Anda di halaman 1dari 106

PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KABUPATEN KEDIRE

RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH

JURYA MELATT
TARED4ASL/AMA
AS

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUNM MUHAMMADIYAH SURYA MELATT KEDIRE


Nomor; 1077/PRN/IL.6.AU/H/XI/2022
Tentang
PELAYANAN ANASTESI DAN BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATT KEDIR

Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati Kediri, setelah


Menimbang · 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan anastesi dan bedah yang bermutu
tinggi;
2. Bahwa untuk mewujudkan butir 1 (satu) di atas, perlu adanya
peraturan sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan
anastesi dan bedah di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati,
3. Bahwa sehubungan dengan butir 2 (dua) di atas perlu
ditetapkan Peraturan Direktut tentang Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah
Mengingat 1 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan,
2 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia omor 11 tahun 2020
tentang Cipta Kerja;
4. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 47 tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 3
tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
7 peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
519/MENKES/PER/I/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
290/MENKES/PER/II/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;
9, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
779/Menkes/SK/VI/2008 tentang Pelayanan Anestesiologi dan
Reanimasi di Rumah Sakit,
10. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah;
11. kKeputusan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
nomor 2207/KEP/1L.0/D/2021 tentang Pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Umum (RSU) Muhammadiyah Surya Melati
Kabupaten Kediri Masa Jabatan 2021 - 2025.
%
.. '
muhammadrgah

cg18 14.0.0.041G [lob.1[cg1.1Meg1l0.8.gt.let1Ne1lee18e1$%%0.(Sy.ff.%.


MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH


SURYA MELATI KEDIRI TENTANG PELAYANAN ANASTESI DAN BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATI KEDIRI

BAB I
PENGERTIAN

Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
1) Rumah sakit adalah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati sebagai institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat dengan mengutamakan mutu dan keselamatan pasien;
2) Pelayanan bedah, anastesi sedasi moderat dan dalam, serta sterilisasi alat rumah sakit
merupakan proses kegiatan yang berkesinambungan (continuous improvement) yang
dilaksanakan dengan koordiinasi dan integrasi antara unit pelayanan dalam
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

BAB II
FOKUS KEGIATAN PELAYANAN ANASTESI, BEDAH, DAN STERILISASI

Pasal 2
Kegiatan pelayanan anastesi, bedah, dan sterilisasi di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati berfokus pada:
a. Pelayanan bedah;
b. Pelayanan anastesi dan sedasi;
c. Pelayanan sterilisasi.

Pasal 3
Pelayanan Anesthesi, Bedah, dan Sterilisasi
1. Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah adalah unit kerja fungsional dikepalai oleh
seorang dokter staf medis bedah/dokter umum sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit;
2. Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah bertanggung jawab kepada Kepala Bagian
Pelayanan Medis dan secara tugas bertanggung jawab atas mutu dan kelancaran
pelayanan UAB yang meliputi:
• Pelayanan bedah;
• Pelayanan anestesi dan sedasi;
• Pelayanan sterilisasi;
3. Tim Medis Pembedahan adalah dokter operator (dokter penanggung jawab
pelayanan bedah) dan dokter anestesi (dokter penanggung jawab pelayanan anestesi)
yang berkolaborasi;
4. Kelompok staf medis bedah beranggotakan dokter spesialis yang memiliki kompetensi
melaksanakan layanan bedah, yaitu dokter spesialis anastesi, dokter spesialis obsgin,
dokter spesialis mata, dokter spesialis ortopedi, dokter spesialis bedah, dan dokter
spesialis urologi, yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktek yang
masih berlaku, mengikuti proses kredensial dan menerima Surat Penugasan Klinis dari
Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati;
5. Dalam hal dokter spesialis izin tidak berada di wilayah jangkauan Rumah Sakit maka
pasien untuk dilakukan pembedahan pasien akan dirujuk sesuai advis dokter
penanggung jawab pelayanan;
6. Penyelenggaraan pelayanan pembedahan di bawah koordinasi Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah pelayanan anastesi bedah berdasarkan kerja sama antar disiplin
ilmu, secara rinci diatur dalam Pedoman Pelayanan Unit Pelayanan Anastesi dan
Bedah;
7. Pelayanan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah mempunyai misi dan visi yang
mengacu pada misi dan visi Rumah Sakit;
8. Bila terjadi bencana/hospital disaster plan, Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah siap
untuk berperan di dalam penanggulangannya;
9. Apabila selama pembedahan (durante operasionum) dokter penanggung jawab
pelayanan bedah atau dokter penanggung jawab pelayanan anestesi mendapatkan
kesulitan dan tidak mampu mengatasi kesulitan tersebut dan/atau mendapatkan
kasus yang berada di luar kompetensinya, maka wajib mengkonsultasikan kepada staf
medis kompeten dengan temuan tersebut dengan terlebih dulu memberikan edukasi
dan informasi (informed) berkaitan dengan kebutuhan konsultasi kepada staf medis
lain yang kompeten serta meminta persetujuan (consent) tertulis ulang dari keluarga;
10. Tim Perawat Pembedahan adalah sekelompok staf keperawatan dengan kompetensi
asuhan keperawatan bedah atau anestesi terdiri dari perawat asisten bedah, perawat
asisten anestesi, perawat instumen dan perawat sirkuler yang memiiiki Surat Tanda
Registrasi dan Surat Izin Praktek yang masih berlaku, mengikuti proses kredensial dan
menerima Surat Izin Kerja dari Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya
Melati;
11. Mekanisme kerja perawat diatur dalam shift-shift kerja yang disusun dalam bentuk
jadwal jaga, yaitu 2 shift, pagi dan siang, selama 24 jam sehari, dan 7 hari seminggu
tanpa mengurangi mutu layanan dan keselamatan pasien, apabila asisten bedah atau
instrumen berhalangan untuk hadir maka akan ditunjuk asisten pengganti yang sudah
mempunyai Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktek, dan telah dilakukan kredensial;
12. Mekanisme kerja Sub Unit Sterilisasi diatur dalam 2 shift yaitu pagi, jam 07.00 – 15.00
WIB;
13. Dalam hal dokter penanggung jawab pelayanan anestesi yang menggunakan dari
sumber lain di luar Rumah Sakit, maka staf tersebut wajib mengikuti proses
sebagaimana ketentuan yang berlaku dan wajib mematuhi segala ketentuan dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit, melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai
uraian tugas, kewenangan, dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta
mematuhi etika-etika profesi dan norma hukum;
14. Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah menyusun jadwal operasi dan tim
pembedahan;
15. Rumah Sakit menyediakan fasilitas pembedahan, pembiusan dan sterilisasi yang
memadai untuk penyelenggaraan pembedahan dan pembiusan yang aman;
16. Penyediaan instrumen dan linen steril dilakukan oleh Sub Unit Sterilisasi;
17. Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah Sentral dibagi atas:
a. alur masuk barang steril terpisah dengan alur barang kotor;
b. koridor steril tidak boleh bersilangan dengan koridor kotor;
c. desain tata ruang operasi dibagi atas zona-zona;
18. Sterilisasi bertingkat (zona steril rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi), tiap-tiap
zona memiliki ketentuan dan peraturan yang tidak boleh dilanggar;
19. Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah melaksanakan Program Infeksi Nosokomial di Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah, dipantau oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi, dan dilaksanakan oleh staf Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah sesuai standar
prosedur operasional pencegahan dan pengendalian infeksi dan standar prosedur
operasional Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah;
20. Pasien yang pada pengkajian pra bedah didapatkan reaktif positif HIV/AIDS, maka
wajib dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang memampu memberikan pelayanan
bedah dengan proteksi terhadap resiko penularan HIV/AIDS;
21. Layanan pembedahan meliputi layanan bedah rawat inap dan layanan bedah sehari
(ODC);
22. Layanan bedah berdasar waktu pembedahan dibedakan atas layanan pembedahan
elektif (terencana) yaitu pada hari kerja pukul 06.00 – 21.00 WIB dan pembedahan
emergensi (gawat darurat) pukul 21.00 – 06.00;
23. Setiap hari Jumat, pukul 13.00 – 15.00 WIB melakukan pembersihan mingguan
(bongkaran);
24. Sebelum tindakan pembedahan, kepada pasien dan keluarganya wajib diberikan
edukasi dan informasi (informed) berkaitan dengan prosedur bedah dan prosedur
anastesi;
25. Pasien dan/atau keluarga wajib memberikan persetujuan tertulis (consent) dengan
memberikan tanda tangan atau cap jempol pada formulir informed consent yang
telah ditentukan;
26. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan/pembedahan di Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah, Unit Pelayanan Gawat Darurat, Klinik Bedah, Klinik Mata, Klinik Dalam,
Klinik Gigi, dan kamar bersalin dilakukan serangkaian prosedur penandaan area
tindakan, monitoring selama pembedahan untuk menjaga keselamatan pasien;
27. Rumah Sakit menyediakan obat dan alat kesehatan dalam jumlah dan jenis yang
cukup untuk menjamin kelancaran layanan pembedahan dan pembiusan di Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah;
28. Untuk menjamin pelayan dan keselamatan pasien pembedahan, dilakukan monitoring
mutu layanan bedah dan anestesi di Rumah Sakit;
29. Untuk menjamin kualitas pelayanan, peralatan elektromedis di ruang Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah dilakukan pengujian kalibrasi dan perawatan berkala;

Pasal 4
Pelayanan Khusus Bedah
1. Setiap asuhan bedah pasien direncanakan dan didokumentasikan berdasarkan hasil
pengkajian prabedah maksimal 24 jam;
2. Proses pengkajian dijalankan dalam kerangka waktu dipersingkat bilamana pasien
dalam kondisi darurat;
3. Pengkajian pra bedah dilakukan dengan berbasis IAR (Informasi, Analisis, dan
Rencana) dan memberikan informasi tentang:
a. Tindakan bedah yang sesuai dan waktu pelaksanaannya;
b. Melakukan tindakan yang aman;
c. Menyimpulkan temuan selama monitoring;
4. Rumah Sakit telah menerapkan pengkajian prabedah pada pasien yang akan dioperasi
oleh dokter penanggung jawab pelayanan sebelum operasi dimulai;
5. Pemilihan prosedur pembedahan tergantung pada riwayat pasien, status fisik dan
data diagnostik termasuk risiko dan manfaat bagi pasien;
6. Indikasi, tata laksana, resiko, manfaat, prognosis, prosedur yang direncanakan,
komplikasi yang potensial terjadi dan alternatif tindakan didiskusikan oleh dokter
penanggung jawab pelayanan dengan pasien dan/atau keluarganya atau orang yang
berwenang membuat keputusan bagi pasien dan sebelum melakukan tindakan
perluasan operasi penanggung jawab pasien harus menandatangani informed
consent;
7. Penandaan lokasi irisan bedah (marker insisi) wajib dilakukan pada lokasi operasi
dengan sisi yang berbeda, struktur yang berbeda dan level yang berbeda oleh dokter
penanggung jawab pelayanan bedah (dokter operator) dan petugas kamar bedah
kompeten yang mengikuti pembedahan bila pembedahan elektif dan di ruang
penerimaan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah untuk pasien emergensi dan ODC;
8. Bila darah atau produk darah dibutuhkan, informasi tentang risiko dan alternatif
didiskusikan dengan pasien dan atau keluarganya oleh dokter penanggung jawab
pelayanan bedah atau petugas yang kompeten lain memberikan informasi ini;
9. Setiap pasien yang menjalani prosedur atau tindakan pembedahan wajib ditulis
laporan operasi atau catatan operasi singkat dalam rekam medis pasien untuk
keperluan pelayanan berkesinambungan memuat:
a. Diagnosis pra dan pasca bedah;
b. Nama dokter dan tim bedah;
c. Prosedur pembedahan;
d. Ada tidaknya komplikasi;
e. Spesimen operasi yang dikirim untuk diperiksa;
f. Jumlah kehilangan darah;
g. Nomor pendaftaran implan (apabila ada);
h. Tanggal, waktu, tanda tangan dokter yang bertanggung jawab;
10. Catatan laporan operasi yang ditulis oleh dokter penanggung jawab pelayanan bedah
sudah tersedia sebelum pasien meninggalkan ruang pulih pascaanestesi, jika dokter
penanggung jawab pelayanan bedah mendampingi pasien dari ruang operasi ke
ruangan asuhan intensif lanjutan maka laporan operasi dapat dibuat di daerah asuhan
lanjutan;
11. Status fisiologis setiap pasien yang menjalani pembedahan dengan anestesi lokal
dimonitor terus menerus selama dan segera setelah pembedahan dan ditulis dalam
rekam medis pasien;
12. Dokter penanggung jawab pelayanan bedah merencanakan asuhan pasien setelah
pembedahan dan didokumentasikan dalam form Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi dalam rekam medis pasien;
13. Rencana Asuhan keperawatan pascabedah didokumentasikan pada rekam medis
pasien;
14. Apabila ada kebutuhan pasien yang lain, maka rencana asuhan pasca bedah oleh
pihak lain didokumentasikan dalam rekam medis;
15. Untuk pembedahan dengan lokal anestesi, perawat bedah merencanakan asuhan
pasien setelah pembedahan dan didokumentasikan dalam form monitoring anestesia
lokal dalam rekam medis pasien;
16. Tindakan pembedahan yang menggunakan implan prostetik harus
mempertimbangkan faktor khusus antara lain:
a. Pemilihan implan berdasar atas peraturan perundangan;
b. Modifikasi surgical safety checklist untuk memastikan ketersediaan implan di
kamar operasi dan penandaan khusus untuk penandaan lokasi operasi;
c. Kualifikasi dan pelatihan staf dari luar yang dibutuhkan untuk pemasangan implan
(staf dari pabrik atau perusahaan implant untuk mengkalibrasi);
d. Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implan;
e. Proses pelaporan malfungsi implan sesuai dengan standar/aturan pabrik;
f. Pertimbangan pengendalian infeksi yang khusus;
g. Instruksi khusus kepada pasien setelah operasi;
h. Kemampuan penelusuran (tracebility) alat jika terjadi penarikan kembali (recall)
alat dengan melakukan antara lain menempelkan barcode alat di rekam medis;
17. Untuk menjaga dan meningkatkan pelayanan bedah, ditetapkan mutu keselamatan
pasien meliputi:
a. Pelaksanaan asesmen prabedah;
b. Penandaan lokasi operasi;
c. Pelaksanaan surgical safety checklist;
d. Pemantauan diskrepansi pre dan post operasi;
18. Checklist keselamatan pasien adalah suatu program dalam upaya menurunkan
komplikasi pembedahandan anastesi. Checklist keselamatan pasien terdiri dari sign in,
time out, dan sign out dilakukan pada setiap pasien yang dilakukan pembedahan dan
dilakukan oleh perawat sirkular;
19. Penundaan operasi karena perubahan jadwal dari operator, perubahan kondisi pasien
harus segera diinformasikan pada pasien dan keluarga;
20. Penghitungan kasa dan instrumen dilakukan sebelum penutupan lapisan peritonium,
bila terdapat ketidaksesuaian penghitungan kasa dan instrumen sebelum dan sesudah
operasi maka dilakukan penghitungan ulang sebelum sayatan operasi ditutup;
21. Cuci tangan bedah wajib dilakukan sebelum tindakan operasi, lama cuci tangan bedah
± 3 – 5 menit, untuk mencegah terjadinya infeksi pascaoperasi atau infeksi luka
operasi, setelah itu dilakukan pemakaian jas steril dan dilanjutkan dengan pemakaian
sarung tangan steril oleh setiap orang yang ikut dalam tindakan pembedahan.

Pasal 5
Pelayanan Anesthesi
1. Rumah Sakit menetapkan pedoman dan prosedur pelayanan anestesi, sedasi moderat
dan dalam yang memenuhi standar profesi dan peraturan perundang-undangan;
2. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) serta pelayanan untuk
kedaruratan tersedia selama 24 jam sehari atau 7 hari seminggu, dengan jadwal yang
sudah ditentukan;
3. Rumah Sakit memberikan pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam yang
adekuat, regular, dan nyaman tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien;
4. Pelayanan anestesi, sedasi (moderat dan dalam) yang seragam dan terintegrasi
diselenggarakan oleh Rumah Sakit;
5. Penanggung jawab pelayanan anestesi memiliki tanggung jawab profesional untuk
pelayanan anestesi meliputi:
a. Mengembangkan, mengimplementasikan, memelihara, atau menegakkan
kebijakan dan prosedur;
b. Melaksanakan pengawasan administratif;
c. Memelihara dan mempertahankan program pengendalian mutu;
d. Memantau dan menelaah seluruh pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat
dan dalam);
e. Merekomendasikan sumber luar untuk pelayanan anestesi (termasuk sedasi
moderat dan dalam);
6. Setiap pasien yang menjalani tindakan pembedahan dengan pembiusan harus
dilakukan pengkajian praanestesi dan prainduksi;
7. Setiap pasien dilakukan pengkajian praanestesi untuk:
a. Mengetahui masalah saluran pernafasan;
b. Memilih anestesi dan rencana asuhan anestesi;
c. Memberikan anestesi yang aman berdasarkan pengkajian pasien, risiko yang
ditemukan, dan jenis tindakan;
d. Menafsirkan temuan pada waktu monitoring selama anestesi dan pemulihan;
e. Memberikan informasi obat analgesi yang akan digunakan pasca operasi;
8. Pengkajian praanestesi pada pasien yang akan diberikan pembiusan di Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah wajib dilakukan oleh dokter penanggung jawab pelayanan
anestesi (dokter spesialis anestesi);
9. Untuk pasien rawat inap, pengkajian praanestesi dilaksanakan di ruang perawatan
pasien dengan mekanisme kunjungan praanestesi, dan pasien ODC pengkajian pra
anestesi di lakukan di Unit Pelayanan Gawat Darurat atau di ruang penerimaan Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah;
10. Pengkajian praanestesi didokumentasikan pada form pengkajian praanestesi rekam
medis pasien;
11. Pengkajian prainduksi terpisah dari pengkajian praanestesi. Pengkajian prainduksi
dilaksanakan oleh dokter penanggung jawab pelayanan anestesi di ruang Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah pada saat pasien tiba di ruang penerimaan, dilakukan
re-evaluasi sebelum induksi anestesi diberikan;
12. Pengkajian prainduksi didokumentasikan pada form pengkajian prainduksi rekam
medis pasien;
13. Tindakan anestesi yang diberikan secara darurat maka pengkajian praanestesi dan
prainduksi dapat dilakukan berurutan atau simultan, namun tetap dicatat secara
terpisah;
14. Pelayanan Anestesi setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan;
15. Rencana anestesi memuat identifikasi anestesi yang akan digunakan termasuk metode
pemberian medikasi dan cairan lain serta prosedur monitoring dalam mengantisipasi
pelayanan pascaanestesi didokumentasikan pada rekam medis pasien;
16. Dokter penanggung jawab pelayanan anestesi atau petugas yang kompeten
memberikan edukasi wajib mendiskusikan risiko, manfaat dan alternatif yang
berhubungan dengan perencanaan anestesi dan analgesi pascaoperasi dengan pasien
dan keluarganya atau mereka yang membuat keputusan bagi pasien;
17. Selama dalam pengaruh anestesi, pasien dimonitor oleh dokter penanggung jawab
pelayanan anestesi (dokter spesialis anestesi), kewenangan pelaksanaan monitoring
pasien dapat didelegasikan kepada perawat yang kompeten;
18. Monitoring dilakukan setiap 5 (lima) menit meliputi denyut nadi, tekanan darah, dan
saturasi oksigen;
19. Teknik anestesi yang dilakukan, obat-obat yang diberikan, tim anestesi yang terlibat,
dan hasil monitoring dicatat pada lembar catatan anestesi dalam rekam medis pasien;
20. Pemantauan status fisiologis pasien disesuaikan dengan panduan praktek klinis;
21. Selama dalam masa pemulihan pascaanestesi, pasien dimonitor oleh dokter
penanggung jawab pelayanan anestesi (dokter spesialis anestesi), kewenangan
pelaksanaan monitoring pasien dapat didelegasikan kepada staf perawat yang
kompeten;
22. Waktu dimulai dan diakhiri pemulihan serta hasil atau temuan selama monitoring
dicatat pada lembar observasi pascaanestesi;
23. Perubahan teknik anestesi dan atau konversi tindakan anestesi dari lokal/regional ke
general dicatat pada lembar catatan anestesi atau sedasi rekam medis pasien;
24. Pemberian anestesi lokal dilakukan di Unit Pelayanan Gawat Darurat, Unit Pelayanan
Rawat Jalan (Klinik Bedah, Klinik Kandungan, Klinik Anak, Klinik Dalam, Klinik Gigi),
Kamar bersalin, Unit Pelayanan Rawat Inap, dan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah;
25. Penanggung jawab terhadap anestesi lokal adalah dokter penanggung jawab
pelayanan;
26. Pemberian anestesi lokal dilakukan dan dimonitoring oleh petugas yang kompeten dan
ditulis dalam rekam medis;
27. Pemulihan pasca anestesi umum dinilai dengan menggunakan Alderete score sedang
pada anestesi spinal menggunakan Bromage score;
28. Pasien dinyatakan sudah pulih dari pengaruh anestesi ketika Alderet score >7 atau
Bromage score <2;
29. Setiap status pascaanestesi pasien dimonitor dan didokumentasikan di rekam medis
anestesi dan pasien dipindahkan dari ruang pemulihan oleh petugas yang kompeten
atau dengan menggunakan kriteria baku yang ditetapkan:
a. Pasien dipindahkan (atau menghentikan monitoring pemulihan) oleh seorang
anestesiolog yang kompeten penuh atau petugas lain yang diberi otorisasi oleh
petugas yang bertanggung jawab untuk mengelola pelayanan anestesi;
b. Pasien dipindahkan (atau menghentikan monitoring pemulihan) oleh seorang
perawat atau seorang petugas yang setaraf dan kompetensinya sesuai dengan
kriteria pascaanestesi yang dikembangkan oleh pimpinan Rumah Sakit dan bukti
pemenuhan kriteria didokumentasikan dalam rekam medis pasien;
c. Pasien dipindahkan ke suatu unit yang telah ditetapkan sebagai tempat yang
mampu memberikan pelayanan pascaanestesi atau pascasedasi terhadap pasien
tertentu, antara lain seperti pada unit pelayanan intensif.

Pasal 6
Pelayanan Sedasi
1. Rumah Sakit menetapkan pedoman dan prosedur pelayanan pasien untuk sedasi
moderat dan dalam di seluruh Rumah Sakit memuat:
a. mengidentifikasi permasalahan pemafasan yang mempengaruhi sedasi;
b. evaluasi risiko tindakan sedasi;
c. merencanakan jenis dan tingkat kedalaman sedasi;
d. pemberian sedasi yang aman;
e. mengevaluasi serta menyimpulkan temuan monitor selama dan sesudah sedasi;
2. Pelayanan anestesi termasuk sedasi (moderat dan dalam) yang seragam dan
terintegrasi pada seluruh pelayanan di Rumah Sakit;
3. Pelayanan sedasi moderat dan dalam di unit kerja klinis meliputi: ruang operasi, rawat
sehari (ODC), Klinik Gigi, Unit Pelayanan Gawat Darurat, ICU, dan Kamar Bersalin. Dan
hasil monitoring dan evaluasi pemakaian obat-obat sedasi dilaporkan oleh dokter
spesialis anestesi;
4. Pelayanan anestesi dan sedasi moderat dan dalam dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi yang seragam di seluruh Rumah Sakit meliputi:
a. Kualifikasi staf pemberi sedasi;
b. Peralatan medis yang digunakan;
c. Bahan yang dipakai;
d. Cara monitoring;
5. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang bertanggung jawab atas pasien yang
menerima sedasi moderat dan dalam wajib memiliki kompeten dalam:
a. Teknik dan berbagai macam cara sedasi;
b. Monitoring yang tepat;
c. Farmakologi obat sedasi dan penggunaan zat reversal (antidotenya);
d. Respon terhadap komplikasi;
e. Bantuan hidup dasar;
f. Kriteria pemulihan;
6. Persetujuan medis (informed consent) untuk prosedur maupun sedasinya dimulai oleh
dokter penanggung jawab pelayanan anestesi atau petugas yang kompeten
memberikan edukasi wajib mendiskusikan risiko, manfaat, komplikasi dan efek
samping yang mungkin timbul dan alternatif yang berhubungan dengan perencanaan
sedasi moderat dan dalam dan analgesi pasca sedasi dengan pasien dan keluarganya
atau mereka yang membuat keputusan bagi pasien;
7. Penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan antara populasi anak, dewasa,
dan geriatrik atau pertimbangan khusus lainnya;
8. Peralatan medis dan bahan yang digunakan sesuai dengan populasi yang diberikan
sedasi moderat dan dalam;
9. Peralatan dan perbekalan gawat darurat tersedia di tempat dilakukan sedasi moderat
dan dalam serta dipergunakan sesuai jenis sedasi, usia, dan kondisi pasien;
10. Kebutuhan monitoring pasien;
11. Dokumentasi yang diperlukan tim untuk dapat bekerja dan berkomunikasi secara
efektif;
12. Seluruh edukasi terkait pemberian anestesi dan sedasi yang diberikan oleh dokter
penanggung jawab pelayanan anestesi (dokter spesialis anestesi) atau dokter non
spesialis anestesi kepada pasien dan keluarganya, dicatat pada formulir edukasi pada
rekam medis pasien;
13. Rumah Sakit menetapkan ruang lingkup dan isi pengkajian prasedasi oleh profesional
pemberi asuhan yang kompeten dan bertanggung jawab, meliputi:
a. Mengidentifikasi masalah saluran pernafasan yang dapat mempengaruhi jenis
sedasi yang digunakan;
b. Mengevaluasi pasien terhadap risiko tindakan sedasi;
c. Merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman sedasi yang diperlukan pasien
berdasarkan prosedur/tindakan yang akan dilakukan;
d. Pemberian sedasi secara aman;
e. Menyimpulkan temuan hasil pemantauan pasien selama prosedur sedasi dan
pemulihan;
14. Dalam tindakan pembedahan dengan pembiusan, pengkajian pra sedasi bisa dilakukan
bersamaan dengan pengkajian praanestesi, maka pendokumentasian dicatat pada
form pengkajian praanestesi rekam medis pasien;
15. Untuk pembedahan dengan lokal anestesi yang perlu tindakan sedasi, didampingi oleh
dokter anestesi maka pengkajian prasedasi didokumentasikan pada form pengkajian
sedasi;
16. Professional Pemberi Asuhan (PPA) dokter anestesi atau staf lain yang kompeten
bertanggung jawab atas pelaksanaan monitoring berkesinambungan atas parameter
fisiologis pasien dan membantu tindakan suportif;
17. Pasien yang sedang menjalani tindakan sedasi dimonitor tingkat kesadarannya,
ventilasi, dan status oksigenasi, variabel haemodinamik berdasar atas jenis obat sedasi
yang diberikan, jangka waktu sedasi, jenis kelamin dan kondisi pasien. Kewenangan
monitoring dapat didelegasikan kepada perawat yang kompeten;
18. Selama pemberian sedasi moderat dan dalam, status fisiologis setiap pasien dimonitor
setiap 5 menit dan dicatat dalam rekam medis pasien;
19. Pemulihan pascasedasi pada pasien dewasa dinilai dengan menggunakan Alderette
score, sedangkan pada anak menggunakan Steward score, dan didokumentasikan
dalam rekam medis pasien;
20. Perlengkapan/instrumen/alat dan obat anestesi yang aman dan teruji kelayakannya
(terkalibrasi) dan selalu dalam keadaan siap pakai, meliputi:
a. Instrumen anestesi dan resusitasi jalan napas yang cukup dan sesuai dengan usia
dan kondisi pasien yang direkomendasikan oleh dokter spesialis anestesi;
b. Mesin anestesi;
c. Cadangan gas medik dan sistim pipa penyalur dan pembuangan gas yang aman,
alat dan obat untuk resusitasi dan kegawatdaruratan.

Pasal 7
Pelayanan Sterilisasi
1. Ruang sterilisasi linen dan instrumen tindakan medis dilaksanakan secara sentral di
Ruang Sterilisasi;
2. Dekontaminasi instrumen medis kotor/terkontaminasi dilaksanakan secara sentral di
ruang sterilisasi, yaitu dekontaminasi instrumen medis kotor dari Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah dan dekontaminasi instrument dari Unit Pelayanan Gawat
Darurat, Unit Pelayanan Rawat Jalan, Klinik Gigi, dan Rawat Inap;
3. Pemanfaatan ruang strerilisasi diatur seefektif dan seefisien mungkin dengan membagi
pemanfaatannya yaitu ruang penerimaan instrumen medis kotor, ruang
dekontaminasi, ruang packing dan pengemasan, ruang sterilisasi, ruang penyimpanan
ruang distribusi, dan ruang administrasi;
4. Jalur masuk instrumen dan linen kotor dibedakan dengan jalur keluar instrumen dan
linen steril;
5. Penyetoran instrumen medis kotor dilakukan sesuai jadwal (Jam 08.00 – 10.00 Wib)
dicatat sesuai dengan prosedur;
6. Pengambilan instrumen steril dilakukan pada jam 08.00 – 14.00 WIB, dicatat sesuai
dengan prosedur;
7. Penyediaan instrumen steril untuk fasilitas pembedahan di Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah meliputi set instrumen dasar, laparatomy, SC, mata, dan bedah minor;
8. Penyediaan instrumen steril untuk Unit Pelayanan Gawat Darurat, Unit Pelayanan
Rawat Inap, Unit Pelayanan Rawat Jalan, Klinik Gigi, kebidanan, dan meliputi set rawat
luka, eksterpasi, heating, sirkumcisi, partus, curettage, pasang/aff IUD, dan hands
instrument gigi;
9. Penyediaan linen steril untuk pembedahan meliputi set linen orthopedi, standar
(bedah/obgyn);
10. Alat transportasi instrumen dan linen kotor harus dibedakan dengan yang dipakai
untuk mengangkut instrumen dan linen steril dengan menggunakkan box tertutup;
11. Produksi, persiapan dan pengemasan bahan habis pakai steril dilakukan di sterilisasi;
12. Pengemasan dan packing instrumen pembedahan dilakukan di sterilisasi;
13. Pengemasan dan packing instrumen untuk Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah, Unit
Pelayanan Gawat Darurat, Unit Pelayanan Rawat Inap, Unit Pelayanan Rawat Jalan,
Klinik Gigi, dan kebidanan dilakukan di sterilisasi;
14. Pelaksanaan sterilisasi meliputi pemilihan metode, tata cara, tempo, dan alat sterilisasi
yang digunakan dikerjakan sesuai dengan standar prosedur operasional;
15. Tiap-tiap unit kemasan paket instrumen bahan habis pakai dan linen, harus diberi label
tanggal dilakukan sterilisasi, tanggal lewat masa steril, indikator sterilitas internal dan
eksternal, dan isi kemasan;
16. Penyimpanan bahan habis pakai, instrumen, dan linen steril disusun sesuai jenis
dengan sistem FIFO (First In First Out), dengan tujuan menghindari lewat masa steril
dan instrumen/linen steril termonitor peredarannya;
17. Ruang dan tempat penyimpanan harus terjamin kebersihannya sehingga tidak ada
risiko kontaminasi kuman dan jamur dari udara ruang dan tempat penyimpanan;
18. Dilakukan evaluasi mutu ketepatan penyediaan instrumen steril untuk menjaga
kontinuitas pelayanan kebutuhan instrumen dan linen steril.

Pasal 8
Pelayanan Implan Bedah
1. Pelayanan bedah di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati yang mencakup
implantasi alat medis direncanakan dengan pertimbangan khusus tentang bagaimana
memodifikasi proses dan prosedur standar;
2. Rumah Sakit menetapkan tindakan bedah menggunakan implan yang
menetap/permanen maupun temporer, antara lain:
a. Implan Orthopedi (Plate, Screw, K. Wire, Senar Wire, AMP);
b. Implan Mata (Intra Okuler Lensa);
c. Implan Urologi (Double J Stand);
d. Implan Playanan KB (IUD);
e. Implan Bedah (Hernia Mesh);
3. Jenis implan yang digunakan di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati
tercatat dalam daftar implant di unit terkait yaitu Unit Pelayanan Farmasi dan Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah;
4. Bukti penggunaan implan disertakan atau ditempel pada laporan operasi dalam rekam
medis, sedangkan pemantauan pemasangan implant tercatat dalam buku bantu
penggunaan implan yang ada di kamar operasi, meliputi:
a. Nama;
b. Alamat;
c. Nomor rekam medik;
d. Jenis implan;
e. Nomor telepon pasien/keluarga penanggung jawab pasien;
5. Tindakan bedah menggunakan implan mempertimbangkan faktor khusus seperti:
a. Pemilihan implan berdasarkan peraturan perundangan;
b. Modifikasi surgical safety checklist untuk memastikan ketersediaan implan di
kamar operasi dan pertimbangan khusus utk penandaan lokasi operasi;
c. Kualifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yang dibutuhkan untuk pemasangan
implan (staf dari pabrik/perusahaan implan untuk mengkalibrasi);
d. Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implan;
e. Proses pelaporan malfungsi implan sesuai dengan standar/aturan pabrik.;
f. Pertimbangan pengendalian infeksi yang khusus;
g. Instruksi khusus kepada pasien setelah operasi;
h. Kemampuan penelusuran (traceability) alat jika terjadi penarikan kembali (recall)
alat medis misalnya dengan menempelkan barcode alat di rekam medis.

BAB III
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9
1. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati tentang
Pelayanan Anastesi dan Bedah ini digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan
pelayanan anastesi dan bedah di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati;
2. Dengan diterbitkannya Peraturan Direktur ini, maka Peraturan Direktur Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Surya Melati nomor 763/PRN/III.6.AU/H/X/2022 tentang
Kebijakan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati Kediri, nomor 764/PRN/III.6.AU/H/X/2022 tentang Pedoman
Pengorganisasian Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati Kediri, dan nomor 765/PRN/III.6.AU/H/X/2022 tentang
Pedoman Pelayanan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati Kediri dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi;
3. Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Kediri
27 Rabiul Akhir 1444 H
Pada tanggal
22 November 2022 M

Direktur
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati

d�. MOUA'"' �ANO, M.A.R.S.

Tembusan kepoda th;


1 Kepala Unit Pelavanan Anastesi dan Bedah
2. Arsip
Lampiran 1 : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati
Nomor : 1077/PRN/III.6.AU/H/XI/2022
Tentang : Pelayanan Anastesi dan Bedah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati Kediri

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT PELAYANAN ANASTESI DAN BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATI KEDIRI

BAB I
PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.
Menurut American Hospital Association (1974) Rumah Sakit adalah suatu
organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana
kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati adalah rumah sakit swasta yang
berada di Kabupaten Kediri. Dalam perkembangan industri perumahsakitan yang
kompetitif ini, Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati juga harus
mengembangkan keunggulan kompetitifnya. Fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati antara lain Pelayanan Rawat Jalan, Rawat Inap, Unit
Pelayanan Gawat Darurat, Fisioterapi, Anastesi dan Bedah, dan lain-lain. Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati membawahi Sub
Unit Pelayanan Anastesi dan Kamar Steril.
Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah adalah bagian dari Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan pembedahan, anastesi dan sedasi ringan, sedang dan dalam
untuk memenuhi kebutuhan pasien baik untuk tindakan elektif maupun emergensi di luar
jam kerja. Sebagai salah satu bagian dari Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya
Melati, Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah memberikan pelayanan tindakan
pembedahan, anastesi maupun sedasi dengan dilengkapi peralatan yang memadai dan
juga didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi dan pelatihan yang
khusus di bidangnya serta memenuhi persyaratan dan standar di Rumah Sakit, nasional,
undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Rumah Sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan wajib berupaya
untuk mencegah risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas Rumah Sakit. Salah satu
indikator keberhasilan dalam pelayanan Rumah Sakit adalah rendahnya angka infeksi
nosokomial di Rumah Sakit. Untuk mencapai keberhasilan itu maka perlu dilakukan
pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit. Pusat sterilisasi merupakan salah
satu mata rantai yang penting untuk pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya
menekan kejadian infeksi. Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan
yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk
endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Upaya untuk mendukung peningkatan mutu dan terlaksananya program kerja di
bagian masing-masing diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Seleksi pegawai
merupakan salah satu bagian yang teramat penting dalam keseluruhan proses
manajemen sumber daya manusia. Dengan perencanaan, rekrutmen, dan seleksi sumber
daya manusia yang baik diharapkan sebuah institusi dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATI

Rumah Sakit Umum Muhammadiyah “Surya Melati” terletak di Desa Ngletih,


Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur, tepatnya di Jalan Raya
Ngadiluwih – Wates km. 10 Desa Ngletih, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri, telp.
(0354) 441748, Fax. (0354) 443155. Dengan letak yang sangat strategis di tengah-tengah
perbatasan antara Kecamatan Wates dan Kandat dapat diambil suatu gambaran bahwa
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah “Surya Melati” memiliki wilayah pelayanan
kesehatan yang cukup luas sesuai data sebagai berikut.
NO. KECAMATAN LUAS KEPADATAN JUMLAH STANDAR TARGET JUMLAH
(km2) PENDUDUK PENDUDUK ANGKA
2
(orang/km ) KESAKITAN
NASIONAL
1 Kandat 51,96 1230 63.886 10 – 15% 15% 9.582
2 Wates 76,58 1284 93.139 10 – 15% 15% 13.870
3 Ringinrejo 42,38 1379 58.227 10 – 15% 15% 8.734
4 Ngancar 94,05 540 50.753 10 – 15% 15% 7.612
5 Ngadiluwih 41,85 1922 80.431 10 – 15% 15% 12.064
6 Kras 44,18 1444 64.711 10 – 15% 15% 9.706
JUMLAH 351,63 411.207 61.681
Sumber Data: Kabupaten Kediri dalam angka 2020, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri

Rumah Sakit Umum Muhammadiyah “Surya Melati” yang berlokasi di Desa Ngletih,
Kec. Kandat, Kab. Kediri merupakan salah satu amal usaha Muhammadiyah di lingkungan
Kabupaten Kediri yang memulai operasionalnya pada tanggal 4 Januari 2003 yang
penyelenggaraannya di bawah naungan Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kediri dalam bentuk BP/RB dengan ijin
Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri No. 445/1133/418.48/2004 diperpanjang dengan ijin
tetap 5 tahunan No. 445/4.1/418.48/2006. Dengan ijin prinsip untuk Rumah Sakit dari
Bupati Kediri No. 050/1226/418.56/2008 dan rekomendasi teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten Kediri No. 445/672/418.48/2008. Dan terakhir dengan dikeluarkannya ijin dari
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur No. 442.1/2925/101.4/2009, serta Ijin Operasional
Bupati Kediri No. 188.45/305/418.32/2012, Ijin Operasional Tetap Bupati Kediri No.
188.45/960/418.32/2013, dan terakhir Ijin Operasional Tetap Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Kediri No. 503.09.06/3932/418.27/2018.
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati hadir untuk berusaha
memberikan solusi walaupun tentu dalam perjalanan awalnya mengalami beberapa
masalah yang cukup sulit terutama masalah modal pengembangan namun alhamdulillah
sampai saat ini eksistensi dari amal usaha ini sudah semakin dibutuhkan. Adanya tuntutan
kebutuhan masyarakat akan peningkatan standar pelayanan yang berbentuk sarana dan
prasarana ataupun pelayanan dalam bentuk medis, maka manajemen telah melakukan
diversifikasi status terhadap Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Muhammadiyah “Surya
Melati” menjadi sebuah rumah sakit yang dicita-citakan oleh lingkungan masyarakat
sekitar dengan nama “RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATI”.
BAB III
VISI, MISI, MOTTO, DAN TUJUAN
RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATI

A. VISI
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati mempunyai visi “Menjadi
Rumah Sakit Umum yang Bermutu dan Islami”.

B. MISI
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati mempunyai misi:
1. Mewujudkan sumber daya insani yang islami, loyal, dan profesional
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, memuaskan, dan terjangkau
3. Menjadikan pelayanan kesehatan sebagai sarana dakwah Islam

C. MOTTO
Motto Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati adalah “Cepat,
Ramah, Islami, dan Aman (CeRIA)”.

D. TUJUAN
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati mempunyai tujuan:
1. Memberikan pelayanan kesehatan terpadu dengan mengutamakan mutu dan
keselamatan pasien
2. Meningkatkan pelayanan dan tata kelola Rumah Sakit yang berkualitas
3. Meningkatkan kualitas tata kelola keuangan Rumah Sakit yang profesional,
transparan, dan akuntabel
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATI

A. STRUKTUR ORGANISASI

B. DEFINISI
1. Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati adalah amal usaha bidang
kesehatan milik Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang didirikan oleh Pimpinan
Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kediri dan bertugas melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara kompeherensif.
2. Direksi adalah jajaran pengelola yang terdiri dari direktur dan para wakil
direktur yang diangkat oleh Majelis Pembina Kesehatan Umum Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kabupaten Kediri.
3. Direktur adalah pengelola tertinggi rumah sakit yang diangkat oleh Majelis
Pembina Kesehatan Umum Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kediri
dengan persetujuan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur untuk
memimpin dan mengelola seluruh kegiatan rumah sakit sesuai dengan visi, misi,
dan tujuan amal usaha kesehatan.
4. Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Kediri adalah unsur pembantu Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Kediri yang diserahi tugas sebagai penyelenggara Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati.
5. Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Kediri adalah pendiri Rumah
Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati dan diberi amanat oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah memimpin Persyarikatan Muhammadiyah di Kabupaten Kediri.
6. Pemilik adalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai induk organisasi yang
memiliki badan hukum.
7. Jabatan Struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak seorang karyawan Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya
Melati dalam rangka memimpin suatu satuan kerja Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati.
8. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak seorang karyawan Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi
keahlian dan/atau keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi.

C. DASAR HUBUNGAN KERJA


1. Hubungan kerja antara Pimpinan Daerah, Majelis Pembina Kesehatan Umum, dan
Direktur dilandasi dan dijiwai oleh nilai-nilai ukhuwah Islamiyah berdasarkan al
Qur’an dan hadits.
2. Majelis Pembina Kesehatan Umum menghargai kemandirian Direktur di dalam
pengelolaan kegiatan operasional Rumah Sakit sehari-hari, sesuai dengan
“Pelimpahan Kewenangan” yang telah ditandatangani bersama antara Majelis
Pembina Kesehatan Umum, Direktur, dan diketahui oleh Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kabupaten Kediri.
3. Penyelenggaraan dan pengelolaan Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya
Melati mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam Pedoman Majelis
Pembina Kesehatan Umum serta Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan
Amal Usaha Muhammadiyah Bidang Kesehatan.

D. TUGAS, FUNGSI, DAN KEWENANGAN


1. Tugas, fungsi, dan kewenangan Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati secara menyeluruh didasarkan kepada Surat Keputusan Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah Nomor 2207/KEP/II.0/D/2021 tentang Pengangkatan
Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati Kabupaten Kediri
Masa Jabatan 2021 – 2025.
2. Tugas, fungsi, dan kewenangan pejabat struktural dan fungsional Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Surya Melati secara menyeluruh didasarkan kepada Surat
Keputusan pengangkatan sebagai pejabat yang ditandatangani oleh Direktur
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati.

E. PERSYARATAN FISIK DAN MENTAL PEJABAT STRUKTURAL


1. Memiliki kesehatan yang baik untuk melakukan tugas internal maupun eksternal.
2. Jujur dan amanah dalam menerima tugas yang diembannya.
3. Bersifat terbuka, bijaksana, dan menghargai kebijakan serta keputusan pimpinan.
4. Berwawasan luas dan memiliki visi yang sejalan dengan visi Rumah Sakit dan
Persyarikatan Muhammadiyah.
5. Mentaati kittah perjuangan dan cita-cita Muhammadiyah.
6. Inisiatif dan kreatif, dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat serta
mampu menganalisa dan membuat sintesa berbagai informasi yang abstrak.
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI UNIT PELAYANAN ANASTESI DAN BEDAH
BAB VI
URAIAN JABATAN

A. URAIAN JABATAN
1. Nama Jabatan: Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Hasil Kerja:
a. Terselenggaranya pelayanan pembedahan dan anastesi di Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah dengan baik dan lancar.
b. Terselenggaranya visi, misi, dan program Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
secara menyeluruh dan terpadu.
Uraian Tugas:
a. Bertanggung jawab terhadap skema pengelolaan pasien Anastesi dan Bedah.
b. Melaksanakan pembinaan staf untuk meningkatkan mutu pelayanan di Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah.
c. Membuat penilaian terhadap kinerja staf di Unit Pelayanan Anastesi dan
Bedah.
d. Memantau seluruh staf dalam penerapan dan pelaksanaan peraturan dan
tugas yang berlaku di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
Tanggung Jawab:
a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembedahan dan pengelolaan Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah.
b. Bertanggung jawab terhadap kinerja staf.
c. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan visi dan misi Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah.
Wewenang:
a. Memeriksa hasil kegiatan seluruh staf.
b. Menilai kinerja staf.
c. Memberi usulan mengenai penambahan peralatan di Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah.
d. Menilai, menegur, memberi sanksi dan memotivasi bawahan di bagian Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah.
e. Mengusulkan untuk pengembangan staf.
f. Meminta masukan dari bawahan dan unit kerja yang lain yang terkait.
g. Mendelegasikan tugas kepada staf yang berwewenang dan kompeten.
Syarat Jawaban:
a. Mempunyai kemampuan manajemen.
b. Mempunyai penguasaan pengetahuan di bidangnya.
c. Pendidikan spesialis bedah atau anastesi.
d. Bisa bekerja sama dengan staf Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.

2. Nama Jabatan: Kepala Keperawatan Anastesi dan Bedah


Hasil Kerja:
a. Terselenggaranya pelayanan pembedahan dan anastesi di Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah dengan baik dan lancar.
b. Terkoordinasinya seluruh kegiatan di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
c. Terselenggaranya visi, misi, dan program Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
secara menyeluruh dan terpadu.
Uraian Tugas:
a. Bertanggung jawab untuk pelaksanaan pelayanan administrasi dan
pengeluaran di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
b. Menyusun rencana kegiatan pembedahan berdasarkan jumlah dan
kemampuan operasi.
c. Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab kepada staf.
d. Melakukan pembagian tugas harian dan memperhitungkan jumlah dan
kemampuan staf dalam pelaksanaan pembedahan.
e. Menyusun program pengembangan staf Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
f. Membuat jadwal dinas sebulan sekali.
g. Menyusun jadwal jaga harian.
h. Membuat laporan berkala kepada Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
i. Melakukan perawatan dan pemeliharaan semua peralatan Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah.
j. Melaporkan kepada Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah bila terjadi
kerusakan peralatan di kamar operasi.
k. Menyusun rencana kegiatan tahunan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
l. Membuat rencana anggaran tahunan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
m. Menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan Unit Pelayanan Anastesi dan
Bedah.
n. Memantau seluruh staf dalam penerapan dan pelaksanaan peraturan dan
tugas yang berlaku di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
o. Mengatur pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien.
p. Mengadakan koordinasi dengan unit kerja lain berkaitan dengan kegiatan di
Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
Tanggung Jawab:
a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembedahan dan pengelolaan Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah.
b. Bertanggung jawab terhadap kinerja staf.
c. Bertanggung jawab terhadap peralatan di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
d. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan visi dan misi Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah.
e. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program dan evaluasi.
f. Bertanggung jawab kepada Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
Wewenang:
a. Memeriksa hasil kegiatan seluruh staf.
b. Menilai, menegur, memberi sanksi, dan memotivasi bawahan di Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah.
c. Mendapat laporan hasil kerja bawahan.
d. Mengusulkan untuk pengembangan staf.
e. Meminta masukan dari bawahan dan unit kerja yang lain yang terkait.
f. Mendelegasikan tugas kepada staf yang berwewenang dan kompeten.
g. Membuat dan menandatangani kuitansi lembur.
Syarat Jabatan:
a. Pendidikan Sarjana Keperawatan.
b. Mempunyai kemampuan manajemen.
c. Mempunyai pengalaman kerja di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah minimal 5
tahun.
d. Mempunyai penguasaan pengetahuan di bidangnya.
e. Mempunyai dedikasi, loyalitas, dan tanggung jawab.
f. Mempunyai kecepatan kerja yang tinggi dan baik.
g. Mengikuti pelatihan dan seminar berkaitan dengan Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah.

3. Nama Jabatan: Perawat Asisten Bedah


Hasil Kerja: Terselenggaranya pelayanan pembedahan di Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah berjalan dengan baik dan lancar.
Uraian Tugas:
a. Sebelum Pembedahan
1) Berkomunikasi dengan operator mengenai rencana tindakan operasi dan
kemungkinan komplikasi.
2) Memastikan area operasi siap pakai.
3) Membantu petugas instrumen menyiapkan kelengkapan operasi
(instrumen steril, bahan habis pakai operasi).
4) Memastikan kesiapan kegawatan.
5) Memastikan kesiapan fasilitas ruangan operasi.
6) Membantu mempersiapkan posisi pasien.
7) Membantu operator melakukan desinfektan.
8) Membantu operator drapping.
9) Berkoordinasi dengan tim anastesi tentang kesiapan tindakan operasi dan
kondisi pasien.
b. Saat Pembedahan
1) Membantu operator dalam membuka lapang pandang operator saat
dilakukan tindakan pembedahan.
2) Membantu operator dalam setiap tindakan.
3) Memantau dan meminimalkan perdarahan.
4) Mengawasi kondisi pasien dan berkomunikasi dengan operator.
5) Mengawasi kinerja instrumen.
6) Mengantisipasi kebutuhan operator baik kebutuhan personal maupun
kebutuhan tindakan operasi selangkah di depan operator.
c. Setelah Pembedahan
1) Menutup luka dengan teknik steril.
2) Membersihkan bagian tubuh pasien yang dioperasi.
3) Melengkapi keperluan PA (Patologi Anatomi).
4) Memberi edukasi kepada pasien dan keluarga.
5) Membantu transfer pasien dari ruang operasi ke ruang pulih sadar.
6) Memeriksa ulang catatan dan dokumentasi pembedahan.
7) Memeriksa dan menghitung semua instrumen sesuai inventaris sebelum
diserahkan ke kamar steril (mengisi cek list).
Tanggung Jawab:
a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembedahan.
b. Bertanggung jawab terhadap bahan PA (Patologi Anatomi) yang akan dikirim
untuk pemeriksaan dan memberitahukan kepada keluarga.
c. Bertanggung jawab terhadap penyerahan spesimen kepada keluarga.
d. Bertanggung jawab terhadap jumlah instrumen dan alat lainnya dalam
pelaksanaan pembedahan.
e. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan berkas-berkas pasien yang dilakukan
operasi (operasi lokal anastesi).
Wewenang:
a. Memastikan tindakan operasi yang diikuti bersama tim berjalan dengan baik
dan lancar.
b. Memberi masukan kepada operator bila diperlukan.
c. Memastikan tidak ada kekeliruan pada saat operasi.
Syarat Jabatan:
a. Dokter atau perawat.
b. Menguasai betul atau fasih teknik aseptik antiseptik.
c. Mengenal dengan baik teknik operasi yang dilakukan dan kemungkinan
kegawatan.
d. Mampu mengelola pasien gawat.
e. Mengenal dengan baik instrumenasi yang diperlukan.
f. Mengenal karakteristik operator.
g. Mempunyai kecepatan kerja yang tinggi dan baik.
h. Teliti dan cekatan.
Catatan bila asisten bedah dari luar:
 Tidak melakukan administrasi pasien (dilakukan oleh tenaga perawat internal).
 Berkoordinasi khusus dengan operator seputar tindakan pembedahan.

4. Nama Jabatan: Perawat Instrumen


Hasil Kerja: terselenggaranya pelayanan pembedahan di Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah berjalan dengan baik dan lancar.
Uraian Tugas:
a. Sebelum Pembedahan
1) Menyiapkan keperluan operasi (set instrumen steril, bahan habis pakai,
bahan desinfektan, sarung tangan, linen steril, dan lain-lain).
2) Menghitung dan memastikan jumlah instrumen steril, bahan habis pakai
yang akan dipakai (alat, kasa, jarum, ringsponges, dan lain-lain).
b. Saat Pembedahan
1) Membantu mengenakan baju operasi steril, sarung tangan untuk asisten
bedah dan dokter bedah.
2) Menata instrumen di meja mayo.
3) Memberikan bahan disinfektan kepada asisten bedah/dokter bedah.
4) Memberikan linen steril untuk prosedur drapping.
5) Memberikan instrumen pada dokter sesuai dengan urutan prosedur
pembedahan.
6) Menyiapkan benang jahit sesuai dengan kebutuhan.
7) Mempertahankan instrumen selama pembedahan dalam keadaan tersusun
rapi dan steril.
8) Membersihkan instrumen dari darah sewaktu pembedahan untuk
mempertahankan sterilitas alat dan meja mayo.
9) Menginstruksikan penghitungan instrumen yang dipakai dan bahan habis
pakai (alat steril, kasa, ringsponges, jarum, dan lain-lain kepada sirkulair).
10) Menyiapkan cairan untuk mencuci luka.
11) Membersihkan darah sekitar daerah operasi.
12) Membantu asisten bedah dalam proses menutup luka operasi dengan
teknik steril.
13) Membantu asisten bedah menyiapkan pemeriksaan laboratorium patologi.
c. Setelah Pembedahan
1) Menghitung dan memastikan alat yang dipakai sesuai dengan persiapan
awal.
2) Memfiksasi drain dan kateter.
3) Mengganti alat, linen, baju pasien serta memindahkan pasien dari meja
operasi ke brankart.
4) Membereskan dan merapikan kamar operasi.
5) Membersihkan dan mencuci alat.
6) Mengepak set instrumen.
7) Membantu mensterilkan alat.
Tanggung Jawab:
a. Bertanggung jawab terhadap jumlah instrumen dan alat lainnya dalam
pelaksanaan pembedahan yang dipakai baik preoperasi, intra dan
pascaoperasi.
b. Bertanggung jawab terhadap alat dokter yang dibawa dari luar Rumah Sakit.
c. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan jumlah inventaris instrumen.
d. Bertanggung jawab terhadap inventaris alat kesehatan.
Wewenang:
a. Mengusulkan kepada Kepala Keperawatan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
untuk penambahan peralatan di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
b. Mengusulkan kepada Kepala Perawat Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
untuk penilaian kinerja perawat dan staf yang belajar instrumen.
c. Mengusulkan untuk pengembangan staf.
Syarat Jabatan:
a. Pendidikan perawat minimal D-3.
b. Menguasai nama dan alat instumen.
c. Mengetahui dan memahami teknik steril.
d. Mengikuti pelatihan dasar instrumen eksternal/internal.
e. Terampil dan teliti.

5. Nama Jabatan: Perawat Sirkuler atau On Loop


Hasil Kerja: Terselenggaranya pelayanan pembedahan di Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah berjalan dengan baik dan lancar.
Uraian Tugas:
a. Sebelum Pembedahan
1) Menyiapkan ruang operasi.
2) Menyiapkan kelengkapan operasi (meja operasi, suction, cauter, lampu
operasi dan lain-lain).
3) Menyiapkan berkas dan keperluan yang akan dipakai (kuitansi operasi,
kuitansi alat, pemeriksaan PA ).
4) Melakukan serah terima pasien dari ruangan.
5) Mengoreksi status pasien/form operasi.
6) Memeriksa kelengkapan dokumen antara lain:
- Informed concent
- Identitas pasien
- Hasil laboratorium
- Foto radiologi
- Pemberian antibiotik
- Mengecek penanda lokasi operasi
- Instruksi/pesan dokter
- Dan lain-lain
7) Mengecek kelengkapan obat, cairan dan alat kesehatan.
8) Memberi penjelasan kepada pasien sebatas kewenangan tentang tindakan
pembedahan, tim bedah, fasilitas yang ada di lingkungan kamar operasi.
9) Membantu mengatur posisi pasien sesuai jenis pembedahan.
10) Membantu anastesi saat proses pembiusan bila diperlukan.
11) Menghitung dan memastikan instrumen steril dan bahan habis pakai
bersama instrumen sebelum dilakukan tindakan operasi.
12) Memimpin dan membaca check list keselamatan pasien bedah.
b. Saat pembedahan
1) Bersama asisten bedah mengatur posisi pasien, memasang arde cauter,
suction dan lampu.
2) Mengikat tali baju yang dipakai tim bedah.
3) Membantu mengukur, mencatat kehilangan darah, cairan dengan
mengetahui jumlah produksi urine, jumlah darah, jumlah cairan yang
hilang.
4) Memenuhi kebutuhan selama operasi berlangsung.
5) Bekerja sama dengan asisten anastesi dalam memantau kondisi pasien
selama pembedahan.
6) Melaporkan hasil pemantauan dan pencatatan kepada dokter anastesi.
7) Menghubungi petugas penunjang medis (radiologi, laboratorium, farmasi,
perawat ruangan).
8) Melayani kebutuhan instrumen steril, bahan habis pakai dan lain-lain yang
diperlukan selama pembedahan berlangsung.
9) Menyiapkan bahan pemeriksaan laboratorium patologi.
10) Bekerja sama dengan perawat instrumen dalam menghitung jumlah
pemakaian instrumen, bahan habis pakai (alat steril, kassa, ringsponges,
jarum, dan lain-lain) sesuai jumlah awal persiapan.
c. Setelah Pembedahan
1) Mendampingi dokter bedah menulis laporan operasi dan menulis instruksi
post operasi, kelengkapan status pasien.
2) Mengecek kelengkapan semua berkas-berkas post operasi.
3) Membantu asisten anastesi dan dokter membangunkan pasien sampai
pasien sadar.
4) Menghitung dan memastikan alat yang dipakai sesuai dengan persiapan
awal.
5) Membantu memindahkan pasien dari meja operasi ke brankart.
6) Mengecek dan mencatat pemakaian obat, bahan habis pakai, alat dokter
dan alat kesehatan di lembaran pemakaian.
7) Melakukan serah terima dengan petugas recovery room.
8) Membereskan dan merapikan kamar operasi.
9) Mengambil linen dan instumen kotor.
10) Membersihkan dan mencuci linen.
11) Mencatat semua pemakaian instrumen steril.
12) Mengingatkan kembali petugas instrumen untuk melengkapi pemakaian
alat dan kelengkapan tanda tangan.
13) Membantu mengerjakan administrasi pasien.
Tanggung Jawab:
a. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan jumlah instrumen dan bahan habis
pakai yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan pembedahan.
b. Bertanggung jawab terhadap pemakaian sewa alat Rumah Sakit, alat dokter
dan alat kesehatan lainnya.
c. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan berkas-berkas pasien.
d. Bertanggung jawab terhadap administrasi.
e. Bertanggung jawab terhadap kebersihan ruang kamar operasi.
Wewenang:
a. Melaporkan kepada Kepala Keperawatan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
bila ada kerusakan alat operasi.
b. Mengusulkan kepada Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah untuk
penilaian kinerja perawat dan staf yang belajar sirkulair.
Syarat Jabatan:
a. Pendidikan perawat minimal D-3.
b. Menguasai nama dan alat instumen.
c. Mengetahui dan memahami teknik steril.
d. Mengikuti pelatihan dasar instrumen eksternal/internal.
e. Terampil dan teliti.
6. Nama Jabatan: Perawat penata anastesi
Hasil Kerja: terselenggaranya pelayanan pembedahan dan anastesi di Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah berjalan dengan baik dan lancar.
Uraian Tugas:
a. Preanastesi
1) Serah terima pasien
 Memanggil pasien calon operasi 45 menit sebelum operasi.
 Serah terima pasien di ruang pre medikasi dengan perawat ruangan.
 Mengkaji ulang persiapan dan keadaan pasien saat serah terima dari
ruangan.
 Untuk pasien anak-anak saat serah terima sebaiknya didampingi oleh
orang tua sampai menjelang operasi.
 Mempersiapkan administrasi dan kelengkapan rekam medik pasien.
 Mengukur tanda-tanda vital dan mendokumentasikan dalam rekam
medis pasien.
2) Sebelum pembiusan
 Menyiapkan obat dan cairan yang diperlukan, termasuk obat-obat
emergensi.
 Menyiapkan mesin anastesi, monitor jantung dan mesin suction serta
melakukan test terlebih dulu sebelum digunakan.
 Menyiapkan peralatan intubasi beserta perlengkapannya.
 Menyiapkan kelengkapan meja operasi antara lain standar infus, tali
pengikat, bantal kepala.
 Mengecek kesediaan gas O2 dan N2O serta O2 dorong.

b. Anastesi
Selama pembedahan:
 Mengobservasi tanda-tanda vital pasien setiap 5 menit selama
pembedahan.
 Memberikan obat anastesi sesuai instruksi dokter.
 Memenuhi keseimbangan O2 dan N2O dengan cara memantau flowmeter.
 Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh yang hilang selama
pembedahan.
 Mendokumentasikan hasil pemantauan dalam rekam medik pasien.
 Melaporkan hasil pemantauan kepada dokter spesialis anastesi.
 Menjaga keamanan pasien dari bahaya jatuh.
 Membantu melakukan resusitasi pada henti jantung.

c. Post-anastesi
Setelah pembedahan:
 Mempertahankan jalan nafas pasien.
 Memantau tanda-tanda vital pasien untuk mengetahui sirkulasi pernafasan
dan keseimbangan cairan.
 Memantau tingkat kesadaran dan refleks pasien.
 Menilai respon pasien terhadap efek obat anastesi.
 Memindahkan pasien ke ruang pulih sadar/recovery atas perintah dokter
spesialis anastesi.
 Merapikan dan membersihkan alat-alat anastesi ke tempat semula agar
siap digunakan lagi.
Tanggung Jawab:
a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan anastesi.
b. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan jumlah inventaris obat dan alat
anastesi.
c. Bertanggung jawab terhadap administrasi.
Wewenang:
a. Mengusulkan untuk penambahan peralatan di anastesi.
b. Mengusulkan untuk penambahan tenaga di anastesi.
c. Mengusulkan untuk pengembangan sumber daya manusia.
Syarat Jabatan:
a. D-3 Keperawatan.
b. Sertifikasi pelatihan anastesi.
c. Menguasai obat dan alat anastesi.
d. Pengalaman di pelayanan anastesi.

B. KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA


1. Koordinator Pelayanan Anastesi
Kompetensi dalam bidang kedokteran, khususnya bidang anastesiologi mencakup
hal-hal sebagai berikut:
a. Keterampilan klinik sebagai dokter spesialis anastesi
Tata laksana pasien yang akurat, efektif, dan mengedepankan empati.
b. Penguasaan dan penerapan ilmu kedokteran
Memiliki pengetahuan dalam bidang biomedis dasar, klinis medis, perilaku
ilmiah dan sosial, etika medis dan hukum, serta aplikasinya dalam
penatalaksanaan pasien.
c. Komunikasi Efektif
Kemampuan komunikasi interpersonal yang menjamin pertukaran informasi
yang efektif dengan pasien dan keluarganya, serta bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lain, komunitas ilmiah dan masyarakat.
d. Kemampuan memanfaatkan dan menilai secara klinis informasi. Kemampuan
menilai dan memanfaatkan pengetahuan ilmiah terbaru untuk memperbaiki
praktek klinis.
e. Riset
Melakukan penelitian secara mandiri maupun berkelompok dalam upaya
pengembangan ilmu kedokteran dengan pendekatan berbasis bukti.
f. Belajar Sepanjang Hayat
Berfungsi sebagai supervisor, instruktur, dan guru/dosen terhadap kolega,
mahasiswa dan tenaga kesehatan lain.
g. Menerapkan etika, moral dan profesionalisme (dalam praktik sebagai dokter
spesialis anastesi)
Melakukan praktik dokter spesialis anastesi sesuai dengan aturan etika,
undang-undang dan standar profesi yang berlaku.
h. Manajerial
Mengembangkan kerja sama dan kemitraan dengan berbagai profesi dan
institusi dalam upaya mengantisipasi dan memecahkan masalah kesehatan
dan mengembangkan penatalaksanaan pasien secara terintegrasi.

2. Perawat Anastesi/Perawat
a. Asuhan Keperawatan Preanastesi
1) Mampu melakukan anamnesa riwayat kesehatan klien.
2) Melakukan pemeriksaan dan penilaian status fisik klien.
3) Melakukan pengecekan persiapan administrasi klien.
4) Melakukan analisa hasil pengkajian dan merumuskan masalah atau
diagnosa keperawatan.
5) Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pre anastesi.
6) Mampu melaksanakan tindakan perawatan pre anastesi.
7) Mampu berkolaborasi dalam melakukan tindakan perawatan pre anastesi.
8) Mempersiapkan klien dan keluarga dalam pelaksanaan pendidikan
kesehatan.
b. Tindakan Intraanastesi
1) Mampu membuat perencanaan teknik anastesi.
2) Mampu melaksanakan teknik anastesi.
3) Mampu melakukan pemasangan alat monitoring invasif dan non invasif.
4) Mampu melakukan intubasi.
5) Mampu melakukan pemberian obat anastesi.
6) Mampu melakukan pemberian obat tambahan dan cairan sesuai
kebutuhan klien.
7) Mampu mengidentifikasi kebutuhan posisi fisiologis normal selama
tindakan pembedahan.
8) Mampu mengatasi gangguan yang timbul akibat anastesi dan atau
pembedahan.
9) Mampu melakukan pemeliharaan jalan nafas selama masa intra anastesi.
10) Mampu melakukan pemasangan alat ventilasi mekanik.
11) Mampu melakukan pemasangan alat nebulizer.
12) Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kondisi gawat darurat di
meja operasi.
13) Mampu melaksanakan tindakan pengakhiran anastesi operasi.
14) Mampu melakukan pencegahan komplikasi pengakhiran anastesi.
15) Mampu mengatasi komplikasi pengakhiran anastesi.
16) Mampu berkolaborasi dalam melakukan tindakan intraanastesi.
c. Asuhan Keperawatan Pasca Anastesi
1) Mampu menentukan kebutuhan perawatan lanjutan pasca anastesi
regional.
2) Mampu menentukan kebutuhan perawatan lanjutan pasca anastesi
umum.
3) Mampu melakukan kolaborasi pada tindakan manajemen nyeri.
4) Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kondisi gawat darurat di
ruang pemulihan.
5) Mampu melakukan perawatan pasca anastesi pada klien dengan tindakan
anastesi regional.
6) Mampu melakukan perawatan anastesi pada klien dengan tindakan
anastesi umum.
7) Mampu menentukan kondisi klien pascaanastesi untuk pindah ke ruang
perawatan.
8) Mampu berkolaborasi dalam melakukan asuhan keperawatan
pascaanastesi.
9) Mampu mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

a. Hubungan kerja dengan Kepala Bidang Pelayanan Medis


 Pelaporan dari Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah dan medis kamar steril tentang
seluruh kegiatan yang dilakukan bagian masing-masing.
 Berkoordinasi bersama-sama mencari solusi berkaitan dengan masalah yang
terjadi di kamar operasi dan kamar steril.

b. Hubungan kerja dengan Unit Pelayanan Rawat Jalan


 Berkoordinasi berkaitan dengan tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
 Petugas Unit Pelayanan Rawat Jalan memberitahu kepada petugas Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah rencana operasi yang akan dilakukan jika pasien berasal dari
Unit Pelayanan Rawat Jalan.
 Petugas Unit Pelayanan Rawat Jalan mengkonfirmasi jadwal operasi kepada
petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah dan mengkonfirmasi tarif ke petugas
kasir.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah konfirmasi pasien yang akan operasi
pada hari itu.
 Petugas Unit Pelayanan Rawat Jalan menghubungi Unit Pelayanan Anastesi dan
Bedah bila pasien sudah siap.
 Petugas Unit Pelayanan Rawat Jalan mengantar pasien ke Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah memeriksa kelengkapan status rekam
medis pasien berupa informed consent, persetujuaan tarif operasi dan hasil
pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, EKG dan lain-lainnya.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah menerima pasien dan menyiapkan
kelengkapan status rekam medis yang diperlukan untuk kemudian dilakukan
operasi.

c. Hubungan kerja dengan Unit Pelayanan Rawat Inap


 Berkoordinasi berkaitan dengan tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah setiap pagi melakukan konfirmasi ke
setiap ruang tentang jadwal operasi pada hari itu.
Petugas ruangan melakukan konfirmasi jadwal operasi kepada petugas Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah dan konfirmasi tarif ke petugas kasir.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah memeriksa kelengkapan status rekam
medis pasien berupa informed consent, persetujuan tarif operasi, dan hasil
pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, EKG dan lain-lainnya.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah menghubungi perawat ruangan untuk
mengirim pasien yang akan dilakukan operasi.

d. Hubungan kerja dengan Unit Pelayanan Gawat Darurat


 Berkoordinasi berkaitan dengan tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
 Petugas Unit Pelayanan Gawat Darurat menghubungi Unit Pelayanan Anastesi dan
Bedah untuk menanyakan jadwal operasi dan mengkonfirmasi tarif ke petugas
kasir.
 Petugas Unit Pelayanan Gawat Darurat menghubungi Unit Pelayanan Anastesi dan
Bedah bila pasien telah siap untuk diantar ke meja operasi.
 Petugas Unit Pelayanan Gawat Darurat menghubungi perawat Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah yang berjaga melalui operator jika ada rencana operasi cito.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah menghubungi petugas Unit Pelayanan
Gawat Darurat jika Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah siap digunakan.
 Petugas Unit Pelayanan Gawat Darurat mengantar pasien ke Ruang Operasi.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah memeriksa kelengkapan status rekam
medis pasien berupa informed consent, persetujuaan tarif operasi dan hasil
pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, EKG dan lain-lainnya.

e. Hubungan kerja dengan Unit Kerja Pemeliharaan Sarana


 Berkoordinasi berkaitan dengan perbaikan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana kamar operasi dan kamar steril.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah menulis di lembar permintaan
perbaikan sesuai dengan kebutuhan dan ditandatangani oleh Kepala Keperawatan
Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah dan kamar steril.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah dan kamar steril mengantar lembar
permintaan perbaikan.
Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah dan kamar steril mengantar alat yang
akan diperbaiki, bila alat bisa diperbaiki di Unit Kerja Pemeliharaan Sarana.
 Petugas Unit Kerja Pemeliharaan Sarana menerima permintaan dan mengerjakan.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah menghubungi petugas Unit Kerja
Pemeliharaan Sarana jika tidak ada jadwal operasi, sehingga Unit Kerja
Pemeliharaan Sarana bisa mengerjakannya.
 Jika ada alat yang rusak dan butuh pergantian onderdil maka petugas Unit Kerja
Pemeliharaan Sarana menghubungi Kepala Keperawatan Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah menghubungi Kepala Bidang Administrasi dan Umum untuk meminta
pergantian onderdil.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah dan kamar steril mengecek ulang alat
tersebut.

f. Hubungan kerja dengan Logistik Farmasi


 Berkoordinasi berkaitan dengan pemakaian alat kesehatan dan obat yang dipakai
saat operasi.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah melakukan inventaris harian terhadap
alat dan obat yang dipakai.
 Petugas logistik farmasi melakukan inventaris di kamar operasi setiap akhir bulan.
 Distribusi dan penyerahan obat pembekalan dan alat kesehatan mingguan atau
bulanan.
 Pembelajaan rutin obat dan bahan habis pakai setiap hari, bisa melayani dalam
kondisi emergency.
 Menulis nama obat dan bahan habis pakai dalam buku permintaan dan
ditandatangani oleh Kepala Keperawatan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
 Mengantar buku permintaan alat kesehatan dan obat habis pakai ke logistik
farmasi.
 Petugas logistik farmasi menyiapkan alat kesehatan dan obat sesuai dengan
permintaan serta menandatangani buku permintaan sebagai bukti serah terima.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah mencatat alat kesehatan dan obat
pada kartu inventaris.
Petugas logistik farmasi mengantar obat yang diminta Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah mengambil alat kesehatan yang
dipesan.

g. Hubungan kerja dengan Kasir


 Berkoordinasi berkaitan harga operasi dan harga alat kesehatan.
 Petugas kasir melakukan konfirmasi kepada petugas Unit Pelayanan Anastesi dan
Bedah tentang penggunaan obat.
 Petugas kasir melakukan konfirmasi kepada petugas Unit Pelayanan Anastesi dan
Bedah tentang tarif operasi dan kelompok (sosial, Jamkesmas, atau tanggungan).

h. Hubungan kerja dengan High Care Unit


 Berkoordinasi berkaitan dengan tindakan pembedahan yang akan dilakukan dan
perawatan setelah dilakukan operasi.
 Perawat Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah memesan tempat bila pasien
memerlukan ruang HCU.
 Perawat Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah memberi tahu perawat HCU untuk
mengantarkan tempat tidur pasien dan perangkat yang digunakan.
 Perawat Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah menghubungi perawat HCU untuk
menjemput pasien dan melakukan serah terima status pasien.
 Perawat HCU mengecek kelengkapan status pasien meliputi instruksi dokter,
laporan operasi, laporan anastesi dan spesimen jika ada.

i. Hubungan kerja dengan Unit Kerja Humas dan Pemasaran


Petugas pemasaran, memasarkan fasilitas yang tersedia di Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah.

j. Hubungan kerja dengan Tim Pengadaan


 Berkoordinasi berkaitan dengan permintaan barang yang dibutuhkan Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah.
Perawat Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah membuat permintaan di buku bon
permintaan ke Tim Pengadaan yang ditandatangani oleh Kepala Keperawatan Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah.
 Perawat Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah mengantar buku bon permintaan ke
Tim Pengadaan.
 Petugas pengadaan mencarikan bahan yang diminta oleh Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah.
 Petugas pengadaan melakukan konfirmasi bila barang yang dipesan tidak ada.
k. Hubungan kerja dengan Unit Kerja Logistik
 Berkoordinasi berkaitan pengambilan barang cetakan dan barang operasional
bagian Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
 Petugas logistik mengubungi perawat Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah jika
barang sudah datang sesuai dengan permintaan.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah memesan barang yang datang.
 Perawat Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah mengambil, mengecek sesuai
permintaan dan ditandatangani oleh kedua pihak.

l. Hubungan kerja dengan Unit Pelayanan Gizi


 Berkoordinasi berkaitan dengan penyediaan konsumsi bagi tenaga Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah menulis di lembar permintaan bon
makanan untuk lembur dan dokter operator yang ditandatangani oleh Kepala
Keperawatan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah.
 Perawat Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah menghubungi dapur untuk memesan
makanan dokter.

m. Hubungan kerja dengan Unit Kerja Sumber Daya Insani dan Diklat
 Berkoordinasi berkaitan dengan administrasi kepegawaian.
 Berkoordinasi berkaitan kegiatan pendidikan dan latihan pegawai.
 Berkoordinasi dalam penilaian karyawan.

n. Hubungan kerja dengan laundry


 Berkoordinasi berkaitan dengan pencucian linen operasi.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah mengantar linen kotor ke laundry.
Petugas laundry menerima dan dilakukan pengecekan.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah mengambil linen yang sudah bersih.

o. Hubungan kerja dengan Unit Pelayanan Radiologi Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
 Berkoordinasi berkaitan dengan permintaan foto rontgen.
 Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah menelepon/menghubungi petugas
radiologi bila diperlukan foto rontgen.
p. Hubungan kerja dengan Transportasi
Berkoordinasi berkaitan dengan penjemputan tim on call Unit Pelayanan Anastesi dan
Bedah.

q. Hubungan kerja dengan Unit Pelayanan Laboratorium


 Berkoordinasi berkaitan dengan pengiriman spesimen.
 Berkoordinasi berkaitan dengan pengambilan spesimen.
 Berkoordinasi berkaitan dengan pengambilan pemeriksaan laboratorium (darah,
kultur, pus, dan lain-lain).
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

NAMA JUMLAH TENAGA YANG


PENDIDIKAN SERTIFIKASI
JABATAN KEBUTUHAN ADA
Kepala Unit Dokter ATLS/ACLS 1 1
Pelayanan Spesialis/
Anastesi dan Dokter Umum
Bedah
Kepala D-3  PPGD 1 1
Keperawatan Keperawatan  CI
Unit  Asisten
Anastesi dan Instrumen
Bedah
Perawat D-3  PPGD 3 orang/tim 1
pelaksana Keperawatan  Asisten
(asisten, Istrumen
instrumen,
sirkulair)
Perawat D-3  PPGD 1 1
pelaksana Keperawatan  CI
anastesi  Asisten
Anastesi

Dasar perhitungan tenaga:


1. Jumlah dan jenis operasi
2. Jumlah Kamar operasi
3. Pemakaian kamar operasi pada hari kerja
4. Tugas perawat di kamar operasi terdiri dari asisten, instrumen, sirkulair (3 orang/tim)
5. Ketergantungan pasien
a. Operasi khusus (± 5 – 6 jam per satu operasi)
b. Operasi besar (± 5 jam per satu operasi)
c. Operasi sedang (± 2 jam per satu operasi)
d. Operasi kecil (± 1 jam per satu operasi)

Perhitungan tenaga Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah


Rata-rata operasi dalam 1 hari: 1 – 2 pasien/hari
Sedang: 2
Rumus:
(Jumlah jam operasi/hari × jumlah operasi) × jumlah perawat/tim + cadangan
Jam kerja efektif/hari
(1 × 2) × 3 + 1 6 + 1
= = = 1 orang
7 7

Perhitungan tenaga ruang penerimaan dan recovery room


Ketergantungan pasien:
Ruang penerimaan: 15 menit
Recovery room: 2 jam
Rumus:
Jumlah jam × jumlah operasi 2,25 × 2
= = 0,8 = 1 orang
Jam kerja efektif/hari 7

Di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah tenaga perawat ruang pulih sadar belum ada. Yang
bertanggung jawab di ruang penerimaan dan Recovery room adalah tenaga penata
anastesi.
Kekurangan tenaga untuk ruang penerimaan dan recovery room 1 orang.
Dengan jumlah operasi rata-rata 1 – 2, tenaga perawat 1 tim (3 orang/tim + 1 penata
anastesi) di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah diharapkan cukup.
Dengan pertimbangan:
1. Operasi cyto/emergency.
2. Jumlah operasi yang tidak menentu setiap hari.
3. Pergantian libur/tidak on call tiap minggunya.
4. On call hari Minggu dan hari besar.
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI

A. Orientasi Umum
NO. PROGRAM ORIENTASI NARASUMBER
1 Visi, Misi, Tujuan, dan Motto Direktur
2 Al Islam dan Kemuhammadiyahan Kepala Unit Kerja Bina Rohani
3 Struktur Organisasi Kepala Bidang Administrasi dan Umum
4 Peraturan Kekaryawanan Kepala Unit Kerja Sumber Daya Insani
dan Diklat
5 Keselamatan Pasien Ketua Sub Komite Keselamatan Pasien
6 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Ketua Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
7 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ketua Komite Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

B. Oreintasi Khusus
NO. MATERI WAKTU METODE PENANGGUNG JAWAB
1 Orientasi secara garis Hari 1 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
besar: - Tanya jawab Unit Pelayanan
1. Pengertian Unit Anastesi dan Bedah
Pelayanan Anastesi
dan Bedah
2. Sosialisasi falsafah
dan tujuan, visi misi,
motto, dan struktur
organisasi Unit
Pelayanan Anastesi
dan Bedah
3. Jadwal dinas
2 Prosedur penerimaan Hari 1 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
pasien operasi dari Unit - Tanya jawab Unit Pelayanan
Pelayanan Rawat Inap - Survey Anastesi dan
lapangan Bedah/perawat yang
berkompeten
3 Prosedur penerimaan Hari 1 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
pasien operasi dari Unit - Tanya jawab Unit Pelayanan
Pelayanan Rawat Jalan - Survey Anastesi dan
lapangan Bedah/perawat yang
berkompeten
4 Prosedur penerimaan Hari 2 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
pasien operasi dari Unit - Tanya jawab Unit Pelayanan
Pelayanan Gawat - Survey Anastesi dan
Darurat lapangan Bedah/perawat yang
berkompeten
NO. MATERI WAKTU METODE PENANGGUNG JAWAB
5 Prosedur penerimaan Hari 2 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
pasien ODC - Tanya jawab Unit Pelayanan
- Survey Anastesi dan
lapangan Bedah/perawat yang
berkompeten
6 Prosedur tugas dinas Hari 2 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
pagi, sore, dan on call - Tanya jawab Unit Pelayanan
Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
7 Prosedur alur masuk Hari 2 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
pasien - Tanya jawab Unit Pelayanan
Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
8 Prosedur alur keluar Hari 2 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
pasien - Tanya jawab Unit Pelayanan
Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
9 Prosedur alur masuk alat Hari 3 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
steril - Tanya jawab Unit Pelayanan
- Praktek Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
10 Prosedur keluar alat Hari 3 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
kotor - Tanya jawab Unit Pelayanan
- Praktek Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
11 Prosedur serah terima Hari 4 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
pasien - Tanya jawab Unit Pelayanan
- Praktek Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
12 Prosedur penggunaan Hari 4 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
cauter - Tanya jawab Unit Pelayanan
- Praktek Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
13 Prosedur penggunaan Hari 4 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
suction - Tanya jawab Unit Pelayanan
- Praktek Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
NO. MATERI WAKTU METODE PENANGGUNG JAWAB
14 Prosedur pengambilan Hari 5 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
linen kotor/pembersihan - Tanya jawab Unit Pelayanan
linen/pengiriman ke - Praktek Anastesi dan
laundry Bedah/perawat yang
berkompeten
15 Prosedur pengambilan Hari 6 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
alat steril - Tanya jawab Unit Pelayanan
- Praktek Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
16 Prosedur penggunaan Hari 7 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
autoclave - Tanya jawab Unit Pelayanan
- Praktek Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
17 Prosedur pembersihan Hari 8 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
instrumen - Tanya jawab Unit Pelayanan
- Praktek Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
18 Prosedur packing Hari 9 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
instrumen - Tanya jawab Unit Pelayanan
- Praktek Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
19 Prosedur penataan Hari 10 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
instrumen di meja besar - Tanya jawab Unit Pelayanan
dan meja mayo - Praktek Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
20 Penggunaan alat untuk Hari 10 - Pembelajaran Kepala Keperawatan
bermacam-macam - Tanya jawab Unit Pelayanan
operasi - Praktek Anastesi dan
Bedah/perawat yang
berkompeten
21 Evaluasi Hari 12 - Ujian tulis Kepala Keperawatan
- Ujian lisan Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah
BAB X
PERTEMUAN/RAPAT

Rapat berkala terdiri dari:


1. Rapat Rutin
Rapat Rutin diselenggarakan pada:
Waktu : Selasa (1 bulan sekali sehabis konsolidasi)
Jam : 11.00 – selesai
Tempat : Ruang Rapat Unit
Peserta : Semua tenaga di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Materi :
a. Pembacaan notulen rapat minggu lalu dan tindak lanjut.
b. Pembacaan hasil rapat kerja.
c. Pembahasan laporan mingguan.
d. Evaluasi kendala dan solusi.

2. Rapat Insidental
Rapat Insidental diselenggarakan sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu hal
yang perlu dibahas segera.
BAB XI

PELAPORAN

1 Laporan Harian
a. Laporan tertulis jumlah operasi, tindakan dan nama operator, kejadian tertusuk

b. Inventaris harian
c. Laporan insidental: bila ada masalah/hal yang perlu dibahas segera

2. Laporan Bulanan

Laporan tertulis diserahkan kepada Direktur.

3. Laporan Tahunan

Laporan dibuat sesuai format Kerangka Acuan Unit, bentuk laporan tertulis, soft copy,
dan diserahkan kepada Direktur

Ditetapkan di Kediri
27 Rabiul Akhir 1444 H
Pada tanggal 22 November 2022 M

Direktur
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah

drg. MILLATUL AISYAH ARDHANI, M.A.R.$,


Lampiran 2 : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati
Nomor : 1077/PRN/III.6.AU/H/XI/2022
Tentang : Pelayanan Anastesi dan Bedah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati Kediri

PEDOMAN PELAYANAN UNIT PELAYANAN ANASTESI DAN BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATI KEDIRI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang merupakan suatu
tempat untuk melakukan tindakan pembedahan baik operasi elektif maupun
emergensi yang membutuhkan keadaan dan peralatan yang steril dan juga termasuk
fasilitas yang mempunyai banyak persyaratan. Tindakan pembedahan atau tindakan
operasi merupakan tindakan yang kompleks, penyulit dari tindakan pembedahan
dapat disebabkan oleh aspek sumber daya manusia, fasilitas/alat dan juga lingkungan
yang tidak memenuhi persyaratan.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan kedokteran telah menjadikan
pembedahan yang dahulu sebagai usaha terakhir, tetapi sekarang menjadi sesuatu
yang dapat diterima secara umum. Pelayanan keperawatan di kamar operasi juga ikut
berkembang dari hari ke hari, di mana kegiatan keperawatan mulai dari identifikasi
kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial pasien dan implementasi dari asuhan
keperawatan yang bersifat individualistik, mengkoordinasikan semua kegiatan
keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan, ilmu biomedis, ilmu perilaku dan ilmu
alam dasar dalam rangka memulihkan dan mempertahankan kesehatan,
kesejahteraan pasien sebelum, selama dan sesudah tindakan pembedahan. Teknik
kamar bedah merupakan suatu aturan tentang bagaimana cara pemberian pelayanan
di kamar bedah dengan baik dan benar, dengan tujuan agar tidak terjadi penyulit
akibat tindakan pembedahan.
Pelayanan bedah dan anastesi di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah Rumah
Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati adalah proses yang umum dan merupakan
prosedur yang kompleks di Rumah Sakit, oleh karena itu dibutuhkan asesmen pasien
yang lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi, monitoring
pasien yang berkesinambungan dan kriteria transfer untuk pelayanan berkelanjutan,
rehabilitasi dan akhirnya transfer maupun pemulangan pasien.
Tindakan pembedahan dan pembiusan adalah tindakan yang membawa risiko
tinggi, maka penggunaannya haruslah direncanakan secara seksama. Asesmen pasien
adalah dasar untuk memilih prosedur pembedahan dan pembiusan yang tepat,
pemilihan prosedur tergantung pada riwayat pasien, status fisik, dan data diagnostik
termasuk risiko dan manfaat prosedur bagi pasien, dalam hal ini pasien, keluarga atau
para pembuat keputusan diberikan edukasi tentang risiko, manfaat, dan komplikasi
serta alternatif yang berhubungan dengan prosedur. Pasien, keluarga atau para
pembuat keputusan diharapkan menerima informasi yang adekuat untuk
berpartisipasi dalam mengambil keputusan pemberian asuhan dan memberikan
persetujuan (informed consent).
Asuhan medis dan perawatan pasca bedah setiap pasien perlu dibedakan, oleh
karena itu penting untuk merencanakan asuhan tersebut yang berisikan tingkatan
asuhan, tempat asuhan, pemantauan tindak lanjut atau pengobatan dan kebutuhan
obat. Perencanaan asuhan pascabedah dapat dimulai sebelum pembedahan
berdasarkan asesmen kondisi dan kebutuhan pasien. Asuhan yang direncanakan bagi
setiap pasien didokumentasikan dalam rekam medis pasien untuk memastikan
kelanjutan pelayanan selama periode pemulihan atau rehabilitasi.
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati sebagai salah satu rumah
sakit swasta di Kabupaten Kediri yang memberikan pelayanan tindakan pembedahan
atau tindakan operasi dengan anastesi atau sedasi ringan, moderat, dan dalam yang
tersedia untuk tindakan elektif maupun di luar jam kerja (darurat). Sebagai salah satu
bagian dari Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati, Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah memberikan pelayanan tindakan pembedahan, anastesi maupun sedasi
dengan dilengkapi peralatan yang memadai dan juga didukung oleh sumber daya
manusia yang memiliki sertifikasi dan pelatihan yang khusus di bidangnya serta
memenuhi persyaratan dan standar di Rumah Sakit, nasional, undang-undang, dan
peraturan yang berlaku.
Di lingkungan kamar operasi terdiri dari beberapa ruangan: 1 ruang operasi,
ruang premedisasi, ruang pulih sadar dan ruang konsultasi. Pasien akan diterima di
ruang premedisasi sebelum dimasukkan ke ruang operasi, di tempat ini pasien didata
ulang identitas, informed consent, prosedur operasi, serta pemeriksaan tanda-tanda
vital dan untuk pasien bayi atau anak-anak akan diberikan obat premedisasi terlebih
dahulu oleh dokter anastesi, di tempat ini dokter bedah akan menyapa pasien dan
memberikan kembali penjelasan prosedur yang akan dilakukan.
Bila peralatan, tim bedah dan ruang operasi siap, maka pasien akan dibawa ke
ruang operasi dan di pindah ke meja operasi. Pasien akan dipasang monitor jantung
untuk memantau selama pembedahan dan pemberian anastesi.
Setelah pembedahan selesai dilakukan, pasien akan ditempatkan di ruang pulih
sadar (RR) untuk dipantau secara ketat keadaan umum dan tanda-tanda vital serta
kemungkinan terjadinya perdarahan post operatif. Di tempat ini pasien akan dipantau
selama 1 – 2 jam atau lebih melihat kondisi pasien sebelum dipindahkan ke ruang
perawatan atau ruang one day care. Di tempat ini perawat anastesi akan memantau
kondisi pasien dan mendokumentasikan dalam rekam medis pasien, sebelum pasien
pindah ke ruang perawatan selanjutnya, kelengkapan rekam medis pasien termasuk
laporan operasi harus sudah diisi oleh dokter operator bedah serta tindakan
perawatan selanjutnya juga harus sudah terlampir di rekam medis pasien.
Pedoman Pelayanan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah ini dibuat untuk acuan
dan pedoman bagi pemberian pelayanan pembedahan, anastesi, dan sedasi untuk
memberikan pelayanan kepada pasien sampai pasien mendapatkan perawatan
lanjutan atau pemulangan pasien.

B. Tujuan Pedoman
Pedoman ini dibuat sebagai acuan/standar bagi Unit Pelayanan Anastesi dan
Bedah dalam melakukan pelayanan pembedahan, anastesi dan sedasi sehingga
tercapai mutu dan keselamatan pasien.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya
Melati memberikan pelayanan pembedahan, anestesi, dan sedasi baik yang elektif
maupun emergensi (di luar jam kerja).

D. Batasan Operasional
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter
untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan
obat-obatan sederhana (Potter, 2006).
1. Bedah Minor
Bedah minor merupakan pembedahan secara relatif dilakukan secara sederhana,
tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan
asisten untuk melakukannya seperti pembersihan luka, superfisial nekrotomi.
2. Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan di mana secara relatif lebih sulit untuk
dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu, melibatkan risiko
terhadap nyawa pasien dan memerlukan bantuan asisten seperti bedah sectio
caesaria, apendektomi, dan lain-lain.
3. Bedah Antiseptik
Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap
penggunaan antiseptik untuk mengontrol kontaminasi bakterial.
4. Bedah Konservatif
Bedah konservatif merupakan pembedahan di mana dilakukan berbagai cara
untuk melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang diasumsikan tidak dapat
mengalami perbaikan daripada melakukan amputasi, seperti koreksi dan
imobilisasi dari fraktur pada kaki.
5. Bedah Radikal
Bedah radikal merupakan pembedahan di mana akar penyebab atau sumber dari
penyakit tersebut.
6. Bedah Rekonstruktif
Bedah rekonstruktif merupakan pembedahan yang dilakukan untuk melakukan
koreksi terhadap pembedahan yang dilakukan pada deformitas atau malforasi
seperti palatoplasti.
Sifat Operasi:
1. Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan di mana dapat dilakukan penundaan tanpa
membahayakan nyawa pasien.
2. Bedah Emergensi
Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan sangat
mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit atau untuk
menyelamatkan jiwa pasien.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
4. Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 1993.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
779/Menkes/SK/VIII/2008 tentang Standar Pelayanan Anastesiologi dan Reanimasi
di Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Jenis Tenaga Di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
a. Tim Bedah:
1) Ahli bedah
2) Asisten bedah
3) Instrumen
4) Sirkulair
5) Dokter anastesi
6) Asisten dokter anastesi
b. Sumber daya manusia di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah:
1) Penanggung Jawab Rawat Khusus
2) Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
c. Tenaga penunjang:
1) Pekarya kesehatan
2) Cleaning service

JUMLAH
NAMA JABATAN PENDIDIKAN SERTIFIKASI
KEBUTUHAN
Kepala Unit Pelayanan Dokter Spesialis BLS/PPGD/BTLS/ATLS/ 1
Anastesi dan Bedah ACLS
Kepala Keperawatan D-3 Keperawatan  Pelatihan dasar 1
Anastesi dan Bedah instrumen
internal/eksternal
 Pengalaman kerja
minimal 5 tahun
Dokter Operator Spesialistik BLS/PPGD/ATLS/BCLS/  1 Dokter Spesialis
BTLS Bedah
 1 Dokter Spesialis
Obgyn
 1 Dokter Spesialis
Ortopedi
 1 Dokter Spesialis
Urologi
 1 Dokter Spesialis
Anastesi
 1 Dokter Spesialis
Mata
JUMLAH
NAMA JABATAN PENDIDIKAN SERTIFIKASI
KEBUTUHAN
Perawat pelaksana Minimal D-3  D-3/D-4 1 tim terdiri dari:
bedah Keperawatan keperawatan 1 asisten
sertifikasi/ 1 instrumen
pelatihan dasar- 1 sirkuler
dasar instrumen
internal/eksternal
 Pengalaman kerja
minimal 2 tahun
Dokter Spesialis Spesialis BLS/PPGD/BTLS/ATLS/ 1
Anastesi Anastesi ACLS
Perawat pelaksana Minimal D-3  D-3 Keperawatan 1 orang
Anastesi Keperawatan  Pelatihan penata
anastesi
 Sertifikasi
pelatihan internal

2. Pola Ketenagaan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah

No. Jenis Pendidikan Pendidikan/Sertifikasi Jumlah Tenaga


1 Kepala Unit Pelayanan Dokter Spesialis, ATLS 1
Anastesi dan Bedah
2 Kepala Keperawatan  D-3 Keperawatan 1
Anastesi Bedah  Pelatihan dasar
instrumen
internal/eksternal
 Pengalaman kerja
minimal 5 tahun
3 Dokter Operator Spesialis Bedah  1 Dokter Spesialis Bedah
 1 Dokter Spesialis Obgyn
 1 Dokter Spesialis
Ortopedi
 1 Dokter Spesialis Urologi
 1 Dokter Spesialis
Anastesi
 1 Dokter Spesialis Mata
4 Perawat pelaksana  D-3/D-4 Keperawatan 4
 Sertifikasi/pelatihan
dasar-dasar instrumen
internal/eksternal
 Pengalaman kerja
minimal 2 tahun
5 Dokter Spesialis Anastesi ACLS 1
No. Jenis Pendidikan Pendidikan/Sertifikasi Jumlah Tenaga
6 Perawat pelaksana anastesi  D III Keperawatan 1
 Pelatihan penata
anastesi
 Sertifikasi pelatihan
internal

B. Distribusi Ketenagaan

No. Jabatan Fungsi Jadwal Kerja


1 Kepala Unit Pelayanan Manajerial Selasa dan Jum'at, dan
Anastesi dan bedah sesuai kondisi
2 Kepala Keperawatan Manajerial Shift pagi, di luar shift on
Anastesi dan Bedah call
3 Dokter Operator Operator Sesuai dengan jadwal
operasi
4 Perawat pelaksana Tenaga perawat Unit Shift pagi dan siang, dan di
Pelayanan Anastesi luar shift on call
dan Bedah
5 Dokter Spesialis Anastesi Dokter Anastesi On call
6 Perawat pelaksana Asisten dokter Anastesi Shift pagi siang, di luar shift
on call

C. Pengaturan Jaga
NO SHIFT JUMLAH PENUGASAN
1 Pagi Shift & on call -
2 Sore Shift & on call -
3 Malam Shift & on call -
4 Libur/cuti - -
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
a. Kamar Operasi
Yang dimaksud dengan kamar operasi adalah ruangan di mana dilakukan
tindakan-tindakan sehubungan dengan pembedahan. Ruangan ini merupakan
ruangan terbatas/ketat. Orang-orang yang bisa masuk hanyalah petugas yang
sedang bertugas. Orang-orang yang tidak berkepentingan tidak boleh masuk, ini
untuk menjaga sterilitas dari ruangan kamar operasi. Bagian-bagian kamar operasi
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati:
1. Bentuk
Bentuk kamar operasi di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati
bersudut. Lantai keramik, dinding keramik dan langit-langitnya melengkung.
Dinding di cat dengan cat tembok yang mengandung weather shield.
2. Ukuran
Ukuran kamar operasi di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati 5,6
m × 5,6 m.
3. Pintu
Pintu di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah bertipe swinging door. Ukuran
pintu 2 × 1,5 m dan memiliki ketebalan ± 4 cm.
4. Sistem Ventilasi
Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat kontrol dan penyaring
udara dengan menggunakan AC.
5. Suhu dan kelembaban
a) Suhu ruangan antara 19⁰C - 22⁰C.
b) Kelembaban 55%.
6. Sistem Penerangan
a) Lampu Penerangan
Untuk penerangan di dalam kamar operasi memakai lampu pijar putih dan
mengantung di langit-langit.
b) Lampu Operasi
Lampu operasi di kamar bedah yang berfungsi tiga lampu yang berada di
kamar 2, 5, 6 (keterangan cahaya).
7. Peralatan
a) Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi memiliki roda.
b) Semua alat elektrik di kamar operasi memilki Standar Prosedur
Operasional penggunaan dan ditempel sehingga mudah dibaca.
8. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi di kamar operasi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati, memiliki 1 telepon paralel untuk berkomunikasi dengan ruangan
lain.

b. Pembagian Daerah Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah


Secara Umum Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati, dibagi menjadi:
1. Area bebas (Unrestricted Area)/Warna Hijau
Pada daerah ini bila petugas dan pasien masuk tidak perlu mengganti pakaian.
Ini merupakan juga daerah peralihan dari luar ke dalam kamar operasi:
a) Ruang tunggu pasien
b) Ruang konsultasi
c) Ruang ganti baju laki-laki dan perempuan
d) Ruang kerja perawat (tempat mencuci alat dan tempat linen kotor)
e) Kamar mandi dan WC
f) Ruang istirahat dokter luar
2. Daerah Semi Terbatas (Semi Restricted Area)/Warna Kuning
Ini merupakan daerah penghubung antara daerah bebas dan dengan kamar
bedah. Setiap orang yang masuk daerah ini wajib ganti pakaian khusus kamar
operasi, masker dan topi, demikian pula dengan pasien. Yang masuk ruang ini
adalah:
a) Ruangan persiapan premedisasi
b) Ruang koridor
c) Ruang pulih sadar (recovery room)
d) Ruang Kepala Kamar Operasi
e) Ruang penyimpanan alat steril
f) Ruang penyimpanan alat tidak steril
g) Ruang pencucian instrumen bekas pakai
h) Ruang depo farmasi
i) Ruang pembuangan limbah operasi
3. Daerah Terbatas (Restricted Area)
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar opeasi lengkap
dan melaksanakan prosedur aseptik.
Yang termasuk daerah ini adalah:
a) Ruang cuci tangan
b) Ruang tindakan pembedahan
c) Ruang penyimpanan alat steril
d) Ruang penyimpanan bahan habis pakai
e) Ruangan istirahat dokter
f) Ruang anastesi

B. Peralatan di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah


a. Standar Fasilitas
1. Anastesi

No. Fasilitas Standar Jumlah


1 Mesin Anastesi 1 Compact 22
2 Tabung O2 1 di ruang operasi
3 Tabung N2O 1 di ruang operasi
4 Monitor Jantung 1 buah
5 Meja Mayo 1 buah
6 Meja Obat 1 buah
7 Mesin Suction 1 buah
8 Ambubag 1 buah
9 Standar Infus 1 buah
10 Tensimeter 1 buah
12 Laringoskop 1 set miller dws
13 Magill Tang 1 buah
14 Jackson Rees 1 buah
15 Mayo/Airway 3 bayi dan anak
16 Endotracheal Tube 5 buah setiap ukuran 3.0 – 8.0
17 Box X-Ray 1 buah
18 Stetoskop 2 biasa

2. Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah


Daftar inventaris
No. Fasilitas Standar Jumlah
1 Mesin Couter 1
2 Suction 1
3 Meja Operasi 1
4 Meja Instrumen 2
5 Meja Besar 1
6 Meja Kecil 1
7 Sampah 2
No. Fasilitas Standar Jumlah
8 Lampu Operasi 2
9 AC 1
10 Mesin anastesi 1
11 Troli anastesi 1
12 Tabung oksigen 3
13 Tabung N2O 1
14 Laringoskop 1
15 Mandrin endo 2
16 Tromol besar 1
17 Tromol sedang 2

3. Fasilitas Non Medis


Fasilitas non medis yang tersedia di dalam kamar operasi antara lain:
a) Jam dinding
Terdapat jam dinding di kamar operasi dan di ruang ganti dokter.
b) Higrometer
Pengukur tekanan dan kelembaban udara terdapat di kamar operasi 1.

b. Alur Pasien, Petugas, dan Instrumen


1. Instrumen
Pintu keluar masuk peralatan bersih dan kotor berbeda.
2. Alur petugas
Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.
3. Alur pasien
a) Pintu masuk pasien pre dan pasca tidak sama.
b) Pintu keluar masuknya peralatan bersih dan kotor berbeda.

c. Standar Peralatan kamar Operasi


1. Ruang tunggu
Ruang tunggu pasien belum ada.
2. Ruang ganti baju
Ruang ganti baju mempunyai peralatan sebagai berikut.
 Locker pakaian
 Rak sepatu
 Wastafel dan cermin
 Ember tertutup tempat baju kotor
 Tempat sampah tertutup
3. Ruang Istirahat
Ruang istirahat mempunyai peralatan sebagai berikut.
 Kursi sofa
 Kursi dan meja makan
 Tempat sampah tertutup
 Wastafel dan cermin
 Peralatan minum
4. Gudang
Gudang mempunyai peralatan rak/lemari alat.
5. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi dan WC mempunyai peralatan sebagai berikut.
 Ember
 Gayung
 Sandal khusus kamar operasi
 Kapstok
6. Ruang persiapan/premedisasi
Ruang persiapan/premedisasi mempunyai peralatan sebagai berikut.
 Brankart/kereta dorong
 Standar infus
 Tensimeter
 Stetoskop
7. Koridor
Papan acara operasi.
8. Ruang pulih
Ruang pulih mempunyai peralatan sebagai berikut.
 Cairan infus
 Face mask
 Oksigen/O2
 Tensimeter
 Oksimetri
 Bengkok
 Alat komunikasi
 Stetoskop
 Formulir observasi
9. Ruang penyimpanan alat steril
 Rak/lemari
 Meja
10. Ruang penyimpanan alat tidak steril
Ruang penyimpanan alat tidak steril mempunyai peralatan sebagai berikut.
 Lemari kaca
 Mesin foces
 Steril kering (memmert)
 Steril basah/uap
 AC
11. Ruang pencucian instrumen
Ruang pencucian intrumen bekas pakai, mempunyai peralatan sebagai berikut.
 Meja kedap air
 Bak pencuci alat Sikat
 Tempat sampah
 Desinfektan
12. Wastafel cuci tangan
Wastafel cuci tangan mempunyai peralatan sebagai berikut.
 Tempat cuci tangan, kran air dengan sensor
 Tempat untuk sikat steril
 Desinfektan dalam tempatnya
13. Ruang tindakan (kamar operasi)
Ruang tindakan (kamar operasi) mempunyai peralatan sebagai berikut.
a) Alat kedokteran untuk anastesi
1) Mesin anastesi
2) Larygnoscope
3) Magyl forcep
4) Endotracheal tube
5) Face mask
6) Trolley (meja dorong)
7) Suction pump
b) Alat kedokteran untuk operasi
1) Set intrumen sesuai dengan jenis operasi
2) Meja operasi lengkap
3) Meja instrumen
4) Meja mayo
5) Lampu operasi
6) Waskom dan standarnya
7) Suction pump
8) Diartermi/couter
c) Obat-obatan dan cairan
1) Obat-obatan untuk anastesi dan obat lain yang diperlukan
2) Cairan infus berbagai jenis
3) Cairan desinfektan
d) Tata letak alat di ruang tindakan
Gambar: Tata letak alat di ruang tindakan

Keterangan:
1) Mesin anastesi
2) Meja operasi
3) Meja instrumen
4) Meja kecil
5) Suction
6) Couter

d. Macam-Macam Instrumen dan Set Operasi


1. Macam-Macam Instrumen

No. Instrumen Standar Jumlah


1 Bengkok sedang 3
2 Bengkok besar 1
3 Souit gliserin 1
4 Korentang 3
5 Hak spieder 2
6 Mangkok 4
No. Instrumen Standar Jumlah
7 Vacum karet 3
8 Sendok curet 1
9 Metz Herlip kecil 3
10 Metz Herlip besar 3
11 Gunting metzemboum sedang 4
12 Gunting berat panjang 1
13 Gunting benang 4
14 Gunting rahim 1
15 Gunting benang runcing 4
16 Tangkai jarum plastik 3
17 Tangkai jarum oliver 1
18 Tangkai jarum 20 cm 5
19 Tangkai jarum 18 cm 2
20 Tangkai jarum 15 cm 3
21 Tangkai jarum terpanjang 1
22 Goggle 7
23 Jarum Trocard No. 22 1
24 Jarum Trocard No. 36 1
25 Bor Uterus 1
26 Tang Abortus 3
27 Sigmoid Klem 2
28 Bak rendaman sedang 2
29 Bak rendaman kecil 2
30 Elevator TH 1
31 Tampon Forcep 1
32 Pengait Spiral 1
33 Cangkir stainless 1
34 Mesin couter 1
35 Mesin suction 3
36 Mikroskop untuk operasi mata 1
37 Alat mata 1
38 Histerectomy clamp 4

2. Macam-Macam Set Operasi


a) Alat Jahit (3 set)

No. Instrumen Standar Jumlah


1 Ring Forcep 1
2 Gunting Metzembum 5
3 Pincet Cirugis 6
No. Instrumen Standar Jumlah
4 Gunting benang 5

b) SC Set

No. Instrumen Standar Jumlah


1 Desinfeksi klem 1
2 Wound hak 1
3 Double hak 1
4 Ringntang 6
5 Kocher 6
6 Chrom klem B/S 6/4
7 Nald voeder 2
8 Handvadmes 1
9 Gunting Metzemboum 1
10 Gunting benang 1
11 Pincet chirurgic B/s 1/1
12 Pincet anatomi B/s 1/1
13 Doek klem 5
14 Cucing sedang 2

c) Set Kecil

No. Instrumen Standar Jumlah


1 Desinfeksi klem 1
2 Double hak 2
3 Hak kecil 1
4 Pincet anatomi b/s 1/1
5 Pincet chirurgi b/s 1/1
6 Chrom klem s/k 2/4
7 Kocher 6
8 Nald voeder 2
9 Handvetmes 2
10 Cucing b/k 1/1
11 Gunting metzemboum b/k 1/1
12 Ellys klem 2
13 Doek klem 5

d) Set Sedang

No. Instrumen Standar Jumlah


1 Desinfeksi klem 1
2 Double hak 2
3 Pincet anatomi b/s/k 1/1/1
4 Pincet chirurgi p/s/k 1/-/1
5 Chrom klem s/k 6/2
6 Kocher 6
No. Instrumen Standar Jumlah
7 Nald voeder 2
8 Handvetmes 2
9 Cucing b/k 1/1
10 Gunting metzemboum 1
11 Ellys klem 2
12 Doek klem 5

e) Alat Instrumen Non Set

No. Instrumen Standar Jumlah


1 Spider 1
2 Timan b/k 1/2
3 Hak pacul 2
4 Doubel hak 4
5 Miom bor 1
6 Bengkok 1
7 Cucing sedang 2
8 Cucing kecil 3
9 Hak gigi 2 tumpul 1
10 Hak gigi 2 tajam 3
11 Hak gigi 4 tumpul b/s 1/2
12 Hak gigi 4 tajam b/s 3/1
13 Timan kecil 1
14 Suction cateter 2
15 Tang 1
16 Orofaring tang 1
17 Chrom klem b/s/k 3/10/18
18 Klem usus 2
19 Kocher b/s/k 6/5/17
20 Ellys klem 4
21 Mikuluk 4
22 Ring tang 4
23 Elevator 2
24 Pincet anatomi p/s/k 2/1/-
25 Pincet chirurgic 4
26 Doek klem 4
27 Naldvoeder 1
28 Handvetmes 2
29 Gunting benang 2
30 Sendok curettage 1
31 Gunting metzemboum 1
32 Bak instrumen 3
33 Tromol 3
f) Alat-Alat Penunjang Ok

No. Instrumen Standar Jumlah


1 Meja anastesi 1
2 Mesin anastesi 1
3 Mesin suction 1
4 Mesin cas 1
5 Lampu operasi b/s 1/1
6 Lampu emergency 1
7 Steril basah 2
8 Steril kering 1
9 AC 2
10 ECG monitor 1
11 Tabung O2 1
12 Kursi 1
13 Standar infus 1
14 Kursi 1
15 Set baju operasi 3
16 Baju OK 15 pasang
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Manajemen Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah


1. Administrasi Dan Pengelolaan
a. Rumah Sakit menetapkan Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah sebagai
koordinator pelayanan pembedahan, sesuai dengan Struktur Organisasi Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah.
b. Pengorganisasian selengkapnya diatur dalam Pedoman Organisasi Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah
c. Tindakan pembedahan di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah dilaksanakan
kerja sama antara dokter operator dan dokter anastesi. Dokter operator dan
anastesi bekerja sesuai hak dan kewajibannya sesuai dengan kebijakan tentang
hak dan kewajiban dokter bedah dan anastesi.
d. Pelayanan di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah dikepalai oleh seorang dokter
spesialis bedah umum atau dokter.
e. Pelayanan Anastesi di Kamar Operasi dilakukan oleh dokter anastesi dan
perawat penata Anastesi yang bekerja full time sesuai dengan tugasnya.
f. Pelayanan di kamar operasi dilaksanakan oleh perawat bedah yang bekerja full
time sesuai dengan tugasnya.

2. Informed Consent
a. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan di Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati harus
dilakukan pengambilan informed consent terlebih dahulu sesuai dengan
kebijakan tentang persetujuan dan penolakan tindakan medis (informed
consent) di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati.
b. Informed consent harus disertai penjelasan pembedahan (edukasi) (baik
dilakukan oleh dokter bedah maupun dokter anastesi) sehingga memberikan
rasa aman kepada pasien dan keluarga.
c. Pelaksanaan informed consent sesuai dengan prosedur operasional informed
consent.
d. Rumah Sakit memberikan pelayanan pembedahan sesuai dengan kebutuhan
dan permintaan dari masyarakat sebagai klien.
e. Penyelenggaraan pembedahan di bawah koordinasi Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati yang dikepalai
oleh dokter spesialis bedah.
f. Semua pasien yang dikirim ke kamar operasi, informed consent sudah lengkap.

3. Pelayanan Anastesi
a. Yang bertanggung jawab terhadap pelayanan anastesi di Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah adalah dokter anestesi.
b. Pelayanan anastesi berada di bawah tanggung jawab dokter anestesi.
c. Pelayanan anastesi kepada pasien di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah harus
seragam pada seluruh pelayanan di Rumah Sakit.
d. Dokter anastesi bertanggung jawab terhadap pengembangan implementasi
dan memelihara atau menegakkan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan
dan dilaksanakan.
e. Dokter anastesi mempunyai tanggung jawab untuk memelihara atau
mempertahankan program pengendalian mutu yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan.
f. Mempunyai tanggung jawab untuk memantau dan menelaah seluruh
pelayanan anastesi yang ditetapkan dan dilaksanakan.
g. Bilamana penanggung jawab anastesi berhalangan maka ditunjuk dokter
anastesi dari luar yang memilki surat izin praktek di Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati untuk menggantikan.
Tugas dan tanggung jawab koordinator pelayanan anastesi di Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah:
a. Tugas
 Mengembangkan, menerapkan, dan menjaga regulasi.
 Melakukan pengawasan administrasi.
 Menjalankan program pengendalian mutu yang dibutuhkan.
 Memonitor dan evaluasi pelayanan anastesi, sedasi moderat, dan dalam.
b. Tanggung Jawab
 Menjamin kompetensi sumber daya manusia yang melaksanakan
pelayanan anestesiolog.
 Menjamin sarana, prasarana, dan peralatan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan dan standar.
 Menjamin dapat terlaksananya pelayanan anastesiologi yang bermutu
dengan mengutamakan keselamatan pasien.
 Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi sumber daya manusia
pelayanan anastesiologi secara berkesinambungan.
 Pelaksanaan pencatatan, evaluasi, dan pembuatan laporan kegiatan di
dalam Rumah Sakit.
 Pelaksanaan program menjaga mutu pelayanan anastesi dan keselamatan
pasien di dalam Rumah Sakit.
 Merekomendasikan dokter spesialis anastesi pengganti sesuai dengan
kebijakan pelayanan anastesi Rumah Sakit.

4. Staf Kamar Operasi


a. Untuk semua staf kamar operasi harus disiplin tinggi terhadap ketaatan
peraturan yang ada di kamar operasi.
b. Saat operasi berlangsung untuk staf tidak banyak mondar mandir di dalam
kamar operasi (keluar masuk kamar operasi) membuka pintu.
c. Menjaga kesehatan dan kebersihan diri.
d. Petugas kamar operasi harus bebas dari kuman-kuman yang mudah ditularkan
(karena sangat sulit ditentukan).
e. Perlengkapan petugas pembedahan.
1) Perlengkapan petugas yang ikut pembedahan
a) Baju kamar operasi
b) Penutup kepala
c) Masker
d) Apron
e) Jas operasi
f) Sarung tangan
g) Alas kaki
2) Perlengkapan petugas yang lain
a) Baju kamar operasi
b) Penutup kepala
c) Masker
d) Alas kaki
3) Pakaian kamar operasi/jas operasi dilepas saat akan meninggalkan area
kamar operasi.
5. Alur Masuk dan Keluar Kamar Operasi
a. Alur Masuk untuk Petugas
1) Petugas Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah masuk lewat pintu utara kamar
operasi, menempatkan sepatu dan sandal pada tempat yang telah
disediakan.
2) Masuk ruang ganti sesuai dengan jenis kelamin (ruang ganti pria dan
perempuan).
3) Petugas mengganti baju luar dengan baju khusus kamar operasi.
4) Mengenakan topi (topi telah disediakan di ruang ganti).
5) Setiap petugas kamar operasi wajib mencuci tangan sebelum masuk kamar
operasi dengan menggunakan hand scrub, yang tersedia di kamar operasi.
6) Masuk ruang istirahat atau makan dan menuju ke area kamar operasi.
7) Masuk kamar operasi (lengkap menggunakan pakaian kamar operasi yaitu
baju kamar operasi, topi, masker dan sandal khusus kamar operasi).

b. Alur Keluar untuk Petugas


1) Untuk alur keluar petugas kamar operasi sesuai dengan alur masuk
petugas.
2) Sandal disimpan pada lemari yang telah disediakan di ruang ganti dan tidak
boleh dipakai keluar.

c. Alur Masuk untuk Pasien


1) Pasien masuk melalui pintu ruang terima pasien.
2) Pasien diterima oleh perawat kamar operasi (perawat bedah atau perawat
anastesi).
3) Identifikasi pasien.
4) Menggunakan baju kamar operasi.
5) Pengecekan kelengkapan persiapan operasi.
6) Pasien dibawa ke ruang operasi sesuai dengan jadwal.

d. Alur Keluar untuk Pasien


1) Pasien dari kamar operasi keluar melalui pintu pasien kamar operasi.
2) Masuk ke ruang pulih sadar, didampingi oleh perawat.
3) Selama pasien berada di ruang pulih sadar dimonitoring oleh perawat
ruang pulih sadar/perawat Penata Anastesi.
4) Setelah berada di ruang pulih sadar pasien masuk kriteria bisa keluar dari
ruang pulih sadar dan kembali ke ruang melalui pintu recovery room.
5) Yang berwenang memberikan izin pindah ke ruangan adalah dokter
anastesi.

6. Memonitor Performa Kamar Operasi/Ruang Tindakan


Sebelum prosedur operasi dimulai harus dilakukan persiapan ruangan dengan
mencipakan area steril, menyiapakan kelengkapan instrumen, dan bahan
kebutuhan operasi:
a. Penciptaan area steril
 Menempatkan linen (duk) steril di sekililing area operasi dan meja
instrumen.
 Personil harus mengenakan pakaian steril.
 Alat steril hanya dipegang olehpersonil yang telah steril.
 Alat steril tidak boleh diletakan dekat pintu.
 Jendela harus ditutup.
 Pastikan sebelum menyentuh alat steril garus cuci tangan.
 Personil yang tidak steril tidak diperkenankan untuk memegang intrumen
steril.
 Perlu diingatkan bahwa sekali batas steril dilewati maka dianggap
terkontaminasi.
 Jika ragu menetukan tentang status sterilitas maka dianggap
terkontaminasi.
b. Persiapan alat
Persiapan alat melalui empat tahap, yaitu: pencucian dan dekontaminasi,
desinfeksi, sterilisasi, dan penyimpanan atau pemindahan ke lapangan steril.
Sterilisasi menggunakan steam.
c. Persiapan perlengkapan anastesi
d. Memastikan kualitas udara dan ventilasi
 Ventilasi kamar operasi harus positive-pressure.
 Udara masuk ke ruangan melalui AC yang terpasang di langit-langit.
 Ruangan hanya diizinkan dibuka untuk perpindahan alat, personel tim
bedah dan pasien, selain itu pintu harus tetap tertutup.
e. Mengatur lalu lintas
Zona dibagi menjadi tiga:
 Unrestricted zone: hanya orang-orang yang berkepentingan yang boleh
berada di zona ini, tetapi baju luar biasa diperbolehkan.
 Semirestricted zone: zona ini adalah area yang terhubung dengan kamar
operasi (contohnya: lorong, kantor, kamar alat), orang-orang yang berada
di sini harus mengenakan pakaian scrub dengan lengan panjang, penutup
rambut, dan sepatu bersih atau penutup sepatu.
 Restricted zone: zona ini terdiri dari kamar operasi dan area cuci tangan,
orang-orang yang memasuki zona ini harus mengenakan kostum bedah
lengkap termasuk masker. Mereka yang tidak di-scrub harus mengenakan
jaket berlengan panjang lengkap dengan kancing tertutup. Masker
khususnya harus dikenakan di ruangan dengan peralatan steril yang
terbuka (semua instrumen yang diperlukan telah siap sedia di dalam kamar
operasi sebelum operasi dimulai untuk meminimalkan lalu lintas yang tidak
diperlukan dari dan ke ruangan).

7. Manajemen Pasien
Hal-hal yang dikaji untuk faktor risiko pasien:
 Alergi
 Riwayat kesehatan sebelumnya (misalnya tekanan darah tinggi, asma, masalah
jantung atau pernapasan)
 Penggunaan tembakau (karena rokok meningkatkan risiko infeksi)
 Penggunaan alkohol dan narkotika
 Pengalaman pribadi pasien dengan sedasi dan anastesi sebelumnya
 Berat badan
 Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
 Ada tidaknya risiko untuk anastesi dan sedasi
 Permintaan khusus dari pasien untuk jenis anastesi dan sedasi
 Kecemasan pasien
 Delirium
 Status nutrisi
 Risiko potensial untuk deep vein thrombosis
Pemberian obat pada pasien harus diberi label yang mencakup informasi seperti di
bawah ini:
 Nama
 Kekuatan
 Jumlah/konsentrasi
 Tanggal kadaluwarsa
 Pelarut dan volumenya
 Tanggal diberikan

8. Manajemen Tim Bedah


 Baju di kamar operasi terbuat dari bahan yang ringan dan memungkinkan
untuk bernapas. Jas operasi terbuat dari bahan yang tidak menyerap air.
 Alas kaki pada bagian depan tertutup, bertumit rendah, bersol anti selip dan
dibersihkan.
 Sebelum memegang jas operasi atau memasuki ruang operasi semua personel
kamar operasi harus mencuci tangan dengan sabun dan air, antiseptik dan air.
 Semua personel harus menutupi kepala dan rambut muka.
 Masker harus menutupi seluruh bagian mulut dan hidung.
 Kostum bedah harus dicuci dan disterilkan.
 Seluruh personel harus menerima edukasi dan pengarahan perihal kostum
bedah.
Prinsip penggunaan sarung tangan:
 Sarung tangan yang digunakan menjadi barrier yang efekif terhadap material
infeksius termasuk darah dan cairan tubuh.
 Sarung tangan harus diganti setiap habis kontak dengan pasien atau setiap
sarung tangan rusak.
 Sarung tangan tidak boleh dicuci atau di-reuse.
 Untuk prosedur invasif, personel kamar operasi menggunakan dua lapis.

9. Manajemen Preoperasi
Hal-hal yang harus di perhatikan oleh tim:
a. Mempersiapkan mental, waktu dan biaya.
b. Kepastian diagnosa penyakit.
c. Pemeriksaan tambahan seperti laboratorium, rontgent x-ray, USG CT Scan, dan
MRI.
d. Kurang lebih 8 jam sebelum masuk kamar operasi, kondisi fisik penderita
diharapkan sudah fit, menanggalkan aksesoris seperti perhiasan, gigi
palsu/tidak bergincu dan cat kuku, semua ini untuk mencegah kontaminasi
operasi dan menunjang sterilisasi proses operasi.

10. Manajemen Intra Operasi


a. Monitoring Anastesi dan Sedasi
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh tim bedah:
1) Mengkomunikasikan risiko sebelum memulai prosedur
2) Menyiapkan obat-obatan emergensi dan antidotum
3) Mempersiapkan efek-efek samping obat
4) Memantau tanda-tanda vital
5) Mempertimbangkan pemanfaatan teknologi untuk teknik anastesi
6) Observasi pasien selama operasi (skala)
7) Awareness
b. Memasukkan obat
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi risiko:
1) Mengidentifikasi pasien dan mengkonfirmasi alergi obat yang dimiliki
2) Melakukan verifikasi obat sebelum pemberian
3) Menggunakan perintah verbal
4) Mengidentifikasi penggunaan obat-obatan high alert
c. Kondisi pasien yang harus dimonitor selama operasi:
1) Kadar glukosa
2) Suhu tubuh
3) Penggunaan darah
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari masalah dalam ruang
operasi:
1) Meminimalkan distraction dan interupsi
2) Mencegah trauma tajam
a) Keselamatan alat
b) Keselamatan teknik
 Menempatkan benda-benda tajam yang mudah terlihat
 Menggunakan teknik tanpa sentuh
 Menggunakan sarung tangan dua rangkap
 Menggunakan teknik jahit yang mencegah trauma
 Sebisa mungkin menghidari lapangan bedah ketika dokter bedah
memotong dan menjahit
 Memakai alas kaki yang terlindungi
c) Program kontrol pajanan
d) Program edukasi
3) Mencegah tertinggalnya benda-benda di dalam luka operasi dengan
metode penghitungan alat-alat
4) Menangani spesimen secara benar
5) Mencegah kebakaran

11. Manajemen Pascaoperasi


a. Tranfer pasien dari meja operasi ke ruang pulih sadar
1) Setelah operasi selesai dan anastesi telah dihentikan serta kondisi pasien
telah memenuhi syarat untuk ditransfer keluar dari kamar operasi, maka
semua peralatan yang menempel harus dilepas dari tubuh pasien.
2) Pastikan status anastesi telah terisi lengkap.
3) Bersihkan area operasi dengan kassa basah dan keringkan.
4) Masukan brankar/tempat tidur ke dalam kamar operasi.
5) Gunakan perlak biru (pengangkat) untuk memindahkan pasien dari meja
operasi ke brankar, dan pastikan brangkar telah terkunci.
6) Selama proses transfer pasien, didampingi asisten anastesi atau perawat,
bahkan bila perlu oleh dokter anastesi.
7) Selama proses transfer pasien tetap dilakukan penilaian terhadap fungsi
pernapasan, fungsi kardiovaskuler, serta fungsi kesadaran pasien.
b. Pengawasan pasien Selama di ruang Pulih Sadar
Pengawasan pasien di ruang pulih sadar diawasi oleh perawat penata anastesi/
perawat ruang pulih sadar:
1) Menyapa pasien
2) Menjelaskan tindakan operasi sudah selesai
c. Kriteria transfer pasien pascaoperasi
1) Transfer pasien dari meja operasi ke ruang pulih sadar
a) Kriteria Pasien dengan Ekstubasi dan Regional
- B1 antara lain:
 Airway bebas, jalan nafas spontan
 Tanpa tanda distress nafas
 Respiratory rate ≥ 12x/menit, SpO2 lebih dari 97%
- B2: tekanan darah sistolik 100 – 140 mmHg dan diastole 60 – 90
mmHg
- B3:
 Pasien sadar baik atau respon to verbal (contoh: bisa membuka
mata atau menjawab) didampingi oleh asisten anastesi dan
perawat sirkuler yang bertugas pada operasi.
 Apabila untuk dokter anastesi dipandang perlu maka dokter
anastesi mendampingi saat transfer ke ruang pulih sadar.
b) Intubasi atau tube in
 Ventilasi menggunakan ambubag, kontrol ventilasi, diantar oleh
dokter anastesi dan assisten anastesi ke High Care Unit.
 Didampingi dokter anastesi.
c) Prosedur:
 Setelah operasi selesai dan prosedur anastesi dihentikan, serta
kondisi pasien telah memenuhi kriteria untuk ditransfer keluar dari
kamar operasi, maka semua peralatan monitor yang melekat di
tubuh pasien dilepas.
 Pastikan status anastesi telah terisi lengkap.
 Bersihkan area operasi dengan kassa.
 Masukkan brangkar ke dalam kamar operasi.
 Gunakan perlak biru untuk memindahkan pasien dari meja operasi
ke brangkar, dan pastikan brangkar telah terkunci.
 Selama proses transfer pasien, didampingi asisten anastesi atau
perawat, bahkan bila perlu oleh dokter anastesi.
 Selama proses transfer pasien tetap dilakukan penilaian terhadap
fungsi pernapasan, fungsi kardiovaskuler, serta fungsi kesadaran
pasien.
 Pastikan keamanan pasien (posisi berbaring, tangan, lokasi operasi,
drain, infus dan alat lainnya).
d) Petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis
 Tekanan darah sistolik: 90 – 100 mmHg atau lebih dari 150 – 160
mmHg sedangkan diastolik kurang dari 50 mmHg atau lebih dari 90
mmHg.
 Heart rate kurang dari 60 kali/menit atau lebih dari 100 kali/menit.
 Suhu lebih dari 38,3°C atau kurang dari 35°C.
 Meningkatnya kegelisahan pasien.
 Tidak buang air kecil 8 jam setelah pascaoperasi.
e) Pencatatan laporan memuat:
 Diagnosis pascaoperasi.
 Nama dokter dan asistennya.
 Prosedur operasi yang dilakukan dan rincian temuan.
 Ada dan tidak adanya komplikasi.
 Spesimen operasi yang dikirim untuk diperiksa.
 Jumlah darah yang hilang dan jumlah yang masuk lewat tranfusi.
 Nomor pendaftaran dari alat yang dipasang (implan).
 Tanggal dan waktu tanda tangan dokter yang bertanggung jawab.
2) Proses transfer pasien dari ruang pulih sadar menuju ruang perawatan
Kriteria pasien pulih
a) Status fisik pasien telah kembali pulih
 B1: fungsi pernafasan
Jalan nafas bebas, tidak terdengar suara nafas tambahan, tidak
terdapat cuping hidung, respiratory rate antara 12 sampai 20 kali
per menit, tidak terdapat ronchi atau wheezing, pasien tidak
mengeluh sesak.
 B2: fungsi kardiovaskuler
Perfusi hangat kering merah, nadi 60 – 90 kali per menit, kuat,
denyut teratur.
 B3: fungsi kesadaran
Sadar baik, respon to verbal.
 B4: fungsi ginjal
Produksi urine cukup, warna jernih.
 B5: fungsi pencernaan
Abdomen terabah soft.
 Dari lokasi operasi tidak pendarahan, bila terdapat drain luka
operasi jumlah pendarahan tidak banyak.
 Bila operasi obstetric ginekologi, tidak pendarahan pervaginam.
b) Pasien yang telah memenuhi kriteria di atas diperbolehkan untuk
pindah ke ruangan.
c) Perawat ruang pulih sadar menelepon perawat ruangan untuk
menjemput pasien tersebut dengan memberitahu perlengkapan yang
harus dibawa.
d) Pemindahan pasien dari brankart ke tempat tidur pasien dengan
menggunakan alat bantu.
e) Sebelum memindahkan pasien ke ruangan, perawat anastesi
berkomunikasi dengan dokter anastesi.
Khusus untuk pasien yang memerlukan observasi harus dipindahkan sesuai
dengan instruksi dokter anastesi.
3) Transfer pasien dari ruang recovery ke High Care Unit
a) Pasien tanpa menggunakan ventilator
- Perawat anastesi menghubungi HCU untuk memastikan ruangan
telah siap.
- Perawat anastesi menghubungi perawat ruangan untuk menjemput
pasien.
- Perawat anastesi menyerahkan semua status pasien kepada
perawat ruangan dan menjelaskan instruksi pascaoperasi.
- Memindahkan pasien ke tempat tidur dengan beberapa petugas
secara bersamaan dengan menggunakan perlak biru.
b) Proses pemulangan pasien ODC (One Day Care)
- Pasien pascaoperasi dibawa ke ruang recovery, sama dengan pasien
rawat inap.
- Perawat melakukan komunikasi dengan pasien.
- Perawat memonitoring keluhan dan kondisi pasien.
- Perawat memonitoring tanda-tanda vital.
- Perawat anastesi menelepon, perawat Unit Pelayanan Rawat Jalan
untuk menjemput pasien.

B. Persiapan Lingkungan Kamar Operasi


1. Persiapan Alat
Sebelum dilakukan tindakan operasi dilakukan persiapan alat, tata cara persiapan
alat:
a. Setiap perawat kamar operasi menggambil set instrumen, linen, handuk
lengkap, jas operasi dari kamar steril (KST) untuk dimasukkan ke ruang
instrumen.
b. Perawat kamar operasi melihat jadwal operasi.
c. Perawat menyiapkan set instrumen yang dibutuhkan di ruang instrumen.
2. Ventilasi
Ventilasi di Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati, memiliki AC yang dinyalakan setiap akan ada
operasi oleh sirkuler. Penyalaan dilakukan bertujuan untuk mengganti udara di
dalam dan pengecekan fungsi AC.
3. Persiapan Permukaan Kamar Operasi
Permukaan lantai keramik sehingga mudah dibersihkan.

C. Pembersihan Kamar Operasi


1. Cara Pembersihan Kamar Operasi
Pemeliharaan kamar operasi merupakan proses pembersihan ruang beserta alat-
alat standar yang ada di kamar operasi dilakukan teratur sesuai jadwal, tujuannya
untuk mencegah infeksi silang dari dan/atau kepada pasien serta
mempertahankan sterilitas.
Cara pembersihan kamar operasi ada 2 macam:
a. Cara pembersihan rutin/harian
b. Cara pembersihan bulanan
Keterangan cara pembersihan:
a. Harian
Pembersihan rutin yaitu pembersihan sebelum dan sesudah penggunaan kamar
operasi agar siap pakai dengan ketentuan sebagai berikut.
 Semua permukaaan peralatan yang terdapat di dalam kamar operasi harus
dibersihkan dengan menggunakan desinfektan atau dapat juga
menggunakan air sabun.
 Permukaan meja operasi dan matras harus diperiksa dan dibersihkan.
 Ember tempat sampah harus dibersihkan setiap selesai dipakai, kemudian
dipasang tas plastik yang baru sesuai dengan tempatnya.
 Semua peralatan yang digunakan untuk pembedahan dibersihkan, antara
lain:
 Slang suction dibilas.
 Cairan yang ada di dalam botol suction dibuang tersendiri dan bak
penampung tidak boleh dibuang di ember, agar sampah yang ada tidak
tercampur dengan cairan yang berasal dari pasien.
 Alat anastesi dibersihkan, alat yang terbuat dari karet setelah
dibersihkan direndam dalam cairan desinfektan.
 Noda-noda yang ada pada dinding harus dibersihkan.
 Lantai dibersihkan kemudian, dipel dengan menggunakan cairan
desinfektan. Air pembilas dalam ember setiap kotor harus diganti dan tidak
boleh untuk kamar operasi yang lain.
 Lubang angin, kaca jendela dan kusen, harus dibersihkan.
 Alat tenun bekas pasien dikeluarkan dari kamar operasi. Jika alat tenun
tersebut bekas pasien infeksi, maka penanganannya sesuai prosedur yang
berlaku.
 Lampu operasi harus dibersihkan setiap hari. Pada waktu membersihkan,
lampu harus dalam keadaan dingin.
 Alas kaki (sandal) khusus kamar operasi harus dibersihkan setiap hari.
 Pembersihan kamar operasi secara menyeluruh, meliputi dinding, meja
operasi, meja instrumen dan semua peralatan yang ada di kamar operasi.
 Instrumen dan alat bekas pakai harus dipindahkan/tidak boleh dicampur
dengan alat yang lain sebelum didesinfektan.
 Pemakaian kamar operasi untuk pasien berikutnya diijinkan setelah
pembersihan secara menyeluruh dan sterilisasi ruangan selesai.
 Sterilisasi kamar operasi dilakukan dengan menggunakan sinar ultra violet,
yang dinyalakan selama 1 jam.
b. Pembersihan bulanan
 Dilakukan secara teratur setiap satu bulan sekali.
 Semua peralatan yang ada di dalam kamar bedah dikeluarkan dan
diletakkan di koridor/di depan kamar bedah.
 Peralatan kamar bedah harus dibersihkan/dicuci dengan memakai cairan
desinfektan atau cairan sabun. Perhatian harus ditujukan pada bagian
peralatan yang dapat menjadi tempat berakumulasinya sisa organis, seperti
bagian dari meja operasi, di bawah matras.
 Permukaan dinding dilap dengan menggunakan cairan presept.
 Setelah lantai bersih dan kering, peralatan yang sudah dibersihkan dapat
dipindahkan kembali dan diatur ke dalam kamar operasi.
 Sterilisasi kamar operasi dilakukan dengan menggunakan sinar ultra violet,
yang dinyalakan selama 2 jam.
2. Penanganan pada Kasus Infeksi dan Penyakit Menular
a. Keluarga pasien diberi tahu tentang penyakit pasien dan perawatan yang harus
dilaksanakan terhadap pasien tersebut.
b. Petugas yang menolong pasien harus:
1) Memakai sarung tangan
2) Tidak luka atau goresan di kulit atau tergores alat bekas pasien (seperti
jarum suntik, dsb.).
3) Memahami cara penularan penyakit tersebut.
4) Memperhatikan teknik isolasi dan teknik aseptik.
5) Jumlah tenaga yang kontak dengan pasien dibatasi/tertentu dan selama
menangani pasien tidak boleh menolong pasien lain dalam waktu
bersamaan.
c. Pasang pengumuman di depan kamar operasi yang sedang dipakai yang
menyatakan bahwa dilarang masuk karena ada kasus infeksi.
d. Bagian anggota tubuh yang akan dan sudah diamputasi dibungkus rapat dengan
kantong plastik tebal yang cukup besar agar bau tidak menyebar dan
menimbulkan infeksi silang.
e. Ruang tindakan secara periodik dan teratur dilakukan uji mikrobiologi terhadap
debu, maupun terhadap kesehatan yang ada.

3. Penanganan Limbah di Kamar Operasi


Pembuangan limbah dan penanganan limbah kamar operasi, tergantung jenis
limbah dengan prinsip, limbah padat ditangani terpisah dengan limbah cair:
a. Limbah cair dibuang di tempat khusus yang berisi larutan desinfektan yang
selanjutnya mengalir ke tempat pengelolaan limbah cair Rumah Sakit.
b. Limbah pada anggota tubuh ditempatkan dalam kantong atau tempat tertutup
yang selanjutnya dibakar atau dikubur di Rumah Sakit sesuai ketentuan yang
berlaku, atau diserahterimakan kepada keluarga pasien bila memungkinkan.
c. Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang
tertutup serta tidak mudah bertebaran dan selanjutnya dibuang ke tempat
pembuangan Rumah Sakit.
d. Limbah infeksi ditempatkan pada tempat yang tertutup dan tidak mudah bocor
serta diberi label warna merah “untuk dimusnahkan”.
4. Penjadwalan Operasi
Pengaturan penjadwalan operasi dilakukan untuk menyesuaikan jadwal antar
dokter anastesi dan dokter operator, satu hal yang perlu diperhatikan dalam
pengaturan jadwal operasi antara lain:
a. Tetapkan aturan yang jelas tentang pengaturan operasi.
b. Atur penggunaan kamar operasi.
c. Menentukan sebuah kamar operasi yang digunakan untuk operasi besar, sedang
atau kecil, bersih atau kotor.
d. Buat aturan yang jelas mengenai pengaturan jadwal operasi yang bersifat elektif
(untuk hari ini) atau cito yang disesuaikan dengan jenis kamar.

D. Penandaan Lokasi Operasi


Prosedur penadaan operasi dilakukan sehari sebelum operasi pada kasus operasi
elektif sedangkan pada kasus emergensi dilakukan di ruang premedikasi oleh dokter
operator. Penandaan yang dilakukan di kamar operasi dengan tanda kotak () dan
menggunakan marker, sesuai dengan standar prosedur operasional penandaan area
operasi.

E. Manajemen Cuci Tangan


1. Pengertian
Cuci tangan pembedahan adalah membersihkan tangan dengan menggunakan
sikat steril dan larutan desinfektan di bawah air mengalir dengan prosedur
tertentu.
2. Tujuan
Tujuan cuci tangan adalah untuk menurunkan populasi kuman yang ada di tangan.
3. Persiapan
a. Wastafel dengan air mengalir dan bersih.
b. Sikat steril.
c. Sabun/larutan disinfektan (chlorhexidine gluconate 10%).
d. Handuk/waslap steril.
e. Pemotong kuku.
4. Cara Cuci Tangan
a. Lepas semua perhiasan yang ada di tangan (jam tangan, gelang, cincin).
b. Basahilah tangan sampai siku dengan menggunakan air bersih yang mengalir
(tempat cuci tangan khusus).
c. Teteskan bahan antiseptik di telapak tangan.
d. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri.
e. Gosokkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri, kemudian
diulangi dengan sebaliknya yaitu tangan kiri di atas punggung tangan kanan.
f. Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-jari
disilangkan.
g. Gosok punggung jari-jari tangan berhadapan dengan telapak tangan, jari-jari
saling terkunci.
h. Putar dan gosok jempol tangan kanan dengan tangan kiri berurutan sampai
kelingking dan sebaliknya.
i. Putar dan gosok ujung jari-jari dan jempol tangan kanan, ke depan, dan ke
belakang pada permukaan telapak tangan kiri dan sebaliknya.
j. Bilas dengan air bersih yang mengalir.
k. Ambil sikat steril dan ditetesi larutan antiseptik.
l. Sikat ujung kuku, setelah itu telapak tangan kemudian secara berurutan sikat
setiap jari, di antara jari dan punggung tangan, lanjutkan menyikat lengan atas
sampai sedikit di bawah siku selama ± 30 detik, jangan kembali ke tangan atau
daerah pergelangan tangan yang sudah selesai disikat.
m. Pindahkan menyikat pada tangan yang belum disikat dengan cara seperti di
atas.
n. Bilas kedua tangan pada air bersih yang mengalir.
o. Ulangi lagi mencuci tangan dengan menetesi bahan antiseptik di telapak
tangan.
p. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri.
q. Gosokkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri kemudian
diulangi dengan sebaliknya, yaitu tangan kiri di atas punggung tangan kanan.
r. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-jari
disilangkan.
s. Gosok punggung jari-jari tangan kanan berhadapan dengan telapak tangan jari-
jari saling terkunci.
t. Putar dan gosok jempol tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
u. Putar dan gosok ujung jari-jari dan jempol tangan kanan ke depan dan ke
belakang pada permukaan telapak tangan kiri dan sebaliknya.
v. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan posisi jari tangan lebih tinggi dari
posisi siku.
w. Hindarkan tangan yang sudah dicuci tersentuh dengan benda di sekitarnya.
x. Setelah selesai mencuci tangan, keringkan dengan handuk steril satu per satu
dari ujung jari menuju ke lengan dengan cara memutar pada tangan kanan dan
sebaliknya, kemudian handuk dipisahkan dari benda steril.
y. Posisi tangan setelah cuci tangan harus lebih tinggi dari siku tangan.
BAB V
LOGISTIK

Pengadaan barang operasional dari pengajuan tiap unit-unit:


 ATK
 Barang cetakan
 Barang bengkel
 Barang rumah tangga & dapur
 Pengadaan investaris

Pengelolaan obat dan alat kesehatan meliputi pemesanan, pengambilan,


penyimpanan, dan pencatatan obat/alat kesehatan untuk pemakaian sehari-hari pada
pasien operasi.
Pengadaan barang operasional meliputi:

NO. PERSEDIAAN BARANG


Instrumen
1 Hak tajam
2 Hak tumpul
3 Babcock
4 Baki
5 Bengkok besar
6 Hak spieder
7 Sendok curet
8 Gunting benang
9 Speculum anus panjang
10 Suction tip
Non Alat Kesehatan
Alat Tulis Kantor
1 Amplop besar
2 Amplop sedang
3 Ballpoint hitam
4 Boardmarker besar hitam
5 Buku ekspedisi
6 Buku folio
7 Buku tulis
8 Isi staples no. 10
9 Kertas HVS 70 gram
10 Staples kecil
NO. PERSEDIAAN BARANG
11 Stipo
Percetakan
1 Buku memo
2 Buku pengambilan barang/obat
3 Buku perintah kerja lembur
4 Buku register kamar operasi
5 Buku resep
6 Kartu stock bahan
7 Keterangan operasi rangkap 2
8 Slip perbaikan bengkel
Rumah Tangga
1 Ampelas halus
2 Bagus kapur barus
3 Baterai AA Alkaline
4 Bayclin
5 Baygon spray
6 Caporit/chlorine
7 Gunting kecil
8 Handuk
9 Isolasi bening 2 cm
10 Cable reel/kabel box
11 Kain pel
12 Keset kain
13 Kresek hitam besar
14 Kresek kuning besar
15 Lakban coklat
16 Lakban hitam
17 Porstex @ 1liter
18 Sabun Luk cair refill
19 Sabun mandi Medicare
20 Sandal dokter
21 Sandal jepit
22 Sedotan
23 Sampo refill
24 Sikat cuci
25 Sikat lantai kamar mandi
26 Silet
27 So Klin deterjen
NO. PERSEDIAAN BARANG
28 Stik pell stainles & sun
29 Sunlight refill 400 ml
30 Super pell
31 Timba tertutup
32 Tisu gulung
33 Tisu kotak refill
34 Handuk kecil untuk 1 kali cuci tangan
35 Termometer dan higrometer
36 Lampu emergency
37 Telepon
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di mana Rumah Sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi untuk
mencegah meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu tujuan agar tercipta budaya keselamatan di Rumah
Sakit, meningkatkan akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunkan kejadian tidak diharapkan di Rumah Sakit dan terlaksananya program-
program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak
diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


a) Enam Langkah Menuju Keselamatan Pasien
1. Tepat Identifikasi Pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien
awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan
yang diterima oleh pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang efektif
Komunikasi yang elektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan sistem
write, read, dan repeat back (reconfirm).
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang memilki risiko lebih tinggi yang
dapat menyebabkan atau menimbulkan adanya komplikasi atau
membahayakan secara signifikan terhadap kesalahan penggunaan.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien operasi
Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien pada operasi merupakan hal yang
mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di Rumah Sakit, kesalahan ini
merupakan komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antar tim bedah,
karena tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking) dan
verifikasi lokasi operasi.
Penandaan area operasi di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati
dilakukan oleh dokter operator, penandaan dilakukan sehari sebelum pasien
operasi, pada pasien dengan rencana operasi elektif. Sedangkan pada pasien
operasi emergensi dilakukan penandaan di ruang premedikasi sesaat sebelum
pasien operasi. Penandaan dilakukan dengan memberi tanda check (). Untuk
mencegah terjadinya salah insisi pada pasien.
Beberapa hal yang berpontesi untuk menimbulkan kekeliruan untuk wrong
surgery:
 Lebih dari satu dokter bedah terlibat
 Dilakukan lebih dari satu prosedur operasi
 Pasien memiliki bebarap karakteristik khusus, seperti deformitas fisik atau
obesitas masif
 Ada beberapa pasien yang memilki nama yang sama atau prosedur yang
sama atau di waktu bersamaan
Tiga komponen penting dalam mencegah terjadinya wrong site, wrong
procedure, dan wrong person surgery:
 Proses verifikasi
 Menandai lokasi yang akan dilakukan operasi
 Time out
Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan:
 Kasus organ tunggal (jantung, operasi caesar, appendiktomi)
 Kasus intervensi seperti kateter jantung
 Kasus yang melibatkan gigi
 Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan
menyebabkan tato permanen
Dalam kasus yang tidak dilakukan penandaan harus dapat
dipertanggungjawabkan. Penandaan harus dilakukan, dengan melibatkan
pasien atau keluarga, untuk menghindarkan kekeliruhan. Penandaan dilakukan
dengan spidol permanen yang tidak dapat hilang saat dicuci.
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering terjadi pada
pasien dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi maupun infeksi lain
dengan cuci tangan.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Jumlah kasus pasien jatuh cukup bermakna sebagai cidera pasien, sehingga
Rumah Sakit Umum Muhamadiyah Surya Melati melakukan evaluasi risiko
pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cidera sampai
jatuh.

b) Standar Melaksanakan Keselamatan Pasien


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatkan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien

c) Langkah-Langkah Penerapan Keselamatan Pasien Rumah Sakit


1. Menetapkan unit yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan
pasien Rumah Sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien Rumah Sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien Rumah Sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien).
6. Menetapkan enam langkah menuju keselamatan pasien.
7. Menetapkan standar keselamatan pasien Rumah Sakit dan melakukan shift
asesmen dengan instrumen akreditasi pelayanan keselamatan pasien Rumah
Sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien.
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
Rumah Sakit dan kejadian tidak diharapkan.

D. Check List Keselamatan Pasien Bedah


Diisi oleh dokter/perawat kamar operasi
SEBELUM INDUKSI ANASTESI SEBELUM INSISI KULIT SEBELUM MENINGGALKAN KAMAR
(SIGN IN) (TIME OUT) OPERASI
(SIGN OUT)
Jam: ________ Jam: ________ Jam: _______
1. Apakah pasien telah dikonfirmasi 1. Semua anggota tim telah  Perawat mengkonfirmasi secara
nama, area operasi, prosedur dan memperkenalkan diri verbal tentang
informed consent? □ Ya ………………………….. □ Tidak 1. Nama prosedur tindakan
□ Sudah operasi
□ Belum 2. Memastikan nama pasien, …………………………………………….
prosedur dan lokasi insisi yang
2. Apakah area operasi telah akan dilakukan sudah benar 2. Apakah instrumen, alat habis
ditentukan atau ditandai? □ Ya ……………….……….. □ Tidak pakai (kasa) dan jarum telah
□ Sudah dihitung dan sesuai
□ Tidak perlu Untuk dokter bedah □ Ya □ Tidak
3. Apakah antibiotik profilaksis
3. Apakah mesin anastesi dan sudah diberikan pada 60 menit 3. Jumlah kasa yang terpakai
premedikasi telah diperiksa? terakhir? ………………………………………………
□ Ya □ Ya …………….………….. □ Tidak
4. Pemberian label (identitas
4. Apakah alat pulse oksimetri yang Antisipasi terhadap situasi kritis pasien, no. register, asal
terpasang pada pasien berfungsi untuk operator ruang) bila ada pemeriksaan
dengan baik? 4. Adakah situasi kritis/kejadian tak spesimen
□ Ya terduga? ( baca label dengan keras )
□ Ya …………….………….. □ Tidak □ Ya □ Tidak
5. Apakah pasien memiliki riwayat
alergi/infeksi/HIV/TB? 5. Jika kehilangan banyak darah, 5. Adakah masalah terhadap
□ Ya telah dilakukan antisipasi peralatan yang dipakai?
………………………………………………..... mengatasinya □ Ya □ Tidak
□ Tidak □ Ya …………….………….. □ Tidak
 Kepada dokter bedah, dokter
6. Adakah kesulitan menjaga jalan Untuk dokter anastesi anastesi dan perawat
napas atau resiko aspirasi? 6. Adakah kondisi khusus pada 6. Apakah diperlukan perhatian
□ Ya, tersedia peralatan untuk pasien yang perlu diperhatikan? khusus saat pemulihan dan
mengatasinya □ Ya …………….………….. □ Tidak perawatan pasien di ruangan?
□ Tidak □ Ya □ Tidak
Terhadap tim perawat
7. Risiko kehilangan darah > 500 ml 7. Apakah semua peralatan sudah
(7 ml/kg pada anak) steril sesuai indikator?
□ Ya, dan dua VI & cairan □ Ya …………….………….. □ Tidak
terencana
□ Tidak 8. Adakah masalah pada peralatan?
□ Ya …………….………….. □ Tidak

9. Adakah foto-foto pasien yang


penting telah dilampirkan?
□ Sudah □ Tidak perlu

10. Berapa jumlah kasa yang


disiapkan?
……………………………………biji
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk
yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam
kategori seperti disebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Progam keselamatan dan kesehatan kerja ini bertujuan melindungi
karyawan dari kemungkinan terjadi kecelakaan di dalam dan di luar Rumah Sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Dalam hal ini dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi yang
memungkinkan pekerjaan berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menerapkan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja, dalam hal ini pada pelayanan pembedahan, sedasi, dan
anastesi serta perlindungan terhadap Rumah Sakit.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat di
golongkan menjadi tiga kelompok:
 Kondisi dan lingkungan kerja
 Kesadaran dan kualitas pekerjaan
 Perencanaan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
dapat terjadi bila:
 Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau sudah aus
 Alat-alat tidak ditata sesuai dengan fungsinya sehingga mempengaruhi kinerja
 Ruang kerja yang sempit, ventilasi udara kurang, sirkulasi udara di kamar operasi
kurang
 Tidak tersediannya alat pengaman
 Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran
Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan di Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah:
 Perawat Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah yang merawat pasien menular harus
mendapatkan pengarahan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit,
melakukan pencegahan infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpapar.
 Perawat Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah yang tidak terlibat langsung dengan
pasien harus diberikan pengarahan mengenai penyakit tersebut.
 Perawat Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah yang kontak dengan pasien secara
langsung harus menjaga fungsi saluran pernafasan dan menjaga kebersihan tangan.
Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan Unit Pelayanan Anastesi
dan Bedah:
 Pada pelayanan pembedahan, sedasi, dan anastesi untuk mencegah penyakit menular
maka tatanan pelayanan kesehatan, maka perawat harus menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) dengan mencuci tangan sesuai dengan kewaspadaan dan berdasarkan
penularannnya baik secara kontak, droplet atau udara, dan mencegah penularan
penyakit lewat darah
 Semua perawat kamar operasi harus mendapat pelatihan tentang gejala-gejala
penyakit menular
 Semua perawat kamar operasi harus mendapatkan pelatihan tentang penggunaan
APD
 Semua perawat Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah harus mendapatkan pelatihan
tentang penangganan pasien HIV, Hepatitis, dan penyakit menular lainnya.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

1. KETERLAMBATAN OPERASI CITO SECTIO CAESARIA (SC)

Judul Indikator Keterlambatan Operasi Cito Sectio Caesarea (SC)


Definisi Operasional Sectio caesarea adalah suatu tindakan pembedahan
untuk mengeluarkan janin dari perut ibu.
Keterlambatan operasi cito sectio caesaria adalah waktu
yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan tindakan
operasi cito sectio caesaria lebih dari 2 jam sejak pasien
diputuskan operasi.
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan kegawatdaruratan
yang cepat, responsif, dan mampu menyelamatkan
pasien gawat darurat
Dimensi Mutu Efektifitas, efisiensi, dan kesinambungan pelayanan
Dasar Pemikiran Terwujudnya ketepatan waktu pelayanan
Numerator Jumlah ibu yang mengalami keterlambatan SC pada
bulan tersebut
Denominator Jumlah ibu yang mengalami SC pada bulan tersebut
Formula Pengukuran Jumlah ibu yang mengalami keterlambatan
SC pada bulan tersebut ×100%
Jumlah ibu yang mengalami SC
pada bulan tersebut
Metodologi Pengumpulan Data Sensus
Cakupan Data Kebidanan
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Metodologi Analisa Data Komparasi
Sumber Data Rekam medis
Penanggung Jawab Pengumpul Penanggung jawab kebidanan
Publikasi Data Sesuai prosedur Rumah Sakit
Standar ≤ 0,5 %

2. KELENGKAPAN LAPORAN OPERASI SECTIO CAESARIA

Judul Indikator Kelengkapan Laporan Operasi Sectio Caesaria


Definisi Operasional Sectio Caesarea adalah tindakan persalinan melalui
pembedahan abdominal baik elektif maupun
emergency.
Kelengkapan laporan operasi sectio caesaria adalah
lengkapnya penulisan laporan operasi pasien SC.
Tujuan Tergambarnya kepedulian dan ketelitian Unit Pelayanan
Anastesi dan Bedah terhadap keselamatan
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Dasar Pemikiran Peningkatan keselamatan pasien melalui kelengkapan
pengisian laporan operasi
Numerator Jumlah laporan tindakan operasi SC yang terisi lengkap
Denominator Jumlah seluruh tindakan operasi SC
Formula Pengukuran Jumlah laporan tindakan operasi
SC yang terisi lengkap ×100%
Jumlah seluruh tindakan
operasi SC
Metodologi Pengumpulan Data Sensus harian
Cakupan Data Data laporan operasi
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Metodologi Analisa Data Komparasi
Sumber Data Rekam medis (laporan operasi)
Penanggung Jawab Pengumpul Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Data
Publikasi Data Sesuai prosedur Rumah Sakit
Standar 100%

3. KEJADIAN TERTINGGALNYA INSTRUMEN/KASA/BENDA LAIN SAAT OPERASI

Judul Indikator Kejadian Tertinggalnya Instrumen/Kasa/Benda Lain


saat Operasi
Definisi Operasional Kejadian tertinggalnya instrumen/kasa/benda lain saat
operasi adalah tertinggalnya benda-benda tersebut
pada saat operasi yang diketahui beberapa waktu
setelah operasi dilakukan
Tujuan Tidak adanya kejadian tertinggalnya instrumen/kasa/
benda
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Dasar Pemikiran Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Numerator Jumlah tertinggalnya instrumen/kasa/benda lain saat
operasi dalam 1 bulan
Denominator Jumlah total tindakan operasi pada bulan tersebut
Formula Pengukuran Jumlah tertinggalnya instrumen kasa/benda lain
saat operasi dalam 1 bulan ×100%
Jumlah total tindakan operasi
pada bulan tersebut
Metodologi Pengumpulan Data Sensus
Cakupan Data Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Metodologi Analisa Data Komparasi
Sumber Data Rekam medis dan laporan insiden
Penanggung Jawab Pengumpul Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Data
Publikasi Data Sesuai prosedur Rumah Sakit
Standar 0%

4. KEPATUHAN PELAKSANAAN ASESMEN PRABEDAH

Judul Indikator Kepatuhan Pelaksanaan Asesmen Prabedah


Definisi Operasional Kepatuhan pelaksanaan asesmen prabedah adalah
prosedur pengumpulan dan analisa data untuk
menentukan tindakan bedah yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
Tujuan Terselenggaranya tindakan bedah yang tepat dan aman
Dimensi Mutu Efektifitas dan keselamatan
Dasar Pemikiran Peningkatan keselamatan pasien melalui kelengkapan
pengisian asesmen prabedah
Numerator Jumlah asesmen prabedah
Denominator Jumlah total tindakan operasi dalam 1 bulan
Formula Pengukuran Jumlah asesmen pra bedah
×100%
Jumlah total tindakan operasi
dalam 1 bulan
Metodologi Pengumpulan Data Sensus
Cakupan Data Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Metodologi Analisa Data Komparasi
Sumber Data Rekam medis
Penanggung Jawab Pengumpul Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Data
Publikasi Data Sesuai prosedur Rumah Sakit
Standar 100%

5. KEPATUHAN PELAKSANAAN PENANDAAN LOKASI OPERASI

Judul Indikator Kepatuhan Pelaksanaan Penandaan Lokasi Operasi


Definisi Operasional Kepatuhan pelaksanaan penandaan lokasi operasi
adalah prosedur pemberian tanda pada sisi/bagian
tubuh pasien yang direncanakan untuk dilakukan operasi
Tujuan Terselenggaranya tindakan bedah yang tepat lokasi
Dimensi Mutu Efektifitas dan keselamatan
Dasar Pemikiran Peningkatan keselamatan pasien melalui penandaan
lokasi operasi terutama organ dengan jumlah lebih dari
satu
Numerator Jumlah operasi yang dilakukan penandaan lokasi
Denominator Jumlah total tindakan operasi dalam 1 bulan
Formula Pengukuran Jumlah operasi yang
dilakukan penandaan lokasi
×100%
Jumlah total tindakan operasi
dalam 1 bulan
Metodologi Pengumpulan Data Sensus
Cakupan Data Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Metodologi Analisa Data Komparasi
Sumber Data Rekam medis
Penanggung Jawab Pengumpul Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Data
Publikasi Data Sesuai prosedur Rumah Sakit
Standar 100%

6. KETERTIBAN PELAKSANAAN SURGERY SAFETY CHECK LIST (SSC)

Judul Indikator Ketertiban Pelaksanaan Surgery Safety Check List (SSC)


Definisi Operasional Ketertiban Pelaksanaan Surgery Safety Check List (SSC)
adalah proses melakukan verifikasi berupa check list
yang dilakukan sebelum pembiusan, sebelum insisi, dan
sebelum pasien dilakukan penutupan area operasi serta
meninggalkan area operasi
Tujuan Terselenggaranya tindakan operasi yang tepat dan aman
Dimensi Mutu Efektifitas dan keselamatan
Dasar Pemikiran Peningkatan keselamatan pasien melalui pelaksanan
surgical safety check list
Numerator Jumlah operasi yang dilakukan SSC
Denominator Jumlah total tindakan operasi dalam 1 bulan
Formula Pengukuran Jumlah operasi yang dilakukan SSC
×100%
Jumlah total tindakan operasi dalam 1 bulan
Metodologi Pengumpulan Data Sensus
Cakupan Data Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Metodologi Analisa Data Komparasi
Sumber Data Rekam medis

Penanggung Jawab Pengumpul Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah


Data
Publikasi Data Sesuai prosedur Rumah Sakit
Standar 100%
7. KEJADIAN DISKREPANSY DIAGNOSIS PREOPERASI DAN POSTOPERASI

Judul Indikator Kejadian Diskrepansy Diagnosis Preoperasi dan


Postoperasi
Definisi Operasional Kejadian diskrepansy diagnosis preoperasi dan
postoperasi adalah kejadian kesalahan diagnosis pada
pasien praoperasi yang diketahui operator pada saat
durateoperasi (diagnosa pra dan postoperasi berbeda)
Tujuan Terselenggaranya tindakan operasi yang tepat dan aman
Dimensi Mutu Efektifitas dan keselamatan
Dasar Pemikiran Peningkatan keselamatan pasien melalui ketepatan
diagnosis dokter
Numerator Jumlah kejadian diskrepansi pre dan postoperasi
Denominator Jumlah total tindakan operasi dalam 1 bulan
Formula Pengukuran Jumlah kejadian diskrepansi pre dan postoperasi
×100%
Jumlah total tindakan operasi dalam 1 bulan
Metodologi Pengumpulan Data Sensus
Cakupan Data Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Metodologi Analisa Data Komparasi
Sumber Data Rekam medis
Penanggung Jawab Pengumpul Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Data
Publikasi Data Sesuai prosedur Rumah Sakit
Standar 0%

8. KEPATUHAN PELAKSANAAN ASESMEN PRAANASTESI DAN PRASEDASI

Judul Indikator Kepatuhan Pelaksanaan Asesmen Praanastesi dan


Prasedasi
Definisi Operasional Kepatuhan pelaksanaan asesmen praanastesi dan
prasedasi adalah penilaian secara lengkap kondisi
pasien yang dilakukan oleh dokter spesialis anastesi
sebelum dilakukan pembiusan
Tujuan Terselenggarakan tindakan operasi yang berorientasi
pada keselamatan pasien
Dimensi Mutu Efektifitas dan keselamatan
Dasar Pemikiran Peningkatan keselamatan pasien melalui penerapan
prosedur praanastesi dan prasedasi
Numerator Jumlah pasien operasi yang dilakukan asesmen
praanastesi dan prasedasi
Denominator Jumlah total pasien operasi dalam 1 bulan
Formula Pengukuran Jumlah pasien operasi yang dilakukan
asesmen praanastesi dan prasedasi
×100%
Jumlah total tindakan operasi
dalam 1 bulan
Metodologi Pengumpulan Data Sensus
Cakupan Data Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Metodologi Analisa Data Komparasi
Sumber Data Rekam medis
PenanggungJawab Pengumpul Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Data
Publikasi Data Sesuai prosedur Rumah Sakit
Standar 100%

9. KETERTIBAN PELAKSANAAN MONITORING STATUS FISIOLOGIS PASIEN SELAMA


ANASTESI

Judul Indikator Ketertiban Pelaksanaan Monitoring Status Fisiologis


Pasien selama Anastesi
Definisi Operasional Suatu kegiatan untuk memperhatikan, mengawasi, dan
memeriksa untuk mengetahui keadaan dan status
pasien selama dilakukan anastesi
Tujuan Mengupayakan fungsi vital pasien dalam batas normal
selama tindakan operasi
Dimensi Mutu Efektifitas dan keselamatan
Dasar Pemikiran Peningkatan keselamatan pasien melalui observasi
kondisi pasien dan segera mengambil tindakan darurat
apabila terjadi masalah pada pasien
Numerator Jumlah pasien operasi yang dilakukan monitoring
fisiologis
Denominator Jumlah total pasien operasi dalam 1 bulan
Formula Pengukuran Jumlah pasien operasi yang
dilakukan monitoring fisiologis
×100%
Jumlah total tindakan operasi
dalam 1 bulan
Metodologi Pengumpulan Data Sensus
Cakupan Data Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Metodologi Analisa Data Komparasi
Sumber Data Rekam medis
Penanggung Jawab Pengumpul Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Data
Publikasi Data Sesuai prosedur Rumah Sakit
Standar 100%
10. KETERTIBAN MONITORING PROSES PEMULIHAN ANASTESI DAN SEDASI DALAM

Judul Indikator Ketertiban Monitoring Proses Pemulihan Anastesi dan


Sedasi Dalam
Definisi Operasional Suatu proses pengawasan, monitoring dan pemeriksaan
kondisi pasien setelah menjalani operasi dengan
menggunakan anastesi/sedasi dalam
Tujuan Terselenggaranya perawatan pasien pascaoperasi yang
tepat dan aman
Dimensi Mutu Efektifitas dan keselamatan
Dasar Pemikiran Peningkatan keselamatan pasien melalui
pemantauan pasca tindakan anastesi dan sedasi
Numerator Jumlah pasien operasi yang dimontoring dalam proses
pemulihan anastesi dan sedasi
Denominator Jumlah total tindakan operasi dalam 1 bulan
Formula Pengukuran Jumlah operasi yang dimonitoring
dalam proses pemulihan anastesi dan sedasi
×100%
Jumlah total tindakan operasi
dalam 1 bulan
Metodologi Pengumpulan Data Sensus
Cakupan Data Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Metodologi Analisa Data Komparasi
Sumber Data Rekam medis
Penanggung Jawab Pengumpul Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Data
Publikasi Data Sesuai prosedur Rumah Sakit
Standar 100%

11. PELAKSANAAN EVALUASI ULANG APABILA TERJADI KONVERSI TINDAKAN DARI


LOKAL/REGIONAL KE ANASTESI GENERAL

Judul Indikator Pelaksanaan Evaluasi Ulang Apabila Terjadi Konversi


Tindakan dari Lokal/Regional ke Anestesi General
Definisi Operasional Pemantauan terhadap kejadian perubahan teknik
anastesi dari lokal/regional ke anastesi general
disebabkan karena perubahan kondisi pasien atau
kegagalan proses/tindakan anastesi
Tujuan Terselenggaranya tindakan anastesi yang tepat dan
aman
Dimensi Mutu Efektifitas dan keselamatan
Dasar Pemikiran Peningkatan keselamatan pasien melalui
monitoring dan evaluasi perkembangan kondisi pasien
Numerator Jumlah kejadian konversi yang dilakukan evaluasi ulang
Denominator Jumlah kejadian konversi tindakan anastesi operasi
dalam 1 bulan
Formula Pengukuran Jumlah kejadian konversi yang dilakukan
dilakukan evaluasi ulang
×100%
Jumlah kejadian konversi tindakan
anastesi operasi dalam 1 bulan
Metodologi Pengumpulan Data Sensus
Cakupan Data Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Metodologi Analisa Data Komparasi
Sumber Data Rekam medis
Penanggung Jawab Pengumpul Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Data
Publikasi Data Sesuai prosedur Rumah Sakit
Standar 100%

12. SIGN IN DILAKSANAKAN DENGAN LENGKAP SEBELUM OPERASI SC

Judul Indikator Sign In Dilaksanakan dengan Lengkap sebelum Operasi


Section Caesarea
Definisi Operasional Sign in merupakan suatu kegiatan melakukan
penandaan terhadap luka operasi guna mencegah
terjadinya kesalahan lokasi, prosedur, dan pasien
operasi
Tujuan Tergambarnya kepedulian dan ketelitian Unit
Pelayanan Anastesi dan Bedah terhadap keselamatan
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Dasar Pemikiran Peningkatan keselamatan pasien melalui
pelaksanaan sign in sebelum operasi SC
Numerator Jumlah kegiatan Sign In yang dilaksanakan dengan
lengkap sebelum operasi SC
Denominator Jumlah semua pasien operasi SC
Formula Pengukuran Jumlah kegiatan sign in yang dilaksanakan
dengan lengkap sebelum operasi SC
×100%
Jumlah semua pasien operasi SC
Metodologi Pengumpulan Data Sensus harian
Cakupan Data Data laporan operasi
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Metodologi Analisa Data Komparasi
Sumber Data Rekam medis
Penanggung Jawab Pengumpul Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Data
Publikasi Data Sesuai prosedur Rumah Sakit
Standar 100%

13. PENUNDAAN OPERASI ELEKTIF

Judul Indikator Penundaan Operasi Elektif


Definisi Operasional Penundaan operasi elektif adalah rata-rata tenggang
waktu sejak pasien masuk rawat inap dengan rencana
operasi sampai dengan operasi dilaksanakan
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan bedah dalam
penjadwalan operasi
Dimensi Mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi
Dasar Pemikiran Bahwa pelayanan tindakan operasi elektif harus
tetap terstandar waktu tunggunya
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu operasi yang terencana
dari seluruh pasien yang direncanakan operasi elektif
Denominator Jumlah seluruh pasien yang direncanakan operasi
elektif
Formula Pengukuran Jumlah kumulatif waktu tunggu operasi yang terencana
dari seluruh pasien yang direncanakan operasi elektif ×100%
Jumlah seluruh pasien yang
direncanakan operasi elektif
Metodologi Pengumpulan Data Survey
Cakupan Data Pasien yang dilaksanakan tindakan operasi elektif
(sampling bila jumlah pasien > 50 pasien per bulan)
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Metodologi Analisa Data Komparasi/perbandingan
Sumber Data Rekam medis
Penanggung Jawab Pengumpul Kepala Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah
Data
Publikasi Data Sesuai prosedur Rumah Sakit
Standar < 2 hari
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah mempunyai peranan

penting untuk pedoman kerja bagi kamar operasi dalam memberikan pelayanan
pembedahan, anastesi dan sedasi untuk memenuhi kebutuhan pasien, sehingga mutu dan
keselamatan pasien yang menjalani pembedahan dapat terjamin. Pedoman ini dapat

digunakan juga sebagai acuan kerja bagi petugas di kamar operasi.


Penyusunan Pedoman Pelayanan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah ini adalah

merupakan langkah awal sebagai suatu proses yang panjang sehingga memerlukan

dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak dalam penerapannya untuk mencapai
tujuan Unit Pelayanan Anastesi dan Bedah dan tujuan Rumah Sakit.

Ditetapkan di Kediri
27 Rabiu Akhir 1444 H
Pada tanggal
22 November 2022 M

Direktur
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
M

drg. MILLATUL AISYAH ARDHANI, M.A.R.S,

Anda mungkin juga menyukai