Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Standarisasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting artinya
sebagai salah satu alat yang efektif dan efisien guna menggerakkan kegiatan
organisasi, dalam meningkatkan produktifitas dan menjamin mutu produk dan / atau
jasa, sehingga dapat mingkatkan daya saing, melindungi konsumen, tenaga kerja,
dan masyarakat baik keselamatan maupun kesehatannya. (Djoko Wijono, 1999 :
623).
Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan
kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalani praktek sehari-hari. Standar ini
juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana
pelatihan dan pengembangan kurikulum pendidikan. Selain itu, standar pelayanan
dapat membantu dalam penentuan kebutuhan operasional untuk penerapannya,
misalnya kebutuhan akan pengorganisasian , mekanisme, peralatan dan obat yang
diperlukan. Ketika audit terhadap pelaksana kebidanan dilakukan, maka berbagai
kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut akan ditemukan sehingga
perbaikannya dapat dilakukan secara lebih spesifik. Salah satu indikator
keberhasilan pelayanan kesehatan perorangan di puskesmas adalah kepuasan pasien.
(Djoko Wijono, 1999 : 623).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ruang lingkup standar pelayanan kebidanan ?
2. Apa saja standar pelayanan kebidanan ?
3. Bagaimana penanganan kegawatdaruratan materal pada standar 16-23?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang ruang lingkup standar pelayanan kebidanan.
2. Untuk mengetahui tentang standar pelayanan kebidanan.
3. Untuk mengetahui penanganan kegawatdaruratan maternal.

1
D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang ruang lingkup standar pelayanan
kebidanan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang standar pelayanan kebidanan.
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan penanganan kegawatdaruratan maternal
dalam lingkup lapangan kerja.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Ruang Lingkup Standar Pelayanan Kebidanan


Ruang lingkup standar kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)
2. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
3. Standar Pertolongan Persalinan (4 standar)
4. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal (9 standar)

B. Standar Pelayanan Kebidanan


1. Standar Pelayanan Umum
Terdapat dua standar pelayanan :
 Standar 1 : Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat
Pernyataan standar : Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada
perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala halyang berkaitan
dengan kehamilan, termasuk penyuluhan umum, gizi, KB, kesiapan dalam
menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan
yang tidak baik dan mendukung kebiasaan baik.
 Standar 2 : Pencatatan dan pelaporan
Pernyataan standar : Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang
dilakukan, yaitu registrasi. Semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian yang
diberikan kepada setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan BBL, semua kunjungan
rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu bidan hendaknya
mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau
upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu dan BBL. Bidan meninjau
secara teratur catatatan tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan
rencana kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya.

3
2. Standar Pelayanan Antenatal
Terdapat enam standar pelayanan :
 Standar 3 : Identifikasi ibu hamil
Pernyataan standar : Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untukmemberikan penyuluhan dan
memotivasi ibu, suami dan anggota masyarakat agar mendorong ibu untuk
memeriksakan kehamilan sejak dini secara teratur.
 Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Pernyataan standar : Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelyanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan
seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangung normal.
Bidan juga hrs mengenal resti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, PMS/infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kes serta tugas terkaitlainnya yang diberikan oleh puskesmas.
Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan
kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan
merujukuntuk tindakan selanjutnya
 Standar 5 : Palpasi abdomen
Pernyataan standar : Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara
seksama melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, dan
bilaumur kehamilan bertambahmemeriksa posisi, bagian terendah janin dan
masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan
serta melakukan rujukan tepat waktu.
 Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan
Pernyataan standar : Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
 Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Pernyataan standar : Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan
darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya,
serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya.

4
 Standar 8 : Persiapan Persalinan
Pernyataan standar : Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,
suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa
persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang
menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan
transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat
darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.

3. Standar Pertolongan Persalinan


Terdapat empat standar dalam standar pertolongan persalinan :
 Standar 9 : Asuhan persalinan kala I
Pernyataan standar : Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah
mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai,
dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan
berlangsung.
 Standar 10 : Persalinan kala II yang aman
Pernyataan standar : Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman,
dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan
tradisi setempat.
 Standar 11 : Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
Pernyataan standar : Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar
untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
 Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin
pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman
untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

4. Standar Pelayanan Nifas


Terdapat tiga standar dalam standar pelayanan nifas :
 Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Pernyataan standar : Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernafasan spontanmencegah hipoksia sekunder, menemukan

5
kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan.
Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
 Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Pernyataan standar : Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap
terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan
tentangan hal-hal mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu
untuk memulai pemberian ASI.
 Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Pernyataan standar : Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas
melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu
keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi
melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuanan dini penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas; serta memberikan
penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan
bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

5. Standar Penanganan Kegawatan Obstetri dan Neonatal


Seperti telah dibahas sebelumnya, bidan diharapkan mampu melakukan
penanganan keadaan gawat darurat obstetrik-neonatal tertentu untuk
penyelamatan jiwa ibu dan bayi. Di bawah ini keadaan gawat darurat obstetri-
neonatal yang paling sering terjadi dan sering menjadi penyebab utama
kematian ibu dan bayi baru lahir.
 Standar 16 : Penanganan perdarahan dalam kehamilan, pada tri-mester III
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala
perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan
merujuknya.
 Standar 17 : Penanganan kegawatan pada Eklamsia
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia
mengancam. Serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.

 Standar 18 : Penanganan kegawatan pada partus lama/macet

6
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus
lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu
atau merujuknya.
 Standar 19 : Persalinan dengan penggunaaan Vakum Ekstraktor
Pernyataan standar : Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum,
melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan
dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan janin.
 Standar 20 : Penanganan retensio plasenta
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali retensio placenta dan
memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penangan
perdarahan sesuai dengan kebutuhan.
 Standar 21 : Penangan perdarahan postpartum primer
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebuhan
dalam 24 pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan
segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.
 Standar 22 : Penanganan perdarahan postpartum sekunder
Pernyataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda
serta gejala perdarahan postpartum sekunder, dan melakukan pertolongan
pertama untuk penyelamatan jiwa ibu dan atau merujuknya.
 Standar 23 : Penanganan sepsis puerperalis
Pernyataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala
sepsis puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
 Standar 24 : Penanganan asfeksia neonatorum
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir
dengan asfeksia, serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan
bantuan medis yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.

C. Penanganan Kegawatdaruratan Maternal pada Standar 16-23

7
Di bawah ini dipilih delapan keadaan kegawatdaruratan maternal yang
paling sering terjadi dan sering menjadi penyebab utama kematian ibu.
1. Standar 16 : Penanganan perdarahan dalam kehamilan, pada tri-mester III
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan
pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
Bidan harus :
a. Memeriksa dan merujuk ibu hamil perdarahan dari jalan lahir
b. Berikan penyuluhan bahaya perdarahan dari jalan lahir sebelum bayi lahir
kepada ibu dan suami atau keluarga pada setiap kunjungan
c. Nasehati ibu hamil suami atau keluarganya untuk memanggil bidan bila
terjadi perdarahan atau nyeri hebat di daerah perut kapanpun dalam
kehamilan
d. Lakukan penilaian ku ibu dan perkirakan usia kehamilannya
e. Hindari periksa dalam
f. Berikan cairan IV NaCl atau RL dengan tetesan cepat sesuai kondisi ibu
g. Bila terlihat tanda syok segera rujuk ibu ke rumah sakit
h. Buat catatan lengkap
i. Dampingi ibu yang di rujuk
j. Ikuti langkah-langkah merujuk
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan melakukan
tindakan secara tepat dan cepat perdarahan pada trimester tiga.
Hasil yang diharapkan dari kemampuan bidan dalam menerapkan
standar ini adalah ibu yang mengalami perdarahan kehamilan trimester tiga
dapat segera mendapatkan pertolongan, kematian ibu dan janin akibat
perdarahan pada trimester tiga dapat berkurang , dan meningkatnya pemanfaatan
bidan sebagai sarana konsultasi ibu hamil.

2. Standar 17 : Penanganan kegawatan pada Eklamsia


Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia
mengancam. Serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.
Bidan harus :
a. Selalu waspada terhadap gejala dan tanda eklamsia
b. Catat tekanan darah ibu
c. Cari pertolongan segera untuk mengatur rujukan ibu ke rumah sakit
8
d. Baringkan ibu pada posisi miring kiri
e. Berikan cairan IV dengan tetesan lambat dan catat semua cairan yang masuk
dan keluar
f. Jika terjadi kejang, letakkan ibu dilantai dan jauhkan dari bendayang dapat
melukainya
g. Jika terjadi kejang berikan MgSO4 sesuai pedoman
h. Bila ibu mengalami koma, pstikan posisi ibu dibaringkan miring kiri, dengan
kepala sedikit ditengadahkan agar jalan nafas sedikit terbuka
i. Catat semua obat yang diberikan, keadaan ibu, termasuk tekanan darahnya
setiap 10 menit
j. Bawa segera ibu kerumah sakit setelah serangan kejang berhenti dampingi
ibu dalam perjalanan dan berikan obat-obatan lagi jika perlu
Tujuan dilaksanakan satandar ini adalah mengenali tanda gejala
preeklamsia berat dan memberikan perawatan yang tepat dan memadai.
Mengambil tindakan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawat
daruratan bila eklamsia terjadi.
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian eklamsia. Ibu hamil
yang mengalami preeklamsia berat dan eklamsia mendapatkan penanganan yang
cepat dan tepat. Ibu dengan tanda-tanda preeklamsia ringan mendapatkan
perawatan yang tepat. Penurunan kesakitan dan kematian akibat eklamsia.

3. Standar 18 : Penanganan kegawatan pada partus lama/macet


Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus
lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau
merujuknya.
Bidan harus :
a. Pantau dan catat secara berkala keadaan ibu dan janin dalam lembar
partograf
b. Jika pencatatan melewati garis waspada maka lalukan palpasi uterus dengan
teliti untuk mendeteksi gejala gejala dan tanda bandl ring
c. Minta ibu buang air kecil bila kantong kemih penuh
d. Cuci tangan, lakukan periksa dalam menggunakan sarung tangan ingat
selalu selalu tindakan antiseptik

9
e. Jika ada tanda gejala persalinan macet atau tanda bahaya pada bayi atau ibu
maka ibu dibarnigkan ke kiri dan berikan cairan iv sesuai pedoman
f. Jika dicurigai adanya rupture uteri (his tiba-tiba berhenti atau syok berat)
maka rujuk segera dengan infus terpasang
g. Bila kondisi ibu/bayi buruk dan pembukaan serviks sudah/hampir lengkap
maka bantu kelahiran bayi dengan vacum ekstraksi.
h. Bila keterlambatan kelahiran bayi terjadi (distosia bahu) raba perut ibu dan
periksa apakah bahu sudah berada di bawah pintu atas panggul. Jika belum
maka tekan perut ibu dengan satu tangan dan lihat apakah bahu bayi masuk,
jangan memaksa bahu bayi masuk ke dalam pelvis sebab tindakan itu
berbahaya. Jangan mencoba menarik bahu keluar sebelum bahu bayi dalam
posisi yang benar.
i. Buat pencatatan yang benar
j. Bila terdapat tanda-tanda kelelahan ibu berikan tambahan infus dextrose 5%

Tanda gejala persalinan macet :


1) Ibu tampak kelelahan dan lemah
2) Kontraksi sering, tidak teratur tetapi kuat
3) Dilatasiserviks lambat atau tidak terjadi
4) Lingkaran retraksi patologis timbul, nyeri di bawah lingkaran bandl ring
merupakan tanda akan terjadi rupture uterus.
Tujuannya adalah untuk mengetahui segera dan penanganan yang tepat
keadaan daruratpada partus lama/macet.
Hasil yang diharapkan yaitu mengenali secara dini tanda gejala partus
lama/macet serta tindakan yang tepat. Penggunaan patograf secara tepat dan
seksama untuk semua ibu dalam proses persalinan. Penurunan
kematian/kesakitan ibu dan bayi akibat partus lama/macet.

4. Standar 19 : Persalinan dengan penggunaaan Vakum Ekstraktor


Pernyataan standar : Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi
vakum,melakukannya secara benar dalammemberikan pertolongan persalinan
dengan memastikan keamnannya bagi ibu dan janin.

10
Bidan harus :
a. Pastikan bahwa memang perlu dilakukan forsep letak rendah
Syarat: paling sedikit 4/5 kepala bayi sudah masuk dalam panggul
1) Pembukaan serviks sudah lengkap
2) Ketuban harus sudah pecah dan sutura sagitalis harus dalam posisi
anterior-posterior
3) Forsep rendah bermanfaat :
4) Bila ada gejala dan tanda gawat janin pada pembukaan serviks lengkap
5) Bila ada gawat ibu dan pertolongan medis tidak ada
6) Bila kala II lama dan kepala bayi sudah di bawah spina isciadika
7) Bila ada alasan medis untuk memperpendek kala II
b. Siapkan peralatan forsep yang telah disterilkan
c. Mintalah ibu untuk buang air kecil jika kandung kemihnya penuh
d. Bringkan ibu pada posisi litotomi, bersihkan daerah genitalia dengan air
bersih
e. Cuci tangan dengan sabun air bersih dan keringkan dengan handuk bersih
f. Perisa semua peralatan apakah berfungsi, terutama kedua bagian forsep
terdapat terkunci dengan baik.
g. Dengan tehnik antiseptik, lakukan periksa dalam untuk kemudian masukkan
forsep kiri mengikuti tangan kiri yang melindungi dinding vagina, sampai
forsep berada di samping kapala bayi
h. Masukkan forsep kanan mengikuti tangan kanan yang melindungi dinding
vagina
i. Kunci kedua bagian forsep tanpa paksaan
j. Lakukan episiotomi jika perlu
k. Jika forsep sudah terkunci tunggu his berikutnya lalu selama his berlangsung
lakukan traksi kearah bawah sampai kepala tampak keluar
l. Lepaskan forsep bila kepala sudah lahir
m. Selama melakukan tindakan bidan hendaknya menerangkan kepada ibu apa
yang dilakukan dengan cara yang baik dan bersahabat
n. Lanjutkan melahirkan bayi seperti biasa ketika kepala sudah lahir dan forsep
sudah dilepas
o. Segera setelah bayi lahir periksa dinding vagina dengan teliti apakah ada
tanda/gejala perlukaan/robekan
11
p. Bila ada robekan jahit dengan alat-alat steril
q. Periksa bayi dengan teliti apakah ada perlukaan atau trauma akibat forsep
r. Periksa ibu apakah sudah bisa buang air kecil secara normal setelah
persalinan dan periksa apakah tidak terjadi kerusakan uretra/leher kandung
kemih
s. Jika ada retensi urine/tanda dan gejala terjadinya fistula maka masukkan
kateter lunak dan kirim segera ibu kerumah sakit
t. Amati adanya hematoma yang timbul setelah persalinan
u. Buat catatan lengkap
Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk mempercepat persalinan dalam
keadaan tertentu.
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kesakitan atau kematian akibat
persalinan lama. Ibu mendapatkan penanganan darurat obstetric yang cepat .

5. Standar 20 : Penanganan retensio plasenta


Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali retensio placenta dan memberikan
pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penangan perdarahan sesuai
dengan kebutuhan.
Bidan harus :
a. Memastikan bahwa ekstraksi vakum memang perlu dilakukan
b. Menyiapkan semua peralatan dan hubungan satu dangan yang lain
c. Cuci tangan dengan sabun, air bersih dan keringkan dengan handuk bersih
d. Baringkan ibu pada posisi litotomi
e. Mintalah ibu untuk BAK jika kandung kencingnya penuh
f. Dengan tehnik aseptik lakukan periksa dalam dengan hati-hati untuk
mengukur pembukaan serviks dan menilai apakah ketuban sudah pecah
g. Jika pembukaan serviks lebih dari 7 cm letakkan mangkuk yang tepat
ukurannya pada puncak kepala bayi
h. Mulailah menghisap sesuai dengan petunjuk penggunaan alat
i. Periksa kembali apakah dinding vagina dan serviks bebas dari amngkuk
penghisap
j. Pada his berikut naikkan hisapan lebih lanjut jangan pernah melebihi
tekanan maksimum 600 mmHg
k. Lakukan tarikan pelan tapi mantap
12
l. Mintalah ibu meneran jika ada his seprti pada persalinan normal
m. Bila his berhenti bidan harus menghentikan tarikan
n. Jelaskan dengan hati-hati dan ramah kepada ibu apa yang sedang dilakukan
o. Bila kepala sudah turun diperineum lakuka tarikan kearah horizontal lalu
keatas pada sudut 90o dari mangkik penghisap
p. Lakukan episiotomi bila dasar panggul sudah sangat teregang
q. Bila kepala sudah lahir pelan-pelan turunkan tekanan vakum lalu lanjutkan
pertolongan persalinan biasa
r. Setelah bayi lahir periksa dengan teliti dinding vagina terhadap robekan atau
perlukaan
s. Jika perlu jahit robekan dengan menggunakan peralatan dan sarung tangan
steril
t. Periksa bayi dengan teliti terhadap luka/trauma akibat mangkuk penghisap
u. Pastikan apakah ibu dapat BAK dengan normal sesudah melahirkan dan
apakah tidak ada kerusakan pada uretra
v. Jika terjadi retensi urine pasang kateter lunak dan rujuk ibu
w. Amati kemungkinan terjadi hematoma sesudah persalinan
x. Buat pencatatan yang akurat
Tujuannya adalah mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika
terjadi retensio plasenta.
Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian retensio plasenta. Ibu
dengan retesio plasenta mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta meningkat.

6. Standar 21 : Penangan perdarahan postpartum primer


Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebuhan
dalam 24 pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera
melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.
Bidan harus :
a. Amati adanya tanda dan gejala retensio plasenta
b. Bila plasenta tidak lahir dan kontraksi uterus kurang baik berikan oksitosin
10 IU secara IM
c. Jika dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir rujuk ibu

13
d. Bila terjadi perdarahan dan kontraksi uterus sudah baik maka lahirkan segera
plasenta secara manual, bila tidak berhasil lakukan rujukan segera dengan
infus terpasang
e. Berikan cairan NaCl atau RL secara guyur untuk menggan ti cairan yang
hilang dan pertahankan nadi dan tekanan darah
f. Siapkan peralatan untuk melakukan tehnik manual yang harus dilakukan
aseptik
g. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di tempat tidur
h. Jelaskan kepada ibu apa yang harus dilakukan dan jika ada berikan diazepam
10 mg
i. Cuci tangan dengan sabun, air bersih dan handuk bersih
j. Masukkan tangan kanan dengan hati-hati
k. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri diatas
fundus agar uterus tidak naik
l. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap keluarkan plasenta dengan hati-
hati dan perlahan
m. Bila plasenta sudah lahir segera lakukan masase uterus
n. Periksa kelengkapan plasenta
o. Periksa robekan terhadap vagina
p. Bersihkan ibu agar ibu merasa nyaman
q. Jika ragu kelengkapan plasenta atau jika perdarahan tidak terkendali rujuk
ibu
r. Buat pencatatan yang akurat
Tujuan nya adalah bidan mampu mengambil tindakan pertolongan
kegawat daruratan yang tepat pada ibu yang mengambil perdarahan post partum
primer/ atoni uteri.
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan kesakitan ibu
akibat perdarahan post partum primer. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan
bidan. Merujuk secara dini pada ibu yang mengalami perdarahan post partum
primer.

14
7. Standar 22 : Penanganan perdarahan postpartum sekunder
Pernyataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta
gejala perdarahan postpartum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama
untuk penyelamatan jiwa ibu dan atau merujuknya.
Bidan harus :
a. Periksa gejala dan tanda perdarahan post partum primer
b. Bila plasenta sudah lahir tetapi perdarahan masih berlangsung palpasi fundus
c. Jika uterus berkontraksi baik perdarahan mungkin berasal dari plasenta atau
selaput ketuban yang tidak lahir secara lengkap
d. Monitor nadi, respirasi dan tensi secara teratur, pasang infus sesuai
ketentuan
e. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah panatalaksaan diatas, lakukan
rujukan segera
f. Jika terdapat gejala dan tanda-tanda syok, berikan infus cairan sesuai dengan
ketentuan
g. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka
kemungkinan terjadi rupture uteri
 Kompresi bimanual uterus (dari luar)
1) Letakkan tangan kiri diatas fundus dan tekan kebawak sejauh
mingkin di balakang uterus
2) Tangan kanan dikepalkan dan di tekan ke bawah diantara simfisis
dan pusat
3) Lakukan cara diatas kemudian tekan uterus dengan kedua tangan
secara bersama-sama
 Kompresi bimanual uterus (dari dalam)
1) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
2) Letakkan tanan kiri seperti diatas (menekan fundus uteri dari luar)
3) Masukkan tangan kanan dengan hati-hati kedalam vagina dan buat
kepalan tinju
4) Kedua tangan didekatkan dan secara bersama-sama menekan uterus
5) Lakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan lebih lanjut, bila
diperlukan

15
h. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta
i. Perkirakan jumlah perdarahan yang keluar dan cek dengan teratur denyut
nadi, respirasi dan tekanan darah
j. Buat catatan yang akurat
k. Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera rujuk
l. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diobservasi ketat untuk
gejala dan tanda inveksi
Kompresi manual pada aorta
Kompresi manual pada aorta hanya dilakukan pada perdarahan hebat
dan kompresi luar serta dalam tidak efektif
1) Kompresi aorta hanya boleh dilakukan pada keadaan darurat sementara
penyebab perdarahan sedang di cari
2) Kedua tangan digunakan : tangan yang satu diletakkan di lipat paha
untuk meraba palpasi ateri temoralis, sementara tangan yang satu
membentuk tinju diletakkan diatas umbilikus dan menekan pelan-pelan
kebawah, kearah anterior dari kulumna vebrikalis
3) Bila palpasi arteri vemoralis menghilang, maka kompresi pada aorta
cukup dan perdarahan akan berhenti.
Tujuannya adalah mengenali gejala dan tanda perdarahan post partum
sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa
ibu.
Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat perdarahan
post partum sekunder menurun. Ibu yang mempunyai resiko mengalami
perdarahan post partum sekunder ditemuka secara dini dan segera di beri
penanganan yang tepat.

8. Standar 23 : Penanganan sepsis puerperalis


Pernyataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala
sepsis puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
Bidan harus :
a. Periksa gejala dan tenda perdarahan post partum sekunder.
b. Pantau dengan hati-hati ibu yang beresiko mengalami perdarahan post
partum sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap tanda-tanda
awalnya
16
c. Berikan antibiotik
d. Bila kondisi ibu memburuk pasang infus dan segera rujuk
e. Jelaskan dengan hati-hati kepada ibu dan keluarganya tentang apa yang
terjadi
f. Rujuk ibu bersama bayinya (jika mungkin) dan anggota keluarganya yang
dapat menjadi donor darah, jika diperlukan kerumah sakit
g. Observasi dan catat tanda-tanda vital secara teratur, cepat dengan teliti
riwayat perdarahan
h. Berikan suplemen zat besi selama 90 hari kepada ibu yang mengalami
perdarahan post partum sekunder ini.
i. Buat catatan yang akurat.
Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis dan
mengambil tindakan yang tepat.
Hasil yang diharapkan yaitu ibu dengan sepsis puerperalis mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat . penurunan angka kesakitan dan kematian
akibat sepsis puerperalis. Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan
nifas.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau
nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan
yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam
sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam
rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Standar pelayanan kebidanan mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut : 
1. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Melindungi masyarakat.
3. Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan.
4. Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek
sehari-hari.
5. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan
pengembangan pendidikan.

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswi untuk meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai 24 standar mutu pelayanan kebidanan dalam
melakukan melakukan   pelayanan kebidanan. Serta bermanfaat bagi institusi/bidan
sebagai bahan pertimbangan untuk perbandingan dalam meningkatkan pelayanan
asuhan kebidanan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul.1996, Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan,


Jakarta.
http://delvaamelta.blogspot.com/2013/03/mutu-pelayanan-kebidanan-delva.html
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/
manajemen_mutu_pelayanan_kesehatan.pdf
http://rara-cmk.blogspot.com/2011/03/24-standar-pelayanan-kebidanan.html
http://coretan-midwifery.blogspot.com/2011/12/standar-pelayanan-kebidanan.html

19

Anda mungkin juga menyukai