16roe1Ge[00914L00114..g14Mg14000//494loco01en180%01.th.thl
12. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia nomor 40 tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan
Perkursor Farmasi dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi;
13. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia nomor 24 Tahun 2021 tentang Pengawasan
Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
HK.01.07/MENKES/659/2017 tentang Formularium Nasional;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1439/MENKES/SK/XI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis pada
Sarana Pelayanan Kesehatan;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
17. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah;
18. Keputusan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
nomor 2207/KEP/II.0/D/2021 tentang Pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Umum (RSU) Muhammadiyah Surya Melati
Kabupaten Kediri Masa Jabatan 2021 – 2025.
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Panduan Unit Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati Kediri
digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan farmasi di Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Surya Melati Kediri.
Pasal 2
Panduan Unit Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati Kediri
berisi:
1. Panduan Penyusunan Formularium;
2. Panduan Obat High Alert;
3. Panduan Penetapan Beyond Use Date;
4. Panduan Penulisan Resep;
5. Panduan Obat Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor.
BAB II
DEFINISI
Pasal 3
Yang dimaksud dengan:
1. Seleksi obat adalah salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengendalikan
pembiayaan obat terhadap pengadaan stok obat;
2. Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medis dari suatu
Rumah Sakit yang bekerja melalui Komite Farmasi dan Terapi;
3. Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Komite Farmasi
dan Terapi untuk digunakan di Rumah Sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu
yang ditentukan;
4. Sistem pembuatan formularium adalah suatu sistem di mana prosesnya tetap berjalan
terus, dalam arti kata bahwa sementara formularium itu digunakan oleh staf medis, di
lain pihak Komite Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan
terhadap produk obat yang ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan
keselamatan dan kesejahteraan pasien.
5. High Alert Medication adalah obat-obat yang memiliki risiko tinggi menyebabkan/
menimbulkan adanya komplikasi/membahayakan pasien secara signifikan jika
terdapat kesalahan penggunaan (dosis, interval dan pemilihan);
6. Obat risiko tinggi yaitu obat yang apabila terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan
kematian atau kecacatan seperti insulin atau heparin;
7. Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinis tampak/kelihatan sama (look
alike), bunyi ucapan sama (sound alike), atau disebut juga nama obat rupa ucapan
mirip (NORUM);
8. Elektrolit konsentrat seperti potassium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih
dari 2 mEq/ml, potassium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari 3
mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat
dengan konsentrasi 20%, 40% atau lebih.
9. Beyond Use Date (BUD) adalah batas waktu penggunaan produk obat setelah diracik/
disiapkan atau setelah kemasan primernya dibuka/dirusak. Kemasan primer disini
berarti kemasan yang langsung bersentuhan dengan bahan obat, seperti: botol,
ampul, vial blister, dst.;
10. Expired Date adalah batas waktu penggunaan produk obat setelah diproduksi oleh
pabrik farmasi, sebelum kemasannya dibuka;
11. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun electronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku;
12. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang tentang Narkotika;
13. Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku;
14. Prekursor farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri
farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung
ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin,
ergometrine, atau Potasium Permanganat.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 4
Ruang lingkup Panduan Penyusunan Formularium meliputi:
1. Kriteria pemilihan obat untuk masuk formularium Rumah Sakit;
2. Tahapan proses penyusunan formularium Rumah Sakit.
Pasal 5
Ruang lingkup Panduan Obat High Alert meliputi:
1. Prinsip High Alert;
2. Prosedur;
3. High alert medication;
4. Pemberian high alert medications pada pedriatik dan neonatus.
Pasal 6
Ruang lingkup Panduan Penetapan Beyond Use Date meliputi:
1. Perbedaan beyond use date dan expired date;
2. Penetapan beyond use date obat non steril;
3. Beyond use date obat racikan;
4. Beyond use date obat steril;
Pasal 7
Ruang lingkup Panduan Penulisan Resep meliputi:
1. Prinsip penggunaan obat secara rasional;
2. Definisi resep;
3. Ukuran lembaran resep;
4. Jenis-jenis resep;
5. Penulis resep;
6. Latar belakang penulisan resep;
7. Tujuan penulisan resep;
8. Kerahasian dalam penulisan resep;
9. Format penulisan resep;
10. Tanda-tanda pada resep;
11. Persyaratan menulis resep dan kaidahnya;
12. Prinsip penulisan resep;
13. Karakteristik penulisan resep;
14. Permasalahan dalam menulis resep;
15. Tata cara penulisan resep.
Pasal 8
Ruang lingkup Panduan Obat Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor meliputi:
1. Penyaluran;
2. Penyerahan;
3. Penyimpanan;
4. Pemusnahan;
5. Pencatatan dan pelaporan.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Kediri
12 Syawal 1444 H
Pada tanggal
2Mei 2023 M
Direktur
Rumah Sakit Umum hammadiyah
Surya'-lat
ANI, M.A.R.S,
BAB I
PENDAHULUAN
1. Seleksi obat merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengendalikan
pembiayaan obat terhadap pengadaan stok obat.
2. Tujuan seleksi obat bertujuan agar dapat menerapkan secara tepat asas substitusi
generik dan asas pertukaran terapi untuk menjamin terapi obat bermutu tinggi, untuk
pemilihan dan aplikasi terapi yang tepat, memastikan kualitas obat, mengendalikan
pembiayaan obat, bersaing baik dari segi kualitas, penyimpanan, distribusi dan
prosedur pembuatan dengan harga yang rendah untuk meningkatkan hubungan,
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan obat yang cost effective dan berdasarkan
EBM.
3. Seleksi obat meliputi evaluasi dan asesmen data bioekivalen, karakteristik
penyimpanan, dispensing dan konsumsi (pemberian), harga dan informasi produk yang
relevan. Seleksi obat dalam formularium meliputi pemilihan distributor, penyeleksian
distributor, penambahan atau penghapusan obat baru setelah disetujui Panitia
Farmasi dan Terapi.
4. Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medis dari suatu rumah
sakit yang bekerja melalui Panitia Farmasi dan Terapi.
5. Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Panitia Farmasi dan
Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang
ditentukan.
6. Sistem pembuatan formularium adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap berjalan
7. Sistem pembuatan formularium adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap berjalan
terus, dalam arti kata bahwa sementara Formularium itu digunakan oleh staf medis, di
lain pihak Panitia Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan
terhadap produk obat yang ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan
keselamatan dan kesejahteraan pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP
Ditetapkan di Kediri
12 5yawal 1444 H
Pada tanggal
2Mei 2023 M
Direktur
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati
•
drg. MILLATUL
�HANI,
M.A.R.S.
Lampiran 2 : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati
Nomor : 0262/PRN/III.6.AU/H/V/2023
Tentang : Panduan Unit Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati Kediri
BAB I
DEFINISI
1. High Alert Medication adalah obat-obat yang memiliki risiko tinggi menyebabkan/
menimbulkan adanya komplikasi/membahayakan pasien secara signifikan jika
terdapat kesalahan penggunaan (dosis, interval dan pemilihan). Hal ini dikarenakan
adanya rentang dosis terapeutik dan keamanan yang sempit atau karena insiden yang
tinggi akan terjadinya kesalahan.
2. Obat risiko tinggi yaitu obat yang apabila terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan
kematian atau kecacatan seperti insulin, heparin.
3. Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinis tampak/kelihatan sama (Look
Alike), bunyi ucapan sama (Sound Alike), atau disebut juga nama obat rupa ucapan
mirip (NORUM).
4. Elektrolit konsentrat seperti potassium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih
dari 2 mEq/ml, potassium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari 3
mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat
dengan konsentrasi 20%, 40% atau lebih.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. PRINSIP
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
a. Mengurangi jumlah high alert medication yang disimpan di suatu unit
b. Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia
c. Hindarkan penggunaan high alert medication sebisa mungkin
2. Lakukan pengecekan ganda.
3. Meminimalisasi konsekuensi kesalahan
a. Misalnya: kesalahan fatal terjadi di mana injeksi vial 50 ml berisi lidocain 2%
tertukar dengan manitol (kemasan dan cairan obat serupa). Solusinya sediakan
lidocain 2% dalam vial 10 ml, sehingga kalaupun terjadi salah pemberian,
jumlah lidocain yang diinjeksikan kurang bertampak fatal.
b. Pisahkan obat-obatan dengan nama atau label yang mirip.
c. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan.
d. Batasi akses terhadap high alert medication.
e. Gunakan table dosis standar (dari pada menggunakan dosis perhitungan
berdasarkan berat badan/fungsi ginjal, dimana rentan terjadi kesalahan)
B. PROSEDUR
Lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama memberikan instruksi,
mempersiapkan, memberikan obat dan menyimpan high alert medication.
1. Peresepan
a. Instruksi pemberian obat high alert hanya boleh dilakukan oleh dokter.
b. Jangan memberikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert
medications.
c. Instruksi ini harus mencakup minimal nama pasien dan nomor rekam medik
pasien; tanggal dan waktu instruksi dibuat; nama obat (generik), dosis, jalur
pemberian dan tanggal pemberian obat; kecepatan dan/durasi pemberian
obat.
d. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap
high alert medications secara tertulis.
e. Setiap resep yang tidak jelas harus dilakukan konfirmasi kepada DPJP.
2. Persiapan
a. Memastikan bahwa pada kemasan terkecil obat yang berisiko tinggi telah
tertempel label “HIGH ALERT” dan untuk obat yang LASA harus tertempel label
“LASA”.
b. Setiap obat dengan resiko tinggi dan elektrolit konsentrat harus diberikan label
identitas pasien pengguna obat tersebut.
c. Dilakukan telaah resep dan telaah obat untuk memastikan obat yang disiapkan
sesuai.
3. Penyimpanan
a. High Alert Medications yang disimpan di ruang perawat harus disimpan di
dalam troli obat.
b. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan dipisahkan
dengan obat-obatan rutin lainnya. Jika High Alert Medications harus disimpan
di area perawatan pasien, diberikan label “HIGH ALERT” pada tutup luar
tempat penyimpanan. Khusus untuk obat LASA penyimpanannya pada troli
obat pasien dengan setiap kemasan terkecil obat tertempel label “LASA”.
c. Jika menggunakan dispensing cabinet untuk menyimpan High Alert Medication,
berilah pesan pengingat ditutup cabinet agar perawat pasien dapat waspada
dan berhati-hati dengan High Alert Medication.
d. Setiap kotak /tempat yang berisi High Alert Medication harus diberi label.
e. Infus intravena High Alert Medication harus diberikan label yang jelas dengan
menggunakan huruf /tulisan yang berbeda dengan sekitarnya.
f. Penyimpanan jenis obat High Alert yang sama dibagian farmasi harus
diletakkan dalam satu box.
4. Pelabelan
Semua tempat penyimpanan obat higt alert
5. Pemberian Obat
a. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double check) terhadap
semua High Alert Medications sebelum diberikan kepada pasien.
b. Pengecekan ganda terhadap High Alert Medications:
1) Pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan high alert medications
tertentu/spesifik dan disaat pelaporan pergantian jaga atau saat melakukan
transfer pasien.
2) Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau pada
catatan pemberian medikasi pasien.
3) Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang berwenang untuk
menginstruksi, meresepkan atau memberikan obat-obatan, antara lain
perawat, farmasis dan dokter.
4) Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang berwenang atau
perawat lainnya (petugas tidak boleh sama dengan pengecek pertama).
5) Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda/verikasi oleh
orang kedua dilakukan kondisi setiap akan menginjeksikan obat dan untuk
infuse (saat terapi inisial, saat terdapat perubahan konsentrasi obat, saat
pemberian bolus, saat penggantian jaga perawat atau transfer pasien,
setiap terjadi perubahan dosis obat).
c. Prosedur untuk dosis inisial atau inisiasi infuse baru:
1) Petugas kesehatan mempersiapkan obat dan hal-hal di bawah ini untuk
menjalani pengecekan ganda oleh petugas kedua:
a) Obat-obatan pasien dengan label yang masih intake,
b) Rekam medis pasien, catatan pemberian medikasi pasien atau
resep/instruksi tertulis dokter,
c) Obat yang hendak diberikan lengkap dengan labelnya.
2) Petugas kedua akan memastikan hal-hal sebagai berikut ini:
a) Obat telah disesuaikan dengan instruksi,
b) Perawat pasien harus memverifikasi bahwa obat yang hendak diberikan
telah sesuai dengan instruksi dokter,
c) Obat memenuhi 7 persyaratan:
Benar pasien
Benar obat
Benar dosis
Benar cara (rute)
Benar waktu
Benar expired date
Benar pendokumentasian
d) Membaca label dengan suara lantang kepada perawat untuk
memverifikasi : obat tepat, dosis atau kecepatannya tepat, termasuk
pengecekan ganda mengenai perhitungan dan verifikasi pompa infuse,
rute pemberian tepat, frekuensi/interval tepat, diberikan kepada pasien
yang tepat.
3) Pada beberapa kasus, harus tersedia juga kemasan/vial obat untuk
memastikan bahwa obat yang disiapkan adalah obat yang benar.
4) Ketika petugas kedua telah selesai melakukan pengecekan ganda dan
kedua petugas puas bahwa obat telah sesuai, lakukan pencatatan pada
rekam medis/catatan pemberian medikasi pasien.
5) Petugas kedua harus menulis “dicek oleh” dan diisi dengan nama pengecek.
6) Pengecekan ganda akan dilakukan sebelum obat akan diberikan kepada
pasien.
7) Pastikan infuse obat berada pada jalur/selang yang benar dan lakukan
pengecekan selang infus mulai dari larutan/cairan infus, pompa hingga
tempat insersi selang.
8) Pastikan pompa infuse terprogram dengan kecepatan pemberian yang
tepat, termasuk ketepatan data berat badan pasien.
9) Untuk pengecekan saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien:
a) Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini, obat yang diberikan
harus memenuhi tujuh persyaratan, perawat berikutnya akan membaca
label dengan lantang kepada perawat sebelumnya untuk memverfikasi
kelima persyaratan (seperti yang telah disebutkan di atas).
b) Saat pengecekan telah selesai dan kedua perawat yakin bahwa obat
telah selesai, lakukan pada bagian pengecekan oleh perawat di rekam
medis pasien.
d. Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien,
memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan kepada
pasien, dosis dan tujuannya (pasien dapat juga berperan sebagai pengecek, jika
memungkinkan).
e. Semua pemberian high alert medications intravena dan bersifat kontinu harus
diberikan pada pasien ruang perawatan intensif atau pada pasien resiko tinggi
mengalami kelebihan cairan (volume over load). Setiap selang infuse harus
diberi label dengan nama obat yang diberikan diujung distal selang dan pada
pintu masuk pompa (untuk mempermudah verifikasi dan meminimalkan
kesalahan).
f. Pada situasi emergency, di mana pelabelan dan prosedur pengecekan ganda
dapat menghambat atau menunda penatalaksanaan dan berdampak negatif
terhadap pasien. Perawat atau dokter pertama-tama harus menentukan dan
memastikan bahwa kondisi klinis pasien benar-benar bersifat emergency dan
perlu ditatalaksana segera sedemikian rupa sehingga pengecekan ganda dapat
ditunda. Petugas yang memberikan obat harus menyebutkan dengan lantang
semua terapi obat yang diberikan sebelum memberikannya kepada pasien.
g. Obat yang tidak digunakan dikembalikan kepada farmasi atau apotek, dan
dilakukan peninjauan ulang oleh farmasis/apoteker apakah terjadi kesalahan
obat yang belum diberikan.
h. Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang oleh apoteker untuk mengetahui
indikasi penggunaan dosis ekstra.
DOKUMENTASL
'l.d
e'
ALERT
·-
( ' HIGH"· J
ELEKTROLIT PEKAT
ALERT
' HARUS DIENCERKAN
Ditetapkan di : Kediri
12Syawal 1444 H
Pada tanggal
2Mei 2023 M
Direktur
Rumah Sakit UmumMuhammadiyah
Surya Melati
MOUAru�ANO,
d�. M.A.,.S.
LAMPIRAN
DAFTAR OBAT-OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
RUTE
NO KATEGORI OBAT OBAT KETERANGAN
PEMBERIAN
1. Elektrolit Pekat IV Nacl > 0,9% (Nacl 3%) ELEKTROLIT PEKAT
KCL TIDAK BOLEH
DISIMPAN DI
MgSO4 20, MgSO4 40
RUANG
PERAWATAN
Calsii Gluconas
Meylon
2. Agonis adrenergik IV Epinephrine
N- EPI (NOREpinephrine)
Ephedrin
3 Anti aritmia IV Tiaryt (Amiodarone)
Lidocain
Lidodex
4 Anastesi umum IV, Inhalasi Propofol
KTM (ketamin HCL)
Regivel (Bupivacain)
5 Dekstrosa IV D 40%
konsentrasi tinggi
6 Insulin IV, Subcutan Actrapid,
Novorapid Flexpen,
Levemir Flexpen,
Novomix Flexpen
Sansulin Flexpen
Ryzodec Flexpen
Apidra Flexpen
Humalog mix Flexpen
Ezelin Flexpen
Lantus Flexpen
7 Sedativ IV Miloz (Midazolam)
8 Narkotik/ opioid IV, Fentanyl,
transdermal, Durogesic Matrix 25 µg,
oral Pethidine,
Morphine
Valisanbe
9 Uterotonic IV Oxytocin
Bledstop
(Methylergometrin)
Methylergometrin
(generik)
10 Inotropik IV Digoxin,
Proinfark (Dopamine),
Dobutamine
11 Agen Hipoglikemia oral Metformin 500 mg,
Oral Metformin 850 mg
Acarbose 50 mg, 100 mg
Glibenclamid
RUTE
NO KATEGORI OBAT OBAT KETERANGAN
PEMBERIAN
Glimepirid 1, 2 ,3, 4 mg
(Amadiab 1,2 mg)
Glikuidon 30 mg
Glucodex 80 mg
(Gliclazid)
12 Neuromuscular IV Notrixum (Atracurium)
bloker
Sulfas Atropin
13 Antikoagulan Oral, IV Hepagusan (Heparin)
16 Factor Xa inhibitors IV Diviti (Fondaparinux
Sodium), Venax
(Fondaparinux Sodium),
Lovenox (Heparin
sodium)
BAB I
DEFINISI
1. Beyond Use Date (BUD) adalah batas waktu penggunaan produk obat setelah diracik/
disiapkan atau setelah kemasan primernya dibuka/dirusak. Kemasan primer disini
berarti kemasan yang langsung bersentuhan dengan bahan obat, seperti: botol,
ampul, vial blister, dst.
2. Expired Date adalah Batas waktu penggunaan produk obat setelah diproduksi oleh
pabrik farmasi, sebelum kemasannya dibuka.
3. Suatu sediaan farmasi dapat dikatakan stabil jika tetap memiliki karakteristik kimia,
fisika, mikrobiologi, terapetik dan toksikologi yang tidak berubah sejak awal diproduksi
hingga selama masa penyimpanan serta penggunaan.
4. Stabilitas obat diharapkan terjamin tidak hanya pada saat penyerahan obat ke pasien
atau tenaga kesehatan, namun hingga disimpan di rumah ataupun di ruang rawat inap
serta digunakan oleh pasien
5. Pemberian informasi kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai cara
penyimpanan dan batas waktu pengunaan obat setelah kemasan dibuka merupakan
salah satu tanggung jawab tenaga kefarmasian yang penting untuk diketahui.
BAB II
RUANG LINGKUP
Perlu dibedakan pengertian Beyond Use Date (BUD) dan masa kadaluwarsa obat
(ED). Meskipun kedua hal tersebut dapat digunakan untuk menentukan batasan waktu
dimana suatu produk obat masih berada dalam keadaan stabil. Perbedaan kedua
pengertian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
PERBEDAAN
NO
BUD ED
1 Batas waktu penggunaan produk obat Batas waktu penggunaan produk obat
setelah diracik/disiapkan atau setelah setelah diproduksi oleh pabrik farmasi,
kemasan primernya dibula/dirusak sebelum kemasannya dibuka
2 BUD tidak selalu dicantumkan ED selalu dicantumkan di kemasan
dikemasan
2. Obat racikan
Beyond Use Date obat racikan terhitung sejak tanggal peracikan. Ketika akan
menetapkan BUD, harus dipertimbangkan ED semua obat yang dicampurkan dalm
formulasi. Obat racikan ini tentunya akan memiliki BUD yang lebih singkat daripada ED
masing-masing bahan dalam formulasi. Jika dalam satu racikan terdapat lebih dari satu
macam obat, gunakan BUD yang paling singkat
Langkah-langkah dalam menetapkan BUD obat racikan adalah :
a. Gunakan informasi BUD berdasarkan penelitian spesifik pada obat racikan yang
bersangkutan
b. Jika tidak tersedia penelitian spesifik, maka carilah informasi penetapan BUD dari
pabrik masing- masing obat yang digunakan dalam racikan (pilih BUD yang paling
singkat)
c. Jika tidak tersedia informasi dari pabrik, maka carilah informasi stabilitas dari buku
referensi atau literature primer.
d. Jika informasi stabilitas dari buku referensi maupun literature primer tidak cukup
memadai, maka kita dapat menggunakan petunjuk umum penetapan BUD untuk
obat racikan berdasarkan USP, yaitu sebagai berikut:
Jenis Formulasi Informasi Beyond Use Date
Formulasi oral yang mengandung air BUD tidak lebih dari 14 hari jika
(water containing oral formulation), disimpan pada suhu dingin yang
seperti : suspensi oral, emulsi oral, terkontrol
syrup
Formulasi cair atau semipadat BUD tidak lebih dari 30 hari
topical/dermal/mucosal yang
mengandung air (water containing
topical/dermal/mucosal liquid or
semisolid formulation) seperti :
salep, krim, gel, pasta)
Formulasi yang tidak mengandung air BUD tidak lebih dari 25% waktu
(nonaqueous formulation) seperti yang tersisa dari masing-masing
puyer atau kapsul obat hingga kadaluwarsa atau 6
bulan dipilih yang lebih singka
Contoh : Obat merk X diracik pada
bulan Desember 2013. ED obat
yaitu Desember 2013, maka
perhitungan BUD adalah :
=25% x 12 bulan
=3 bulan (< 6 bulan) BUD maksimal
3 bulan
Melalui pemaparan tentang BUD berbagai produk obat tersebut, apoteker sebagai
tenaga kesehatan professional yang bertanggung jawab memberikan produk obat
yang berkualitas kepada pasien, diharapkan dapat mulai memperhatikan pentingnya
BUD dan menerapkan pengetahuan ini ketika menyimpan, memberikan serta
menggunakam produk obat dalam praktek sehari-hari.
Dan bagi masyarakat sebagai pengguna produk obat juga mulai memperhatikan
pentingnya mengetahui BUD berbagai produk obat untuk diperhatikan dalam
menyimpan dan menggunakan produk obat tersebut. Biasakan untuk menanyakan
tentang batas waktu penggunaan obat kepada Apoteker yang memberikan produk
obat kepada anda. Semoga tulisan ini dapat memberikan pengetahuan kepada
masyarakat luas kapan kita memperhatikan ED (tanggal kadaluwarsa) dan BUD (waktu
penggunaan produk obat setelah dibuka) sehingga produk obat yang kita gunakan
tetap terjaga kualitas dan efektivitasnya.
BAB V
DOKUMENTAS
3. Etiket obat
Ditetapkan di Kediri
12Syawal 1444 H
Pada tanggal
2 Mei 2023 M
Direktur
Rumah Sakit Urum Muhammadiyah
Surya Melati
HANI, M.A.R.S
Lampiran 4 : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati
Nomor : 0262/PRN/III.6.AU/H/V/2023
Tentang : Panduan Unit Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati Kediri
BAB I
DEFINISI
2. Definisi Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
5. Penulis Resep
Yang berhak menulis resep adalah tenaga medis yang memiliki izin praktik di RSUM
Surya Melati Kediri dan mempunyai kewenangan untuk menulis resep, yaitu :
a. Dokter Umum.
b. Dokter Spesialis
c. Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut.
3. Etiket obat
Ditetapkan di Kediri
12Syawal 1444 H
Pada tanggal
2 Mei 2023 M
Direktur
Rumah Sakit Urum Muhammadiyah
Surya Melati
HANI, M.A.R.S
Lampiran 5 : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati
Nomor : 0262/PRN/III.6.AU/H/V/2023
Tentang : Panduan Unit Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati Kediri
BAB I
DEFINISI
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan- golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang tentang Narkotika.
2. Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
3. Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri
farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung
ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin,
ergometrine, atau Potasium Permanganat.
BAB II
RUANG LINGKUP
B. Penyerahan
Penyerahan adalah setiap kegiatan memberikan narkotika, psikotropika dan prekursor
farmasi, baik antar penyerah maupun kepada pasien dalam rangka pelayanan
kesehatan.
Penyerahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan
dalam bentuk obat jadi. Dalam hal Penyerahan Narkotika dan Psikotropika yang
dilakukan kepada pasien, harus dilaksanakan oleh Apoteker di fasilitas pelayanan
kefarmasian. Penyerahan dilakukan secara langsung sesuai dengan standar pelayanan
kefarmasian. Penyerahan Prekursor Farmasi yang termasuk golongan obat bebas
terbatas bisa dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.
Penyerahan Narkotika dan/atau Psikotropika antara lain :
1. Penyerahan Narkotika dan/atau Psikotropika hanya dapat dilakukan oleh,
a. Apotek
b. Puskesmas
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
d. Instalasi Farmasi Klinik dan
e. dokter.
2. Apotek sebagaimana dimaksud pada point (1) huruf a hanya dapat menyerahkan
Narkotika dan/atau Psikotropika kepada:
a. Apotek lainnya,
b. Puskesmas,
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
d. Instalasi Farmasi Klinik,
e. dokter dan pasien.
3. Penyerahan Narkotika dan/atau Psikotropika sebagaimana dimaksud pada point
(2) huruf a sampai dengan huruf d hanya dapat dilakukan untuk memenuhi
kekurangan jumlah Narkotika dan/atau Psikotropika berdasarkan resep yang telah
diterima.
4. Penyerahan sebagaimana dimaksud pada point (3) harus berdasarkan surat
permintaan tertulis yang ditandatangani oleh Apoteker penanggung jawab dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir (terlampir).
5. Instalasi Farmasi Rumah Sakit hanya dapat menyerahkan Narkotika dan/atau
Psikotropika kepada pasien berdasarkan resep dokter.
Penyerahan Prekursor Farmasi antara lain:
1) Penyerahan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan oleh:
a. Apotek
b. Puskesmas
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
d. Instalasi Farmasi Klinik
e. Dokter dan
f. Toko Obat.
2) Apotek hanya dapat menyerahkan Prekursor Farmasi golongan obat keras kepada:
a. Apotek lainnya
b. Puskesmas
c. c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
d. Instalasi Farmasi Klinik
e. dokter dan
f. pasien.
3) Instalasi Farmasi Rumah Sakit hanya dapat menyerahkan Prekursor Farmasi
golongan obat keras kepada pasien berdasarkan resep dokter.
4) Penyerahan Prekursor Farmasi golongan obat keras sebagaimana dimaksud pada
ayat 2) huruf a sampai dengan huruf d hanya dapat dilakukan untuk memenuhi
kekurangan jumlah Prekursor Farmasi golongan obat keras berdasarkan resep yang
telah diterima.
5) Penyerahan Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas oleh Apotek kepada
Instalasi Farmasi Rumah Sakit hanya dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan
kebutuhan harian Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas yang
diperlukan untuk pengobatan.
6) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada point 4) dan 5) harus berdasarkan surat
permintaan tertulis yang ditandatangani oleh Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian
penanggung jawab atau dokter yang menangani pasien dengan menggunakan
Formulir (terlampir)
7) Penyerahan Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas kepada pasien harus
memperhatikan kerasionalan jumlah yang diserahkan sesuai kebutuhan terapi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Penyimpanan
Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di fasilitas
distribusi dan fasilitas pelayanan kefarmasian harus mampu menjaga keamanan,
khasiat, dan mutu Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
Adapun tata cara penyimpanannya antara lain :
1) Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat
berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus.
2) Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk
menyimpan barang selain Narkotika.
3) Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan barang
selain Psikotropika.
4) Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam point 1) harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. terbuat dari bahan yang kuat
b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi;
d. Untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit diletakkan di tempat yang aman dan tidak
terlihat oleh umum,; dan
e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang
ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
5) Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus menyimpan Prekursor Farmasi dalam bentuk
obat jadi di tempat penyimpanan obat yang aman berdasarkan analisis risiko,
terpisah dari obat-obat yang lain.
D. Pemusnahan
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dilakukan dalam
hal:
a. diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak
dapat diolah kembali
b. telahkadaluarsa
c. tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau
untuk pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan
d. dibatalkan izin edarnya atau
e. berhubungan dengan tindak pidana.
Pemusnahan pada point a sampai dengan d tersebut dilaksanakan oleh Industri
Farmasi, PBF, Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, Dokter atau Toko Obat.
Sedangkan pada point e dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus dilakukan dengan:
a. tidak mencemari lingkungan dan
b. tidak membahayakan kesehatan masyarakat.
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. penanggung jawab fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan kefarmasian
menyampaikan surat pemberitahuan dan permohonan saksi kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Makanan setempat.
b. Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan
Provinsi, Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat, dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan petugas di lingkungannya menjadi saksi
pemusnahan sesuai dengan surat permohonan sebagai saksi.
c. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada huruf b.
d. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi harus
dilakukan pemastian kebenaran secara organoleptis oleh saksi sebelum dilakukan
pemusnahan.
e. Di Instalasi Farmasi Rumah sakit umum muhammadiyah surya melati, pemusnahan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dilakukan oleh pihak ketiga yaitu PT
PRIA. Disaksikan oleh pemilik Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
(Direktur dan Kepala Instalasi Farmasi RS) dan saksi sebagaimana dimaksud dalam
huruf b.
Penanggung jawab fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan kefarmasian yang
melaksanakan pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus
membuat Berita Acara Pemusnahan. Berita Acara Pemusnahan tersebut, paling sedikit
memuat:
a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan
b. Tempat pemusnahan
c. Nama penanggung jawab fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan kefarmasian
d. nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain badan/sarana tersebut
e. nama dan jumlah Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang
dimusnahkan
f. cara pemusnahan dan
g. tanda tangan penanggung jawab fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan kefarmasian
dan saksi.
Berita Acara Pemusnahan dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan tembusannya
disampaikan kepada Direktur Jenderal dan Kepala Badan/Kepala Balai setempat.
1. List Obat Narkotika yang berada di Instalasi Farmasi RSUM Surya Melati Kediri
No Nama Obat
1 Codein 10 mg
2 Coditam
3 Codein 20 mg
4 Etany inj
5 Morfina inj
6 Pethidine inj
7 MST 10 m
8 Durortesik
2. List Obat prekursor yang berada di lnstalasi Farmasi RSUM Surya Melati Kediri
No Nama 0bat
1 Alprazolam 1 mg
2 Alprazolam 0,5 mg
3 Analsik
4 ANganay0,5 m
5 Ale inax 1me
6 Braxidin
7 Cliad
8 Prolozam
9 Besanmag
10 Valisanbe 5 m
11 Valisanbe inj
12 Phenobarbital 30 mg
13 valisanbe2mg
14 Phenobarbital ini
15 Diazepam supp
16 Miloz inj
Ditetapkan di Kediri
12Syawal 1444 H
Pada tanggal
2Mei 2023 M
Direktur
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah