Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN PELAYANAN

UNIT INSTALASI
GAWAT DARURAT
(IGD)

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH SINDUADI


2022
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH SINDUADI
Nomor : …………………………………………

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN UNIT IGD

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH SINDUADI

Menimbang : a bahwa Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi menyediakan


pelayanan IGD

b. bahwa berdasarkan point a di atas, perlu ditetapkan melalui


Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Unit IGD di
Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi

Mengingat : 1 Undang – Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Kesehatan

2 Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah


Sakit

3 Perpres Nomor 77 tahun 2015 tentang Organisasi Rumah Sakit

4. Keputusan Direktur PT. Waras Adi Wijoyo Nomor


003/KEP/PT-WAW/V/2022 tentang Penetapan Struktur
Organisasi dan Tatat Kelola Rumah Sakit Khusus Bedah
Sinduadi
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PEDOMAN PELAYANAN UNIT IGD RUMAHSAKIT


KHUSUS BEDAH SINDUADI

KESATU : Peran Sekretariat bertujuan untuk mencapai kelancaran surat


menyurat dan dokumen untuk mencapai tujuan dari kantor tersebut,
dengan demikian terdapat Pedoman Pelayanan Unit IGD.

KEDUA : Mengesahkan Peraturan Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah


Sinduadi Nomor: ............................ Tertanggal 02 Desember 2022
tentang Pedoman Pelayanan Unit IGD Rumah Sakit KhususBedah
Sinduadi sebagai acuan yang digunakan dalam rangka proses
pelayanan Unit Sekretariat di Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan


akan diubah dan direvisi sebagaimana mestinya apabila ternyata
terdapat kekeliruan dalam keputusan ini.

Sleman, 21 Desember 2022


Direktur Rumah Sakit
Khusus Bedah Sinduadi

dr. Marshal Soekarno, MPH

Jl. Wijaya Kusuma No.310,Sinduadi, Mlati, Sleman Yogyakarta Indonesia 55284


Telp: 0274-624 088 Fax: 0274-623 603 Whatsapp: 0882 1641 2177
rskbsinduadi@yahoo.com
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH SINDUADI
NOMOR: XXXXX
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN UNIT
SEKRETARIAT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Menurut pasal
4 undang-undang Republik Indonesia no.36 tahun2009 tentang kesehatan
menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Hak yang dimaksud
dalam pasal ini adalah hak untuk memperoleh pelayanan Kesehatan dari fasilitas
pelayanan kesehatan agar dapatmewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

Menurut pasal 29 UU Republik Indonesia no. 44 tahun 2009 tentang


rumah sakit menyebutkan bahwa setiap rumah sakit mempunyai kewajiban
memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasieen sesuai dengan
kemampuannya serta membuat,melaksanakan dan menjaga standar pelayanan
kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.

Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan


medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
Sesuai pasal 32 undang-undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan menyebutkan bahwa dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan . Dalam
pelayanan kesehatan tersebut juga harus di lengkapi dengan peralatan – peralatan
medis dan non medis yang memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang di
berikan dan juga harus memenuhi standart mutu , keamanan dan keselamatan
serta mempunyai izin sesuai dengan ketentuan perundangundangan.

Dalam peraturan mentri kesehatan RI no. 147/menkes/per/I/2010 tentang


perijinan rumah sakit menyebutkan bahwa untuk mendapatkan izin operasional
rumah sakit harus memenuhi persyaratan yang meliputi: (1)sarana dan prasarana
(2) peralatan (3) sumber daya manusia (4) administrasi dan management. Salah
satu persyaratan izin rumh sakit lainnya adalah rumah sakit memiliki kewajiban
untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam sehari. Dalam
melakukan pelayanan juga harus membutuhkan sumber daya manusia yang
kompeten dalam melakukan upaya kesehatan dengan pendekatan
promotif,preventif, kuratif dan rehabilitatif yang di laksanakan secara terpadu
menyeluruh dan berkesinambungan.

Oleh karena itu agar terwujudnya sistem pelayanan gawat darurat secara terpadu
maka dalam penerapannya harus mempersiapkan komponenkomponen penting
di dalamnya seperti : (1) sistim komunikasi (2) pendidikan (3) transportasi (4)
pendanaan dan (5) Quality kontrol. Dan juga sebuah rumah sakit harus
mempunyai kelengkapan dan kelayakan fasilitas unit gawat darurat yang sesuai
dengan standar pelayanan gawat darurat.

Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai tempat untuk pelayanan


kegawatdaruratan di Rumah Sakit harus dilengkapi dengan pedoman pelayanan
yang baik sehingga proses pelayanan kegawatdaruratan di Instalasi Gawat
Darurat Rumah sakit dapat berjalan dengan baik dan mampu memberikan
pelayanan yang memadai.

1.2 TUJUAN PEDOMAN


Pedoman ini dibuat agar dapat dijadikan sebagai panduan tata laksana pelayanan
di Unit IGD
1.2.1 Tujuan Umum

Meningkatkan mutu pelayanan gawat darurat di rumah sakit melalui


pedoman pelayanan gawat darurat.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada penderita
gawat darurat, sehingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya
b. Menerima rujukan/ merujuk penderita Gawat Darurat melalui sistem
rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai .
c. Melakukan pertolongan korban musibah massal dan bencana yang
terjadi di dalam maupun luar rumah sakit.
Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan penanggulangan
penderita gawat darurat melalui pendidikan dan menyelenggarakan
berbagai kursus yangberhubungan dengan pengetahuan dan
ketrampilan bantuan hidup dasar (basic life support) maupun bantuan
hidup lanjut( advanced life support).

1.3 RUANG LINGKUP PELAYANAN


Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit meliputi :
1.3.1 Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan
menjadicacat) bila tidak mendapat pertolonngan secepatnya.
1.3.2 Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannyaKeadaan
tidak gawat dan tidak darurat.
1.3.3 Pelayanan kegawatdaruratan Trauma.
1.3.4 Pelayanan kegawatdaruratan Anak.
1.3.5 Pelayanan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam.
1.3.6 Pelayanan Kegawatdaruratan Bedah
1.3.7 Pelayanan kegawatdaruratan Gigi dan Mulut

1.4 BATASAN OPERASIONAL


1.4.1 Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan
pertamapada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu denganmelibatkan berbagai multidisiplin

1.4.2 Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma / penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya

1.4.3 Prioritas

Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai


penanganan danpemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang
timbul.
1.4.4
Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
1.4.5 Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak
segera diatasi

1.4.6 Pasien Gawat darurat


Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi
cacat ) bila tidak mendapatpertolongan secepatnya.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Perencanaan ketenagaan perawat gawat darurat mencakup kebutuhan tenaga, peran dan fungsi
tenaga perawat gawat darurat serta kualifikasi tenaga perawat berdasarkan kompetensi yang telah
ditentukan.
Perencanaan tenaga perawat yang sesuai dengan kualifikasi dapat mendukung terwujudnya
pelayanan keperawatan yang berkualitas, efektif dan efisien.
Ada kebijakan pimpinan rumah sakit yang mengatur kualifikasi perawat yang bertugas di
Instalasi Gawat Darurat. Dan ada kebijakan pimpinan tentang perencanaan kebutuhan tenaga perawat
mengacu pada fungsi pelayanan Instalasi Gawat Darurat rumah sakit berdasarkan pada rata-rata jumlah
pasien perhari, jumlah jam perawatan perhari (tingkat beban kerja) serta jam efektifperawat perhari serta
kompleksitas dari kasus yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit. Semua perawat yang
memberikan pelayanan keperawatan gawat darurat di IGD memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) dan
sertifikat pelatihan gawat darurat.

NO NAMA JABATAN KUALIFIKASI KEBUTUHAN

1 Unit IGD 1. Pendidikan minimal DIII 1 orang


Keperawatan
2. Mampu mengoperasikan
komputer
3. Ramah
4. Berbadan sehat
2.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Pola pengaturan ketenagaan Unit IGD :


Pengaturan jaga adalah suatu proses yang teratur, sistematis dan berdasarkan rasional diterapkan untuk
menentukan jumlah dan jenis personil keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai standar yang berlaku.
Penentuan pola dinas dan libur harus mempertimbangkan :
1. Untuk berapa lama jadwal disiapkan
2. Berapa lama waktu kerja yang maximum dan minimum
3. Berapa lama sebelumnya dapat mengajukan hari libur/cuti
Untuk mengatur jadwal jaga dapat dipakai 3 cara : Jadwal Permanen, Jadwal Siklus dan Jadwal Rotasi. Untuk di
IGD rs. Bedah menggunakan jadwal rotasi (disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruangan). Jadwal dinas 1 hari
dibagi dalam 3 shift:
1. Shift pagi 07.00-14.00
2. Shift sore 14.00-21.00
3. Shift malam 21.00-07.00
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1 DENAH RUANGAN

Laboratu To R DOKTER
rium ile
t

P
I B B
N E E T
T D D B B O
U 1 2 IL R.TINDAKAN PINTU
E E ISOLASI
M D E ALKES EXIT
D
A 3 4 T
S
U
K Keterangan ruang Bagian IGD :
1 ------ : lantai 2 dan sekat
2 Garis Panjang dan anak panah : tangga

3. 2 STANDAR FASILITAS
Sarana dan prasana merupakan bagian yang akan memfasilitasi dan mendukung semua kegiatan
pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit sehingga dapat menjamin terlaksananya kegiatan
dengan lancar dan terstandar. Sedangkan pengelolaan sarana dan prasarana kesehatan dan logistik yang
tepat dan cepat dapat mendukung terwujudnya pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit yang
berkualitas, efektif dan efisien.

3.2.1 Fasilitas Ruangan IGD


Ruang IGD terletak di lantai dasar terdiri dari:
1. Sarana
a. 1 buah meja sedang
b. 1 rak kecil
c. 3 buah kursi
d. 1 buah pesawat telepon
e. 1 buah komputer
f. 1 buah almari
g. 1 buah mesin faximile
h. 1 buah lemari obat
i. 1 biah dispenser
j. 2 buah bantal
k. 1 buah AC
l. 2 tempat sampah infeksius dan sampah biasa
2. Iventaris alat IGD
- Bed Pasien ( 5 Unit )
- Tensi Elektrik ( 2 Unit )
- Trolly ( 1 Unit )
- Steril Alat ( 1 Unit )
- EKG ( 1 Unit )
- Nebulizer ( 1 Unit )
- Kursi Roda ( 1 Unit )
- Suction ( 1 Unit )
- DJ Shock ( 1Unit )
- SPO2 ( 1 Unit )
- Trolly Emergency ( 1 Unit )
- Pembaca Rontgen ( 1 Uni )
- Regulator O2 ( 2 Unit )
- Tabung O2 Kecil/Besar ( 2 unit )
- Standart Infus ( 2Unit )
- Tromol Kasa Besar (1 Unit )
- Stetoskop Dewasa ( 1Unit )
- Laringoskope ( 1 Unit )
- Termometer ( 2 Unit )
- Penligh ( 1 Unit )
- Reflek Hammer ( 1 Unit )
- Timbangan dewasa Digital ( 1 Unit )
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
4.1 TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN
4.1.1 Petugas penanggung jawab
1. Petugas administrasi
2. Perawat IGD

4.1.2 Perangkat kerja


1. Status pasien

4.1.3 Tatalaksana pendaftaran IGD


1. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien /
keluarga dibagian admission
2. Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan securiti
untuk mencari identitas pasien
3. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan
memberikan status untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.
4. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung
diberikan pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung
jawab melakukan pendaftaran di bagian admission

4.2 TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI IGD


1. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas pendaftaran
- Dokter / perawat IGD
2. Perangkat Kerja
- Pesawat telpon
- Hand phone]
3. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD
a. Antara IGD dengan unit lain dalam RSKB SINDUADI adalah dengan
nomor extension masing-masing unit ( SPO – IGD – 805 )
b. Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait
dengan pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat
telephone langsung dari IGD dengan menggunakan kode PIN yang
dimiliki oleh dokter jaga atau melalui bagian pendaftaran
c. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan
menggunakan pesawat telephone dan handphone pendaftaran atau alat
komunikasi masing2 unit
d. Dari luar RSKB Sinduadi bisa menghubungi lewat telpon maupun via wa
rskb sinduadi
4.3 Tata Laksana Pelayanan Triase IGD
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission
2. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan
menentukan prioritas penanganan.
3. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa /
mengancam fungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi (warna merah)
4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi
vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah / non
bedah (warna kijau)
5. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien
ditempatkan diruang non bedah (warna kuning).
4.4 TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT
I. Petugas Penangung Jawab
- Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
- Formulir Persetujuan Tindakan
III. Tata Laksana Informed Consent
1. Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian
informed consent pada pasien / keluarga disaksikan oleh perawat
2. pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikeh
perawat.
3. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.
TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN
4.5 I. Petugas penanggung jawab
- Perawat IGD
- Supir ambulan
II. Perangkat kerja
- Ambulan
- Alat tulis
- Alat yang dibutuhkan
III. Tata laksana transportasi IGD
1. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan RS sebagai
transportasi, maka perawat unit terkait
2. Perawat IGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan (nama
pasien ruang rawat inap, waktu penggunaan & tujuan penggunaan
3. Perawat IGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan
kendaraan
4. Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.
TATALAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY
4.6 I. Petugas penaggung jawab
- perawat
- Dokter jaga IGD
II. Perangkat kerja
- Stetoscope
- Tensi meter
- Alat Tulis
III. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admission .
2. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
4. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung
jawab
5. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian admission.
6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung
pulang
7. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

4.7 TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA )


I. Petugas penanggung jawab
- Dokter jaga IGD
- Petugas Satpam
II. Perangkat Kerja
- Senter
- Stetoscop
- EKG
- Surat kematian
III. Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA )
1. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga
2. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan
perawatan jenazah
3. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal
4. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan
bagian umum /keamanan
4.8
TATA LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH
SAKIT
I. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat IGD
II. Perangkat Kerja
- Ambulan
- Handphone
III. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
1. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai
kondisi pasien yang akan dibawa, kepada perawat IGD RS Sumber
Sejahtera.

2. Isi informasi mencakup :

Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital )


-
-
Peralatan yang diperlukan di IGD ( suction, monitor, defibrillator )
-
Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care
-
Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta
menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang
4.9 diterima dari petugas ambulan.
TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN
I. Petugas penanggung jawab
- Dokter IGD
- Perawat IGD
II. Perangkat kerja
- Ambulan
- Formulir persetujuan Tindakan
- Formulir rujukan
III. Tatalasksana sistim rujukan IGD
1. Alih Rawat
- Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
- Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga
rumah sakit rujukan mengenai keadaan umum pasein
- Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat
IGD menghubungi RS Sumber Sejahtera / ambulan 118
sesuai kondisi pasien
2. Pemeriksaan Diagnostik
- Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga
mengenai tujuan pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka
keluarga pasien harus mengisi informed consent
- Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
- Perawat IGD menghubungi petugas ambulan RS Sumber
Sejahtera
3. Spesimen
- Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan
pemeriksaan specimen
- Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
- Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan
kepetugas laboratorium
5.0 - Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium
yang dituju
BAB V LOGISTIK
Kebutuhan alkes dan obat-obatan di Unit IGD diajukan setiap 1 minggu sekali ke
logistik yang disesuaikan dengan jumlah dan Stok IGD yang sudah diketahui oleh
bagian penunjang medic.. Permintaan alat tulis kantor (ATK) diajukan ke unit
logistik setiap akhir bulan dan diambil setiap awal bulan denhan mengetahui bagian
6.0 keuangan.Apabila ada alkes atau obat-obatan yang dibutuhkan untuk pasien
belum/tidak tersedia di IGD, maka akan dibuatkan resep oleh dokter jaga dan
diambilkan di farmasi.
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu Tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
6.2 3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6.3 6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena
tidak dapat dicegah.
KTD yang tidak dapat dicegah Unpreventable Adverse Event :
6.4 Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
1. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )
Near Miss :Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (
commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi
:
- Karena “ keberuntungan”
- Karena “ pencegahan ”
- Karena “ peringanan ”
a. KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
2. KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (
seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap
kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan
dan prosedur yang berlaku.
3. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan
Insiden Keselamatan”
BAB VII KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari
ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun
terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang
memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus
yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus
secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi
penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa
pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya
kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit :
tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut
data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada
tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO
adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena
tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi
semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal
melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak
dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas
Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal
Precaution”.
III. Tindakan yang beresiko terpajan
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
IV. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU

8.1 PENGAWASAN
Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin
bahwa tugas/pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan, kebijaksanaan yang telah digariskan dan perintah (aturan) yang
diberikan.

8.2 PENGENDALIAN MUTU


Pengendalian mutu dilakukan dengan menerapkan standard pelayanan
minimal Bagian IGD antara lain :
N INDIKATOR NILAI INPUT PROSES
O
1. Proses penerimaan Petugas Perawat menjemput pasien di depan pintu IGD,
pasien di IGD sejak pendaftaran, mendaftar. Dokter dan perawat melakukan ana
pertama datang sampai perawat, dokter pengkajian lalu mendokumentasikan di RM pasien
dilakukan pengkajian dan ≤ 10 menit
assesmen

2. Kemampuan melakukan 100 % Semua petugas Melakukan live Saving seperti RJP dan bantuan n

Live Saving di IGD IGD khususnya tepat dan benar bagi pasien yang membutuhkan
dokter dan
perawat

3. Pemberian pelayanan dokter dan Dokter dan perawat mengikuti pelatihan kegawatdar
kegawatdaruratan yang perawat
bersertifikat ATLS/ 100 %
BTLS/ ACLS/ PPGD

4. Waktu tanggap pelayanan ≤ 5 menit Dokter Melakukan tindakan/prosedur kegawatan seperti jalan
dokter gawat darurat napas (Airway), pemberian O2 (Breething), da

5. Kepuasan pelanggan ≥ 85 % Semua Petugas Memberikan pelayanan terbaik dan meminimalis


IGD serta menanggapi complain secara cepat
6. Kematian pasien di IGD ≤ 2% Dokter, dan Memberikan pelayanan dan skill terbaik
perawat
7. Durasi waktu stabilisasi
pasien di IGD
≤ 2 jam Dokter,perawat Melakukan tindakan medis dan observas Melakukan
a. Cerebral
Dokter,perawat tindakan medis dan observas Melakukan tindakan medis
Vascular Dokter,perawat dan observas
Accident ≤ 1 jam
Bleeding (CVA
Bleeding)
b. Cedera Otak ≤ 1 jam
Berat (COB)
c. Decomp Cordis
(DC)
BAB IX
PENUTUP

Demikian buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat ini disusun. Kami mengajak semua pihak
yang bekerja di Rumah sakit Bedah Sinduadi untuk dapat bersama-sama membina dan
mengembangkan sistem pelayanan di UGD. Semua petugas baik tenaga medis, paramedis,
maupun non medis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan gawat darurat hendaknya
selalu menaati ketentuan yang telah digariskan di dalam buku pedoman ini.

Sleman, 21 Desember 2022


Direktur Rumah Sakit
Khusus Bedah Sinduadi

dr. Marshal Soekarno, MPH

Anda mungkin juga menyukai