Anda di halaman 1dari 6

Nama : Safurawati

NIM : P00620219028
Tingkat : 2A
Mata Kuliah : Pendidikan Membangun Karakter

HUBUNGAN KARAKTER DAN KEPRIBADIAN

A. DEFINISI KEPRIBADIAN DAN KARAKTER


1. Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan, temparmen, ciri khas dan
juga prilaku seseorang. Sikap perasaan ekspresi & tempramen tersebut akan terwujud
dalam tindakan seseorang kalau di hadapkan kepada situasi tertentu. Setiap orang memiliki
kecenderungan prilaku yang baku/berlaku terus menerus secara konsisten dalam
menghadapai situasi yang sedang di hadapi, sehingga jadi ciri khas pribadinya.
Kepribadian dalam bahasa Inggris yaitu Personality. Kata personality sendiri berasal
dari bahasa Latin yaitu Persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor dalam
suatu permainan atau pertunjukan. Disini para aktor menyembunyikan kepribadiannya yang
asli, dan menampilkan dirinya sesuai dengan topeng yang digunakannya.

2. Karakter
Karakter merupakan unsur pokok dalam diri manusia yang dengannya membentuk
karakter psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai
yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti "to mark" (menandai) dan
memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus
dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara seoarang yang berperilaku jujur,
suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat
kaitanya dengan personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut sebagai orang
yang berkarakter apabila perilakunya sesuai dengan kaidah motal.

B. HUBUNGAN KEPRIBADIAN MANUSIA DENGAN KARAKTER


Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan:

a. Identitas diri, jati diri seseorang, seperti: “Saya seorang yang terbuka” atau “Saya seorang
pendiam
b. Kesan umum seseorang tentang diri anda atau orang lain,sepert: “Dia agresif” atau “Dia
jujur”.
c. Fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah,seperti: “Dia baik” atau “Dia
pendiam”.

Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata
berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan
terwujud dalam prilaku. Karakter memancar dari hasil olahpikir, olahhati, olahraga, serta
olahrasa dan karsa seseorang atau sekelompokorang.

Hubungan antara kepribadian dan karakter dapat diilustrasikan sebagai sebuah gunung es.
Puncak gunung es (kepribadian) adalah apa yang pertama kali dilihat orang. Meskipun citra,
teknik, dan keterampilan bergaul dapat mempengaruhi keberhasilan penampilan anda, bobot
dari efektivitas yang sesungguhnya terletak pada karakter yang baik. Karakter dalam khasanah
Islam sering disebut dengan tabiat, sedangkan kepribadian dalam khasanah islam sering
disebut juga akhlaq. Akhlaq menurut Al Ghazali, terdiri dari empat tatanan.
a. Tatanan pertama disebut dengan kepandaian yaitu kondisi jiwa yang dengannya kebenaran
dapat dibedakan dari kesalahan.
b. Tatanan kedua adalah keseimbangan yaitu suatu kondisi jiwa peningkatan serta penurunan
rasa marah dan syahwat yang dapat dikendalikan dan membawanya pada putusan akal.
c. Tatanan ketiga adalah keberanian yang merupakan induknya daya, sedangkan
d. Tatanan keempat adalah kesederhanaan yaitu terdisiplinnya daya syahwat oleh akal dan
hukum.

C. DEFINISI DAN ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN (KEPRIBADIAN YANG SEHAT, SAKIT DAN DEWASA)
1. Kepribadian yang Sehat
Adapun Kepribadian yang sehat, yaitu perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
a. Menjalani hidup dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
b. Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak
berbahaya.
c. Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara
tradisi, otoritas, atau mayoritas.
d. Jujur ; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
e. Memikul tanggung jawab.
f. Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
g. Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk
menghentikannya.

2. Kepribadian yang Sakit


Kepribadian yang sakit merupakan cerminan dari karakter yang tidak baik. Adapun
kepribadian yang sakit, ditandai dengan bebrapa hal:
a. Mudah marah (tersinggung)
b. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
c. Sering merasa tertekan (stress atau depresi).
d. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau
terhadap binatang.
e. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah
diperingati atau dihukum.
f. Kebiasaan berbohong
g. Senang mengkritik/ mencemooh orang lain
h. Kurang memiliki rasa tanggung jawab
i.
Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat
organis)
j. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
k. Pesimis dalam menghadapi kehidupan
l. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

3. Kepribadian yang Dewasa
Adapun ciri-ciri atau kriteria dari kerpibadian yang dewasa menurut Allport yaitu :
a. Perluasan diri. Artinya hidupnya tidak boleh terikat secara sempit pada sekumpulan
aktifitas yang erat hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan kewajiban-
kewajiban pokoknya. Harus dapat mengambil bagian dan menikmati macam-macam
aktivitas yang berbeda-beda.Salah satu aspek dari perluasan diri adalah proyeksi ke
masa depan, yakni merencanakan dan mengharapkan.
b. Kemampuan menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, baik dalam bentuk
hubungan yang mendalam maupun tidak mendalam, memiliki dasar rasa aman dan
menerima dirinya sendiri.
c. Filsafat hidup. Walaupun individu itu harus dapat obyektif dan bahkan menikmati
kejadian-kejadian dalam hidupnya, namun mestilah ada latar belakang yang mendasari
segala sesuatu yang dikerjakannya, yang memberinya arti dan tujuan. Religi merupakan
salah satu hal yang penting dalam hal ini.
d. Kemampuan menghindari reaksi berlebihan terhadap masalah (Emotional security).
e. Realistic perceptions, skill, assignments, kemampuan memandang orang, obyek dan
situasi seperti apa adanya, kemampuan dan minat memecahkan masalah , memiliki
keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya, dapat memenuhi
kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa rasa panic, rendah diri, atau tingkah laku destruksi
diri lainnya.

D. DINAMIKA KEPRIBADIAN (SIKAP, SIFAT, TEMPERAMEN, DAN WATAK)


1. Sikap
Sikap atau yang dalam bahasa inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi
terhadap suatu perangsang. Suatu kecendrungan untuk bereaksi dengan cara tertentu
terhadap suatu situasi yang dihadapi. Bagaimana reaksi seseorang jika ia terkena sesuatu
rangsangan baik mengenai orang, benda-benda, ataupun situasi-situasi yang mengenai
dirinya.
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau
berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan
untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

2. Sifat
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, “Sifat” diartikan: Rupa dan keadaan yang tampak pada
suatu benda.
Kata “sifat” dalam istilah psikologi, berarti ciri-ciri tingkah laku yang tetap (hampir tetap)
pada seseorang. Untuk mengetahui sifat-sifat seseorang yang sebenarnya, memerlukan
waktu dan proses pergaulan yang lama, disamping pengetahuan psikologi sebagai
dasarnya. Tergesa-gesa menentukan sifat tertentu pada seseorang adalah suatu perbuatan
yang ceroboh dan sering kali menimbulkan salah terka.
Secara sederhana, sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh,
dan cenderung bersifat tetap/stabil.

3. Temperamen
Tempramen adalah gaya-prilaku karakteristik individu dalam merespon sesuatu yang
dipengaruhi oleh konstitusi tubuhnya, misalnya cairan darah. Ada 4 golongan menurut
keadaan zat-zat cair yang ada dalam tubuh, yaitu:
a. Sanguinisi (yang banyak darahnya), sifatnya periang, gembira, optimis, lekas berubah-
ubah stemming-nya.
b. Kolerisi (yang banyak empedu kuningnya), sifatnya garang, hebat, lekas marah , agresif.
c. Flegmatisi (yang banyak lendirnya), sifatnya lamban, tenang, tidak mudah berubah.
d. Melankolisi (banyak empedu hitamnya), sifatnya muram, tidak gembira, pesimistis.

4. Watak
Watak adalah struktur batin manusia yang tampak pada kelakuan dan perbuatannya,
yang tertentu dan tetap. Ia merupakan ciri khas dari pribadi orang yang bersangkutan.
Allport beranggapan bahwa watak dan kepribadian adalah satu dan sama, akan tetapi,
dipandang dari segi yang berlainan. Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi
mengenakan norma), maka lebih tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud
menggambarkan bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai
istilah “kepribadian.”
Kerchensteiner mengemukakan sebagai berikut: “watak ialah keadaan jiwa yang tetap,
tempat semua perbuatan, kemauan ditetapkan/ditentukan oleh prinsip-prinsip yang ada
dalam alam kejiwaan.”
Jadi, menurut Kerchensteiner watak manusia terbukti dalam kemauan dan
perbuatannya. Kerchensteiner membagi watak manusi menjadi dua bagian, yakni watak
biologis dan watak intelijibel. Watak biologis mengandung nafsu/dorongan insting yang
rendah, yang terikat kepada kejasmanian atau kehidupan biologisnya. Watak biologis ini
tidak dapat diubah dan dididik. Sedangkan watak intelijibel ialah yang bertalian dengan
kesadaran dan intilijensi manusia. Watak ini mengandung fungsi-fungsi jiwa yang tinggi,
seperti: kekuatan kemauan, kemauan membentuk pendapat atau berpikir, kehalusan dan
perasaan.

E. KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KEPRIBADIAN MANUSIA


Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa karakter dan kapribadian adalah hal yang saling
berkaitan antara yang satu dengan yang lain.
Pembentukan kepribadian pada hakikatnya merupakan bagian integral dari pembangunan
karakter bangsa. Pendidikan karakter yang diarahkan untuk pencapaian tujuan pendidikan
nasional (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional),
yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Keberhasilan pembentukan kepribadian dalam pendidikan karakter perlu didukung oleh :


1. komitmen dari seluruh pemangku kepentingan dalam menyukseskan penyelenggaraan
pendidikan karakter;
2. konsistensi kebijakan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan karakter;
3. keterpaduan dan keberlanjutan sIstem pengembangan program dan kegiatan pendidikan
karakter;
4. pengarusutamaan pendidikan karakter dalam system pendidikan nasional; dan
5. penjaminan mutu pendidikan karakter; dan
6. peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif dalam pendidikan karakter.

F. TIPE-TIPE KEPRIBADIAN
1. Koleris
Individu yang memiliki kepribadian koleris cenderung mempunyai kemampuan
Leadership atau jiwa memimpin yang bagus. Hal ini dikarenakan kepribadian ini mudah
menentukan sebuah keputusan. Individu yang berkepribadian koleris mempunyai tujuan
yang fokus untuk ke depannya juga selalu produktif dan dinamis.
Koleris juga merupakan pribadi yang suka akan kebebasan dan akan selalu bekerja
keras selama hidupnya. Namun, sisi negatifnya, tipe kepribadian ini cenderung memerintah
karena sifat kepemimpinannya, tidak mudah untuk mengalah, sangat suka dengan
pertentangan, mudah tersulut emosi, tergesa – gesa, dan cenderung keras kepala karena
kemauannya yang keras.
Selain itu, tipe koleris merupakan pribadi yang bersemangat, optimis, mandiri, visioner,
memiliki kemauan keras, tegas, memiliki jiwa kepemimpinan, dominan, cenderung ceroboh,
sarkas dan dingin.

2. Melankolis
Individu yang memiliki kepribadian melankolis cenderung analitis, suka memerhatikan
orang lain, perfeksionis, hemat, tidak suka menjadi perhatian, serius, artistik, sensitif serta
rela berkorban. Namun, tipe ini cenderung fokus pada cara atau proses ketimbang tujuan.
Individu dengan tipe melankolis pun kurang bisa menyuarakan opininya, cenderung
melihat masalah dari sisi negatif, dan sering disebut anti sosial karena kemampuan
bersosialisasi yang kurang baik. Dibalik itu semua, Banyak orang yang melankolis cenderung
sukses menjadi seorang pengusaha yang hebat dan sukses.

3. Plegmatis
Tipe plegmatis merupakan pribadi yang selalu cinta damai dengan menjadi netral dalam
segala kondisi konflik tanpa memihak kubu. Dalam kehidupan sosialnya, pribadi plegmatis
cenderung senang berperan sebagai pendengar yang baik daripada berperan sebagai pelaku
cerita.
Kemudian, Individu dengan tipe plegmatis memiliki selera humor yang bagus walau
terkadang terdengar sarkatik (sifat humor yang menyinggung atau mengejek), Suka
keteraturan, mudah bergaul, cenderung suka mencari jalan pintas.
Negatifnya, Individu dengan tipe koleris tidak suka dipaksa, cenderung menunda
sesuatu hal dan tidak cepat tertarik terhadap hal-hal baru. Disamping itu, tipe plegmatis
cenderung Objektif, emosinya stabil, sistematis, efisien, dapat diandalkan, tenang, kurang
memiliki motivasi, egois, tidak tegas, penakut, suka khawatir, tidak mudah dipengaruhi,
setia.

4. Sanguinis
Tipe ini cenderung memiliki sifat sedikit seperti anak-anak. Individu dengan tipe Sanguin
kebanyakan tidak menemukan masalah dalam kehidupan sosialnya. Hal ini di karenakan
sanguin sejatinya mudah bergaul dan akrab walau dengan orang yang baru dikenal.
Kemudian, dibandingkan dengan tipe lain, individu dengan kepribadian Sanguin sangat suka
bicara, dan mudah untuk mengikuti sebuah kelompok.
Di balik sisi positifnya, individu ini cenderung agak sulit untuk fokus pada suatu hal,
egois, pelupa, suka terlambat, dan sering membesar – besarkan hal yang kecil. Sanguinis
banyak dinilai sebagai pribadi yang ramah, responsive, hangat, antusias, dapat mencairkan
suasana, suka bicara, kurang disiplin, pelupa.

Anda mungkin juga menyukai