Anda di halaman 1dari 14

PIMPINAN OAERAH MUHAMMAOIYAH KABUPATEN KEOIRI

RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH

JURYA MELATT
TgkRAADMAS U/AMA
KARS

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELAT


Nomor: 0251/PRN/II.6.AU/H/IV/2023
Tentang
PANDUAN TIM STUNTING DAN WASTING
RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELA TT KEDIRL

Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati Kediri, setelah:


Menimbang : 1. Bahwa dalarm upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi;
2. Bahwa untuk memenuhi diktum 1 (satu) di atas, perlu adanya
Peraturan Direktur tentang Panduan Tim Stunting dan Wasting
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati sebagai
landasan bagi penyelenggaraan pelayanan stunting dan wasting
di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati;
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam diktum 1 (satu) dan 2 (dua) di atas, perlu ditetapkan
dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan,
2 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2020
tentang Cpta Kerja,
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2019
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 2 tahun 2022
tentang Cpta Kerja,
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 47 tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan;
7.Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 42 tahun 2013
tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi;
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 83 tahun 2017
tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi,
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 72 tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting;
10. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Republik Indonesia nomor 12 tahun 2021 tentang
Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting
Indonesia Tahun 2021 - 2024;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 41
tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang;

et84800009000/6.4lob.gt (L0.9/hgt0%gt%04/4goo001Prye90180.$04$%.[hul.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 51
tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 2
tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak;
14. Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Republik Indonesia nomor 10/M.PPN/HK/02/2021 tentang
Penetapan Perluasan Kabupaten/Kota Lokasi Fokus Intervensi
Penurunan Stunting Terintegrasi Tahun 2022;
15. Keputusan Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat,
dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional Republik Indonesia nomor 27/D.V/03/2021 tentang
Jejaring Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi/Scaling-Up
Nutrition (SUN) Networks Indonesia;
16. Surat Edaran Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Republik Indonesia nomor 4 tahun 2021 tentang Penyusunan
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
18. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah;
19. Keputusan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
nomor 2207/KEP/II.0/D/2021 tentang Pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Umum (RSU) Muhammadiyah Surya Melati
Kabupaten Kediri Masa Jabatan 2021 – 2025.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH


SURYA MELATI TENTANG PANDUAN TIM STUNTING DAN WASTING
RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATI KEDIRI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Panduan Tim Stunting dan Wasting Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati
Kediri digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan stunting dan wasting
di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati Kediri.

BAB II
DEFINISI

Pasal 2
Yang dimaksud dengan stunting adalah suatu kondisi di mana anak mengalami gangguan
pertumbuhan, sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan seusianya, sebagai akibat
dari masalah gizi kronis yaitu kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama.
BAB Ill
RUANG LINGKUP

Pa5al 3
Ruang lingkup Panduan Tim Stunting dan Wasting meliputi:
1. Definisi Stunting;
2. Penyebab Stunting;
3. Dampak Stunting,
4. Pencegahan Stunting;
5. Penilaian status gii;
6. Alur rujukan

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 4
Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Kediri
27Ramadhan 1444 H
Pada tanggal
18 April 2023 M

Direktur
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah

,.
Surya
Melatt

drg. MILLATUL-z '


AISYANARDHANL, M.A.R.S

Tembusan kepad Yth.:


1. Ketua Tim Stunting dan Wasting
2. Arsip
Lampiran : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati
Nomor : 0251/PRN/III.6.AU/H/IV/2023
Tentang : Panduan Tim Stunting dan Wasting Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati Kediri

PANDUAN TIM STUNTING DAN WASTING


RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATI KEDIRI

BAB I
DEFINISI

Gizi buruk (severe wasting) dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian serta
meningkatkan risiko terjadinya stunting. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018
menunjukkan prevalensi wasting pada balita sebesar 10,2% dan 3,5% atau sekitar 805.000
balita di antaranya merupakan severe wasting (gizi buruk).
Gizi buruk merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan Kesehatan, sesuai
arah kebijakan RPJMN 2020-2024, target tahun 2024 adalah menurunkan prevalensi
wasting menjadi 7% dan stunting menjadi 14%. Penanganan balita gizi buruk harus
dilakukan secara cepat dan tepat untuk mencegah kematian dan komplikasi lebih lanjut
serta memperbaiki tumbuh kembang anak di masa mendatang. Upaya penanggulangan
gizi buruk dilakukan dengan pencegahan melalui penemuan dini dan memobilisasi
masyarakat serta penanganan sesuai dengan tata laksana kasus.
Stunting adalah suatu kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan,
sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan seusianya, sebagai akibat dari masalah gizi
kronis yaitu kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama. Kekurangan gizi terjadi sejak
dalam masa kandungan dan pada awal setelah bayi lahir.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak, penilaian status gizi anak, stunting atau pendek
merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
dengan zscore kurang dari -2 SD (standar deviasi).
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Panduan Tim Stunting dan Wasting meliputi:


1. Definisi Stunting;
2. Penyebab Stunting;
3. Dampak Stunting;
4. Pencegahan Stunting;
5. Penilaian status gizi;
6. Alur rujukan.
BAB III
KEBIJAKAN

1. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.


2. Permenkes 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak.
3. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati Kediri Nomor:
0111/PRN/III.6.AU/H/II/2023 tentang Tim Stunting dan Wasting.
BAB IV
TATA LAKSANA

A. DEFINISI
Stunting adalah suatu kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan,
sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan seusianya, sebagai akibat dari masalah
gizi kronis yaitu kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama. Kekurangan gizi
terjadi sejak dalam masa kandungan dan pada awal setelah bayi lahir.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak, penilaian status gizi anak, stunting atau pendek
merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
dengan zscore kurang dari -2 SD (standar deviasi).
Wasting adalah kondisi ketika berat badan anak menurun, sangat kurang atau
bahkan berada di bawah rentang normal. Balita kurus (wasting) ditandai dengan
kurangnya berat badan menurut panjang/tinggi badan anak (BB/TB). Panjang badan
digunakan untuk anak berumur kurang dari 24 bulan dan tinggi badan digunakan
untuk anak berumur 24 bulan ke atas.

B. PENYEBAB
Penyebab langsung stunting adalah nutrisi dari asupan makanan yang kurang mulai
dari sebelum kehamilan sampai 1000 hari pertama kehidupan serta kemungkinan
infeksi karena sanitasi buruk. Sedangkan penyebab stunting secara luas tidak bisa
dilepaskan dari permasalahan kemiskinan, pendidikan, pola hidup, serta kebutuhan air
bersih.

C. DAMPAK
Stunting dapat menimbulkan dampak yang buruk, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek stunting dapat menyebabkan gagal
tumbuh, hambatan perkembangan kognitif & motorik sehingga berpengaruh pada
perkembangan otak dan keberhasilan pendidikan, dan tidak optimalnya ukuran fisik
tubuh serta gangguan metabolisme. Stunting merupakan wujud dari adanya gangguan
pertumbuhan pada tubuh, bila ini terjadi, maka salah satu organ tubuh yang cepat
mengalami risiko adalah otak. Dalam otak terdapat sel-sel saraf yang sangat berkaitan
dengan respon anak termasuk dalam melihat, mendengar, dan berpikir selama proses
belajar. Dampak jangka panjang yang ditimbulkan stunting adalah menurunnya
kapasitas intelektual, gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat
permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia
sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitas saat dewasa, dan meningkatkan
risiko penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner,
dan stroke. Anak mengalami stunting memiliki potensi tumbuh kembang yang tidak
sempurna, kemampuan motorik dan produktivitas rendah, serta memiliki risiko lebih
tinggi untuk menderita penyakit tidak menular. Stunting pada balita berdampak pada
timbulnya potensi kerugian ekonomi karena penurunan produktivitas kerja dan biaya
perawatan. Kesemuanya itu akan menurunkan kualitas sumber daya manusia,
produktivitas dan daya saing bangsa.

D. PENCEGAHAN
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah
selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium
Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung
selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran
dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga
sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hoffenheim, Jerman, menyatakan
ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan
gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI
Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum
yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan
tubuh bayi yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan
makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang
dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari
ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau
penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat
akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari
tinggi dan berat badan anak. Bawa si kecil secara berkala ke Posyandu maupun
klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui
gejala awal gangguan dan penanganannya.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama
kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung
meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School
menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan
tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang
masuk ke dalam tubuh manusia.

E. PENILAIAN STATUS GIZI


Penilaian status gizi balita yang sangat umum digunakan adalah cara penilaian
antropometri. Antropometri adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai
ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia. Standar Antropometri Anak adalah
kumpulan data tentang ukuran, proporsi, komposisi tubuh sebagai rujukan untuk
menilai status gizi dan tren pertumbuhan anak.
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan
panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:
1) Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan umur
anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat badan kurang
(underweight) atau sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk. Penting
diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami
masalah pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau
BB/TB atau IMT/U sebelum diintervensi.
2) Indeks Panjang/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U)
Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi badan
anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak yang
pendek (stunted) atau sangat pendek (severely stunted), yang disebabkan oleh gizi
kurang dalam waktu lama atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong tinggi
menurut umurnya juga dapat diidentifikasi. Anak-anak dengan tinggi badan di atas
normal (tinggi sekali) biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin, namun hal ini
jarang terjadi di Indonesia.
3) Indeks Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB)
Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan anak sesuai
terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted) serta anak
yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk of overweight). Kondisi gizi buruk
biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja
terjadi (akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis).
4) Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).
Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi
baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U dan grafik BB/PB atau
BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks IMT/U lebih
sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas
IMT/U >+1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk
mencegah terjadinya gizi lebih dan obesitas.

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak


Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat badan sangat <-3 SD
kurang (severy
Berat Badan menurut underweight)
Umur (BB/U) anak usia 0 - Berat badan kurang -3 SD sd <- 2 SD
60 bulan (underweight)
Berat badan normal -2 SD sd + 1 SD
Risiko berat badan lebih1 > +1 SD
Sangat pendek (severely <-3 SD
Panjang Badan atau stunted)
Tinggi Badan menurut
Pendek (stunted) -3 SD sd <- 2 SD
Umur (PB/U atau TB/U)
Normal -2 SD sd +3 SD
anak usia 0 - 60 bulan
Tinggi2 > +3 SD
Gizi buruk (severely < -3 SD
wasted)
Berat Badan menurut Gizi kurang (wasted) -3 SD sd -2 SD
Panjang Badan atau Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Tinggi Badan (BB/PB atau Beresiko gizi lebih > +1 SD sd +2 SD
BB/TB) anak usia 0 - 60 (possible risk of
bulan overweight)
Gizi lebih (overweight) > +2 SD sd +3 SD
Obesitas (obese) > +3 SD
Indeks Massa Tubuh Gizi buruk (severely < -3 SD
menurut Umur (IMT/U) wasted)
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Anak usia 0-60 bulan Gizi kurang (wasted)ᶾ -3 SD sd -2 SD
Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Beresiko gizi lebih > +1 SD sd +2 SD
(possible risk of
overweight)
Gizi lebih (overweight) > +2 SD sd +3 SD
Obesitas (obese) > +3 SD
Gizi buruk (severely < -3 SD
thinness)
Indeks Massa Tubuh
Gizi kurang (thinness) -3 SD sd <-2 SD
menurut Umur (IMT/U)
Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Anak usia 5-18 tahun
Gizi lebih (overweight) +1 SD sd +2 SD
Obesitas (obese) > + 2 SD

Keterangan:
1 Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan,
perlu
dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U.
2 Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah
kecuali kemungkinan adanya gangguan endokrin seperti tumor yang memproduksi
hormon pertumbuhan. Rujuk ke dokter spesialis anak jika diduga mengalami
gangguan endokrin (misalnya anak yang sangat tinggi menurut umurnya
sedangkan tinggi orang tua normal).
3 Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi kurang, kriteria
diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk
menggunakan Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan
(BB/PB atau BB/TB).
F. ALUR RUJUKAN
BAB V

DOKUMENTASL

Berdasarkan pencatatan dan pelaporan maka kualitas asuhan dapat diidentifikasi

dan ditingkatkan melalui catatan pada status pasien. Dokumentasi pelaksanaan asuhan
dapat dilihat pada lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPpT)

Ditetapkan di . Kediri
27Ramadhan 1444 H
Pada tanggal
18 April 2023 M

Direktur
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
surya
iMetaet
.AL4

+(2' (
A
drg. MILLATUL ASYlH AR

Anda mungkin juga menyukai