1
RS Arafah Anwar Medika Sukodono
Jalan Sawo Nomor 2 Dungus, Sukodono,
Sidoarjo 61258
Telp. 031-8830989 ; 031-8832302
Fax. 031-8831089
Email : rsu.aams.sukodono@gmail.com
PERATURAN DIREKTUR
Nomor : 144/RSAAM/PER/DIR/IV/2022
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
RS ARAFAH ANWAR MEDIKA
DIREKTUR RUMAH SAKIT ARAFAH ANWAR MEDIKA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya meningkatkan mutu
pelayanan serta mencegah adanya penularan COVID-
19 di Instalasi Gawat Darurat, maka diperlukan
adanya kebijakan pelayanan Instalasi Gawat Darurat
di Rumah Sakit Arafah Anwar Medika;
b. bahwa agar pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
dapat berjalan dengan baik, perlu adanya peraturan
Direktur sebagai landasan bagi penyelenggaraan
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat;
c. bahwa dalam menanggulangi kegiatan rumah sakit
yang berpotensi menimbulkan bahaya fisik, kimia,
biologi, ergonomik dan psikososial yang dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan baik
terhadap pekerja, pasien, pengunjung maupun
masyarakat di lingkungan rumah sakit;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan
Peraturan Direktur Rumah Sakit Arafah Anwar
Medika Tentang Pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Arafah Anwar Medika.
II
Medika Nomor 004/PTAAM/SK/DIR/V/2021
Tentang pengangkatan Direktur Rumah Sakit
Arafah Anwar Medika;
13. Keputusan Direktur Rumah Sakit Arafah Anwar
Medika Nomor 004a/PTAAM/SK/DIR/V/2021
Tentanga Struktur Organisasi Rumah Sakit Arafah
Anwar Medika;
14. Keputusan Direktur Rumah Sakit Arafah Anwar
Medika Nomor -/-RSAAM/I/2022 Tentang
Pedoman Pengorganisasian Rumah Sakit Arafah
Anwar Medika;
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(1) Pelayanan kegawat daruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh
pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan
pencegahan kecacatan.
(2) Gawat darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera
untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.
(3) IGD adalah salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang menyediakan
penanganan awal (bagi pasien yang datang langsung ke Rumah Sakit) atau
lanjutan (bagi pasien rujukan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain ataupun dari
PSC 119), menderita sakit ataupun cedera yang dapat mengancam
kelangsungan hidupnya.
(4) Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif.
(5) Triase adalah proses khusus memilah Pasien berdasarkan beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis penanganan/intervensi kegawatdaruratan.
(6) True emergency adalah pasien yang tiba tiba berada berada dalam keadaan
gawat darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
(7) False emergency adalah adalah pasien yang mengalami sakit lama, tidak
mengancam nyawa.
(8) Coronavirus Disease 19 (COVID-19) adalah penyakit infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), yang
mulai teridentifikasi pertama kali di Wuhan-China Desember 2019.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada organisasi
multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi, dengan struktur organisasi fungsional
yang terdiri dari unsur pimpinan dan pelaksana, yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat
(IGD), dengan wewenang penuh yang dipimpin oleh dokter.
(2) Rumah sakit mengutamakan pelayanan pasien kuratif diikuti pelayanan pasien
preventif, paliatif dan rehabilitatif.
III
(3) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Arafah Anwar Medika
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri atas :
a. Pelayanan pendaftaran pasien;
b. Informasi pelayanan gawat darurat;
c. Pengaturan jaga;
d. Pelayanan triase;
e. Transportasi pasien;
f. Sistem komunikasi;
g. Pelayanan false emergency;
h. Sistem rujukan;
i. Alur Pelayanan Pasien IGD
BAB III
TATA KELOLA/PENYELENGGARAAN
Pasal 3
(1) Pasien yang datang ke tempat penerimaan gawat darurat melakukan pendaftaran
pasien di Tempat Pendaftaran Pasien Gawat Darurat. Kedaruratan pasien
ditangani terlebih dahulu, kemudian penyelesaian administrasi dilakukan secara
simultan.
(2) Pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat mengutamakan pelayanan pasien
kuratif diikuti pelayanan pasien preventif, paliatif dan rehabilitatif.
(3) Pengaturan jaga di IGD terdiri atas, dokter jaga, perawat jaga, dan bidan jaga.
Pasal 4
(1) Penilaian awal pasien menggunakan metode triase dilakukan oleh perawat triase
atau dokter jaga.
(2) Pasien dibedakan menurut skrining COVID-19 dan non COVID-19, kemudian
diklasifikasi tingkat kedaruratannya dengan kode warna.
(3) Pembagian zonasi ruangan Instalasi Gawat Darurat di masa adaptasi kebiasaan
baru dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19 di Rumah Sakit antara
penderita/bergejala COVID-19 dengan non COVID-19.
(4) Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD diberlakukan kategori kasus true
emergency dan false emergency.
(5) Asesmen gawat darurat harus diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu 2
jam setelah dilakukan asuhan sesuai kebutuhan pasien
Pasal 5
(1) Rujukan pasien dari Rumah Sakit Arafah Anwar Medika hanya dapat dilakukan
oleh dokter spesialis yang kompeten atau setidaknya atas persetujuan salah satu
dokter spesialis 4 besar (bedah, penyakit dalam, anak, dan kebidanan).
(2) Dokter jaga IGD pasien harus mengkorfirmasikan pasien tersebut kepada dokter
spesialis yang sesuai dengan penyakit pasien sebelum melakukan rujukan.
(3) Mekanisme rujukan diatur dalam panduan tersendiri yang terpisah dari peraturan
direktur ini.
IV
BAB IV
PENUTUP
Peraturan Direktur ini berlaku pada tanggal 10 April 2022.
Ditetapkan di : Sidoarjo
Pada tanggal : 10 April 2022
DIREKTUR
RS ARAFAH ANWAR MEDIKA
V
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RS ARAFAH ANWAR MEDIKA
NOMOR 144/RSAAM/PER/DIR/IV/2022
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GAWAT DARURAT
RS ARAFAH ANWAR MEDIKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan Pedoman
Tujuan dari disusunnya buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat
RS Arafah Anwar Medika ini adalah untuk menata instalasi gawat darurat
Rumah Sakit Arafah Anwar Medika agar dapat meningkatkan kemampuan dan
mutu pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan, perubahan peraturan perundang-undangan yang
diberlakukan, dan harapan masyarakat dengan memperhatikan standar protokol
kesehatan nasional dan mendukung produktivitas kerja namun tetap
memprioritaskan kesehatan dan keselamatan dengan pencegahan dan
pengendalian transmisi COVID-19 sehingga dapat memberikan perlindungan
terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan Rumah Sakit dan sumber
daya manusia di Rumah Sakit.
2
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat atau
diperiksa berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan
peradilan.
8. DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien
sampai di IGD.
9. Keselamatan pasien ( patient safety ) merupakan suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
10. Keselamatan kerja merupakan suatu sistem di mana rumah sakit membuat
kerja atau aktifitas karyawan lebih aman.
3
BAB II
STANDAR KETENAGAKERJAAN
BLS/PPGD/
Perawat Pelaksana D-3/S-1 Keperawatan
- BTLS
Tabel 2.2. Pola Ketenagaan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Arafah Anwar Medika.
No. Jenis Pendidikan Jumlah Tenaga
1 Dokter umum 8
2 S-1 Keperawatan 7
3 D-3 Keperawatan 2
4 D-4 Kebidanan 0
5 D-3 Kebidanan 4
4
pada minggu terakhir setiap bulan kepada setiap dokter jaga IGD,
Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap,dan Instalasi/ bagian lain
yang terkait.
c. Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka yang bersangkutan harus berkoordinasi
mengupayakan mencari penggantinya dan melaporkan kepada Kepala
IGD.
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi IGD.
2. Perawat Jaga
a. Pengaturan jadwal jaga perawat IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu
sebagai berikut:
- Shift pagi : jam07.00WIB – 14.00WIB
- Shift siang : jam14.00WIB – 21.00WIB
- Shift malam: jam21.00WIB – 07.00WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga perawat IGD disusun setiap bulan oleh Kepala Ruangan
IGD atas persetujuan Kepala IGD dan disetujui oleh Wadir Pelayanan.
c. Bila perawat IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka yang bersangkutan harus berkoordinasi
mengupayakan mencari penggantinya dan melaporkan kepada Kepala
Ruangan IGD.
3. Bidan Jaga
a. Pengaturan jadwal jaga bidan IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagai
berikut:
- Shift pagi : jam 07.00WIB – 14.00WIB
- Shift siang : jam 14.00WIB – 21.00WIB
- Shift malam: jam 21.00WIB – 07.00WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga bidan IGD disusun setiap bulan oleh Kepala Ruangan IGD
atas persetujuan Kepala IGD dan disetujui oleh Wadir Pelayanan.
c. Bila bidan IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka yang bersangkutan berkoordinasi mengupayakan
mencari penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Ruangan IGD.
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
RUANG
DEKONTAMINASI
PINTU MASUK
DOA
MEJA
TRIASE
ISOLASI
ISOLASI
Pintu Kaca
PINTU
KELU
BED TRIASE KUNING
MNE
Gambar 3.1. Denah IGD Rumah Sakit Arafah Anwar Medika
6
atau tidak. Triase dan skrining dilakukan oleh perawat maupun dokter. Di
ruangan ini tersedia 2 bed isolasi yang sudah disekat, 1 bed pasien DOA
dan meja triase.
Tempat tidur
Tensimeter
Oksigen sentral + selang O2
Monitorset
Oksimeter
Defibrilator
Suction set
EKG
Syringe pump set
Nebulizer
Lampu senter
Stetoskop
Papan keras
Neck collar
Catheter set (dengan berbagai ukuran)
Nasogastrictube set (dengan berbagai ukuran)
Tempat sampah
Emergency trolley
Ventilationbag dewasa
Ventilationbag anak
Ventilationbag bayi
Laryngoscope + blade
Endotracheal tube(dengan berbagai ukuran)
Stilet
Spuit (dengan berbagai ukuran)
Jelly
Sarung tangan
7
Plester
Gunting plester
Oropharyngeal tube/guedel (denganberbagai ukuran)
Infusion trolley, berisi Infusionset (microdrip, macrodrip,blood set),
Intravenous catheter (dengan berbagai ukuran), Tourniquet, Alcohol
swab Plester, Gunting plester.
Cairan infus (RL, NaCl 0,9%, D10% (500 cc), Asering, Manitol)
4. Nurse Station
Ruang ini difungsikan dokter dan perawat dalam melakukan assesement
lanjut. Kebutuhan perlengkapan administrasi yang tersedia, antara lain:
a. Buku register IGD
b. Buku laporan IGD
c. Formulir dokumen keperawatan
d. Telepon dalam dan luar
e. Rak brosur
f. Meja komputer
g. Komputer
h. Kursi
8
6. Kamar Mandi Pasien
Kelengkapan sarana yang diperlukan di toilet, antara lain :
− Kloset
− Pegangan
− Tissue gulung
− Tempat sampah
− Ember
− Gayung
9
BAB IV
TATA LAKSANA
10
Level Level IV Level III Level II Level 1
Kualifikasi
Tenaga
Dokter Subspesialis 1. Semua jenis - - -
on call
Dokter Spesialis 1. 4 Besar + 1. Bedah, Obgyn, 1. Bedah, Obgyn, -
Anestesi on site Anak, Penyakit Anak, Penyakit
2. dr spesialis Dalam on site (dr Dalam on call
lain on call spesialis lain on
call)
Dokter PPDS On site 24 jam On site 24 jam - -
Dokter Umum On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam
(+Pelatihan
Kegawat
Daruratan)
GELTS, ATLS,
ACLS, dll.
Perawat Kepala S1, Jam kerja/ diluar Jam kerja/ diluar Jam kerja/ Jam kerja/
DIII (+Pelatihan jam kerja jam kerja
Kegawatdaruratan
)
Emergency nursing,
BTLS, BCLS, dll
Perawat On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam
(+Pelatihan
emergency nursing)
Non Medis Bagian On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam
Keuangan
Kamtib (24 jam)
Pekarya (24 jam)
11
− Extern dengan hotline 081234319062
4.4. Pelayanan Triase
Triase adalah proses pengambilan keputusan yang kompleks dalam
rangka menentukan pasien mana yang berisiko mengalami kecacatan, atau
berisiko memburuk keadaan klinisnya apabila tidak mendapatkan penanganan
medis segera dan pasien mana yang dapat dengan aman menunggu. Penilaian
awal pasien menggunakan metode triase dilakukan oleh perawat triase atau
dokter jaga IGD.
Pasien yang masuk ke IGD harus melalui proses skrining. Bila dari hasil
skrining dicurigai COVID-19 maka pasien diarahkan menuju ruang
pemeriksaan COVID-19. Penilaian cepat (quick assessment COVID-19) :
1. Pengecekan suhu badan dengan menggunakan thermal gun.
2. Pertanyaan sederhana: : Gejala klinis : demam (suhu badan > 38° C) atau
riwayat demam dan gejala gangguan pernafasan (batuk, sesak nafas, nyeri
tenggorokan)
a. Riwayat epidemiologis :
Dalam 14 hari terakhir, apakah pasien pernah bepergian ke tempat
umum atau tempat keramaian (misalnya pasar, fasilitas pelayanan
Kesehatan, dll).
Dalam 14 hari terakhir, apakah pasien pernah menggunakan
transportasi umum.
Dalam 14 hari terakhir, apakah pasien pernah melakukan
perjalanan ke luar kota atau ke luar negeri.
Dalam 14 hari terakhir, apakah pasien mengikuti kegiatan yang
melibatkan banyak orang.
Dalam 14 hari terakhir, apakah pasien memiliki Riwayat kontak
erat (misalnya berjabat tangan, berbicara, atau berada dalam satu
ruangan/satu rumah) dengan orang yang dinyatakan sebagai
suspek atau pasien positif covid 19.Riwayat pemeriksaan tes
COVID-19 sebelumnya (jika ada).
3. Seseorang suspek COVID-19 bila dari hasil penilaian cepat didapatkan
memenuhi minimal satu kriteria riwayat epidemiologis dan/atau gejala
klinis.
4. Setelah dilakukan skrining, pasien dibedakan menurut
kegawatdaruratannya dengan memberi kode warna:
a. Kategori merah : prioritas pertama (area resusitasi)
Pasien cedera berat mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat
hidup bila ditolong segera.
b. Kategori kuning : prioritas kedua (area tindakan)
12
Pasien memerlukan tindakan definitif tidak ada ancaman jiwa segera
c. Kategori hijau : prioritas ketiga (area observasi)
Pasien dengan cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri
sendiri atau mencari pertolongan
d. Kategori hitam : prioritas nol
Pasien meninggal atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin
diresusitasi
13
b. KUNING : Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi
perawatan dapat ditunda sementara, misalnya :
Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung,
trauma abdomen berat)
Fraktur multiple
Fraktur femur / pelvis
Luka bakar wajah, genital atau luas 10-30%
Gangguan kesadaran / trauma kepala
Korban dengan status tidak jelas
Hiperpireksia pada anak
2. Cara Kerja
a. Ketempat pemeriksaan x – ray, diantar minimal 1 orang perawat.
b. Ke ruang perawatan non COVID-19, diantar minimal oleh 1 orang
perawat.
c. Ke ruang perawatan COVID-19, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
d. Ke ICU/KamarBedah non COVID-19. Bila ada masalah ABC
(gangguan jalan nafas dan sirkulasi), pasien diantar minimal 2 orang
14
petugas termasuk dokter dan ventilasi harus tetap dipertahankan dalam
perjalanan.
3. Ke Rumah Sakit lain:
Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat dengan
membawa surat rujukan dan memakai ambulans.
3. Pada jam kerja (07.00 -21.00) setiap hari, kasus-kasus false emergency akan
dialihkan ke poliklinik.
15
merah dan langsung dilakukan RJP selama 10 menit dan pengantar pasien
diedukasi bahwa pasien datang dalam keadaan henti jantung yang kemudian
diarahkan untuk mendaftarkan pasien ditempat pendaftaran pasien oleh
perawat. Jika dalam 10 menit dari mulai RJP tidak ada tanda kehidupan pasien,
pasien diperiksa tanda kematian klinisnya yaitu hilangnya reflek pupil,
hilangnya reflek kornea, tidak adanya nafas dan kelistrikan jantung dengan
EKG, pasien dapat dinyatakan meninggal oleh dokter jaga dan disaksikan oleh
1 perawat dan 1 pengantar pasien. Jika saat datang sudah ditemukan tanda pasti
kematian atau irreversible death, pasien dinyatakan DOA oleh dokter jaga dan
disaksikan oleh 1 perawat, kemudian dipindahkan ke bed DOA. Syarat
pengambilan jenazah :
1. Pengambil jenazah menyerahkan fotocopy bukti diri yang sah kepada
petugas.
2. Pengambil jenazah menyerahkan Surat Pengambilan Jenazah kepada
petugas. Jika jenazah berada di kamar jenazah maksimal 4jam,lebih dari itu
jenazah langsung dipulangkan ke keluarga.
3. Petugas kamar jenazah harus memberikan penjelasan kepada keluarga
mengenai tata laksana pada jenazah yang meninggal dengan penyakit
menular, terutama pada kondisi pandemi COVID-19.
Ada 4 hal yang wajib diinformasikan ketika petugas IGD melayani pasien
gawat darurat via telepon :
Nama pasien
Alamat pasien
Kondisi saat itu
Nomor telepon
16
pelayanan pra rumah sakit diberikan adalah dengan tata laksana sebagai
berikut:
1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil ambulance tidak
menginformasikan apapun kepada petugas IGD di rumah sakit.
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada di mobil ambulance
menginformasikan keadaan pasien saat itu kepada petugas IGD di rumah
sakit dengan menggunakan sarana telekomunikasi handphone.
17
Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat dilakukan triase terlebih
dahulu apabila pasien setelah triase memerlukan dekontaminasi, maka pasien
diarahkan ke ruang dekontaminasi untuk dilakukan dekontaminasi.
18
4.12. Pelayanan Pasien Isolasi
Ruang Bed isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di IGD yang
merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika
mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran
penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi
layanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau
memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.
Di masa pandemi, ruang bed isolasi merupakan area/ruangan yang tingkat
risiko terjadinya penularan COVID-19 tinggi karena berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung dengan pelayanan pasien COVID-19. Zona ini
diperuntukan bagi pasien kontak erat, suspek, probable dan konfirmasi COVID-
19.
19
Skrining IGD
Pasien datang
.
Skrining dan Triase
Skrining
(Pengukuran Suhu)
Lolos Skrining
Negatif Positif
Keluarga pasien
diijinkan masuk di Ruangan Non
ruang pemeriksaan IGD Covid
Gambar 4.1. Alur Pelayanan IGD Jalur Non COVID 19 dan Jalur COVID 19
20
Gambar 4.2. Bagan alur pelayanan pasien IGD di tempat perawatan pasien
21
Pasien datang ke
IGD
Antigen
positif
False True
Emergency Emergenc
Isolasi Mandiri
Rujuk
Tatalaksana awal dan
konsul DPJP
1. Pembiayaan Layanan :
a. Mengikuti standar pelayanan dalam panduan tata laksana pada pasien
sesuai kebutuhan medis pasien sesuai dengan Keputusan menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/238/2020
b. Pembiayaan pelayanan pada layanan rawat jalan dan rawat inap
meliputi : administrasi pelayanan, akomodasi (kamar dan
pelayanan di ruang gawat darurat, ruang rawat inap, ruang perawatan
intensif, dan ruang isolasi), jasa dokter, tindakan di ruangan,
pemakaian ventilator, bahan medis habis pakai, pemeriksaan
penunjang diagnostik (laboratorium dan radiologi sesuai dengan
indikasi medis), obat-obatan, alat kesehatan termasuk penggunaan
22
APD di ruangan, rujukan, pemulasaran jenazah, dan pelayanan
kesehatan lain sesuai indikasi medis.
23
9. Pemberkasan Klaim :
a. Rawat Jalan:
1. Fotokopi KTP
2. Resume Medis
3. Billing pasien
4. Resep
5. Hasil Laboratorium
6. Bacaan Radiologi
b. Rawat Inap
1. Fotokopi KTP
2. Pengantar MRS
3. Resume Medis
4. Billing Pasien
5. Resep
6. Hasil Laboratorium
7. EKG
8. Lampiran tranfusi darah bila ada
9. Bacaan Radiologi
10. Surat Kematian
11. Pemulasaraan Jenazah
12. Ambulance Jenazah
Semua berkas di scan dan dimasukkan dalam 1 folder tiap pasien oleh tim
casemix
24
4.14. Pelayanan Pasien Instalasi Gawat Darurat
Pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat meliputi pelayanan pasien
Kuratif, Preventif, Paliatif dan Rehabilitatif. Contoh pelayanan kuratif di
Instalasi Gawat Darurat adalah Febris, Vulnus Appertum, Cephalgia, Konvulsi,
Fraktur, Vomiting, dan lain-lain. Contoh pelayanan preventif di Instalasi Gawat
Darurat adalah pasien dengan risiko tetanus diberikan injeksi tetanus. Contoh
pelayanan pasien paliatif adalah pasien kanker stadium lanjut yang datang
untuk perbaikan kondisi. Contoh pasien rehabilitatif adalah pasien stroke
dengan lemah setengah badan dan membutuhkan terapi rehabilitasi.
25
BAB V
LOGISTIK
26
dilakukan ke pemasoknya, setelah ada pengesahan dari Tim
Pengadaan.
e. Bagian/petugas pembelian melakukan transaksi atas pembelian
barang– barang sesuai permintaan baik untuk barang–barang rutin
atau barang– barang yang non stock.
f. Pemasok mengantar barang ke Rumah Sakit Arafah Anwar Medika
sesuai pesanan dan barang tersebut diterima oleh bagian, petugas
gudang memeriksa apakah barang–barangtersebut sesuai dengan
pesanan baik jenis maupun jumlah pesanan.
g. Kemudian bagian gudang mendistribusikan barang kepada bagian
Gawat Darurat.
h. Untuk pengambilan barang di gudang yang sudah diajukan,Petugas
IGD melakukan prosedur pada permintaan alat – alat umum diatas.
27
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
6.2. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnyakejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program–program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
28
10. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan,yaitu:
- Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
- Insidens pasien jatuh.
- Insidens kejadian infus blong.
- Insidens kesalahan pemberian obat.
- Insidens kesalahan carapemberian obat.
- Insidens kesalahan persiapan operasi.
- Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.
11. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien
29
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.1. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja/aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.
7.2. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit Arafah Anwar
Medika.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
30
e. Semua petugas Rumah Sakit dianjurkan memakai pakaian kerja atau seragam
hanya di tempat kerja.
f. Kewaspadaan Standar terdiri dari:
- Kebersihan Tangan/Hand Hygiene
a) Kebersihan tangan dilakukan pada kondisi dibawah ini sesuai 5
moment WHO:
1) Sebelum menyentuh pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik
3) Setelah kontak atau terpapar dengan cairan tubuh
4) Setelah menyentuh pasien
5) Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien
b) Selain itu, kebersihan tangan juga dilakukan pada saat:
1) Melepas sarung tangan steril
2) Melepas APD
3) Setelah kontak dengan permukaan benda mati dan objek termasuk
peralatan medis
4) Setelah melepaskan sarung tangan steril.
5) Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan
c) Kebersihan tangan dilakukan sebagai berikut:
1) Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir apabila terlihat
kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya
atau setelah menggunakan toilet
2) Penggunaan handrub berbasis alkohol dipilih untuk antiseptik
tangan rutin pada semua situasi
d) Cara melakukan Kebersihan tangan:
1) Kebersihan tangan dengan alkohol handrub selama 20-30 detik
bila tangan tidak tampak kotor
2) Kebersihan tangan dengan mencuci tangan di air mengalir pakai
sabun selama 40-60 detik bila tangan tampak kotor.
- Alat Pelindung Diri (APD)
APD dipakai untuk melindungi petugas atau pasien dari paparan darah,
cairan tubuh sekresi maupun ekskresi yang terdiri dari sarung tangan,
masker bedah atau masker N95, gaun, apron, pelindung mata (goggles),
faceshield (pelindung wajah), pelindung/penutup kepala dan pelindung
kaki.
1) Penggunaan Alat Pelindung diri memerlukan 4 unsur yang harus
dipatuhi:
a) Tetapkan indikasi penggunaan APD mempertimbangkan risiko
terpapar dan dinamika transmisi:
31
- Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan
kontak: Gaun, sarung tangan, masker bedah, penutup kepala,
pelindung mata (goggles), sepatu pelindung
- Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu
terjadinya aerosol: Gaun, sarung tangan, masker N95, penutup
kepala, goggles, face shield, sepatu pelindung
b) Cara “memakai” dengan benar
c) Cara “melepas” dengan benar
d) Cara mengumpulkan (disposal) yang tepat setelah dipakai
2) Hal – hal yang harus dilakukan pada penggunaan APD:
a) Melepaskan semua aksesoris di tangan seperti cincin, gelang dan
jam tangan
b) Menggunakan baju kerja/ scrub suit sebelum memakai APD
c) Melakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah memakai APD
d) Menggunakan sarung tangan saat melakukan perawatan kepada
pasien
e) Melepaskan sarung tangan setelah selesai melakukan perawatan di
dekat pasien dan lakukan kebersihan tangan
f) Memakai APD di anteroom atau ruang khusus. APD dilepas di
area kotor segera setelah meninggalkan ruang perawatan
g) Menggunakan masker N95 pada saat melakukan tindakan yang
menimbulkan aerosol
h) Mengganti googles atau faceshield pada saat sudah kabur/kotor
i) Mandi setelah melepaskan APD dan mengganti dengan baju
bersih
3) Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada penggunaan APD:
a) Menyentuh mata, hidung dan mulut saat menggunakan APD
b) Menyentuh bagian depan masker
c) Mengalungkan masker di leher
d) Menggantung APD di ruangan kemudian mengunakan kembali
e) Menggunakan APD keluar dari area perawatan
f) Membuang APD dilantai
g) Menggunakan sarung tangan berlapis saat bertugas apabila tidak
dibutuhkan
h) Menggunakan sarung tangan terus menerus tanpa indikasi
i) Menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang rekam
medik pasien, memegang handle pintu, memegang HP
j) Melakukan kebersihan tangan saat masih menggunakan sarung
- Kebersihan Pernafasan
32
1) Perhatikan etika batuk atau bersin
2) Gunakan masker kain /masker bedah apabila mengalami ganguan
system pernafasan.
3) Apabila tidak ada masker, maka tutup mulut dan hidung
menggunakan tissue / menggunakan lengan atas bagian dalam saat
batuk atau bersin.
4) Tissue segera buang ke tempat sampah tertutup
5) lakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan sekret pernafasan
6) Pisahkan penderita dengan infeksi pernafasan idealnya > 1meter di
ruang tunggu Fasyankes
33
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
8.1. Pengertian
Pengendalian mutu adalah suatu upaya dalam mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan dari suatu institusi. Pengendalian mutu IGD
berdasarkan dari indikator mutu yang telah ditetapkan oleh komite mutu dan
kepala instalasi IGD secara bersama-sama.
8.2. Tujuan
1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.
2. Mencari permasalaham dan akar masalah yang berkaitan dengan mutu
pelayanan.
3. Menjadi dasar penetapan keputusan direksi yang berkaitan dengan pasien.
8.3. Tatalaksana
1. Meningkatkan budaya kendali mutu dan meningkatkan mutu pelayanan.
2. Indikator Mutu Instalasi Gawat Darurat
Indikator mutu di instalasi gawat darurat dilihat dari indikator berikut:
a. Indikator Unit:
Waktu tanggap pelayanan Gawat Darurat <2 menit.
Kelengkapan pengisian for Timbang Terima pasien IGD ke
Rawat inap.
Durasi Pelayanan IGD maksimal 2 jam.
Kepatuhan pemasangan gelang identitas pasien.
Kejadian gagal pemasangan akses intravena <5%
Pengkajian status gizi >80%
b. Indikator Prioritas:
Skrining Covid-19 100%
c. Indikator Mutu Nasional:
Kepatuhan identifikasi pasien 100%
Kepatuhan kebersihan tangan >85%
Kepatuhan penggunaan APD.
Waktu tanggap SC emergensi >80%
34
35
a. Indikator Unit
Waktu tanggap pelayanan gawat darurat ≤ 2 menit
1 Nama Indikator Waktu tanggap pelayanan gawat darurat ≤ 2 menit
2 Program Peningkatan Mutu
1
1 Standard Pengukuran / Target
3 Pengukuran Indikator dan/atau 100%
ambang batas
2
3
3
Kelengkapan Pengisian Form Timbang Terima Pasien IGD ke Rawat Inap
1 Nama Indikator Kelengkapan Pengisian Form Timbang Terima Pasien IGD ke Rawat Inap
2 Program Keselamatan Pasien
Alasan Pemilihan Indikator Belum tertibnya kelengkapan pengisian form timbang terima pasien IGD ke rawat inap
4
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau 100%
ambang batas
5
Durasi Pelayanan IGD adalah Maksimal 2 Jam
1 Nama Indikator Durasi Pelayanan IGD adalah Maksimal 2 Jam
2 Program Peningkatan Mutu
Alasan Pemilihan Indikator Belum adanya kesegaraman waktu durasi pelayanan pasien di IGD
6
Catatan Data Lainnya :
Laporan Kepuasan Pasien
15 Target sampel dan Ukuran Sampel (n): 128
Wilayah pengamatan : IGD
16 Metodologi Pengumpulan Data (Pilih Retrospektif Concurrent
salah satu)
17 Pengumpul Data Ka Instalasi Gawat Darurat/Kepala ruangan
18 Frekuensi pengumpulan Data : (Pilih salah satu)
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
19 Periode waktu pelaporan :
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
20 Periode Analisa Data
Triwulan Semester Lainnya : ….
21 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
22 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
23 Nama alat atau file audit: Rekam medis dan SIM RS (E-HOS)
7
Transfer Pasien IGD Ke Rawat Inap ≤ 2 Jam
1 Nama Indikator Transfer Pasien IGD Ke Rawat Inap ≤ 2 jam
2 Program Peningkatan Mutu
8
15 Target sampel dan Ukuran Sampel
Seluruh pasien rawat inap dari IGD
(n):
Wilayah pengamatan : IGD
16 Metodologi Pengumpulan Data Retrospektif Concurrent
17 Pengumpul Data Kepala Ruangan/ Kepala Instalasi
18 Frekuensi pengumpulan Data :
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
19 Periode waktu pelaporan :
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
20 Periode Analisa Data
Triwulan Semester Lainnya : ….
21 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
22 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
23 Nama alat atau file audit: Rekam Medis dan SIM-RS (EHOS)
9
Kepatuhan Pemasangan Gelang Identitas Pasien
1 Nama Indikator Kepatuhan Pemasangan Gelang Identitas Pasien
2 Program Keselamatan Pasien
Alasan Pemilihan Indikator Masih ditemukan pasien yang tidak dipasang gelang sebagai salah satu proses identifikasi pasien
10
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau 100%
ambang batas
14 Sumber Data Medical record Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan : Pelaporan tim rawat inap jika
terdapat pasien yag sudah ditransfer ke rawat inap tetapi belum terpasang
gelang
Catatan Data Lainnya :
Laporan Kepuasan Pasien
15 Target sampel dan Ukuran Sampel (n): 128
Wilayah pengamatan : IGD
16 Metodologi Pengumpulan Data (Pilih Retrospektif Concurrent
salah satu)
17 Pengumpul Data Ka Instalasi Gawat Darurat/Kepala ruangan
18 Frekuensi pengumpulan Data : (Pilih salah satu)
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
19 Periode waktu pelaporan :
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
20 Periode Analisa Data
Triwulan V Semester Lainnya : ….
21 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
22 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
23 Nama alat atau file audit: Buku pelaporan/form harian
11
Kejadian Gagal Pemasangan Akses Intravena (Infus) ≤ 5%
1 Nama Indikator Kejadian Gagal Pemasangan Akses Intravena (Infus)
2 Program Keselamatan pasien
Alasan Pemilihan Indikator Masih banyaknya angka kejadian gagal infus di IGD
12
12 Jumlah pasien IGD yang gagal dalam pemasangan akses intravena / jumlah keseluruhan pasien yang
Cara Pengukuran / Formula
dilakukan tindakan pemasangan askes intravena dalam jangka waktu tertentu x 100%
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau ≤ 5%
ambang batas
13
Pengkajian Antropometri ≥ 80%
1 Nama Indikator Pengkajian Antropometri
2 Program Manajemen risiko
Alasan Pemilihan Indikator Belum terlaksananya skrining status gizi berupa pengukuran BB dan TB dari IGD
14
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau ≥80%
ambang batas
15
b. Indikator Prioritas
Skrining Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
1 Nama Indikator Skrining Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
2 Program Peningkatan Mutu
Indonesia masih berada dalam massa pandemi Covid-19 dan hal tersebut mempengaruhi pelayanan
Alasan Pemilihan Indikator
rumah sakit
3 Dimensi Kelayakan Efisiensi Kehormatan dan Harga diri
Ketersediaan Ketepatan Waktu Lainnya, sebutkan :
Kesinambunga Manfaat
n
Efektifitas Keselamatan
4 Tujuan Meningkatkan mutu pengkajian klinis dan keselamatan pasien dalam massa pandemi Covid-19
5 KMK. R.I NO. HK.01.07/MENKES/413/2020 dan Buku Tatalaksana COVID-19 5 OP Edisi 4 Jan
Dasar Pemikiran / Literatur
2022
6 Skrining atau deteksi dini adalah sebuah prosedur untuk identifikasi populasi yang berpotensi terkena
Definisi suatu penyakit tertentu. Skrining Covid-19 dilakukan dengan menggunakan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan swab antigen
7 Kriteria
a. Inklusi Semua pasien di IGD
b. Eksklusi Tidak ada
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
10 Jumlah pasien yang dilakukan skrining Covid-19 berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan
Numerator
atau pemeriksaan swab antigen
11 Denominator Jumlah pasien yang diperiksa di IGD
12 Jumlah pasien IGD yang dilakukan skrining COVID-19/ jumlah seluruh pasien IGD dalam kurun
Cara Pengukuran / Formula
waktu tertentu x 100%
16
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau 100%
ambang batas
17
Kesalahan Penginputan Data Di Sistem Informasi Management RS ( E-HOS )
1 Nama Indikator Kesalahan Penginputan Data Di Sistem Informasi Management RS ( E-HOS ) 0%
2 Program Peningkatan Mutu
Alasan Pemilihan Indikator Masih banyak terdapat kejadian pengisian EHOS pasien RIK yang salah
18
12 Jumlah pasien RIK yang diisi secara lengkap dalam E-HOS / Jumlah keseluruhan pasien RIK yang
Cara Pengukuran / Formula
diinput ke E-HOS dalam kurun waktu x 100 %
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau 100%
ambang batas
19
c. Indikator Nasional
1. 1. Kepatuhan identifikasi pasien
1 Nama Indikator Kepatuhan Identifikasi Pasien
2 Program Keselamatan Pasien
20
bayi kembar.
5. Identifikasi pasien dianggap benar jika pemberi pelayanan melakukan identifikasi seluruh tindakan
intervensi yang dilakukan dengan benar.
7 Kriteria
a. Inklusi Semua pemberi pelayanan yang memberikan pelayanan kesehatan.
b. Eksklusi -
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
10 Numerator Jumlah pemberi pelayanan yang melakukan identifikasi pasien secara benar dalam periode observasi
11 Denominator Jumlah pemberi pelayanan yang melakukan identifikasi pasien dalam periode observasi
12 Jumlah pemberi pelayanan yang melakukan identifikasi pasien secara benar dalam periode observasi /
Cara Pengukuran / Formula Jumlah pemberi pelayanan yang melakukan identifikasi pasien secara benar dalam periode observasi x
100%
13 Standard Pengukuran / Target 100%
Pengukuran Indikator dan/atau
ambang batas
21
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
21 Periode waktu pelaporan :
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
22 Periode Analisa Data
Triwulan Semester Lainnya : ….
23 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
24 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
25 Nama alat atau file audit: Hasil Observasi
26 Penanggung Jawab Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan
22
2. Waktu Tanggap Operasi Seksio Sesarea Emergensi
1 Nama Indikator Waktu Tanggap Operasi Seksio Sesarea Emergensi
2 Program Peningkatan Mutu
23
Misalnya : fetal distress menetap, prolaps tali pusat atau tali pusat menumbung, gagal vakum/forsep,
ruptur uteri imminent, ruptur uteri, perdarahan ante partum dengan perdarahan aktif, Persalinan pada
Bekas Seksio Sesarea (PBS), Kala 2 lama
b. Eksklusi -
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
10 Jumlah pasien yang diputuskan tindakan seksio sesarea emergensi kategori I (satu) yang mendapatkan
Numerator
tindakan seksio sesarea emergensi ≤ 30 menit
11 Denominator Jumlah pasien yang diputuskan tindakan seksio sesarea emergensi kategori I
12 Jumlah pasien yang diputuskan tindakan seksio sesarea emergensi kategori I (satu) yang mendapatkan
Cara Pengukuran / Formula tindakan seksio sesarea emergensi ≤ 30 menit / Jumlah pasien yang diputuskan tindakan sectio sesarea
emergensi kategori I dalam kurun waktu yang sama x 100 %
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau ≥ 80%
ambang batas
14 Sumber Data Rekam Medis Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan : laporan surveilance
Laporan Operasi Lainnya :
Instrumen Pengambilan Data Formulir Waktu Tanggap Seksio Sesarea Emergensi
15 Target sampel dan Ukuran Sampel
Total sampel
(n):
16 Wilayah pengamatan : Instlasi Gawat Darurat
17 Cara Pengambilan Sampel Total Sampling
18 Metodologi Pengumpulan Data Retrospektif Concurrent
19 Pengumpul Data Kepala Instalasi
20 Frekuensi pengumpulan Data :
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
21 Periode waktu pelaporan :
24
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
22 Periode Analisa Data
Triwulan Semester Lainnya : ….
23 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
24 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
25 Nama alat atau file audit: Rekam Medis dan Laporan Operasi
26 Penanggung Jawab Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan
25
BAB IX
PENUTUP
Demikianlah Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini disusun. Kami mengajak
semua pihak yang bekerja di Rumah Sakit Arafah Anwar Medika untuk dapat bersama-sama
membina dan mengembangkan sistem pelayanan di IGD. Semua petugas baik tenaga medis,
paramedis, maupun non medis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan gawat darurat
hendaknya selalu menaati ketentuan yang telah digariskan di dalam pedoman ini.
Ditetapkan di : Sidoarjo
Pada tanggal :
DIREKTUR
RSU ARAFAH ANWAR MEDIKA