Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TUGAS SEMESTER PENDEK EMERGENCY NURSING

CVA HAEMORRAGIC

Disusun oleh :

Kelompok 3

Masah Faridhatul Fitri

Dia Amal Indah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
Definisi CVA HAEMORRAGIC

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang

cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya

penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).

Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak

pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi

antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya

kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat

istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu

jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga

darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami

hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

I. Klasifikasi CVA HAEMORRAGIC

Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan di dalam dan di sekitar otak.

Perdarahan yang mengisi ruang-ruang antara otak dan tulang kranium dinamakan

perdarahan subaraknoid. Keadaan ini terjadi karena ruktur aneurisma malformasi

arteiovenosa, dan trauma kepala. Perdarahan di dalam jaringan otak sendiri di kenal

dengan sebutan perdarahan intraserebral dan terutama disebabkan oleh hipertensi.

(Kowalak, 2003)
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh

darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.

Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:

a. Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.

Pendarahan intraserebral (termasuk perdarahan kedalam sereberum atau

otak kecil )

Perdarahan intraserebral atau perdarahan didalam otak (serebrum) ini terjadi kalau

darah dari pembuluh darah yang pecah membanjiri jaringan otak dan merembes

kedalamnya.Jumlah perdarahan dapat sedikit atau banyak (luas) menurut ukuran

pembuluh darah yang pecah dan keberhasilan penyumbatan tempat bocor itu oleh

bekuan darah.

b. Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid

(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).

Pada perdarahan subaraknoid, letak perdarahnya berbeda dengan

perdarahan intraserebral; pada keadaan ini, darah mengalir keluar diantara kedua

selaput otak (meningen). Darah tersebut secara cepat menyebar pada permukaaan

otak dan bukan merembes kedalamnya. Perdarahan subaraknoid akan

menimbulkan gejala nyeri kepala yang hebat, terjadi tiba-tiba skali, dan datang

dengan muntah-muntah serta penurunan kesadaran. Kalau penderita dapat sadar

kembali,kita akan menemukan gejala kaku kuduk, keluhan silau terhadap cahaya,

dan pada kasus yang lebih ringan dapat ditemukan sedikit kelumpuhan. Para

penderita pendarahan suburaknoid kerap kali sudah mempunyai benjolan atau

kantong kecil (aneorisma) pada salah satu pembuluh otak; kantong kecil ini terbentik

akibat kelemahan atau peregangan pada pembulu darah tersebut. Keaadaan ini

dinamakan aneorisma berry dan umumnya dapat disembuhkan dengan


pembedahan. Penderita dengan perdarahan hebat dan dalam keadaan yang sangat

lemah bukan calon yang baik bagi tindakan pembedahan; dalam keadaaan seperti

ini diperlukan tindakan yang lebih koservatif.

C. Perdarahan subdural

Perdarahan ini disebabkan oleh cedera kepala, dan letaknya tepat dibawah

tengkorak sehingga mudah diatasi dengan pembedahan.

II. EPIDEMIOLOGY CVA HAEMORRAGIC

a. Menurut Orang

Di Amerika Serikat sekitar 2,8% penderita stroke berusia lebih dari 65 tahun.

Hasil penelitian Aliah A. Dan Widjaja D. Di empat Rumah sakit di Makassar (2000)

dengan desain Case Series diperoleh bahwa proposi penderita stroke pada

kelompok umur <40tahun sebesar 3%, kelompok umur 40-49 tahun sebesar 20%,

kelompok umur 50-59 tahun sebesar 26%, kelompok umur 60-69 tahun sebesar

41% dan kelompok umur 70 tahun sebesar 10%. Jumlah penderita stroke laki-laki

sebanyak 58 orang dan penderita stroke wanita sebnyak 42 orang.

b. Menurut Tempat

Dari data tahun 1993 pada populasi masyarakat didapatkan angka prevalensi

penyakit stroke pada daerah urban sekitar 0,5% dan angka insidensi penyakit stroke

pada daerah rural sekitar 50/100.000 penduduk.

c. Menurut waktu

Menurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa diseluruh

dunia dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun 2015 dan

7,8 juta penderita pada tahun 2030.


III. FAKTOR RESIKO CVA HAEMORRAGIC

Faktor Resiko Keterangan

Umur Umur merupakan faktor risiko yang paling

kuat untuk stroke. Sekitar 30% dari stroke

terjadi sebelum usia 65, 70% terjadi pada

mereka yang 65tahun keatas. Risiko stroke

adalah dua kali ganda untuk setiap 10 tahun

di atas 55 tahun

Hipertensi Risiko stroke berkaitan dengan tingkat sistolik

hipertensi. Ha ini berlaku untuk kedua jenis

kelamin, semua umur dan untuk risiko

perdarahan, atherothrombotik dan stroke

lakunar. Risiko stroke pada tingkat hipertensi

sistolik kurang dengan meningkatnya umur,

sehingga ia mampu menjadi kurang kuat

meskipun masih penting dan bisa diobati,

fakor risiko ini pada orang tua.

Seks Infark otak dan stroke terjadi sekitar 30%

lebih sering pada laki-laki berbanding


perempuan, perbedaan seks bahkan lebih

tinggi sebelum usia 65tahun.

Riwayat Keluarga Terdapat lima kali lipat peningkatan

prevalensi stroke antara kembar monozigot

dibandingkan dengan pasangan kembar laki-

laki dizigot yang menunjukan kecenderungan

genetik untuk stroke.

Diabetes mellitus Setelah faktor risiko stroke yang lain telah

dikendalikan, diabetes meningkatkan risiko

stroke tromboemboli sekitar dua kali lipat

hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan

orang tanpa diabetes. Diabetes dapat

mempengaruhi individu untuk mendapat

iskemia serebral melalui percepatan

aterosklerosis pembuluh darah yang besar

seperti arteri koronari,arteri karotid atau efek

lokal pada mikrosirkulasi serebral.

Penyakit jantung Individu dengan penyakit jantung dari jenis

apa pun memiliki lebih dari dua kali lipat

risiko stroke dibandingkan dengan mereka

yang fungsi jantungnya normal.

Merokok Beberapa laporan, termasuk meta-analisis

angka studi menunjukan bahwa merokok


jelas menyebabkan peningkatan risiko stroke

untuk segala usia.

Penyalahgunaan Obat yang teah berhubungan dengan stroke

obat termasuk

methamphetamines,norepinefrin,LSD,heroin

dan kokain. Amfetamin menyebabkan

sebuah vaskulitis nekrosis yang dapat

menyebabkan perdarahan petechial

menyebar atau fokus bidang iskemia dan

infark. Perdarahn subarachnoid dan difarction

otak telah dilaporkan setelah penggunaan

kokain.

Penyakit pembuluh Karena bisa menyebabkan robeknya

darah perifer pembuluh darah.

Orang-orang yang mempunyai risiko terhadap terjadinya stroke

seperti tersebut diatas disebut stroke profile person.

Hasil penyelidikan pada zaman pra-CT scan mengungkapkan bahwa

stroke yang didiagnose secara klinis dan kemudian diverifikasi oleh autopsy

penyebabnya adalah :

1. 52-70% disebabkan oleh infark non emboli

2. 7- 25% disebabkan oleh perdarahan intraserebral primer

3. 5-10% disebabkan karena perdarahan subaraknoidal

4. 7-9% tidak diketahui penyebabnya


5. 6% adalah kasus TIA yang pada autopsy tidak memperhatikan

kelainan

6. 6.) 2-5% disebabkan oleh emboli

7. 3% disebabkan oleh neoplasma.

Setelah CT scan digunakan secara rutin dalam kasus-kasus stroke,diketahui

bahwa :

1. 81% stroke non-hemoragik

2. 9% stroke hemoragik

IV. MANIFESTASI CVA HAEMORRAGIC

Menurut Mansjoer (2000: 18), pada stroke non hemoragik (iskemik),

gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis secara mendadak,

didahului gejala prodormal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan

kesadaran biasanya tak menurun, kecuali bila embolus cukup

besar. Biasanya pada umur > 50 tahun.

Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of

Diseases and Related Health Problem 10thRevisison, stroke hemoragik dibagi

atas:

a. Perdarahan intraserebral (PIS)

b. Perdarahan subarachnoid (PSA)

Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodormal yang tidak jelas, kecuali

nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali siang hari, saat

beraktivitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan

muntah sering terdapat pada permulaan serangan. Hemiparesis/hemiplegic


biasa terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun dan

cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara

sampai dengan 2 jam, dan 12% teerjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari).

Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodormal berupa nyeri kepala

hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada

gejala/tanda rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada

perdarahan subhialoid karena pecahnya anuerisma pada a. komunikans

anterior atau a. karotis interna.

Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan

pembuluh darah dan lokasinya.Manifestasi klinis strok akut dapat berupa:

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang

timbul mendadak

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (ganngguan

hemisensorik)

c. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor,

atau koma)

d. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami

ucapan)

e. Disatria (bicara pelo atau cadel)

f. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia

g. Ataksia (trunkal atau anggota badan)

h. Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala

Menurut Smeltzer (2001:2136), dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan

gejala dapat berupa:

a. Stroke hemisfer kiri


1) Paralisis pada tubuh kanan

2) Defek lapang pandang kanan

3) Afasia (eksprsif, reseptif atau global)

4) Perubahan kemampuan intelektual

5) Perilaku lambat dan kewaspadaan

b. Stroke hemifer kanan

1) Paralisis pada sisi kiri tubuh

2) Defek lapang penglihatan kiri

3) Defisist perawatan-khusus

4) Peningkatan distraktibilitas

5) Perilaku impulsif

6) Kurang kesadaran terhadap defisit

Matriks 2.1 Perbedaan antara Stroke Non Hemoragik dan Stroke Hemoragik.

(Muttaqin. 2008:239)

Gejala (Anamnesa) Stroke Non Stroke

Hemoragik Hemoragik

1 2 3

Awitan (onset) Sub-akut kurang Sangat

akut/mendadak

Waktu (saat terjadi Mendadak Saat aktivitas

awitan)

Peringatan Bangun -

pagi/istirahat
Nyeri kepala + 50% TIA +++

Kejang +/- +

Muntah - +

Kesadaran menurun - +++

Kadang sedikit

Koma/kesadaran +/- +++

menurun

Kaku kuduk - ++

Tanda Kernig - +

Edema Pupil - +

Perdarahan retina - +

Bradikardia Hari ke-4 Sejak awal

Penyakit lain Tanda adanya Hampir selalu

aterosklerosis di hipertensi

retina, koroner, aterosklerosis,

perifer. Emboli penyakit jantung

pada kelainan hemolisis (HHD)

katub, fibrilasi,

bising karotis.

Pemeriksaan darah - +

pada LP

Rontgen + Kemungkinan

pergeseran

glandula pineal.
Angiografi Oklusi, stenosis Aneurisma,

AVM, massa

intrahemisfer/

vasospasme.

CT Scan Densitas berkurang Massa

(lesi hipodensi) intrakranial

densitas

bertambah (lesi

hiperdensi)

Oftalmoskop Fenomena silang Perdarahan

Silver wire art retina atau

korpus vitreum

Lumbal Fungsi

Tekanan Normal Meningkat

Warna Jernih Merah

Eritrosit < 250/mm3 > 1000/mm3

Arteriografi Oklusi Ada pergeseran

EEG Di tengah Bergeser dari

bagian tengah

V. PATOFISIOLOGY CVA HAEMORRAGIC

(Terlampir)

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC CVA HAEMORRAGIC

a. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti

perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan

seperti aneurism atau malformasi vaskular.

b. Lumbal pungsi

Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal

menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada

intrakranial.

c. CT scan

Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,

adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.

d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)

Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan besar terjadinya

perdarahan otak. Hasil yang didapatkan adalah gambaran area yang mengalami lesi

dan infark akibat dari hemoragik.

e. EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari

jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

VII. PENATALAKSANAAN MEDIS CVA HAEMORRAGIC

Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:

1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral

Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar

daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal

difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan


memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol /

memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.

2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang

berlebihan, pemberian dexamethason.

3. Pengobatan

a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase

akut.

b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa

trombolitik/emobolik.

c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral

4. Penatalaksanaan Pembedahan

Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah otak.

Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit

seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini

dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi

yang baik dapat dipertahankan.

VIII. KOMPLIKASI CVA HAEMORRAGIC

Menurut Muttaqin (2008), setelah mengalami stroke klien mungkin akan

mengalami komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan:

a. Dalam hal imobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan

tromboflebitis

b. Dalam hal paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan

terjatuh
c. Dalam hal kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala

d. Hidrosefalus

Sedangkan menurut Smeltzer (2001), komplikasi stroke meliputi:

a. Hipoksia serebra

b. Aliran darah serebral

c. Embolisme serebral

d. ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


1 Faktor resiko Ketidakefektifan
Perfusi jaringan
serebral b.d aliran
Pembuluhdarah di otak darah ke otak
pecah terhambat

Perdarahan

Aliran darah ke otak


terhambat

Jaringan otak iskemik

Perfusi jaringan otak


turun

Ketidakefektifan
Perfusi jaringan
serebral
2 Pola nafas tidak
efektif berhubungan
dengan penurunan
kesadaran

3 Resiko Injuri
berhubungan
dengan penurunan
tingkat kesadaran
KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. B
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tani
Alamat : Ngadiluwih
Tanggal MRS : 15 Juli 2015
Tanggal Pemeriksaan : 15 Juli 2015

II. ANAMNESA
a. Teknik Anamnesa : Auto anamnesa & heteroanamnesa
b. Keluhan utama : Lemas tangan dan kaki kiri, sulit digerakkan
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada pagi hari pasien tidak merasakan apa-apa. Saat beraktifitas di sawah,
pasien merasakan sakit kepala yang sangat hebat dan setelah itu pasien
merasakan tangan dan kaki sebelah kiri tidak bisa digerakkan. Saat berada di
rumah pasien muntah sebanyak 2 kali dan kemudian bicaranya pelo padahal
sebelumnya tidak pelo. Pasien tidak kejang dan sebelumnya pasien tidak pernah
jatuh dan terbentur.
d. Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi
e. Riwayat Pengobatan : Pasien tidak pernah berobat

III. Pemeriksaan Fisik


a. Status Interna
1. Vital Sign :
Tensi : 180/110 mmHg
Nadi : 60 x/mnt
RR : 24 x/mnt
Suhu : 36 oC
2. Kepala s/d leher
Anemi : -
Ikterus : -
Cyanosis : -
Dyspneu : -
3. Thorax
Paru-paru : Rhonki -/-
Wheezing -/-
Jantung : S1 S2 tunggal
4. Abdomen
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Meteorismus : tidak ada
Bising usus : normal
5. Ekstremitas
Oedem : tidak ada
Akral : hangat

b. Kepala s/d Leher


Dalam batas normal

c. Status Neurologis
1. Kesan Umum
a. Kesadaran : compos mentis
b. GCS : 33-4
2. Pemeriksaan Khusus
a. Rangsangan selaput otak
- Kaku kuduk : +
- Laseque : -
- Kerniq : -
- Brudzinski tanda leher : -
- Brudzinski tanda kontralateral :-
- Brudzinski tanda pipi : -
- Brudzinski tanda symphisis pubis :-

Pembicaraan
- Disartri : +
- Monoton : -
- Scanning : -
- Afasia :
- Motorik : -
- Sensorik : -
- Amnestik : -

Kepala
- Bentuk besar : -
- Asimetri : -
- Sikap paksa : -
- Torticolis : -

Muka
- Mask (topeng) : -
- Myopathik : -
- Fullmoon : -
- Lain-lain : -

b. Saraf Otak
- N.I (olfactorius)
Anosmia : N
Hiposmia : N
Parosmia : N
Halusinasi : N
- N.II (opticus)
Visus : N
Yojaya penglihatan : N
Melihat warna : N
Funduskopi : N

- N.III, IV, VI (oculomotorius, trochlearis, abducen)


- Kedudukan bola mata : tengah-tengah
- Pergerakan bola mata :
Ke nasal : +/+
Ke temporal : +/+
Ke atas : +/+
Ke bawah : +/+
Ptosis : -/-
- Pupil
Bentuk : bulat/bulat
Lebar : + 3 mm / + 3 mm
Reaksi cahaya langsung : +/+

- N.V. (trigeminus)
- Cabang Motorik
Otot masseter : N
Otot temporal : N
Otot pterygoideus int/ext : N
- Cabang Sensorik
I (opticus) : N
II (maxilaris) : N
III (mandibularis) : N
- Reflek kornea langsung : N

- N.VII (Facialis)
Waktu Diam
Kerutan dahi : simetris / simetris
Tinggi alis : simetris / simetris
Sudut mata : simetris / simetris
Lipatan Nasolabial : simetris / lebih dangkal

Waktu Gerak
Mengerut dahi : simetris / lebih dangkal
Menutup mata : simetris / simetris
Bersiul : simetris / simetris
Memperlihatkan gigi : simetris / simetris
Pengecapan depan lidah : normal
Hyperakusis : DBN / DBN
Sekresi air mata : normal

- N.VIII (Vestibulucochlearis)
Vestibular
Vertigo : -/-
Nystagmus : -/-
Tinitus : -/-
Cochlearis
Weber : tidak dilakukan
Rinne : tidak dilakukan
Schubach : tidak dilakukan
Tuli konduktif : tidak dilakukan
Tuli perseptif : tidak dilakukan

- N.IX dan X (Glosophoryngeys dan Vagus)


- Bagian Motorik
Suara : pelo
Menelan : +
Kedudukan arcus pharynx : N
Kedudukan uvula : N
Detak jantung : N
Bising usus : N
- Bagian Sensorik
Reflek muntah : +
Reflek palatum molle : N

- N. XI (Accesorius)
Mengangkat bahu : N / lemah
Memalingkan kepala : N/N

- N. XII (hypoglosus)
Kedudukan lidah
Waktu istirahat ke : ke kiri
Waktu greak ke : ke kiri
Atrofi : -
Fasikulasi/tremor : -
Kekuatan lidah menekan bag. Dalam pipi : N/N

c. Sistem Motorik
Gerakan : Kekuatan :
Bebas Terbatas 5/5/5 1/1/1
Bebas Terbatas 5/5/5 1/1/1

Tonus : Trophi :
Normal Hipotonus 5/5/5 1/1/1
Normal Hipotonus 5/5/5 1/1/1

- Gerakan Involunter
- Resting tremor : -
- Intention tremor : -
- Chorea : -
- Myokymia : -
- Fasikulasi : -
- Myokloni : -

d. Sistem sensorik :
- Rasa eksteroceptik : N/-
- Rasa proploseptik : N/-
- Rasa Enteroseptik : N/-
- Rasa kombinasi : N/-

e. Fungsi luhur
- Aproxia : N
- Aflexia : N
- Agraphia : N
- Fingeragnosia : N
- Membedakan kanan kiri : N
- Acaculia : N

f. Reflek-reflek
- Reflek Fisiologis
Kanan Kiri
BPR N Meningkat
TPR N Meningkat
KPR N Meningkat
APR N Meningkat

- Reflek Patologis
- Babinski : +
- Chaddock : -
- Appenheim : -
- Gordon : -
- Gonda : -
- Schauffer : -
- Rossolimo : -
- Mendel bechterew : -
- Stransky : -
Reflek Primitif
- Grasp reflek : -
- Snout reflek : -
- Sucking reflek : -
- Palmo mental reflek : -

g. Susunan saraf otonom


Miksi : N
Defekasi : N
Salivasi : N
Sekresi keringat : N

h. Columna vertebralis : tidak dilakukan

IV. Diagnosa
Diagnosa Klinis : hemiparese sinistra, parese N. VII, N. XII sinistra
Diagnosa Topical : lesi sub kotical hemisfer dextra
Diagnosa Etiologi : CVA hemoragic

V. Terapi dari UGD


- Infus RL 20 tpm
- Injeksi brainact 2 x 250 mg
- Injeksi neurobion 1 x 1 ampul

Terapi Umum :
1. Breathing : tidak perlu pasang O2
2. Blood : TD tidak boleh diturunkan
3. Brain : elevasi kepala dan badan 30o
4. Bladder : tidak perlu pasang kateter
5. Bowel : infuse RL 20 tpm, diet rendah lemak jenuh
6. Bone and skin : posisi nyaman

Terapi Spesifik :
- Infus RL 20 tpm
- Citicolin 2 x 250 mg
- Metodorpramid 3 x 1 (bila perlu)

VI. Pemeriksaan Penunjang


- Pemeriksaan PA : -
- Pemeriksaan radiology : -
- CT-scan : -

VII. Hasil Lab


GDA : 93
Cholesterol : 211 mg/dl
Trigliserida : 100 mg/dl
Cholesterol LDL : 157 mg/dl
Cholesterol HDL : 34 mg / dl
BUN : 9 mg/dl
Kreatinin : 0.68 mg/dl
SGOT : 25 u/l
SGPT : 16 u/l

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta : Salemba Medika


Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012 di

http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemoragik/

Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/

Anda mungkin juga menyukai