dengan iman, ibadah, akhlak, & ilmu pengetahuan.
b. Melaksanakan uswatun hasanah (contoh teladan yang baik).
c. Mengutuhkan organisasi & merapikan administrasi.
d. Memperbanyak & mempertinggi mutu amal.
e. Mempertinggi mutu anggota & membentukkader.
f. Mempererat ukhuwah antar kaum muslimin.
g. Menuntun peghidupan bangsa.
K.H. Mas Mansur dipilih sebagai ketua pada Muktamah Muhammadiyah ke32 di Purwokerto.
Sebenarnya beliau tidak termasuk 9 terpilih. Kesembilan orang terpilih adalah HM. Yunus
Anies, HM. Faried Ma’ruf, Hamka, K.H.A.Badawi, K.H. Fakih Usman, Hasman Singodimedjo,
Dr.Syamsudin, A Kahar Muzakir dan Muljadi Djojomartono. Akan tetapi larna yang sembilan
orang terpilih itu tidak ada yang bersedia untuk menjadi ketua, maka kesembilan orang tiu
sepakat untuk menunjuk beliau sebagai ketua Muhammadiyah. Beberapa keputusan penting yang
diambil pada masa jabatan beliau antara lain :
a. Tahun 1955 sidang tanwir di Pekanjangan membicarakan pokok-pokok
konsepsi negara Islam.
b. Tahun 1956 sidang tanwir di Yogyakarta antara lain memutuskan :
1. Muhammadiyah tetap Muhammadiyah.
2. Anggota-anggota muhammadiyah yang akan aktif di bidang politik dianjurkan
supaya masuk partai politik Islam.
3. Disepakati bersama oleh Muhammadiyah dengan DPP Masyumi, bahwa
keanggotaan istimewa tidak wajar dan secara perlahan dan tidak
menggoncangkan dihapus.
4. Perlu dipelihara dengan baik hubungan antara Muhammadiyah dengan Masyumi.
5. Pada Mukatamar Muhammadiyah ke XXXIII di Palembang 1956 ini juga
diputuskan Khittah Palembang.
7. Periode H.M Yunus Anis (1959-1968)
Pada periode ini situasi negara dalam goncangan sosial politik, sehingga baik langsung
maupun tidak langsung berpengaruh pada gerak perjuangan Muhammadiyah. Namun HM
Yunus Anis mampu membawa Muhammadiyah untuk tetap pada jati dirinya, yaitu tetap
menempatkan kedudukannya sebagai Gerakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dalam
bidang sosial keagamaan. Selain itu, penataan administrasi Muhammadiyah dibangun dengan
baik sebagaimana organisasi modern. Dokumentasi Muhammadiyah mulai dibenahi dan
diatur rapi, sehingga memudahkan penulisan dan penelitian dalam Muhammadiyah.
Pada periode ini Majelis Pustaka sangat berperan, baik dalam bidang perpustakaannya,
dokumentasi arsip-arsip dan penerbitan Muhammadiyah, serta banyak menghasilkan
penerbitan RIDUP (riwayat hidup) tokoh-tokoh Muhammadiyah, dan Almanak
Muhammadiyah.
8. Periode K.H. Ahmad Badawi (1962-1968)
Kesulitan yang dialami Muhammadiyah belum habis, terutama diebabkan oleh kegiatan
Partai Komunis Indonesia yang semakin keras dan berani, sehingga di beberapa tempat
Muhammadiyah mengalami kesulitan. Di mana-mana seluruh kekuatan rakyat Indonesia sibuk
menhikuti gerak revolusi yang tidak menentu dibawah kekuasaan tunnggal Soekarno, yang pada
akhirnya disusul dengan kup Komunis tahun 1965. Pada saat itu seluruh barisan Orde Baru,
termasuk Muhammadiyah ikut tampil memberantas komunis beserta segenap kekuatannya.
Dengan tandas, K.H. Ahmas Badawi berfatwa : “Membubarkan PKI adalah ibadah” dan dengan
prestasi yang ditunjukkan oleh Muhammadiyah dalam membangun Orde Baru, akhirnya
Muuhammadiyah mendapat pengakuan sebagai organisasi sosial yang mempunyai fungsi politik
riil. Artinya, Muhhammadiyah secara resmi memasuki lembaga-lembaga politik kenegaraan,
baik dalam lembaga legislatif maupun eksekutif.
Beliau dipilih dalam Muktamar ke 35 di Jakarta tahun 1962 dan Muktamar ke 36 di
Bandung tahun 1965 secara formatur tunggal. Pada masa jabatan beliau ini Muhammadiyah
mengalami ujian berat karena Muhammadiyah harus berjuang keras untuk mempertahankan
eksistensinya agar tidak dibubarkan. Sebagaimana diketahui pada masa itu kehidupan politik
Indonesia didominasi oleh PKI dan Bung Karno, Presiden RI I banyak memberi angin kepada
PKI. Pada masa itu PKI dengan seluruh ormas mantelnya berusaha menekan partai-partai Islam,
khusunya Masyumi dan kebetulan Muhamadiyah termasuk salah satu pendukung Masyumi.
Karena itu ekstitensi Muhammadiyah juga ikut terancam. Namun demikian, berkat usaha keras
beliau bersama pemimmpin Muhammadiyah, Allah masih melindungi Muhammadiyah.
9. Periode K.H. Fakih Usman (1968-1971)
Tidak beberapa lama setelah Muktamar ke 37 di Yogyakarta mengukuhkan K.H. Fakih
Usman sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, beliau dipanggilkembali ke
hadirat Allah swt. Kemudian H. Abdurrazak Fakhruddin, yang dalam susunan Pimpinan
Pusat Muhammadiyah periode (1968-1971) duduk sebagai ketua 1 oleh sidang Tanwir
ditetapkan sebagai pengganti beliau. Pada periode ini lebih menonjol usaha
“Memuhammadiyahkan kembali Muhammadiyah”, yaitu usaha untuk mengadakan
pembaharuan pada diri dan dalam Muhammadiyah sendiri. Baik pembaharuan (tadjid)
dalam bidang ideologinya, dengan merumuskan “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah”, maupun dalam bidang organisasi dan usaha perjuangannya dengan
menyusun “Khittah Perjuangan dan bidang-bidang lainnya.”
10. Periode K.H. Abdur Razak Fakhruddin (1971-1990)
Pada periode ini usaha untuk meningkatkan kualitas Persyarikatan selalu diusahakan,
baik kualitas organisasi maupun kualitas operasionalnya. Peningkatkan kualitas
organisasi meliputi tajdid di bidang keyakinan dan cita-cita hidup serta khittah dan tajdid
organisasi. Sedang peningkatan kualitas operasionalnya meliputi intensifikasi
pelaksanaan program jama’ah dan dakwah jama’ah serta pemurnian amal usaha
Muhammadiyah.
Beliau ditetapkan sebagai pejabat dalam tanwir Ponorogo tahun 1969. Beliau dipilih
sebagai ketua dalam Muktamar ke 38 tahun 1971 di Ujung Pandang, ke 40 tahun 1978
diSurabaya dan ke 41 tahun 1985 di Surakarta.
Pada masa jabatan beliau ada masa krisis yaitu keharusan untuk menjadikan Pancasila
sebagai satu-satuya azas. Pada masa jabatan beliau juga terjadi peristiwa penting yaitu
kunjungan Paus Yohanes Paulus II dan sebagai reaksi terhadap kunjungan itu beliau
mengeluarkan buku ‘Mangayubagya Sugeng Rawuh Ian Sugeng Kondur’, yang isinya
bahwa Indonesia adalah negara yang penduduknya sudah beragama Islam sehinngga
jangan menjadikan rakyat sebagai objek Kristenisasi.
Pada masa jabatan beliau ada beberapa keputusan penting yang diambil dan hasil-hasil
penting dalam penataan organisasi antara lain :
a. Khittah Muhammadiyah (Khittah Ponoroge) di Surabaya.
b. Pendekatan kepada pemerintah Soeharto.
c. Ikut membidani kelahiran Partai Muslimin Indonesia.
d. Perubahan AD Muhammadiyah dengan menetapkan Pancasila sebagai asas organisasi.
e. Tersusun konsep dakwah oleh PPM Majlis Tabligh beserta tuntutan praktisnya.
f. Tersusun konsep kaderisasi dan pedoman praktisnya oleh Badan Pendidikan Kader
(BPK).
g. Tersusun pedoman pendidikan oleh Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah.
h. Terkonsolidasinya berbagai Majilis.
11. Periode K.H. A. Azhar Basyir, MA (1990-1995)
Pada periode K.H. Ahmad Azhar Basyir, MA telah dirumuskan :

1. Program Persyarikatan Muhammadiyah jangka panjang (25 tahun); meliputi

a. Bidang Konsolidasi Gerakan.

b. Bidang Pemgkajian dan Pengembangan.

c. Bidang Kemasyarakatan.
2. Program Muhammadiyah (1990-1995)

a. Bidang Konsolidasi Gerakan, meliputi

 Konsolidasi Orgaisasi.

 Kaderisasi dan Pembinaan AMM.

 Bimbingan Keagamaan.

 Peningkatan Hubungan dan Kerja sama

3. Bidang Pengkajian dan Pengembangan, meliputi :

a. Pengkajian dan Pengembangan Pemikiran Islam.

b. Penelitian dan Pengembangan.

c. Pusat Informasi, Kepustakaan dan Penerbitan.

4. Bidang Dakwah, Pendidikan, dan Pembinaan Kesejahteraan Umat, meliputi :

a. Keyakinan Islam.

b. Pendidikan.

c. Kesehatan.

d. Sosial dan pengembangan masyarakat.

e. Kebudayaan.

f. Partisipasi politik.

g. Ekonomi dan Kewirausahaan.

h. Pengembangan generasi muda.

i. Pembinaan Keluarga..

j. Pengembangan Peranan Wanita.

k. Lingkungan Hidup.

l. Peningkatan kualitas SDM.


12. Periode Prof. DR. H.M. Amien Rais (1995-2000)
Pada periode Prof. Dr. H.M. Amien Rais, telah dirumuskan program Muhammadiyah tahun
1995-2000, dengan mengacu pada :
a. Masalah global.
b. Masalah dunia Islam.
c. Masalah nasional.
d. Permasalahan Muhammadiyah.
e. Pengembangan pemikiran yang terdiri dari :
 Pemikiran keagamaan
 Ilmu dan teknologi.
 Pengembangan basis ekonnommi.
 Gerakan sosial kemasyarakatan.
 PTM sebagai basis gerakan keilmuan/pemikiran.
Berdasarkan hal-hal tersebut, telah dirumuskan program Muhammadiyah tahun 1995-2000
sebagai berikut :
a. Tujuan Program
Peningkatan konsolidasi pergerakan dan peningkatan kualitas gerakan dakwah dalam era
industrialisasi dan globalisasi dengan memperluas sasaran dan sarana dakwah.
b. Arah Program
Program Muhammadiyah periode 1995-2000 diarahkan pada empat hal sebagai berikut :
1. Pengembangan pemikiran dan wawasan.
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia.
3. Peningkatan kualitas dan pengembangan amal usaha sebagai sarana dakwah.
4. Peningkatan dana Muhammadiyah.
c. Jenis Program
Dengan merujuk pada berbagai pokok pikiran yang disampaikan dalam muktamar
Muhammadiyah ke 43, program Muhammadiyah periode 1995-2000 disusun menurut empat
bidang utama sebagai berikut :
1. Pengembangan manajemen Muhammadiyah.
2. Pendidikan perkaderan dan pengembangan sumber daya manusia.
3. Dakwah pengembangan masyarakat, pembinaan kesejahteraan sosila dan ekonomi.
4. Peningkatan dana Muhammadiya.

Anda mungkin juga menyukai