Anda di halaman 1dari 27

PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KABUPATEN KEDIRI

RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH


JLRYA MELATI
bin Dim. Pen.Mot4 Poly.an rpad Stu Pit Kborprt Kirin. $03.09.0603993418.27/201.8
RAREDMIASI UDAMA J PayaNgad.with %tr km. 10.Ng/et., Katt. Ki] lip 40354)441481al (04)44316
KAR 6.44guy.anti.ah0o.poi[Web.http//www.rursryan0.00

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATT


Nomor; 0253/PRN/II.6.AU/E/1V/2023
Tentang
PANDUAN UNIT KERIA BINA ROHANI
RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATT KEDIRL

Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati Kediri, setelah


Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi
2. Bahwa untuk memenuhi diktum 1 (satu) di atas, perlu adanya
Peraturan Direktur tentang Unit Kerja Bina Rohani Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Surya Melati sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan bina rohani di Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati;
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam diktum 1 (satu) dan 2 (dua) di atas, perlu ditetapkan
dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati
Mengingat 1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
2 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2020
tentang Cipta Kerja;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2019
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 2 tahun 2022
tentang Cipta Kerja;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 47 tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan;
7 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
129/Menkes/SK/I/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah;
9. Keputusan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
nomor 2207/KEP/IL.0/0/2021 tentang Pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Umum (RSU) Muhammadiyah Surya Melati
Kabupaten Kediri Masa labatan 2021 - 2025.

6yr neg1180l0004Ge.[en.gt.1L001.1Mg10i0.8(4..%el.1%.. [40000%1/000901$%%%0.1$%..tub1fl%g


MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH


SURYA MELATI TENTANG PANDUAN UNIT KERJA BINA ROHANI
RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATI KEDIRI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Panduan Unit Kerja Bina Rohani Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati Kediri
digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan bina rohani di Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Surya Melati Kediri.

BAB II
DEFINISI

Pasal 2
Yang dimaksud dengan:
1. Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu
pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun;
2. Unit Kerja Bina Rohani adalah suatu bagian dari struktur organisasi Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati yang bertugas sebagai pembimbing spiritual/kerohanian
keislaman baik pada karyawan, pasien, dan keluarganya bahkan masyarakat sekitar
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati;
3. Bina rohani adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu berdasarkan
ajaran agamanya agar individu tersebut mampu hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah SWT, yang sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat;
4. Bina kerohanian Islam di rumah sakit adalah salah satu bentuk pelayanan bimbingan
kerohanian yang diberikan kepada pasien untuk menuntun pasien agar mendapatkan
keikhlasan, kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi sakitnya, dalam rangka
mengembangkan potensi dan menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk
Allah SWT, agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat;
5. Pemulasaraan atau perawatan Jenazah adalah merawat jenazah dengan memandikan
dan mengkafaninya.

BAB III
RUANG LINGKUP

Pasal 3
Ruang lingkup Panduan Unit Kerja Bina Rohani meliputi:
1. Pelayanan bina rohani kepada pasien;
2. Pelayanan pemulasaraan jenazah.

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 4
Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Kediri
28 Ramadhan 1444 H
Pada tanggal
19 April 2023 M

Direktur
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Melati

drs. MILLA rut'AlsvA ARDHANI, MA.R.S,

Tembusan kepoda th;


1. Kepala Unit Kerja Bina Rohani
2. Arsip
Lampiran : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati
Nomor : 0253/PRN/III.6.AU/E/IV/2023
Tentang : Panduan Unit Kerja Bina Rohani Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati Kediri

PANDUAN PELAYANAN UNIT KERJA BINA ROHANI


RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATI KEDIRI

BAB I
DEFINISI

A. DEFINISI BINA KEROHANIAN


1. Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu
pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun.
2. Unit Binroh adalah suatu bagian dari struktur organisasi RSU Muhammadiyah
Surya Melati yang bertugas sebagai pembimbing spiritual/kerohanian keislaman
baik pada karyawan, pasien, dan keluarganya bahkan masyarakat sekitar RSU
Muhammadiyah Surya Melati.
3. Bina Rohani adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu berdasarkan
ajaran agamanya agar individu tersebut mampu hidup selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah SWT, yang sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
4. Sedangkan bina kerohanian islam di rumah sakit adalah salah satu bentuk
pelayanan bimbingan kerohanian yang diberikan kepada pasien untuk menuntun
pasien agar mendapatkan keikhlasan, kesabaran dan ketenangan dalam
menghadapi sakitnya, dalam rangka mengembangkan potensi dan menyadari
kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT, agar dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

B. DEFINISI PEMULASARAAN JENAZAH


Pemulasaraan atau Perawatan Jenazah adalah merawat jenazah dengan
memandikan dan mengkafaninya. Adapun tindakan medis yang melakukan pemberian
bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga
penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup.
Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian yang wajar, akan
tetapi kematian pada tidak wajar, pengawetan jenazah baru boleh dilakukan setelah
pemeriksaan jenazah atau otopsi dilakukan.
Perawatan jenazah dilakukan karena ditundanya penguburan/kremasi,
misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh di luar kota/di luar negeri. Pada
kematian yang terjadi jauh dari tempat asalnya terkadang perlu dilakukan
pengangkutan atau perpindahan jenazah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pada
keadaan ini, diperlukan pengawetan jenazah untuk mencegah pembusukan dan
penyebaran kuman dari jenazah ke lingkungannya.
Jenazah yang meninggal akibat penyakit menular akan cepat membusuk dan
potensial menular. Pada kasus semacam ini, kalaupun penguburan dan kremasinya
akan segera dilakukan tetap dilakukan perawatan jenazah untuk mencegah penularan
kuman atau bibit penyakit di sekitarnya.
Perawatan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu
menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama
yang dianutnya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati
keluarga dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak
menambah resiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis B, AIDS, Kolera dan
sebagainya. Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat
diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah disebut di atas, seperti misalnya
mencium jenazah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus
HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam manusia hidup, maka beberapa waktu
setelah penderita infeksi HIV meninggal virus akan mati.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. BINA KEROHANIAN
1. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien Unit Gawat
Darurat (UGD), pasien HCU, karyawan RSU Muhammadiyah Surya Melati dan
masyarakat sekitar.
2. Pelaksanaan panduan ini adalah Unit binroh dan seluruh Unit yang terkait dalam
pelayanan pengobatan pasien rawat inap di RSU Muhammadiyah Surya Melati baik
unit medis, penunjang medis ataupun perawat dan sebagainya.

B. PEMULASARAAN JENAZAH
Penggunaan pedoman ini diterapkan kepada petugas di Unit Bina Rohani yang
diharapkan menerapkan pelayanan pemulasaraan jenazah sesuai prosedur. Sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan pemulasaraan jenazah dan menghindari adanya
infeksi silang.
Unit Bina Rohani di RSU Muhammadiyah Surya Melati Kediri memberikan
pelayanan yang berupaya untuk memberikan penghormatan terakhir kepada
pasien/jenazah. Pelayanan yang diberikan meliputi:
1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah.
3. Penitipan jenazah dengan waktu terbatas (kecuali bila jenazah diawetkan).
4. Transportasi ke rumah atau ke pemakaman.
BAB III
KEBIJAKAN

Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati nomor


0139/PRN/III.6.AU/E/III/2023 tentang Unit Kerja Bina Rohani Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati Kediri bahwa “Kegiatan kerohanian di Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati Kediri mengacu pada Panduan Tata Naskah yang telah
ditetapkan oleh Direktur”.
BAB IV
TATA LAKSANA

A. PELAYANAN BINA ROHANI KEPADA PASIEN


1. TAHAP PRA PELAYANAN BIMBINGAN KEROHANIAN PADA PASIEN
Adapun langkah-langkah kegiatan bimbingan kerohanian pasien rawat inap
adalah sebagai berikut.
a. Untuk petugas ruang rawat inap
Perhatikan isian form permintaan bimbingan yang telah diisi oleh keluarga
dan pasien:
1) Jika terisi ceklist permintaan bimbingan kerohanian dari pihak rumah sakit
maka petugas rawat inap menghubungi Unit binroh dan memberikan
kontrak waktu yang tepat kapan akan dilakukan bimbingan kerohanian
tersebut.
2) Jika terisi ceklist bimbingan kerohanian dari pihak keluarga maka petugas
rawat inap memberikan kontrak waktu yang tepat kapan akan dilakukan
bimbingan.
Kontrak waktu yang tepat
a) Di luar jam visite DPJP
b) Di luar tindakan medik lain
c) Di luar jam kunjung pasien
b. Petugas Kerohanian (Unit binroh)
1) Perhatikan pakaian dan peralatan lain yang dibutuhkan sebelum melakukan
bimbingan.
2) Membawa buku bimbingan kerohanian atau buku kecil panduan doa-doa
atau leaflet kecil yang akan diberikan kepada pasien.
3) Saat masuk ruangan pasien ketuk pintu terlebih dahulu dan ucapkan salam
dengan tersenyum ramah.
4) Petugas kerohanian memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama
maksud dan tujuan petugas mengunjungi pasien tersebut dengan ramah.
5) Memohon izin kepada keluarga untuk dapat bersilaturahim dengan pasien.
6) Apabila pasien dalam keadaan siap dan tidak mengganggu bimbingan
kerohanian dapat dimulai.
7) Usahakan dapat mengetahui nama pasien sebelum melakukan bimbingan
kerohanian agar lebih mudah mengenal pasien dan penyakit pasien.
2. TAHAP PROSES BIMBINGAN KEROHANIAN PADA PASIEN
a. Perkenalkan diri secara khusus kepada pasien
Artinya kita perlu memperkenalkan diri dulu siapa kita dan tujuan kita datang
agar pasien merasa lebih nyaman dengan kita.
b. Lakukan wawancara singkat tentang penyakit dan harapan pasien dengan
bersahabat dan penuh empati.
c. Tidak larut dalam kesedihan pasien.
d. Berikan sentuhan-sentuhan tangan terhadap pasien sebagai rasa empati (jika
pasien laki-laki atau sudah usia lanjut).
e. Berikan pengertian atau motivasi untuk tetap sabar dalam menghadapi cobaan
(tidak menggurui).
f. Anjurkan untuk tetap melakukan ibadah sesuai agama pasien semampu pasien.
g. Ajarkan kepada pasien cara melakukan ibadah shalat dalam keadaan darurat.
h. Berdoa bersama-sama pasien dan keluarga untuk meminta kesembuhan
dengan suara lembut.
i. Berikan buku bimbingan doa-doa atau leaflet kepada pasien atau keluarga jika
pasien tidak mampu untuk membacanya.
j. Mohon diri dengan santun dan sopan kepada pasien dan keluarga.
k. Ucapkan salam.
l. Proses pelayanan bimbingan kerohanian pasien minimal 10 menit dan
maksimal 15 menit.
m. Petugas mengisi bukti pelaksanaan pelayanan kerohanian di lembar rekam
medik pasien.

3. BIMBINGAN KEROHANIAN PASIEN TERMINAL


Jika ada pasien dalam kondisi terminal maka perawat jaga menghubungi
petugas binroh jika petugas binroh pada saat itu adalah jam masuk kerja. Jika
tidak, maka perawat jaga yang akan membimbing sendiri dengan bekal dari
sosialisasi Unit binroh untuk menangani pasien dalam keadaan terminal.
Langkah untuk membimbing pasien dalam keadaan terminal adalah sebagai
berikut:
a. Berbaik Sangka kepada Allah.
Petuga Binroh/Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah
SWT. Sebagaimana hadits dari Jabir bahwa ia mendengar Rasulullah SAW
bersabda: “Janganlah seorang dari kamu mati, kecuali berbaik sangka
(khusnudzan) kepada Allah.” (HR. Muslim).
b. Mengingatkan pasien untuk berwasiat jika meninggalkan harta benda.
Ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya: “Diwajibkan kamu, bilamana
seorang dari kamu kedatangan mati, kalau meninggalkan harta benda (harta
warisan) supaya berwasiatlah.” (QS. Al-Barokah; 180).
c. Mentalqin (menuntun) dengan Syahadatain.
Ini sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Talqinilah orang yang
akan wafat di antara kalian dengan, “Laa illaaha illallah”. Barangsiapa yang
pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, ‘Laa illaaha illallaah’, maka ia akan
masuk surga suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum itu
musibah yang akan menimpanya.”
Petugas Binroh/Perawat dalam mentalkinkan kalimah Syahadatain dapat
dilakukan pada pasien muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien akan
melepaskan nafasnya yang terakhir sehingga diupayakan pasien meninggal
dalam keadaan husnul khatimah.
Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :
 Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang
dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki,
tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan lembab.
 Kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
 Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
 Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes.
 Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan
rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat
kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur,
wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah
menerima.
d. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat.
Menilik hadits Abu Qatadah, bahwa Bara’ bin Ma’rur yang berwasiat supaya
dihadapkan ke Qiblat; maka sabda Nabi SAW: “Ia mencocoki Fitrah”. (HR.
Hakim dan Baihaki).
Dengan posisi menghadap kiblat:
 Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak
kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut
diangkat sedikit agar ia menghadap kearah kiblat.
 Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut
menghadap ke kiblat.
e. Jika pasien meninggal dunia maka tutuplah atau pejamkan matanya.
Ini berdasarkan hadits dari Ummi Salamah, ia berkata: “Rasulullah SAW datang
kepada Abi Salamah (di waktu sampai pada ajalnya) padahal matanya celik,
maka beliau memejamkannya”. Kemudia Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya
ruh itu kalau dipecatkan (dicabut), diikuti oleh mata”. (HR. Muslim).
f. Mendoakan.
Hendaklah mendo’akannya sebagaimana Nabi SAW bersabda: “Janganlah
mendoakan atas dirimu kecuali kebaikan, karena sesungguhnya Malaikat itu
mengamini atas apa yang kamu katakan”. Kemudian sabdanya: “Ya Allah,
ampunilah Abu Salamah, junjungalah derajatnya setinggi derajat orang-orang
yang shalih, lapangkan dan berilah gantinya pada sepeninggalnya” (HR.
Muslim). Maka Petugas Binroh/Perawat harus mendoakan si mayit agar
seluruh dosa-dosanya diampuni oleh Allah dan amal ibadahnya diterima oleh
Allah SWT.
g. Petuga Binroh/Perawat menenangkan keluarga yang ditinggalkannya dan
memberikan motivasi untuk bersabar dan mengikhlaskannya.

4. BIMBINGAN KEROHANIAN PASIEN MELALUI SPEAKER


a. Petugas menyiapkan materi yang akan disampaikan
b. Petugas mengecek sound sebagai tanda akan menyampaikan siraman rohani
melalui speaker.
c. Memberi salam dalam pembukaan siaran yang disampaikan.
d. Menyampaikan materi yang disampaikan berupa kisah hikmah islami, nasihat,
tausiyah, dan wawasan lain-lainnya seperti pentingnya sebuah doa, konsep
sabar, tawakal, qona’ah, ikhtiar, atau memperdengarkan lantunan ayat-ayat Al-
Qur’an (Murotal) melalui speaker.
e. Petugas mengajak seluruh pasien yang sedang dirawat di RS dan keluarga
pasien untuk berdoa agar pasien lekas diberi kesembuhan oleh Allah SWT.
f. Sebelum mengakhiri penyampaian binroh melalui speaker, petugas
menyampaikan informasi-informasi tentang layanan RSU Muhammadiyah
Surya Melati, hak-hak pasien dan hak-hak RSUM Surya Melati.
g. Petugas memberi salam ketika semuanya sudah tersampaikan.
h. Bimbingan kerohanian pasien melalui speaker dilaksanakan pada pagi hari jam
10.00 WIB.

5. BIMBINGAN KEROHANIAN PADA PASIEN NON MUSLIM


Bagi pasien non muslim yang mengajukan bimbingan kerohanian sesuai
dengan nilai ajaran dan keagamaannya, maka Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati harus tetap mengikuti nilai dan kepercayaan orang tersebut dengan
menyediakan bimbingan kerohanian dari luar sesuai dengan agama yang telah
dianut oleh pasien. maka dari itu pihak Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya
Melati harus mempunyai sebuah bentuk kerja sama dengan pihak luar yang tidak
mengikat terkait dengan bimbingan kerohanian Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati, seperti:
a. Bimbingan kerohanian dari Agama Kristen
b. Bimbingan kerohanian dari Agama Katolik
c. Bimbingan kerohanian dari Agama Hindu
d. Bimbingan Kerohanian dari Agama Budha
e. Bimbingan Kerohanian dari Agama Konghucu
Dengan demikian proses bimbingan kerohanian di Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Surya Melati dapat tersistematis dengan baik pada pasien yang
menginginkannya dengan agama yang telah dianut.

6. KEGIATAN DAKWAH LAINNYA


a. Kajian Ahad pagi
1) Kajian dilaksanakan setiap Ahad pagi ke IV setiap bulannya jam 06.00 WIB –
07.00 WIB.
2) Kajian diisi oleh asatidz yang diundang dari luar.
3) Kajian dilaksanakan untuk umum, baik masyarakat sekitar, pasien ataupun
keluarga pasien dan karyawan RSU Muhammadiyah Surya Melati.
b. Kajian Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
1) Kajian Al-Islam dan Kemuhammadiyahan diikuti oleh seluruh karyawan RSU
Muhammadiyah Surya Melati.
2) Ustadz pengisi kajian A-Islam dan Kemuhammadiyahan yaitu dari asatidz
pengurus Persyarikatan Muhammadiyah Kabupaten Kediri yang sudah
dijadwalkan.
c. Kultum
1) Kultum dilaksanakan setiap hari masuk kerja tiap ba’da dzuhur.
2) Kultum dilaksanakan oleh karyawan dengan bergilir sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat oleh Unit binroh.

7. NILAI-NILAI KEPERCAYAAN PASIEN DALAM PELAYANAN


Nilai-nilai kepercayaan pasien dalam pelayanan adalah suatu keyakinan
seorang pasien tentang penghargaan terhadap standar atau pegangan yang
mengarah pada sikap atau perilaku seorang pasien dan menerima dengan senang
atas pelayanan yang telah diberikan. Nilai-nilai kepercayaan pasien dalam
pelayanan ini meliputi:
a. Proses untuk mengidentifikasi dan menghormati nilai-nilai dan keyakinan
pasien dan bilamana diperlukan dari keluarga pasien.
b. Petugas menjalankan proses dan memberikan perawatan yang menghormati
nila-nilai dan keyakinan pasien.
c. Kekuatan dan kekurangan dalam pengetahuan dan keterampilan diidentifikasi
dan digunakan untuk merencanakan penyuluhan.
Dan tata laksana untuk identifikasi nilai-nilai kepercayaan pasien dalam
pelayanan ini adalah sebagai berikut:
a. Petugas memberikan kepuasan pada pasien dan keluarga dengan sikap yang
ramah dan peduli.
b. Petugas perawat mencatat/mengisi di status Rekam Medis dalam kolom nilai-
nilai kepercayaan pasien saat identifikasi ulang di ruang rawat inap.
c. Identifikasi nilai-nilai kepercayaan pasien dilakukan kepada pasien rawat inap
saja.
8. FORM PERMINTAAN PELAYANAN BIMBINGAN KEROHANIAN
PERMINTAAN PELAYANAN BIMBINGAN KEROHANIAN

Dengan ini kami mohon untuk mendapatkan pelayanan kerohanian sesuai


dengan agama yang saya anut .....................................
Terhadap pasien:
Nama : ......................................................................................................
Jenis kelamin : ......................................................................................................
Umur : ......................................................................................................
No. Rekam Medis : ......................................................................................................
Diagnosa : ......................................................................................................
Ruangan : ......................................................................................................
Demikian permohonan ini dan kami bersedia mematuhi ketentuan yang
berlaku di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati.

Kediri, ...........................................
Mengetahui, Pasien/Keluarga
Kepala Ruang Perawatan

(......................................................) (......................................................)

B. PELAYANAN PEMULASARAAN JENAZAH


Pelayanan Pemulasaraan Jenazah adalah kegiatan mempersiapkan jenazah
sebelum diperlihatkan kepada keluarga. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik
pada pasien meninggal, maka diperlukan alur penanganan jenazah yang jelas.
Tersedianya kamar jenazah yang standar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas
pemulasaraan jenazah dalam memberikan mutu palayanan yang baik bagi keluarga
pasien.
1. ALUR PENANGANAN JENAZAH
ALUR PENANGANAN JENAZAH
DI RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SURYA MELATI

a) Pasien dari Unit lain (Unit Pelayanan Gawat Darurat, Rawat Jalan, dan Rawat
Inap) yang sudah dinyatakan meninggal dan diperiksa oleh dokter (jenazah)
dikirim ke kamar jenazah.
b) Di kamar jenazah dilakukan perawatan sebelum ditunjukkan kepada keluarga.
Di kamar jenazah dilakukan pemeriksaan kembali. Kepala diberi tali kassa
sampai mulut jenazah tertutup. Tangan diposisikan di atas perut kemudian
pergelangan tangan ditali. Kemudian di antara jempol kaki diselipkan dan ditali
kembali. Setelah posisi dan keadaan jenazah sudah dirapikan, keluarga
dipanggil untuk melihat keadaan keluarganya yang meninggal dunia.
c) Setelah dilakukan perawatan di kamar jenazah petugas kamar jenazah
memberikan surat kematian.
d) Kemudian keluarga membawa surat kematian ke ruang administrasi rumah
sakit untuk mengurus biaya perawatan selama di rumah sakit. Setelah surat
kematian dan biaya administrasi telah selesai, keluarga menunjukkan kepada
petugas kamar jenazah.
e) Setelah ditunggu 2 jam, jenazah diperbolehkan dibawa pulang dengan
menggunakan bankart khusus untuk jenazah ke mobil ambulance/mobil
jenazah.
f) Jika pihak keluarga pasien menginginkan untuk dimandikan dan sekalian
dikafani maka petugas/tim di unit pemulasaraan jenazah akan memandikan
dengan sesuai prosedur yang ada dan sesuai tuntunan syariat Islam dengan
berpedoman dari aturan Tarjih.
a. Syarat Pelaksanaan Perawatan/ Pemulasaraan Jenazah
Tata cara mengurus jenazah menurut Syariat Islam. Mulai dari
memandikan, mengkafani, mensholati sampai dengan mengkuburkannya.
Tatapi sebelum itu ada yang harus diperhatikan bagi pengurus jenazah.
Pengurus jenazah hendaknya adalah orang yang lebih mengetahui sunnahnya
dengan tingkatan sebagai berikut:
1) Bagi jenazah laki-laki yang memandikan yaitu oleh petugas pemulasaraan
jenazah laki-laki. Dan bagi jenazah wanita yang memandikan yaitu oleh
petugas wanita dari pemulasaraan jenazah rumah sakit.
2) Adapun jenazah anak yang belum baliqh dapat diurusi oleh kaum laki-laki
atau perempuan karena tidak ada batas aurat bagi mereka.
3) Seorang muslim tidak diperbolehkan mengurusi jenazah orang kafir,
sebagaimana firman Allah SWT dalam Qur’an Surat At-Taubah ayat 84. Jadi
pihak RSU Muhammadiyah tidak dapat memandikan jenazah dari non
muslim. jika ada permintaan dari pihak keluarga yang non muslim maka kita
rawat sesuai dengan ketentuan medis lalu kita pulangkan ke kediamannya
untuk diserahkan kepada keluarga.
b. Memandikan Jenazah
Berikut merupakan urutan dalam memandikan jenazah:
1) Membaca basmallah.
2) Menghilangkan seluruh kotoran jenazah baik itu dari hidung, dubur,
maupun qubul. Jangan dipaksakan, hanya sebatas menghilangkan najis
yang secara dhohir masih kelihatan.
3) Mewudhukan jenazah.
4) Dimulai dari anggota tubuh jenazah bagian kanan.
5) Membasuh/menyiram seluruh anggota tubuh sedikit-dikitnya meratakan
seluruh air pada badan jenazah. Dan sebagus-bagusnya memandikan ialah
dengan membasuh seluruh tubuh.
6) Menggosok-gosok seluruh anggota badan jenazah (Jangan menggosok
dengan kasar, cukup sekedarnya saja).
7) Disunnahkan menggosok-gosok badan jenazah dengan daun
bidara/sabun/kapur barus.
8) Menyiram air keseluruh anggota tubuh jenazah sebanyak tiga kali.
9) Keringkan badan dengan handuk.
c. Mengkafani Jenazah
1) Perlengkapan
Dalam mengkafani jenazah dibutuhkan perlengkapan sebagai
berikut:
a) Jenazah laki-laki dibutuhkan 3 lapis kain kafan, baju gamis dan sorban.
b) Sedangkan untuk jenazah perempuan dibutuhkan 2 lapis kain kafan,
baju gamis, kerudung dan kain bawah perempuan.
c) Minyak wangi/kapur barus.
d) Kapas.
2) Mengkafani jenazah laki-laki
a) Membaca basmallah
b) Menaruh 3 lapis kain kafan pada tempat yang telah disediakan untuk
jenazah. Disetiap helai lapisan dibubuhi minyak wangi/kapur barus.
Kamudian pakaikan baju gamis dan sorban.
c) Menutup lubang-lubang anggota tubuh jenazah dengan kapas (hidung,
telinga, mata, mulut).
d) Lipatkan setiap helai demi helai dengan rapi kemudian diikatkan pada
ujung kain bagian kepala, tengah badan, mulut dan ujung kain pada kaki
(minimal 3 kali pengikat, atau lebih asal ganjil).
e) Menempatkan jenazah pada keranda (tidak harus).
3) Mengkafani janazah perempuan
a) Membaca basmallah
b) Menaruh 2 lapis kain kafan pada tempat yang telah disediakan untuk
jenazah. Disetiap helai dibubuhi minyak wangi/kapur barus. Kemudian
pakaikan baju gamis, kerudung, kain bawahan perempuan.
c) Menutup lubang-lubang anggota tubuh jenazah dengan kapas. (hidung,
telinga, mata, mulut).
d) Dilipatkan setiap helai demi helai dengan rapi kemudian diikatkan pada
ujung kain bagian kepala, tangan, badan, lutut, dan ujung kain pada
kaiki (minimal 3 tali pengikat atau lebih asal ganjil).
e) Menempatkan jenazah pada keranda (tidak harus).

2. PEMULASARAAN JENAZAH INFEKSIUS


Seseorang yang meninggal disebabkan oleh penyakit menular seperti
HIV, AIDS dan lain-lain adalah suatu kematian yang wajar, karena kematian
merupakan bagian dari siklus kehidupan; yaitu lahir, hidup dan mati. Masyarakat
dan keluarga terdekat tidak perlu khawatir dan takut akan terjangkit penyakit
menular, termasuk HIV, AIDS dan lain-lain.
Namun kita tetap mempertimbangkan saran dari kalangan medis yaitu
kewaspadaan universal.
a. Prinsip dalam Pemulasaraan Jenazah Infeksius:
1) Selalu menerapkan Kewaspadaan Universal (memperlakukan setiap
cairan tubuh, darah dan jaringan tubuh manusia sebagai bahan yang
infeksius).
2) Pastikan jenazah sudah didiamkan selama kurang lebih 4 (empat) jam
sebelum dilakukan perawatan jenazah. Ini perlu dilakukan untuk
memastikan kematian seluler (matinya seluruh sel dalam tubuh).
3) Tidak mengabaikan budaya dan agama yang dianut keluarga.
4) Tindakan petugas mampu mencegah penularan.
b. Ketentuan Umum Penanganan Jenazah:
1) Semua petugas pemulasaraan jenazah yang menangani jenazah sebaiknya
telah mendapatkan vaksinasi Hepatitis-B sebelum melaksanakan
pemulasaraan jenazah (catatan: efektivitas vaksinasi Hepatitis-B selama 5
tahun).
2) Hindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
3) Luka dan bekas suntikan pada jenazah diberikan desinfektan.
4) Semua lubang-lubang tubuh, ditutup dengan kasa absorben dan
diplester kedap air.
5) Badan jenazah harus bersih dan kering.
6) Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh di buka lagi.
7) Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik untuk pengawetan atau
autopsi, kecuali oleh petugas khusus.
8) Dalam hal tertentu otopsi hanya dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan dari pimpinan Rumah Sakit.
c. Kewaspadaan Universal Petugas/Keluarga/Masyarakat
Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) adalah tindakan
pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas
kesehatan/keluarga/masyarakat dalam rangka mengurangi resiko penyebaran
infeksi. Secara umum, Kewaspadaan Universal meliputi:
1) Pengelolaan alat kesehatan habis pakai.
2) Cuci tangan dengan sabun guna mencegah infeksi silang.
3) Pemakaian alat pelindung diri, misalnya pemakaian skot, sarung tangan,
gogles, sepatu boot, baju apron, penutup kepala dan masker untuk
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain.
4) Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
5) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
6) Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan ulang.
7) Pengelolaan linen.
d. Penanganan Alat-Alat yang Sudah Terkontaminasi Dengan Cairan Tubuh
Infeksius:
1) Dekontaminasi alat-alat. Dekontaminasi adalah suatu tindakan yang
dilakukan agar alat-alat kesehatan dapat ditangani secara aman oleh
petugas pembersih alat medis. Alat kesehatan yang dimaksud adalah meja
pemeriksaan, meja operasi, alat-alat bedah, sarung tangan dan
peralatan kesehatan lain yang terkontaminasi oleh cairan tubuh
Infeksius setelah pelaksanaan suatu prosedur atau tindakan medis. Alat
kesehatan yang digunakan direndam dalam larutan desinfektan yaitu
chlorine 0.5% selama 10 – 30 menit. Dekontaminasi peralatan yang tidak
bisa direndam misalnya permukaan meja, dapat dilakukan dengan
menggunakan lap yang dibasahi desinfektan.
2) Pencucian dan pembilasan
Pencucian alat-alat kesehatan adalah proses secara fisik untuk
menghilangkan darah, cairan tubuh atau benda-benda asing (debu atau
kotoran). Setelah dicuci dengan deterjen, alat kesehatan dibilas dengan air
bersih.
3) Macam-macam sterilisasi yang biasa dilakukan:
a) Sterilisasi fisik
- Pemanasan basah, untuk koagulasi dan denaturasi protein.
Dilakukan pada suhu 121 derajat Celcius selama 20 – 30 menit.
- Pemanasan kering, yaitu melalui oven, pembakar, sinar infra
merah. Digunakan untuk membunuh spora. Pemanasan
dilakukan pada suhu 150 – 170 derajat Celcius selama 30 menit.
- Radiasi sinar gamma. Biaya sangat mahal dan hanya digunakan
pada industri besar misalnya jarum suntik, spuit disposable dan
alat infuse.
b) Sterilisasi kimiawi
- Glutaraldehyde 2% untuk merendam alat kesehatan 8 – 10 jam
dan formaldehyde 8%. Kedua zat ini tidak dianjurkan karena
dapat mengiritasi kulit, mata dan saluran nafas.
- Gas etiline oxide, merupakan gas beracun. Digunakan untuk alat
yang tidak tahan panas (contoh : karet, plastik, kabel, dll)
4) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Desinfeksi tingkat tinggi adalah suatu proses yang menghilangkan sebagian
besar mikro organisme namun tidak dapat membunuh endospora
dengan sempurna seperti tetanus dan gas gangren.
Cara melakukan DTT:
a) Merebus dalam air mendidih selama 20 menit.
b) Rendam dalam desinfektan kimiawi.
e. Tujuan Kewaspadaan Universal Pemulasaraan Jenazah Infeksius:
1) Agar prosedur pemulasaraan jenazah dengan HIV & AIDS berjalan
dengan baik dan teratur.
2) Meminimalkan risiko penularan virus HIV dan penyakit menular lainnya
dari jenazah ke petugas/keluarga/masyarakat yang menangani.
3) Memberikan rasa aman pada petugas/keluarga/ masyarakat.
4) Memberikan rasa aman pada lingkungan tempat dirawatnya jenazah.
f. Prosedur Kewaspadaan Universal Pemulasaraan Jenazah:
1) Periksa ada atau tidaknya luka terbuka pada tangan atau kaki petugas yang
akan memandikan jenazah. Jika didapatkan luka terbuka atau borok pada
tangan atau kaki, petugas tidak boleh memandikan jenazah.
2) Kenakan gaun pelindung.
3) Gunakan penutup kepala.
4) Kenakan sepatu boot dari karet.
5) Kenakan celemek plastik.
6) Kenakan masker pelindung mulut dan hidung.
7) Kenakan kacamata pelindung.
8) Kenakan sarung tangan karet.
9) Setelah jenazah selesai dimandikan, siram meja tempat memandikan
jenazah dengan larutan klorin 0,5%, lalu bilas dengan air mengalir.
10) Rendam tangan yang masih mengenakan sarung tangan karet dalam
larutan klorin 0,5%, lalu bilas dengan sabun dan air mengalir.
11) Lepaskan kacamata pelindung, lalu rendam dalam larutan klorin 0,5%.
12) Lepaskan masker pelindung, buang ke tempat sampah medis.
13) Lepaskan celemek plastic dan penutup kepala, buang ke tempat sampah
medis.
14) Lepaskan gaun pelindung, rendam pada larutan klorin 0,5%.
15) Celupkan bagian luar sepatu pada lautan klorin 0,5%, bilas dengan air
bersih lalu lepaskan sepatu dan letakkan di tempat semula.
16) Terakhir lepaskan sarung tangan plastik, buang ke tempat sampah medis.
g. Perawatan Jenazah di Sarana Kesehatan
Perawatan jenazah di sarana kesehatan meliputi:
1) Perawatan jenazah di ruang perawatan dan pemindahan jenazah ke kamar
jenazah.
2) Perawatan/pengelolaan jenazah di kamar jenazah.
3) Persiapan pemakaman/ke rumah duka.
h. Perawatan Jenazah di Ruang Perawatan dan Pemindahan Jenazah ke Kamar
Jenazah Persiapan:
1) Sarung tangan latex
2) Gaun pelindung
3) Kain bersih penutup jenazah
4) Klem dan gunting
5) Plester kedap air
6) Kapas, kasa absorben dan pembalut
7) Kantong jenazah kedap air
8) Wadah bahan infeksius
9) Wadah barang berharga
10) Brankart jenazah
i. Prosedur Petugas/orang yang menangani jenazah harus:
1) Cuci tangan.
2) Memakai sarung tangan, gaun, masker, tutp kepala dan sepatu boot.
3) Lepas selang infus dll, buang pada wadah infeksius.
4) Bekas luka diplester kedap air.
5) Lepaskan pakaian dan tampung pada wadah khusus lekatkan kasa
pembalut pada perineum dengan plester kedap air Letakkan jenazah pada
posisi terlentang.
6) Letakkan handuk kecil di belakang kepala.
7) Tutup kelopak mata dengan kapas lembab, tutup telinga dan mulut dengan
kapas/kasa.
8) Bersihkan jenazah.
9) Tutup jenazah dengan kain bersih disaksikan keluarga.
10) Pasang label sesuai kategori di pergelangan kaki/ ibu jari kaki.
11) Beritahu petugas kamar mayat, bahwa pasien meninggal adalah
penderita penyakit menular.
12) Masukkan jenazah ke dalam kantong jenazah.
13) Tempatkan jenazah ke dalam brankart tertutup dan dibawa ke kamar
mayat.
14) Cuci tangan dan lepas gaun untuk direndam pada tempatnya, buang
bahan yang sekali pakai pada tempat khusus.
j. Persiapan Pemulasaraan/ Perawatan Jenazah di Kamar Jenazah:
1) Alat pelindung petugas: sarung tangan karet sampai siku, sepatu boot
dari karet, gaun, celemek plastic, masker, gogle dan penutup kepala.
2) Tempat memandikan jenazah.
3) Washlap, handuk, waskom berisi air, desinfektan (larutan klorin 0,5%)
dan sabun.
4) Plester kedap air, kapas pembalut, sisir, pewangi.
5) Kantong jenazah/plastik.
6) Brankart jenazah.
k. Prosedur Pemulasaraan/Perawatan di Kamar Jenazah:
1) Siapkan larutan Klorin 0,5%.
2) Kenakan pakaian yang memenuhi standar kewaspadaan universal.
3) Pindahkan jenazah ke meja tempat memandikan jenazah, tidak
diperbolehkan memandikan jenazah dengan dipangku.
4) Lepaskan semua baju yang dikenakan jenazah.
5) Siram seluruh tubuh jenazah dengan larutan klorin 0,5% secara merata
ke seluruh tubuh mulai dari sela-sela rambut, lubang telinga, lubang
hidung, mulut, tubuh dan kaki; kemudian tunggu hingga 10 menit.
6) Mandikan jenazah dengan sabun dan air mengalir.
7) Bilas jenazah dengan air mengalir.
8) Keringkan jenazah dengan handuk.
9) Sumbat semua lubang tubuh jenazah yang mengeluarkan cairan dengan
kapas.
10) Bungkus jenazah dengan kain kafan atau pembungkus lain sesuai dengan
agama/kepercayaannya.
11) Selesai ritual keagamaan, jenazah dimasukkan ke dalam kantong plastik
dengan ketebalan tertentu.
12) Pindahkan jenazah langsung ke peti jenazah disaksikan pihak keluarga,
kemudian peti ditutup kembali (peti jenazah disesuaikan dengan
kemampuan dan adat istiadat masyarakat atau agama yang dianut).
13) Jenazah diangkut ke dalam mobil jenazah untuk diantarkan ke rumah
duka.
14) Siram meja tempat memandikan jenazah dengan larutan klorin 0,5% dan
bilas dengan air mengalir.
15) Lepaskan perlengkapan kewaspadaan universal (sesuai protap pemakaian
kewaspadaan universal).1

3. MANAJEMEN PEMULASARAAN JENAZAH


a. Administrasi dan Pengelolaan
1) Rumah sakit menetapkan Unit Pemulasaraan Jenazah sebagai koordinator
pelayanan pemulasaraan jenazah.
2) Pengorganisasian selengkapnya diatur dalam pedoman organisasi
pemulasaraan jenazah.
3) Pelayanan di Unit Pemulasaraan Jenazah dikoordinasi dan dikepalai oleh
Kepala Unit Pemulasaraan Jenazah.
b. Pelayanan Pemulasaraan Jenazah
1) Koordinator pemulasaraan jenazah bertanggung jawab terhadap
pengembangan implementasi dan memelihara atau menegakkan kebijakan
serta prosedur yang ditetapkan dan dilaksanakan.
2) Penanggung jawab koordinator pemulasaraan jenazah mempunyai
tanggung jawab untuk memelihara atau mempertahankan program
pengendalian mutu yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
3) Mempunyai tanggung jawab untuk memantau dan menelaah seluruh
pelayanan pemulasaraan jenazah yang ditetapkan dan dilaksanakan.
4) Bilamana penanggung jawab pemulasaraan jenazah berhalangan maka
ditunjuk koordinator dari tenaga/petugas pemulasaraan jenazah.

1Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Jawa Timur, Tata Cara Pemulasaraan Jenazah Orang
Dengan HIV dan AIDS, Tahun 2012.
a) Tugas
- Mengkoordinasi kegiatan pelayanan pemulasaraan jenazah sesuai
dengan sumber daya manusia, sarana, prasarana dan peralatan
yang tersedia.
- Melakukan koodinasi dengan bagian/unit lain yang terkait.
- Mengawasi pelaksanaan pelayanan pemulasaraan jenazah setiap
hari.
- Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan
pemulasaraan jenazah.
- Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan kegiatan
berkala.
b) Tanggung Jawab
- Menjamin kompetensi sumber daya manusia yang melaksanakan
pelayanan pemulasaraan jenazah.
- Menjamin sarana, prasarana dan peralatan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan dan standar.
- Menjamin dapat terlaksananya pelayanan pemulasaraan jenazah.
- Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi sumber daya
manusia pelayanan pemulasaraan jenazah secara
berkesinambungan.
- Pelaksanaan pencatatan, evaluasi dan pembuatan laporan kegiatan
di dalam rumah sakit.
- Pelaksanaan program menjaga mutu pelayanan pemulasaraan
jenazah dan keselamatan pasien di dalam rumah sakit.
c. Staf Pemulasaraan Jenazah
1) Untuk semua staf pemulasaraan jenazah harus disiplin tinggi terhadap
ketaatan peraturan yang ada di pelayanan pemulasaraan jenazah RSU
Muhammadiyah Surya Melati.
2) Menjaga kesehatan dan kebersihan diri.
3) Petugas pemulasaraan jenazah harus bebas dari kuman-kuman yang
mudah ditularkan (karena sangat sulit ditentukan).
4) Perlengkapan petugas pemulasaraan jenazah (baju kerja dan APD lengkap).
d. Alur Masuk dan Keluar Ruang Pemulasaraan Jenazah
1) Alur masuk untuk petugas
a) Petugas masuk lewat pintu depan
b) Masuk ruang ganti
c) Petugas mengganti baju luar dengan baju khusus di ruang
pemulasaraan jenazah
d) Mengenakan topi/penutup kepala
2) Alur keluar untuk petugas
Untuk alur keluar petugas sesuai dengan alur masuk petugas
e. Pembersihan Ruang
1. Pembersihan ruangan kamar jenazah dilakukan setiap hari.
2. Pembuangan limbah cair dari kamar jenazah di alirkan ke IPAL.
3. Pembuangan limbah infeksius di buang pada tempat sampah infeksius.
4. Pembuangan limbah non infeksius dibuang pada tempat sampah non
infeksius.
BAB V

DOKUMENTASI

A. PELAPORAN KEGIATAN UNIT BINA ROHANIROH BULANAN

1. Laporan pencapaian Bina Rohani dan pelayanan pemulasaraan jenazah

2. Laporan kegiatan Bina Rohani dan pelayanan pemulasaraan jenazah.

3. Evaluasi pelaksanaan program kerja.

4. Ceklist tiap bina kerohanian pada pasien dan pelayanan pemulasaraan jenazah.

B. PELAPORAN KEGIATAN UNIT BINA ROHAN! TAHUNAN

1. Laporan pencapaian pelaksanaan program kerja.

2. Paloran evaluasi pelaksanaan program kerja.

C. EVALUASI KEGIATAN UNIT BINA ROHAN]


Evaluasi di Unit Binroh dilaksanakan secara insidental dengan melaporkan

kegiatan yang telah dilaksanakan, segala permasalahan yang muncul dan pembahasan
bersama untuk memperoleh hasil yang lebih baik lagi.

Ditetapkan di . Kediri
28 Ramadhan 1444 H
Pada tanggal
19 April 2023 M

Direktur
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Surya Melati

d,g. M""'"''"��NI, M.A.R.S.

Anda mungkin juga menyukai