Anda di halaman 1dari 16

Periodesasi Kepemimpinan

Muhammadiyah
Kelompok 5
1. Cici Emiliatul Hazam (2019320147)
2. Nur Suci Octaviani (2019320148)
3. Rifda Khoirrunnisya (2019327008)
Periode K.H Ahmad Dahlan (1912-1923)

Usaha-usaha K.H Ahmad Dahlan :


Kondisi
Kondisi sosial,
sosial, politik,
politik, dan
dan ekonomi
ekonomi :: 1. Peningkatan keislaman dengan mengadakan
1.
1. Kehidupan
Kehidupan keberagaman,
keberagaman, kepercayaan
kepercayaan pengajian.
2. Penngkatan pendidikan dengan mendirikan
tercampur
tercampur khurafat,
khurafat, ibadah
ibadah tercampur
tercampur sekolah.
bid’ah,
bid’ah, pemahaman
pemahaman agama
agama sempit,
sempit, 3. Peningkatan martabat wanita dengan pengajian
dan kursus keterampilan, berpidato, dan
pola
pola pikiran
pikiran taklid.
taklid. perkumpulaan Aisyiyah.
2.
2. Pendidikan
Pendidikan terbelakang.
terbelakang. 4. Peningkatan umat Islam dengan silahturahmi
kepada pemimpin.
3.
3. Anak
Anak muda
muda kurang
kurang mendapat
mendapat 5. Membentuk organisasi dengan mendirikan
perhatian.
perhatian. persyarikatan Muhammadiyah.
6. Mendirikan kepanduan Hizbul Wathan (HW).
4.
4. Perekonomian
Perekonomian lemah.
lemah. 7. Mendirikan majalah “Sworo Muhammadiyah”.
5.
5. Kegiatan
Kegiatan Nasrani
Nasrani sangat
sangat menonjol,
menonjol, 8. Menggerakkan tabligh islam
9. Membantu fakir miskin
kegiatan
kegiatan dakwah
dakwah sangat
sangat lemah.
lemah. 10. Menganjurkan kehidupan sederhana terutama
dalam pesta perkawinan.
Periode K.H Ibrahim (1923-1932)

1. Tahun 1924 mengadakan “Fonds-Dachlan” dengan tujuan


membiayai sekolah anak miskin.
2. Badan Perbaikan Perkawinan untuk menjodohkan putra-putri
Muhammadiyah.
3. Menyebarluaskan Muhammadiyah ke luar Jawa.
4. Khitanan massal 1925.
5. Kongres ke XV di Surabaya 1926
Kegiatan
Kegiatan 6. Persoalan politik dalam kongres XVI di Pekalongan 1927.
yang
yang 7. Tahun 1928 mengirim putra-putri Muhammadiyah kepelosok tanah
Menonjol
Menonjol air.
8. Kongres ke XVII 1928 (Kongres Agung), untuk pertama kalinya
diadakan pemilihan Hoofid Bestuur Muhammadiyah.
9. Kongres ke XVIII di Solo mendirikan Uitgeefster My (Badan
Usaha Penerbit Buku sekolah Muhammadiyah).
10. Kongres ke XIX di Minangkabau 1930, muncul istilah ‘Consul
Hofd Bestuur Muhammadiyah’.
11. Kongres XX memakai makromah (jilbab).
12. Kongres XXI di Makassar 1932, menerbitkan surat kabar harian.
Periode K.H Hisyam (1932-1936)

Kegiatan yang dilakukan :


1. Kongres ke XXIII 1934 yang memutuskan pergantian
nama-nama Belanda menjadi Nama-nama Indonesia.
2. Kongres ke XXIV 1935 memutuskan membentuk
Majelis Pimpinan Perekonomian untuk memperbaiki
ekonomi anggota.
3. Kongres seperempat abad di Jakarta 1936;
a. Memutuskan berdirinya sekolah tinggi.
b. Berdirinya Majelis Pertolongan dan Kesehatan
Muhammadiyah.
Periode K.H Mas Mansur (1936-1942)
Kegiatan yang dilakukan : Langkah 12

Keputusan yang diambil :


1. Membentuk komisi perjalanan haji.
2. Kongres XXVI di Yogyakarta 1937 memutuskan agar Muhammadiyah aktif memperbaiki
perekonomian dengan membentuk bank Muhammadiyah.
3. Menentang ordonansi pencatatan perkawinan oleh pemerintah kolonial Belanda.
4. Kongres XXVII di Malang 1938 menentang ordonasi guru.
5. Kongres XXVIII di Medan 1939 menentang ordonasi sidang, mengganti istilah Hindia Belanda
menjadi Indonesia.
6. Tahun 1941 Pernag Pasifik, Indonesia dikuasai Jepang. Muhammadiyah memutuskan :
a. A.R. Sutan Mansur koordinaor Konsul Muhammadiyah untuk
wilayah Sumatra.
b. GM. Hasan Tjorong untuk wilayah Kalimantan.
c. D. Muntu untuk wilayah Sulawesi.
7. Kongres XXIX di Purwokerto 1941 gagal karena keadaan darurat
8. Dikeluarkan ‘Franco amal” untuk menghimpun dana kaum dhuafa.
9. Ditetapkan Khittah yang dikenal dengan langkah 12.
Periode Ki Bagus Hadikusumo (1942-1953)

• Tersusun Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah secrara singkat dan


padat gagasan dan pokok-pokokpikiran K.H Ahmad Dahlan yang akhirnya
melahirkan Muhammadiyah.
• Kondisi sosial politik ; suasana transisi dari penjajah Belanda.
• Kegiatan keorganisasian :
a. Tahun 1944 mengadakan muktamar darurat di Yogyakarta.
b. Tahun 1946 mengadakan silaturahmi cabang-cabang se-Jawa.
c. Tahun 1950 mengadakan sidang tanwir perwakilan.
d. Tahun 1951 sidang Tanwir di Yogyakarta.
e. Tahun 1952 sidang Tanwir di Bandung.
f. Tahun 1953 sidang Tanwir di Solo.
Periode A.R Sutan Mansyur (1952-1959)

• “Ruh Tahuid” ditanamkan kembali.


• Langkah perjuangan 1956-1959 (Khittah Palembang);
a. Menjiawi pribadi anggota dengan iman, ibadah, akhlak, & ilmu pengetahuan.
b. Melaksanakan uswatun hasanah (contoh teladan yang baik).
c. Mengutuhkan organisasi & merapikan administrasi.
d. Memperbanyak & mempertinggi mutu amal.
e. Mempertinggi mutu anggota & membentukkader.
f. Mempererat ukhuwah antar kaum muslimin.
g. Menuntun peghidupan bangsa.
• Keputusan yang diambil :
a. Tahun 1955 sidang tanwir di Pekanjangan membicarakan pokok-pokok
konsepsi negara Islam.
b. Tahun 1956 sidang tanwir di Yogyakarta.
Periode H.M Yunus Anis (1959-1968)

Pada periode ini, Indonesia sedang dalam


goncangan sosial dan politik, sehingga
berpengaruh pada gerakan Muhammadiyah.
Untuk mengatasinya, dirumuskan pedoman
penting berupa Kepribadian Muhammadiyah
agar bisa kembali menempatkan gerakan
dakwah Islam amar makruf nahi munkar dalam
kemasyarakatan.
Periode K.H Ahmad Badawi (1962-1968)

• Mengalami kesulitan karena adanya Partai Komunis Indonesia.


• Rakyat sibuk mengikuti gerak revolusi yang tidak menentu dibawah kekuasaan Soekarno,
yang disusul kup Komunis tahun 1965.
• K.H Ahmad Badawi berfatwa : ‘Membubarkan PKI adalah ibadah” dalam orde baru,
mendapat pengakuan sebagai organisasi sosial yang fungsi politik rill, dan secara resmi
Muhammadiyah memasuki lembaga politik kenegaraan.
• Kondisi Muhammadiyah mengalami ujian berat karena harus berjuang mempertahankan
eksistensinya agar tidak bubar, menginngat saat itu kehidupan politik Indonesia
didominasi PKI dan Bung Karno .
Periode K.H Fakih Usman (1968-1971)

• Pada periode ini menonjol usaha “Memuhammadiyahkan kembali Muhammadiyah” untuk mengadakan
pembaharuan pada diri dan dalam Muhammadiyah sendiri.
• Pembaharuan (tadjid) dalam bidang ideologinya, merumuskan “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah”, maupun dalam bidang organisasi dan usaha perjuangannya dengan menyusun “Khitah
Perjuangan dan bidang-bidang lainnya.”
Periode K.H Abdur Razak Fakhruddin (1971-1990)

Keputusan yang diambil :


a. Khittah Muhammadiyah (Khittah Ponoroge) di
Surabaya.
b. Pendekatan kepada pemerintah Soeharto.
c. Ikut membidani kelahiran Partai Muslimin
Indonesia.
d. Perubahan AD Muhammadiyah dengan
menetapkan Pancasila sebagai asas organisai.
e. Tersusun konsep dakwah oleh PPM Majlis
Tabligh beserta tuntutan praktisnya.
• Usaha meningkatkan kualitas Persyarikatan selalu f. Tersusun konsep kaderisasi dan pedoman
diusahakan. praktisnya oleh Badan Pendidikan Kader
• Peningkatan kualitas organisasi meliputi tajdid di (BPK).
bidang keyakinan dan cita-cita hidup serta khittah g. Tersusun pedoman pendidikan oleh Majlis
dan tajdid organisasi. Pendidikan Dasar dan Menengah.
• Peningkatan kualitas operasionalnya meliputi h. Terkonsolidasinya berbagai Majilis.
intensifikasi pelaksanaan program jama’ah dan
dakwah serta pemurnian Muhammadiyah.
Periode K.H. A. Azhar Basyir, MA (1990-1995)

Merumuskan :
1. Program Persyarikatan Muhammadiyah jangka panjang (25 tahun).
Program Muhammadiyah (1990-1995)
a. Bidang Konsolidasi Gerakan.
b. Bidang Pengkajian dan Pengembangan
c.Bidang Dakwah, Pendidikan, dan Pembinaan Kesejahteraan Umat .
Periode Prof. DR. H.M Amien Rais (1995-2000)

Program Muhammadiyah tahun 1995-2000 dengan tujuan peningkatan


konsolidasi pergerakan dan peningkatan kualitas gerakan dakwah dalam era
globalisasi dengan memperluas sasaran dan sarana dakwah, yang mengacu :
a. Masalah global.
b. Masalah dunia Islam.
c. Masalah Nasional.
d. Permasalahan Muhammadiyah.
e. Pengembangan pemikiran, yang terdiri atas :
 Pemikiran keagamaan.
 Ilmu dan teknologi.
 Pengembangan basis ekonomi.
 Gerakan sosial kemasyarakatan.
 PTM sebagai basis gerakan keilmuan/pemikiran.
Periode Syafi’i Ma’arif

Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Ma’arif adalah seorang ulama, ilmuan dan pendidik

Indonesia. Ia pernah menjjabat sebagai ketua umum pengurus pusat Muhammadiyah

periode 2000-2005, Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP), dan

pendiri Maarif Institute yang dikenal sebagai tokoh yang mempunyai komitmen

kebangsaan yang tinggi sehingga diberi gelar “Guru Bangsa”.


Periode Prof. Dr. K.H. M. Sirajuddin Syamsuddin, M.A.

Prof. Dr. K.H. M. Sirajuddin Syamsuddin, M.A adalah seorang tokoh


Muhammadiyah yang menjabat sebagai ketua umum pimpinan pusat
Muhammadiyah periode 2005-2010. Din Syamsuddin dipandang
sebagai sosok pemimmpin umat Islam karena kemampuan yang
dimilikinya untuk berdialog dengan seluruh umat beragama, baik
dengan sesama umat Islam maupun agama yng lainnya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai