Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

DISUSUN OLEH:

M.AKBAR
017.01.3394

PRODI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MATARAM
T.A 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap
orang dan kecelakaan yang berakibat fatal.Kebakaran ini dapat
mengakibatkan suatu kerugian yang sangat besar baik kerugian materil
maupun kerugian immateriil. Sebagai contoh kerugian nyawa, harta, dan
terhentinya proses atau jalannya suatu produksi/aktivitas, jika tidak
ditangani dengan segera, maka akan berdampak bagi penghuninya.
Dengan adanya perkembangan dan kemajuan pembangunan yang
semakin pesat, resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat.Penduduk
semakin padat, pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan
perumahan, industri yang semakin berkembang sehingga menimbulkan
kerawanan dan apabila terjadi kebakaran membutuhkan penanganan secara
khusus.
Salah satu penanganan dini pada saat terjadi awal proses kebakaran,
adalah menggunakan APAR. Berdasarkan PERMENAKERTRANS RI
NO.04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan
APAR dan NFPA tahun 1998 tentang standart portable for fire
extinguisher. Maka harus dilakukan pemasangan APAR dengan
menggunakan standar yang sesuai dengan kebutuhan yang ada.
.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah :
1. Bagaimana pengaplikasian teori pemadam kebakaran?
2. Bagaimana prosedur pemakaian APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
dan dapat memadamkan kebakaran dengan alat tersebut ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini meliputi tujuan umum dan khusus, yaitu :
Tujuan umum : Mahasiswa diarapkan mampu mengaplikasikan teori
pemadam kebakaran.
Tujuan khusus : Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur
pemakaian APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan
dapat memadamkan kebakaran dengan alat tersebut.
1.4 Ruang Lingkup
Praktikum Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran kali
ini dilaksanakan di dalam laboratorium SPPK. Dimana gedung tersebut
terletak pada kompleks kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Mei 2013 dengan bentuk
simulasi.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 TEORI API


Api merupakan suatu hal yang sangat umum diketahui oleh manusia sejak
di awal peradaban. Namun hingga saat ini definisi dari api masih sering
diperdebatkan. Terdapat beberapa definisi yang diberikan oleh para ahli. Yang
pertama yaitu api adalah proses oksidasi tanpa bantuan (self-sustaining) yang
cepat disertai dengan evolusi panas dan cahaya dalam bermacam-macam
intensitasnya. Dan juga dapat didefinisikan sebagai hasil percampuran secara
kimia dari panas, bahan bakar dan oksigen dalam proporsi yang tepat.
Dari kedua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa api hanya dapat
terjadi dimana terdapat bahan yang dapat terbakar (bahan bakar), sumber
penyalaan (panas atau energi panas) dan oksigen (bahan oksidator) dari udara atau
dari sumber lain. Bilamana ketiga unsur tersebut berada dalam konsentrasi yang
memenuhi syarat, maka timbulah reaksi oksidasi yang dikenal sebagai proses
pembakaran.
Sebagian panas akan diserap oleh bahan yang kemudian melepaskan uap dan gas
yang dapat menyala berganti-ganti bercampur dengan oksigen di udara. Nyala ini
akan terus berlangsung selama ketiga unsur itu ada dalam suatu konsentrasi yang
seimbang.
Jadi, untuk menimbulkan api awal diperlukan tiga unsur:
1. Bahan bakar (fuel)
2. Panas (heat)
3. Oksigen (CO2)
Bilamana suhu sudah mencapai titik penyalaan suatu bahan bakar, maka unsur
tersebut akan memproduksi api, yang tergabung membentuk segitiga yang kita
kenal dengan segitiga-api dan digambarkan seperti berikut ini:
Gambar 2.1 Teori Segitiga Api

Definisi api menurut Dr. Tuve – selain diketahui sebagai pembakaran –


berisikan tiga kata kunci; oksidasi, tanpa bantuan (self-sustaining) dan cepat.
“Oksidasi” adalah suatu reaksi kimia dimana dua bahan bakar (oksidator
dan reduktor) bersampur membentuk suatu produk yang kurang efektif daripada
bahan-bahan itu sendiri.Pembakaran adalah sejenis reaksi oksidasi tertentu dimana
oksigen merupakan bahan oksidator, dan bahan bakar adalah reduktor.Umumnya
bahan reduktor atau bahan bakar adalah bahan-bahan yang mengandung unsur
karbon dan hidrogen.
Teori segitiga api tersebut dikembangkan menjadi tetrahedron api. Ini
disarakan bahwa dalam reaksi pembakaran tersebut terbentuk zat-zat radikal yang
menyebabkan reaksi berantai.

Gambar 2.2 Teori Tetrahedron Api

2.2 TEKNIK PEMADAMAN API


Empat elemen dalam tetrahedron apiharus ada agar api untuk dapat terjadi.
Unsur-unsur itu adalah panas, bahan bakar, oksigen dan rantai reaksi kimia.
Meskipun tidak semua orang umumnya mengeetahui tentangproses pembakaran,
namun secara umum dapat diterima bahwa api adalah reaksi kimia. Reaksi ini
bergantung pada bahan oksidasi yang cepat, atau menyatu dengan oksigen sangat
cepat sehingga menghasilkan panas dan api.
Dari konsep tersebut maka pemadaman api dapat dilakukan dengan empat
cara, yaitu:
1. Dengan menghilangkan panas
Dalam rangka untuk menghilangkan panas, hal yang dapat dilakukan adalah
dengan menggunakan material yang menyerap panas ataubertindak sebagai
penukar panas.Air bukanlah satu-satunya agen yang digunakan untuk
mencapai hal ini, tetapiyang paling umum.
2. Dengan menghilangkan bahan bakar
Dalam banyak keadaan, tidak mudah untuk mencoba menghilangkan bahan
bakar dari api. Ketika berhadapan dengan cairan yang mudah terbakar, katup
dapat dimatikan dan bejana penyimpanandipompa ke daerah yang aman
untuk membantu menghilangkan pasokan bahan bakar dariapi. Gas yang
mudah terbakar akanbenar-benar padam dengan mematikan pasokan bahan
bakar.
3. Dengan menghilangkan oksigen
Oksigen seperti yang ada di atmosfer kita (21%) sudah cukup untuk
mendukung pembakaran di sebagian besar situasi kebakaran.Penghapusan
udara atau oksigen dapat dicapai dengan memisahkannya darisumber bahan
bakar atau dengan menggusur dengan gas inert. Salah satu contohnya adalah
dengan menggunakan busa di cairan api yang mudah terbakar, selimut
basah, atau menutup ketat wajan api. Agen seperti CO2, nitrogen, dan uap
yang digunakan untuk menggantikan oksigen.
4. Menginterupsi terjadinya rantai reaksi kimia
Pemadam kebakaran modern menggunakan material kimia seperti kimia
kering dan halons, yang telah terbuktiefektif untuk memadamkan berbagai
kebakaran.Meskipun bahan tersebut tidak menghilangkan panas, bahan
bakar, atau oksigen. Bubuk kimia kering dan halon diperkirakan
menangguhkan atau berikatan dengan zat radikal bebas yang dihasilkan
dalam proses pembakaran dan dengan demikian mencegah mereka dalam
melanjutkan reaksi kimia berantai.
2.3 TEORI APAR

APAR menurut PERMEN No. 4 Tahun 1980 adalah alat yang ringan serta
mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi
kebakaran

Jenis Alat Pemadam Api Ringan:

1. Air
Sifat air dalam memadamkan kebakaran adalah secara fisik mengambil
panas (cooling) dan sangat tepat untuk memadamkan bahan padat (kelas A).
2. Busa
Busa digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B
Busa memadamkan api melalui kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu
menutupi, melemahkan dan mendinginkan.
● Menutupi yaitu membuat selimut busa di atas bahan yang terbakar,
sehingga kontak dengan oksigen (udara) terputus
● Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah
terbakar
● Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar
sehingga suhunya turun
3. Serbuk kimia kering
● Ammonium hydro phosphat dapat digunakan untuk memadamkan
kebakaran golongan A, B dan C
● Natrium bikarbonat dapat dipergunakan untuk memadamkan kebakaran
golongan B dan C
● Kalsium bikarbonat dapat dipergunakan untuk memadamkan kebakaran
golongan B dan C
4. Karbon dioksida (CO2)
● Media pemadam api CO2 berupa fase cair bertekanan tinggi
● Prinsip kerja CO2 ialah reaksi dengan O2 sehingga konsentrasinya
berkurang dari 21% menjadi sama atau lebih kecil dari 14%. Hal ini
disebut pemadaman dengan cara menutup.
● Media pemadam api CO2 tidak beracun tetapi dapat membuat orang
pingsan atau meninggal karena kekurangan oksigen
● Kelemahan CO2 ialah tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran
kembali setelah api padam (reignitasi) karena CO 2 tidak dapat mengikat
O2 secara terus-menerus tetapi dapat mengikat O2 sebanding dengan
jumlah CO2 yang tersedia sedang suplai oksigen di sekitar tempat
kebakaran terus berlangsung.
5. Halon
● Gas halon bila terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485oC
akan mengalami proses penguraian
● Zat-zat yang dihasilkan dari proses penguraian tersebut akan mengikat
unsur hidrogen dan oksigen (O2) dari udara. Karena sifat zat baru
tersebut beracun maka cukup membahayakan terhadap manusia.
● Pada saat tejadi kebakaran, apabila digunakan halon untuk
memadamkan api maka seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan
kecuali bagi yang sudah mengetahui betul cara penggunaannya
● Jenis gas halon yang dapat digunakan sebagai alat pemadam adalah
halon 1301 (BTM) dan halon 1211 (BCF)
● Halon 1301 (BTM – CBrF3) dengan konsentrasi 4% digunakan untuk
pencegahan kebakaran terhadap alat-alat elektronik.

Tipe Konstruksi Alat Pemadam Api Ringan :


1. Tipe Tabung Bertekanan Tetap (Stored Pressure Type) ialah suatu alat
pemadam kebakaran yang bahan pemadamannya didorong keluar oleh gas
kering tanpa bahan kimia aktif/udara kering yang disimpan bersama
dengan tepung pemadamannya dalam keadaan bertekanan. Umumnya
jenis tabung ini digunakan untuk APAR dengan isi Busa, Air,dan DC
2. Tipe Tabung Gas (Gas Cartridge Type)ialah suatu alat pemadam
kebakaran yang bahan pemadamannya di dorong keluar oleh gas
bertekanan yang dilepas dari tabung gas. Umumnya jenis tabung ini
digunakan untuk APAR dengan isi Busa, Air, DC, CO2

Lokasi Penempatan Alat Pemadam Api Ringan :


1. Jarak jangkauan maksimum antar APAR adalah 15 m
2. Penempatan APAR di luar ruangan dengan menggunakan box penyimpanan.
3. Tinggi pemasangan maksimum APAR adalah 1,2 m dari dasar lantai,
kecuali CO2 dan Dry Chemical dapat ditempatkan lebih rendah dengan
syarat >15cm
4. Memberi penandaan pada APAR dengan tinggi 125 cm dari dasar lantai
tepat di atas APAR.
5. APAR dipasang ditempat yang mudah dilihat, dijangkau, dan mudah untuk
digunakan.
6. Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya diberi
kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.
Prosedur Kerja Pemadaman Kebakaran

Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah :


● Water Extinguishers dan Foam Extinguishers Cadridge Type :
1. Ambil APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dari tempatnya dengan
tangan kanan memegang bagian bawah APAR (Alat Pemadam Api
Ringan).
2. Balik APAR agar tercampur antara bahan pendorong dan media
pemadam
3. Tarik pin/putus segel pengaman pada pin operating lever
4. Beriri pada jarak 30-40 feet dari api
5. Coba keandalan APAR sebelum di arahkan ke sasaran
6. Letakkan APAR dengan keadaan terbalik pada lantai
7. Arahkan ke bawah/dasar api
8. Semprotkan dari sisi ke sisi/ kibaskan media pemadam api pada
dasar nyala api sehingga oxygen tidak dapat ikut reaksi
Lihat Gambar 3.2, Gambar 3.3, dan Gambar 3.5
● Strored-Pressure Water Extinguisher, Carbon Dioxide Extinguisher,
Dry Powder Extinguisher, Halon/Pasca Halon Extinguisher dan
Purple-K Extinguisher
1. Ambil APAR dari tempatnya
2. Berdiri pada jarak 2-2,5 m dari api
3. Tarik pin.putus segel pengaman pada pin operating lever
4. Coba keandalan APAR sebelum di arahkan ke sasaran
5. Arahkan ke bawah/dasar api
6. Semprotkan dari sisi ke sisi/kibaskan media pemadam api pada
dasar nyala api sehingga oxygen tidak ikut bereaksi
Lihat Gambar 3.6, Gambar 3.8, Gambar 3.9, dan Gambar 3.10
1. media pemadaman kebakaran jenis APAR beserta penjelasan masing-masing
jenis. Yaitu:
1. Air
Sifat air dalam memadamkan kebakaran adalah secara fisik mengambil
panas (cooling) dan sangat tepat untuk memadamkan bahan padat (kelas A).
2. Busa
Busa digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B
Busa memadamkan api melalui kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu
menutupi, melemahkan dan mendinginkan.
● Menutupi yaitu membuat selimut busa di atas bahan yang terbakar,
sehingga kontak dengan oksigen (udara) terputus
● Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah
terbakar
● Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar
sehingga suhunya turun
3. Serbuk kimia kering
● Ammonium hydro phosphat dapat digunakan untuk memadamkan
kebakaran golongan A, B dan C
● Natrium bikarbonat dapat dipergunakan untuk memadamkan kebakaran
golongan B dan C
● Kalsium bikarbonat dapat dipergunakan untuk memadamkan kebakaran
golongan B dan C
4. Karbon dioksida (CO2)
● Media pemadam api CO2 berupa fase cair bertekanan tinggi
● Prinsip kerja CO2 ialah reaksi dengan O2 sehingga konsentrasinya
berkurang dari 21% menjadi sama atau lebih kecil dari 14%. Hal ini
disebut pemadaman dengan cara menutup.
● Media pemadam api CO2 tidak beracun tetapi dapat membuat orang
pingsan atau meninggal karena kekurangan oksigen
● Kelemahan CO2 ialah tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran
kembali setelah api padam (reignitasi) karena CO 2 tidak dapat mengikat
O2 secara terus-menerus tetapi dapat mengikat O2 sebanding dengan
jumlah CO2 yang tersedia sedang suplai oksigen di sekitar tempat
kebakaran terus berlangsung.
5. Halon
● Gas halon bila terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485oC
akan mengalami proses penguraian
● Zat-zat yang dihasilkan dari proses penguraian tersebut akan mengikat
unsur hidrogen dan oksigen (O2) dari udara. Karena sifat zat baru
tersebut beracun maka cukup membahayakan terhadap manusia.
● Pada saat tejadi kebakaran, apabila digunakan halon untuk
memadamkan api maka seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan
kecuali bagi yang sudah mengetahui betul cara penggunaannya
● Jenis gas halon yang dapat digunakan sebagai alat pemadam adalah
halon 1301 (BTM) dan halon 1211 (BCF)
● Halon 1301 (BTM – CBrF3) dengan konsentrasi 4% digunakan untuk
pencegahan kebakaran terhadap alat-alat elektronik.

2. tipe APAR beserta cara kerjanya dari masing-masing tipe yang ada yaitu:
1. Tipe Tabung Bertekanan Tetap (Stored Pressure Type) ialah suatu alat
pemadam kebakaran yang bahan pemadamannya didorong keluar oleh gas
kering tanpa bahan kimia aktif/udara kering yang disimpan bersama
dengan tepung pemadamannya dalam keadaan bertekanan. Digunakan
untuk APAR dengan isi Busa, Air, DC
2. Tipe Tabung Gas (Gas Cartridge Type)ialah suatu alat pemadam
kebakaran yang bahan pemadamannya di dorong keluar oleh gas
bertekanan yang dilepas dari tabung gas. Digunakan untuk APAR dengan
isi Busa, Air, DC, CO2
DAFTAR PUSTAKA

● Materi ajar SPPK, Mei Rohma Dhani, 2012


● Modul SPPK PPNS 2013

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Beberapa hal yang harus diperhatikan saat akan menggunakan APAR

● Alat Pelindung Diri (APD)


Sebelum melakukan praktek, pemeriksaan APD harus dilakukan dengan
benar untuk meminimalkan adanya kecelakaan kerja. APD yang
digunakan berupa: helm, seragam (cattle-pack), safety shoes, dan masker.
● Pemeriksaan APAR
Pemeriksaan tanggal kelayakan zat pada APAR harus dilakukan untuk
mengetahui sudah kadaluarsa atau belum. Kemudian periksa tekanan
yang ditunjukkan pada Pressure Gauge. Setelah kedua langkah tersebut
sudah memenuhi syarat untuk layak digunakan kemudian buka Safety Pin
agar tuas bisa digunakan. Terakhir, perhatikan posisi memegang tuas dan
corong pada APAR harus benar.
● Posisi Tangan dan Tubuh
Pada saat kita akan memadamkan api, perhatikan juga posisi tangan dan
tubuh. Posisi tubuh harus tegak, dan kaki memasang kuda-kuda. Jaga
jarak antar posisi berdiri dan area kebakaran, agar tidak terkena api
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Posisi tangan harus lurus,
jangan sampai Hose melengkung. Posisi tangan kanan memegang tuas
serta tangan kiri memegang corong. Lalu arahkan pada titik sumber nyala
api. Apabila pemadaman dilakukan oleh dua orang, diharapkan untuk
melakukan secara serentak. Pemadam pertama bertugas untuk membuka
dan menutup kran APAR yang berisi zat CO2, pemadam kedua bertugas
untuk memegang corong lalu memberi kode pada pemadam pertama
untuk membuka kran APAR hingga api padam dan untuk mematikan
kran saat api sudah berhasil dipadamkan.

● Arah Angin
Pemadaman harus dilakukan searah dengan angin, agar pemadam tidak
berpotensi terkena lidah api.

4.2 Dokumentasi
APAR Serbuk Kimia Kering
No
Gambar Penjelasan
.

Hal pertama yang harus


dilakukan adalah memeriksa
tanggal kelayakan zat pada
APAR, sudah kadaluarsa atau
1.
belum.
Kedua, periksa tekanan yang
ditunjukkan pada Pressure
Gambar 4.1 Tabel APAR Gauge.
(Sumber: Data Penulis, 2013)

Ketiga, setelah kedua langkah


tersebut sudah memenuhi syarat
2. untuk layak digunakan kemudian
buka Safety Pin agar tuas bisa
Gambar 4.2 Cara membuka pin digunakan
pengaman
(Sumber: Data Penulis, 2013)
3. Apabila ketiga cara tersebut
sudah dilakukan, perhatiakan
posisi memegang tuas dan
corong pada APAR harus benar.
Posisi tangan harus tegak dan
Hose tidak bole melengkung.
Tangan kanan memegang tuas
Gambar 4.3 Posisi memegang
dan tangan kiri memegang
APAR
corong APAR.
(Sumber: Data Penulis, 2013)

Hal yang terakir dilakuakn


adalah posisi Hose tidak bole
melengkung, agara zat bisa
keluar dengan lancar lalu tangan
kiring memegang corong agar
4.
menghadap titik sumber
api.Posisi kaki kuda-kuda. Lalu
Gambar 4.4 Posisi tangan Kanan menekan tuas
Memadamkan api hingga serbuk keluar sampai api
(Sumber: Data Penulis, 2013) padam kemudian lepaskan tuas.

5. APAR CO2
No
Gambar Penjelasan
.

APAR yang digunakan


pada percobaan kedua
1. adalah CO2. Dilakukan oleh
dua orang pemadam
kebakaran.
Gambar 4.5 Tabung CO2
(Sumber: Data Penulis, 2013)
2. Pemadam pertama bertugas
untuk membuka dan
menutup kran APAR yang
berisi zat CO2
Gambar 4.6 Cara membuka dan
menutup kran
(Sumber: Data Penulis, 2013)
Pemadam kedua bertugas
untuk memegang corong
lalu memberi kode pada
pemadam pertama untuk
3.
membuka kran APAR.
Arahkan corong pada
Gambar 4.7 Posisi memadamkan api sumber api agar api cepat
(Sumber: Data Penulis, 2013) padam.

Pemadaman dilakukan
4. hingga api benar-benar
padam.

Gambar 4.8 Memadamkan api


(Sumber: Data Penulis, 2013)

Pemberian kode dilakuakn


oleh pemadam kedua untuk
memberikan tanda pada
5.
pemadam pertama yang
bertugas untuk membuka
dan menutup kran APAR.
Gambar 4.9 Pemberian kode pada
pemadam pertama
(Sumber: Data Penulis, 2013)
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
● Pada saat melakukan praktikum, gunakan APD secara lengkap
untuk meminimalkan kecelakaan.
● Jangan lupa untuk mmeriksa keadaan APAR, tabel pada tabung,
tekanan, dan pin pengaman.
● Pada saat melakukan proses pemadaman, posisi tangan harus kuat
dan mengarahkan Hose APAR kea rah yang benar. Jangan
mengambil posisi melawan arah angin. Posisi kaki juga kuda-kuda
agar dapat berdiri kokoh selama pemadaman berlangsung.
5.2.1 Saran
Pelaksanaan praktikum berjalan dengan lancar dan sesaui dengan
prosedur yang ada. Namun lokasi simulasi yang berada di antara Gedung
Studio Gambar dan Gedung Boiler kurang tepat, karena asap yang
ditimbulkan akibat pemadaman serta zat kimia yang dikeluarkan oleh
APAR dapat mengganggu aktivitas belajar mahasiswa yang ada di dalam
kelas.

Anda mungkin juga menyukai