JURYA MELATT
TgkRAADMAS U/AMA
KARS
et84800009000/6.4lob.gt (L0.9/hgt0%gt%04/4goo001Prye90180.$04$%.[hul.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 51
tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 2
tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak;
14. Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Republik Indonesia nomor 10/M.PPN/HK/02/2021 tentang
Penetapan Perluasan Kabupaten/Kota Lokasi Fokus Intervensi
Penurunan Stunting Terintegrasi Tahun 2022;
15. Keputusan Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat,
dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional Republik Indonesia nomor 27/D.V/03/2021 tentang
Jejaring Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi/Scaling-Up
Nutrition (SUN) Networks Indonesia;
16. Surat Edaran Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Republik Indonesia nomor 4 tahun 2021 tentang Penyusunan
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
18. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah;
19. Keputusan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
nomor 2207/KEP/II.0/D/2021 tentang Pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Umum (RSU) Muhammadiyah Surya Melati
Kabupaten Kediri Masa Jabatan 2021 – 2025.
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Panduan Tim Stunting dan Wasting Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati
Kediri digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan stunting dan wasting
di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati Kediri.
BAB II
DEFINISI
Pasal 2
Yang dimaksud dengan stunting adalah suatu kondisi di mana anak mengalami gangguan
pertumbuhan, sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan seusianya, sebagai akibat
dari masalah gizi kronis yaitu kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama.
BAB Ill
RUANG LINGKUP
Pa5al 3
Ruang lingkup Panduan Tim Stunting dan Wasting meliputi:
1. Definisi Stunting;
2. Penyebab Stunting;
3. Dampak Stunting,
4. Pencegahan Stunting;
5. Penilaian status gii;
6. Alur rujukan
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 4
Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Ditetapkan di : Kediri
27Ramadhan 1444 H
Pada tanggal
18 April 2023 M
Direktur
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
,.
Surya
Melatt
BAB I
DEFINISI
Gizi buruk (severe wasting) dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian serta
meningkatkan risiko terjadinya stunting. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018
menunjukkan prevalensi wasting pada balita sebesar 10,2% dan 3,5% atau sekitar 805.000
balita di antaranya merupakan severe wasting (gizi buruk).
Gizi buruk merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan Kesehatan, sesuai
arah kebijakan RPJMN 2020-2024, target tahun 2024 adalah menurunkan prevalensi
wasting menjadi 7% dan stunting menjadi 14%. Penanganan balita gizi buruk harus
dilakukan secara cepat dan tepat untuk mencegah kematian dan komplikasi lebih lanjut
serta memperbaiki tumbuh kembang anak di masa mendatang. Upaya penanggulangan
gizi buruk dilakukan dengan pencegahan melalui penemuan dini dan memobilisasi
masyarakat serta penanganan sesuai dengan tata laksana kasus.
Stunting adalah suatu kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan,
sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan seusianya, sebagai akibat dari masalah gizi
kronis yaitu kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama. Kekurangan gizi terjadi sejak
dalam masa kandungan dan pada awal setelah bayi lahir.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak, penilaian status gizi anak, stunting atau pendek
merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
dengan zscore kurang dari -2 SD (standar deviasi).
BAB II
RUANG LINGKUP
A. DEFINISI
Stunting adalah suatu kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan,
sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan seusianya, sebagai akibat dari masalah
gizi kronis yaitu kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama. Kekurangan gizi
terjadi sejak dalam masa kandungan dan pada awal setelah bayi lahir.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak, penilaian status gizi anak, stunting atau pendek
merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
dengan zscore kurang dari -2 SD (standar deviasi).
Wasting adalah kondisi ketika berat badan anak menurun, sangat kurang atau
bahkan berada di bawah rentang normal. Balita kurus (wasting) ditandai dengan
kurangnya berat badan menurut panjang/tinggi badan anak (BB/TB). Panjang badan
digunakan untuk anak berumur kurang dari 24 bulan dan tinggi badan digunakan
untuk anak berumur 24 bulan ke atas.
B. PENYEBAB
Penyebab langsung stunting adalah nutrisi dari asupan makanan yang kurang mulai
dari sebelum kehamilan sampai 1000 hari pertama kehidupan serta kemungkinan
infeksi karena sanitasi buruk. Sedangkan penyebab stunting secara luas tidak bisa
dilepaskan dari permasalahan kemiskinan, pendidikan, pola hidup, serta kebutuhan air
bersih.
C. DAMPAK
Stunting dapat menimbulkan dampak yang buruk, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek stunting dapat menyebabkan gagal
tumbuh, hambatan perkembangan kognitif & motorik sehingga berpengaruh pada
perkembangan otak dan keberhasilan pendidikan, dan tidak optimalnya ukuran fisik
tubuh serta gangguan metabolisme. Stunting merupakan wujud dari adanya gangguan
pertumbuhan pada tubuh, bila ini terjadi, maka salah satu organ tubuh yang cepat
mengalami risiko adalah otak. Dalam otak terdapat sel-sel saraf yang sangat berkaitan
dengan respon anak termasuk dalam melihat, mendengar, dan berpikir selama proses
belajar. Dampak jangka panjang yang ditimbulkan stunting adalah menurunnya
kapasitas intelektual, gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat
permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia
sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitas saat dewasa, dan meningkatkan
risiko penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner,
dan stroke. Anak mengalami stunting memiliki potensi tumbuh kembang yang tidak
sempurna, kemampuan motorik dan produktivitas rendah, serta memiliki risiko lebih
tinggi untuk menderita penyakit tidak menular. Stunting pada balita berdampak pada
timbulnya potensi kerugian ekonomi karena penurunan produktivitas kerja dan biaya
perawatan. Kesemuanya itu akan menurunkan kualitas sumber daya manusia,
produktivitas dan daya saing bangsa.
D. PENCEGAHAN
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah
selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium
Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung
selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran
dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga
sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hoffenheim, Jerman, menyatakan
ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan
gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI
Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum
yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan
tubuh bayi yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan
makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang
dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari
ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau
penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat
akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari
tinggi dan berat badan anak. Bawa si kecil secara berkala ke Posyandu maupun
klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui
gejala awal gangguan dan penanganannya.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama
kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung
meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School
menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan
tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang
masuk ke dalam tubuh manusia.
Keterangan:
1 Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan,
perlu
dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U.
2 Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah
kecuali kemungkinan adanya gangguan endokrin seperti tumor yang memproduksi
hormon pertumbuhan. Rujuk ke dokter spesialis anak jika diduga mengalami
gangguan endokrin (misalnya anak yang sangat tinggi menurut umurnya
sedangkan tinggi orang tua normal).
3 Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi kurang, kriteria
diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk
menggunakan Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan
(BB/PB atau BB/TB).
F. ALUR RUJUKAN
BAB V
DOKUMENTASL
dan ditingkatkan melalui catatan pada status pasien. Dokumentasi pelaksanaan asuhan
dapat dilihat pada lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPpT)
Ditetapkan di . Kediri
27Ramadhan 1444 H
Pada tanggal
18 April 2023 M
Direktur
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
surya
iMetaet
.AL4
+(2' (
A
drg. MILLATUL ASYlH AR