Anda di halaman 1dari 66

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI GAWAT DARURAT


RS ARAFAH ANWAR MEDIKA

RUMAH SAKIT ARAFAH ANWAR MEDIKA


JL. SAWO NO. 2 DUNGUS
SUKODONO
SIDOARJO

1
RS Arafah Anwar Medika Sukodono
Jalan Sawo Nomor 2 Dungus, Sukodono,
Sidoarjo 61258
Telp. 031-8830989 ; 031-8832302
Fax. 031-8831089
Email : rsu.aams.sukodono@gmail.com

PERATURAN DIREKTUR
Nomor : 144/RSAAM/PER/DIR/IV/2022
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
RS ARAFAH ANWAR MEDIKA
DIREKTUR RUMAH SAKIT ARAFAH ANWAR MEDIKA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya meningkatkan mutu
pelayanan serta mencegah adanya penularan COVID-
19 di Instalasi Gawat Darurat, maka diperlukan
adanya kebijakan pelayanan Instalasi Gawat Darurat
di Rumah Sakit Arafah Anwar Medika;
b. bahwa agar pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
dapat berjalan dengan baik, perlu adanya peraturan
Direktur sebagai landasan bagi penyelenggaraan
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat;
c. bahwa dalam menanggulangi kegiatan rumah sakit
yang berpotensi menimbulkan bahaya fisik, kimia,
biologi, ergonomik dan psikososial yang dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan baik
terhadap pekerja, pasien, pengunjung maupun
masyarakat di lingkungan rumah sakit;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan
Peraturan Direktur Rumah Sakit Arafah Anwar
Medika Tentang Pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Arafah Anwar Medika.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40


Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015
Tentang Pedoman Pengorganisasian Rumah Sakit;
5. Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan PerumahSakitan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 tahun
2018 Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 413 Tahun
2020 Tentang Pencegahan dan Pengendalian
Covid-19
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 03 Tahun
2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit;
10. Keputusan menteri kesehatan nomor
HK.01.07/MENKES/1128/2022 tentang Standar
Akreditasi Rumah Sakit
11. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Rumah
Sakit Anwar Medika Nomor
003/PTAAM/SK/DIR/V/2021 Tentang Corporate
by Laws PT. Rumah Sakit Arafah Anwar Medika;
12. Keputusan Direktur Utama PT RS Arafah Anwar

II
Medika Nomor 004/PTAAM/SK/DIR/V/2021
Tentang pengangkatan Direktur Rumah Sakit
Arafah Anwar Medika;
13. Keputusan Direktur Rumah Sakit Arafah Anwar
Medika Nomor 004a/PTAAM/SK/DIR/V/2021
Tentanga Struktur Organisasi Rumah Sakit Arafah
Anwar Medika;
14. Keputusan Direktur Rumah Sakit Arafah Anwar
Medika Nomor -/-RSAAM/I/2022 Tentang
Pedoman Pengorganisasian Rumah Sakit Arafah
Anwar Medika;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT


ARAFAH ANWAR MEDIKA TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI
GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ARAFAH
ANWAR MEDIKA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(1) Pelayanan kegawat daruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh
pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan
pencegahan kecacatan.
(2) Gawat darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera
untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.
(3) IGD adalah salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang menyediakan
penanganan awal (bagi pasien yang datang langsung ke Rumah Sakit) atau
lanjutan (bagi pasien rujukan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain ataupun dari
PSC 119), menderita sakit ataupun cedera yang dapat mengancam
kelangsungan hidupnya.
(4) Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif.
(5) Triase adalah proses khusus memilah Pasien berdasarkan beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis penanganan/intervensi kegawatdaruratan.
(6) True emergency adalah pasien yang tiba tiba berada berada dalam keadaan
gawat darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
(7) False emergency adalah adalah pasien yang mengalami sakit lama, tidak
mengancam nyawa.
(8) Coronavirus Disease 19 (COVID-19) adalah penyakit infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), yang
mulai teridentifikasi pertama kali di Wuhan-China Desember 2019.

BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada organisasi
multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi, dengan struktur organisasi fungsional
yang terdiri dari unsur pimpinan dan pelaksana, yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat
(IGD), dengan wewenang penuh yang dipimpin oleh dokter.
(2) Rumah sakit mengutamakan pelayanan pasien kuratif diikuti pelayanan pasien
preventif, paliatif dan rehabilitatif.

III
(3) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Arafah Anwar Medika
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri atas :
a. Pelayanan pendaftaran pasien;
b. Informasi pelayanan gawat darurat;
c. Pengaturan jaga;
d. Pelayanan triase;
e. Transportasi pasien;
f. Sistem komunikasi;
g. Pelayanan false emergency;
h. Sistem rujukan;
i. Alur Pelayanan Pasien IGD

BAB III
TATA KELOLA/PENYELENGGARAAN
Pasal 3
(1) Pasien yang datang ke tempat penerimaan gawat darurat melakukan pendaftaran
pasien di Tempat Pendaftaran Pasien Gawat Darurat. Kedaruratan pasien
ditangani terlebih dahulu, kemudian penyelesaian administrasi dilakukan secara
simultan.
(2) Pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat mengutamakan pelayanan pasien
kuratif diikuti pelayanan pasien preventif, paliatif dan rehabilitatif.
(3) Pengaturan jaga di IGD terdiri atas, dokter jaga, perawat jaga, dan bidan jaga.

Pasal 4
(1) Penilaian awal pasien menggunakan metode triase dilakukan oleh perawat triase
atau dokter jaga.
(2) Pasien dibedakan menurut skrining COVID-19 dan non COVID-19, kemudian
diklasifikasi tingkat kedaruratannya dengan kode warna.
(3) Pembagian zonasi ruangan Instalasi Gawat Darurat di masa adaptasi kebiasaan
baru dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19 di Rumah Sakit antara
penderita/bergejala COVID-19 dengan non COVID-19.
(4) Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD diberlakukan kategori kasus true
emergency dan false emergency.
(5) Asesmen gawat darurat harus diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu 2
jam setelah dilakukan asuhan sesuai kebutuhan pasien

Pasal 5
(1) Rujukan pasien dari Rumah Sakit Arafah Anwar Medika hanya dapat dilakukan
oleh dokter spesialis yang kompeten atau setidaknya atas persetujuan salah satu
dokter spesialis 4 besar (bedah, penyakit dalam, anak, dan kebidanan).
(2) Dokter jaga IGD pasien harus mengkorfirmasikan pasien tersebut kepada dokter
spesialis yang sesuai dengan penyakit pasien sebelum melakukan rujukan.
(3) Mekanisme rujukan diatur dalam panduan tersendiri yang terpisah dari peraturan
direktur ini.

IV
BAB IV
PENUTUP
Peraturan Direktur ini berlaku pada tanggal 10 April 2022.

Ditetapkan di : Sidoarjo
Pada tanggal : 10 April 2022

DIREKTUR
RS ARAFAH ANWAR MEDIKA

dr. Achmad Yudi Arifiyanto


NIK.AAM. 193

V
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RS ARAFAH ANWAR MEDIKA
NOMOR 144/RSAAM/PER/DIR/IV/2022
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GAWAT DARURAT
RS ARAFAH ANWAR MEDIKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain
ditentukan oleh tersedianya sumberdaya yang sesuai dengan standar dan
terlaksananya sistem penangulangan gawat darurat, karena bilamana keadaan
tersebut memerlukan waktu tanggap (response time) yang sangat terbatas.
Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat
menimpa seseorang atau kelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat
membahayakan jiwa sehingga memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar
dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang
tidak perlu.
Masa adaptasi kebiasaan baru diartikan sebagai perubahan perilaku untuk
tetap menjalankan aktivitas normal. Dalam kaitannya dengan situasi pandemik
COVID-19, masa adaptasi kebiasaan baru dapat didefinisikan sebagai suatu
tatanan baru yang memungkinkan masyarakat hidup “berdampingan” dengan
COVID-19, yakni masyarakat dapat melakukan kegiatan seperti biasa namun
dengan mengikuti protokol kesehatan yang ada (menerapkan pola hidup bersih
sehat, menjaga jarak dan mengurangi kontak fisik dengan orang lain, dan lainnya)
untuk menghindari penularan dan penyebaran virus. Yang menjadi indikator kunci
adalah kapasitas pengujian laboratorium yang memadai dan memiliki strategi
pengujian yang jelas untuk mengidentifikasi kasus secara andal.
Pelayanan kesehatan sebagai sektor yang paling terdampak oleh situasi
pandemik ini juga harus bersiap untuk menghadapi adaptasi kebiasaan baru.
Rumah Sakit harus mulai memikirkan langkah yang akan diambil untuk tetap
merawat pasien COVID-19 namun di saat bersamaan juga memberikan pelayanan
kepada pasien umum dengan risiko penularan seminimal mungkin, sehingga
disebut sebagai balancing act.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Arafah Anwar Medika.
Diharapkan dengan tersusunnya buku ini dapat meningkatkan pelayanan gawat
darurat, baik pra rumah sakit maupun di dalam rumah sakit sesuai dengan
standar yang ditentukan.

1
1.2. Tujuan Pedoman
Tujuan dari disusunnya buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat
RS Arafah Anwar Medika ini adalah untuk menata instalasi gawat darurat
Rumah Sakit Arafah Anwar Medika agar dapat meningkatkan kemampuan dan
mutu pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan, perubahan peraturan perundang-undangan yang
diberlakukan, dan harapan masyarakat dengan memperhatikan standar protokol
kesehatan nasional dan mendukung produktivitas kerja namun tetap
memprioritaskan kesehatan dan keselamatan dengan pencegahan dan
pengendalian transmisi COVID-19 sehingga dapat memberikan perlindungan
terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan Rumah Sakit dan sumber
daya manusia di Rumah Sakit.

1.3. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Pelayanan pendaftaran pasien
2. Informasi pelayanan gawat darurat
3. Pengaturan jaga
4. Pelayanan triase
5. Transportasi pasien
6. Sistem komunikasi
7. Pelayanan false emergency
8. Sistem rujukan
9. Alur Pelayanan Pasien IGD

1.4. Batasan Operasional


1. Informasi pelayanan gawat darurat adalah semua keterangan tentang
pelayanan yang tersediadi Instalasi Gawat Darurat.
2. Bekerja paruh waktu adalah bahwa yang bersangkutan mempunyai tugas
pokok di tempat lain, di instalasi kerja diluar Instalasi Gawat Darurat.
3. Bekerja purna waktu adalah bekerja secara penuh waktu di Instalasi Gawat
Darurat.
4. Triase adalah sistem seleksi terhadap keluhan atau masalah penderita dalam
situasi sehari-hari dan seleksi terhadap penderita yang memerlukan tindakan
pertolongan pertama dalam kondisi kegawatdaruratan.
5. Rujukan adalah pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan
diagnostik atau terapi maupun pasien yang dikirim untuk alih rawat. Untuk
hal-hal lain dalam keadaan tertentu, pemeriksaan spesimen juga dapat
termasuk dalam ketentuan rujukan ini.
6. Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama,
tidak mengancam nyawa (false emergency).
7. Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau

2
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat atau
diperiksa berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan
peradilan.
8. DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien
sampai di IGD.
9. Keselamatan pasien ( patient safety ) merupakan suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
10. Keselamatan kerja merupakan suatu sistem di mana rumah sakit membuat
kerja atau aktifitas karyawan lebih aman.

1.5. Landasan Hukum


Instalasi Gawat Darurat disuatu rumah sakit merupakan bagian yang harus
terselenggara sesuai dengan :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009
e. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
f. Surat Kepmenkes RI No.1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor.340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
h. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
i. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 413 Tahun 2020 Tentang Pencegahan
dan Pengendalian Covid-19.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAKERJAAN

2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tabel 2.1. Kualifikasi SDM Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Arafah Anwar Medika

Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Pengalaman Kerja Pelatihan

Kepala Instalasi Gawat


Dokter umum Minimal 1 tahun ATLS/ACLS
Darurat

Dokter Jaga IGD Dokter umum - ATLS/ACLS

Kepala Ruangan IGD S1 Keperawatan Minimal 1 tahun -

BLS/PPGD/
Perawat Pelaksana D-3/S-1 Keperawatan
- BTLS

Bidan D-3/D-4 Kebidanan - -

Tabel 2.2. Pola Ketenagaan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Arafah Anwar Medika.
No. Jenis Pendidikan Jumlah Tenaga
1 Dokter umum 8
2 S-1 Keperawatan 7
3 D-3 Keperawatan 2
4 D-4 Kebidanan 0
5 D-3 Kebidanan 4

2.2. Distribusi Ketenagaan


Distribusi ketenagaan sumber daya manusia di Instalasi Gawat Darurat
dilakukan sesuai dengan daftar dinas per bulan. Kebutuhan tenaga diperoleh
berdasarkan perhitungan standar tenaga Rumah Sakit Arafah Anwar Medika
yang telah dibuat. Instalasi Gawat Darurat dapat mengajukan penambahan
tenaga kepada Wakil Direktur Pelayanan untuk selanjutnya dikoordinasikan
dengan Wakil Direktur Umum dan Keuangan serta Bagian Kepegawaian untuk
pengadaan ketenagaannya.

2.3. Pengaturan Jaga


1. Dokter Jaga IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD terbagi dalam 3 shift,yaitu sebagai
berikut:
- Shift pagi : jam 07.00WIB – 14.00WIB
- Shift siang : jam 14.00WIB – 21.00WIB
- Shift malam: jam 21.00WIB – 07.00WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal dokter jaga IGD disusun setiap bulan oleh Kepala IGD dengan
sepengetahuan Wadir Pelayanan dan diperbanyak untuk didistribusikan

4
pada minggu terakhir setiap bulan kepada setiap dokter jaga IGD,
Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap,dan Instalasi/ bagian lain
yang terkait.
c. Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka yang bersangkutan harus berkoordinasi
mengupayakan mencari penggantinya dan melaporkan kepada Kepala
IGD.
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi IGD.

2. Perawat Jaga
a. Pengaturan jadwal jaga perawat IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu
sebagai berikut:
- Shift pagi : jam07.00WIB – 14.00WIB
- Shift siang : jam14.00WIB – 21.00WIB
- Shift malam: jam21.00WIB – 07.00WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga perawat IGD disusun setiap bulan oleh Kepala Ruangan
IGD atas persetujuan Kepala IGD dan disetujui oleh Wadir Pelayanan.
c. Bila perawat IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka yang bersangkutan harus berkoordinasi
mengupayakan mencari penggantinya dan melaporkan kepada Kepala
Ruangan IGD.

3. Bidan Jaga
a. Pengaturan jadwal jaga bidan IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagai
berikut:
- Shift pagi : jam 07.00WIB – 14.00WIB
- Shift siang : jam 14.00WIB – 21.00WIB
- Shift malam: jam 21.00WIB – 07.00WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga bidan IGD disusun setiap bulan oleh Kepala Ruangan IGD
atas persetujuan Kepala IGD dan disetujui oleh Wadir Pelayanan.
c. Bila bidan IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka yang bersangkutan berkoordinasi mengupayakan
mencari penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Ruangan IGD.

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1. Denah Ruang

RUANG
DEKONTAMINASI

PINTU MASUK

DOA

MEJA
TRIASE
ISOLASI

ISOLASI
Pintu Kaca

BED TRIASE KUNING

PINTU
KELU
BED TRIASE KUNING

BED TRIASE KUNING


Nurse

BED TRIASE MERAH


station

MNE
Gambar 3.1. Denah IGD Rumah Sakit Arafah Anwar Medika

3.2. Standar Fasilitas


1. Ruang Dekontaminasi
Ruang ini untuk pasien yang terpapar zat kimia yang berbahaya dan luka
kotor seluruh tubuh. Di ruang ini disediakan
a. keran air dan selang
b. Tempat sampah

2. Ruang Triase dan Skrining Covid 19


Ruang ini difungsikan untuk melakukan triase terhadap pasien,
pemeriksaan TTV pasien, penempatan pasien DOA setelah dinyatakan
DOA oleh dokter, dan skrining apakah pasien termasuk Suspek Covid-19

6
atau tidak. Triase dan skrining dilakukan oleh perawat maupun dokter. Di
ruangan ini tersedia 2 bed isolasi yang sudah disekat, 1 bed pasien DOA
dan meja triase.

3. Tempat Perawatan Pasien


Ruang ini difungsikan untuk perawatan pasien setelah dilakukan triase dan
skrining. Di ruang ini disediakan 3 bed triase kuning, 1 triase merah, dan
nurse station. Untuk bed triase merah, difungsikan untuk pasien non
COVID-19 diperuntukkan bagi pasien-pasien yang hasil skrining tanpa
gejala yang membutuhkan penanganan cepat. Kelengkapan alat yang
diperlukan di ruang ini, antara lain:

 Tempat tidur
 Tensimeter
 Oksigen sentral + selang O2
 Monitorset
 Oksimeter
 Defibrilator
 Suction set
 EKG
 Syringe pump set
 Nebulizer
 Lampu senter
 Stetoskop
 Papan keras
 Neck collar
 Catheter set (dengan berbagai ukuran)
 Nasogastrictube set (dengan berbagai ukuran)
 Tempat sampah
 Emergency trolley
 Ventilationbag dewasa
 Ventilationbag anak
 Ventilationbag bayi
 Laryngoscope + blade
 Endotracheal tube(dengan berbagai ukuran)
 Stilet
 Spuit (dengan berbagai ukuran)
 Jelly
 Sarung tangan

7
 Plester
 Gunting plester
 Oropharyngeal tube/guedel (denganberbagai ukuran)
 Infusion trolley, berisi Infusionset (microdrip, macrodrip,blood set),
Intravenous catheter (dengan berbagai ukuran), Tourniquet, Alcohol
swab Plester, Gunting plester.
 Cairan infus (RL, NaCl 0,9%, D10% (500 cc), Asering, Manitol)

4. Nurse Station
Ruang ini difungsikan dokter dan perawat dalam melakukan assesement
lanjut. Kebutuhan perlengkapan administrasi yang tersedia, antara lain:
a. Buku register IGD
b. Buku laporan IGD
c. Formulir dokumen keperawatan
d. Telepon dalam dan luar
e. Rak brosur
f. Meja komputer
g. Komputer
h. Kursi

Adapun kelengkapan alat kesehatan yang tersedia, antara lain :


a. Stetoskop
b. Termomer
c. Tensimeter
d. Otoscope
e. Palu refleks
f. Lampu senter

5. Ruang MNE (Maternal & Neonatal Emergency)


Ruang ini berfungsi untuk dengan kegawatan maternal dan neonatal.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang tindakan
obstetri-ginekologi, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. Sarung tangan on
d. Jelly
e. Doppler
f. Spekulum
g. Tromol kapas dan savlon
h. Infant warmer
i. Incubator transport.

8
6. Kamar Mandi Pasien
Kelengkapan sarana yang diperlukan di toilet, antara lain :
− Kloset
− Pegangan
− Tissue gulung
− Tempat sampah
− Ember
− Gayung

9
BAB IV
TATA LAKSANA

4.1. Pelayanan Pendaftaran Pasien


Pasien yang datang dengan pengantar, maka pasien ditangani sedangkan
pengantar diarahkan ketempat pendaftaran pasien (TPPGD) yang berada di
sebelah kanan UGD dan kegawatdaruratan pasien dikerjakan secara simultan.
Apabila pasien datang dalam keadaan seorang diri dan kondisi lemah sehingga
tidak memungkinkan mendaftar sendiri, maka perawat IGD memanggil petugas
TPPGD untuk mendapatkan identitas selengkapnya. Petugas TPPGD
melakukan pengecekan data identitas ke bagian rekam medis untuk mengetahui
apakah pasien pernah dirawat/berobat ke rumah sakit. Bagi pasien yang pernah
berobat/dirawat maka rekam medisnya segera dikirim ke ruang IGD dan tetap
memakai nomor yang dimilikinya.
Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan dari
setiap pasien yaitu pasien boleh langsung pulang, pasien dirujuk/dikirim ke
rumah sakit lain, atau pasien harus dirawat.
Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat lalu disarankan untuk
rawat inap, maka keluarga pasien diberikan pengantar oleh dokter jaga IGD
untuk mendaftar rawat inap di Tempat Pendaftaran Rawat Inap (TPPRI).

4.2. Klasifikasi Rumah Sakit


Klasifikasi pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Arafah
Anwar Medika berada pada Level II sebagai standar minimal untuk Rumah
Sakit Kelas D. Jenis Pelayanan klasifikasi Rumah Sakit Level II yaitu :
a. Diagnosis dan penanganan : permasalahan pada jalan napas (airway),
pernapasan (breathing), sirkulasi pembuluh darah.
b. Penilaian Disability, penggunaan obat, EKG, Defibrilasi.
c. Bedah Cito

10
Level Level IV Level III Level II Level 1

Kualifikasi
Tenaga
Dokter Subspesialis 1. Semua jenis - - -
on call
Dokter Spesialis 1. 4 Besar + 1. Bedah, Obgyn, 1. Bedah, Obgyn, -
Anestesi on site Anak, Penyakit Anak, Penyakit
2. dr spesialis Dalam on site (dr Dalam on call
lain on call spesialis lain on
call)
Dokter PPDS On site 24 jam On site 24 jam - -
Dokter Umum On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam
(+Pelatihan
Kegawat
Daruratan)
GELTS, ATLS,
ACLS, dll.
Perawat Kepala S1, Jam kerja/ diluar Jam kerja/ diluar Jam kerja/ Jam kerja/
DIII (+Pelatihan jam kerja jam kerja
Kegawatdaruratan
)
Emergency nursing,
BTLS, BCLS, dll
Perawat On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam
(+Pelatihan
emergency nursing)
Non Medis Bagian On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam
Keuangan
Kamtib (24 jam)
Pekarya (24 jam)

4.3. Sistem Komunikasi


Komunikasi sangat berperan penting dalam penanggulangan penderita
gawat darurat ”time saving is life limb saving”. Selain itu kondisi
kegawatdaruratan yang mungkin terjadi sehari – hari atau bencana tertentu
dapat menimbulkan korban individu atau korban massal.
Komunikasi sebagai subsistem penunjang penanggulangan penderita
gawat darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan kecepatan. Komunikasi
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Arafah Anwar Medika siap 24 jam
menggunakan sarana komunikasi intern dan extern.
− Intern dengan extention 4

11
− Extern dengan hotline 081234319062
4.4. Pelayanan Triase
Triase adalah proses pengambilan keputusan yang kompleks dalam
rangka menentukan pasien mana yang berisiko mengalami kecacatan, atau
berisiko memburuk keadaan klinisnya apabila tidak mendapatkan penanganan
medis segera dan pasien mana yang dapat dengan aman menunggu. Penilaian
awal pasien menggunakan metode triase dilakukan oleh perawat triase atau
dokter jaga IGD.
Pasien yang masuk ke IGD harus melalui proses skrining. Bila dari hasil
skrining dicurigai COVID-19 maka pasien diarahkan menuju ruang
pemeriksaan COVID-19. Penilaian cepat (quick assessment COVID-19) :
1. Pengecekan suhu badan dengan menggunakan thermal gun.
2. Pertanyaan sederhana: : Gejala klinis : demam (suhu badan > 38° C) atau
riwayat demam dan gejala gangguan pernafasan (batuk, sesak nafas, nyeri
tenggorokan)
a. Riwayat epidemiologis :
 Dalam 14 hari terakhir, apakah pasien pernah bepergian ke tempat
umum atau tempat keramaian (misalnya pasar, fasilitas pelayanan
Kesehatan, dll).
 Dalam 14 hari terakhir, apakah pasien pernah menggunakan
transportasi umum.
 Dalam 14 hari terakhir, apakah pasien pernah melakukan
perjalanan ke luar kota atau ke luar negeri.
 Dalam 14 hari terakhir, apakah pasien mengikuti kegiatan yang
melibatkan banyak orang.
 Dalam 14 hari terakhir, apakah pasien memiliki Riwayat kontak
erat (misalnya berjabat tangan, berbicara, atau berada dalam satu
ruangan/satu rumah) dengan orang yang dinyatakan sebagai
suspek atau pasien positif covid 19.Riwayat pemeriksaan tes
COVID-19 sebelumnya (jika ada).
3. Seseorang suspek COVID-19 bila dari hasil penilaian cepat didapatkan
memenuhi minimal satu kriteria riwayat epidemiologis dan/atau gejala
klinis.
4. Setelah dilakukan skrining, pasien dibedakan menurut
kegawatdaruratannya dengan memberi kode warna:
a. Kategori merah : prioritas pertama (area resusitasi)
Pasien cedera berat mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat
hidup bila ditolong segera.
b. Kategori kuning : prioritas kedua (area tindakan)

12
Pasien memerlukan tindakan definitif tidak ada ancaman jiwa segera
c. Kategori hijau : prioritas ketiga (area observasi)
Pasien dengan cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri
sendiri atau mencari pertolongan
d. Kategori hitam : prioritas nol
Pasien meninggal atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin
diresusitasi

Peristiwa/ rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau


manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian,
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum,serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat
serta pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD diberlakukan kategori kasus true
emergency dan false emergency. Dalam hal ini yang termasuk pasien true
emergency adalah :pasien triase Merah yaitu pasien gawat darurat, Triase
Kuning yaitu pasien gawat tidak darurat dan/atau pasien darurat tidak gawat.
Sedangkan yang termasuk pasien false emergency adalah kasus Triase Hijau
yaitu pasien tidak gawat tidak darurat dan kasus Triase Hitam yaitu pasien yang
datang dalam keadaan sudah meninggal dunia (death on arrival).
Kartu kode warna triase dapat digunakan sebagai cara pengklasifikasian
dalam triase setelah diperoleh informasi akurat tentang keadaan pasien. Kartu
warna yang digunakan adalah:
a. MERAH : Korban yang membutuhkan stabilisasi, misalnya:
 Syok oleh berbagai kausa
 Gangguan pernafasan
 Trauma kepala dengan GCS <13
 Perdarahan eksternal masif
 Gangguan jantung yang mengancam
 Luka bakar >30%
 Kasus henti nafas
 Kasus henti jantung
 Pasien tak sadar karena berbagai penyebab (misalnya karena
hipoglikemia, stroke,syok, dan sebagainya)
 Kasus kejang demam
 Kasus tenggelam
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke bed triase merah.

13
b. KUNING : Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi
perawatan dapat ditunda sementara, misalnya :
 Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung,
trauma abdomen berat)
 Fraktur multiple
 Fraktur femur / pelvis
 Luka bakar wajah, genital atau luas 10-30%
 Gangguan kesadaran / trauma kepala
 Korban dengan status tidak jelas
 Hiperpireksia pada anak

c. HIJAU : Kelompok korban yang tidak memerlukan


pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda, misalnya :
 Fraktur minor
 Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
 Demam

d. HITAM : Korban yang telah meninggal dunia


Pasien yang meninggal dunia disalurkan ke kamar jenazah. Bila pasien
memiliki riwayat kontak erat dengan orang/pasien terkonfirmasi
COVID-19 maka pemulasaraan jenazah diberlakukan tatalaksana
COVID-19.

4.5. Transportasi Pasien


Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan gawat
darurat. Melalui transportasi kita dapat membantu penanganan penderita gawat
darurat. Dalam memberikan pelayanan transpotasi kepada penderita gawat
darurat, perlu diperhatikan beberapa petujuk dibawah ini :
1. Persiapan alat
a. Ambulans
b. Kursi roda.
c. Brankard.
d. Alat – alat penunjang hidup yang diperlukan.

2. Cara Kerja
a. Ketempat pemeriksaan x – ray, diantar minimal 1 orang perawat.
b. Ke ruang perawatan non COVID-19, diantar minimal oleh 1 orang
perawat.
c. Ke ruang perawatan COVID-19, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
d. Ke ICU/KamarBedah non COVID-19. Bila ada masalah ABC
(gangguan jalan nafas dan sirkulasi), pasien diantar minimal 2 orang

14
petugas termasuk dokter dan ventilasi harus tetap dipertahankan dalam
perjalanan.
3. Ke Rumah Sakit lain:
Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat dengan
membawa surat rujukan dan memakai ambulans.

4.6. Pelayanan False Emergency


Pasien tidak akut dan tidak gawat, adalah pasien yang tidak mengancam
nyawa (false emergency). Langkah – langkah dalam memberikan pelayanan
false emergency adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan diberikan terlebih dahulu kepada pasien yang mengalami
penyakit akut dan gawat ”True Emergency” bukan berdasarkan urutan
kedatangan pasien.

2. Kasus-kasus yang tidak tergolong akut dan gawat /FalseEmergency akan


mendapatkan pelayanan setelah kasus gawat darurat terlayani.

3. Pada jam kerja (07.00 -21.00) setiap hari, kasus-kasus false emergency akan
dialihkan ke poliklinik.

4.7. Pelayanan Visum Et Repertum


Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang
dilihat/diperiksa berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan
peradilan. Langkah – langkah dalam memberikan pelayanan visum et repertum
adalah sebagai berikut:
1. Penyidik(Polisi) membawa Surat Permintaan tertulis dari pihak yang
berwajib (Kepolisian) untuk pembuatan Visum Et Repertum.
2. Identifikasi identitas pasien, apakah sesuai dengan subyek pada
permintaan Visum Et Repertum.
3. Dokter membuat Visum Et Repertum secara objektif berdasarkan
pemeriksaan saat ini atau dari catatan pada Rekam Medik jika
kejadiaannya sudah lampau.
4. Visum Et Repertum diserahkan kepada penyidik (Polisi) yang
memintanya.Pasien atau keluarga pasien tidak berhak meminta atau
melihatnya.

4.8. Pelayanan DOA (Death on arrival)


DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien
sampai di IGD. Pasien DOA yang datang umumnya sudah dalam kondisi henti
jantung. Jika tidak ditemukan adanya tanda kematian pasti seperti livor mortis,
rigor mortis, atau irreversible death, pasien dianggap sebagai pasien triase

15
merah dan langsung dilakukan RJP selama 10 menit dan pengantar pasien
diedukasi bahwa pasien datang dalam keadaan henti jantung yang kemudian
diarahkan untuk mendaftarkan pasien ditempat pendaftaran pasien oleh
perawat. Jika dalam 10 menit dari mulai RJP tidak ada tanda kehidupan pasien,
pasien diperiksa tanda kematian klinisnya yaitu hilangnya reflek pupil,
hilangnya reflek kornea, tidak adanya nafas dan kelistrikan jantung dengan
EKG, pasien dapat dinyatakan meninggal oleh dokter jaga dan disaksikan oleh
1 perawat dan 1 pengantar pasien. Jika saat datang sudah ditemukan tanda pasti
kematian atau irreversible death, pasien dinyatakan DOA oleh dokter jaga dan
disaksikan oleh 1 perawat, kemudian dipindahkan ke bed DOA. Syarat
pengambilan jenazah :
1. Pengambil jenazah menyerahkan fotocopy bukti diri yang sah kepada
petugas.
2. Pengambil jenazah menyerahkan Surat Pengambilan Jenazah kepada
petugas. Jika jenazah berada di kamar jenazah maksimal 4jam,lebih dari itu
jenazah langsung dipulangkan ke keluarga.
3. Petugas kamar jenazah harus memberikan penjelasan kepada keluarga
mengenai tata laksana pada jenazah yang meninggal dengan penyakit
menular, terutama pada kondisi pandemi COVID-19.

4.9. Sistem Informasi Pelayanan Pra R\umah Sakit


IGD Rumah Sakit Arafah Anwar Medika di klasifikasikan sebagai
instalasi pelayanan gawat Darurat kelas II, karena telah memiliki dokter
spesialis empat besar yang siap dipanggil (on–call), dokter umum yang siaga
ditempat (on–site) 24 jam yang memiliki kualifikasi pelayanan ATLS/ACLS
dan mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi ABC serta memiliki alat
transportasi untuk rujukan dan komunikasi yang siap 24 jam.

Sarana Penunjang pelayanan :


 Penunjang medis : Pelayanan Radiologi, laboratorium, farmasi
 Penunjang nonmedis : Telepon dan ambulans.

Ada 4 hal yang wajib diinformasikan ketika petugas IGD melayani pasien
gawat darurat via telepon :
 Nama pasien
 Alamat pasien
 Kondisi saat itu
 Nomor telepon

Sebelum petugas IGD menjemput pasien yang meminta ambulance,


petugas IGD wajib memberitahukan keadaan pasien saat itu. Adapun informasi

16
pelayanan pra rumah sakit diberikan adalah dengan tata laksana sebagai
berikut:
1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil ambulance tidak
menginformasikan apapun kepada petugas IGD di rumah sakit.
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada di mobil ambulance
menginformasikan keadaan pasien saat itu kepada petugas IGD di rumah
sakit dengan menggunakan sarana telekomunikasi handphone.

4.10. Sistem Rujukan


Rujukan pasien dari Rumah Sakit Arafah Anwar Medika hanya dapat
dilakukan oleh dokter spesialis yang kompeten atau setidaknya atas
persetujuan salah satu dokter spesialis 4 besar (bedah, penyakit dalam, anak,
dan kebidanan). Dokter jaga IGD sebelum melakukan rujukan pasien harus
mengkorfirmasikan pasien tersebut kepada dokter spesialis yang sesuai dengan
penyakit pasien. Adapun bentuk rujukan yaitu :
1. Alih rawat
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
a. Tidak ada dokter spesialis yang kompeten
b. Permintaan pasien
c. Dugaan kasus SARS, flu burung, flu babi, tetanus dan TBC (pasien
yang termasuk pasien skrining IGD)
2. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu, yang tidak dapat
dilakukan di Rumah Sakit Arafah Anwar Medika.

4.11. Pelayanan Area Dekontaminasi


Dekontaminasi adalah langkah pertama menangani peralatan,
perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi.
Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh staf sebelum
dibersihkan dan mengurangi tapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme
yang mengkontaminasi. Area dekontaminasi dikhususkan untuk pasien yang
terkontaminasi bahan kimia terutama bagi IGD yang berada dekat dengan
daerah industri. Area dekontaminasi ini ditempatkan diarea yang bisa langsung
diakses dari luar IGD.
Dekontaminasi dilakukan pada korban masal terutama pada korban yang
terkontaminasi bahan kimia. Dekontaminasi dilakukan ditempat yang telah
dipersiapkan, terpisah dan tertutup, tersedia air mengalir dan dekat dengan IGD.
Prinsip dekontaminasi dirumah sakit adalah bahwa setiap pasien yang datang
dan terpapar bahan kimia harus didekontaminasi sebelum masuk ke ruangan
yang ada di rumah sakit.

17
Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat dilakukan triase terlebih
dahulu apabila pasien setelah triase memerlukan dekontaminasi, maka pasien
diarahkan ke ruang dekontaminasi untuk dilakukan dekontaminasi.

18
4.12. Pelayanan Pasien Isolasi
Ruang Bed isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di IGD yang
merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika
mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran
penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi
layanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau
memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.
Di masa pandemi, ruang bed isolasi merupakan area/ruangan yang tingkat
risiko terjadinya penularan COVID-19 tinggi karena berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung dengan pelayanan pasien COVID-19. Zona ini
diperuntukan bagi pasien kontak erat, suspek, probable dan konfirmasi COVID-
19.

4.13. Alur Pelayanan Pasien Instalasi Gawat Darurat


Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat terdiri dari pasien yang
datang sendiri ke IGD RS Arafah Anwar Medika, pasien Rujukan dari fasilitas
kesehatan lain, dan pasien datang dari poli. Pengunjung atau keluarga pasien
yang mengantar akan dilakukan skrining oleh perawat dengan menggunakan
thermogun Jika pengunjung atau keluarga pasien lolos skrining, maka diijinkan
masuk IGD menemani pasien. Jika pengunjung atau keluarga pasien tidak lolos
skrining, akan dilakukan skrining tahap 2 dan triase di IGD. Pasien yang masuk
ke IGD RS Arafah Anwar Medika melewati pintu triase dan dilakukan triase.

19
Skrining IGD

Pasien datang

Pengunjung/ Rujukan Non Rujukan Pasien dari poli


Keluarga Pasien

.
Skrining dan Triase
Skrining
(Pengukuran Suhu)

Gejala Gejala Membawa Hasil Swab antigen


Non Covid Covid positif dalam 1x24 jam atau swab
Suhu > PCR positf dalam 7x24 jam
38 C
Suhu <
38 C
Pemeriksaan
Swab Antigen

Lolos Skrining

Negatif Positif

Keluarga pasien
diijinkan masuk di Ruangan Non
ruang pemeriksaan IGD Covid

Ruangan Isolasi Covid

Gambar 4.1. Alur Pelayanan IGD Jalur Non COVID 19 dan Jalur COVID 19

Pasien dengan gejala non COVID 19 dapat langsung diarahkan ke tempat


perawatan pasien. Pasien dengan gejala COVID 19 akan dilakukan pemeriksaan
swab antigen. Jika hasil dari swab antigen adalah negative maka dapat
langsung diarahkan ke Ruangan Non COVID 19, namun jika hasil swab antigen
positif maka pasien segera diarahkan ke Bed Isolasi dan pasien yang telah
membawa hasil swab antigen positif 1x24 jam atau swab PCR positif 7x24 jam
maka bisa langsung diarahkan ke Bed Isolasi.
Pasien dengan penyakit infeksius yang penularan melalui airborne
disease atau yang terkontaminasi bahan berbahaya, berbeda dengan alur masuk
pasien lain dan tetap dilakukan skrining dan triase terlebih dahulu. Bila dari
hasil skrining COVID-19 adanya gejala COVID 19 maka pasien/ pengunjung
dan petugas Rumah Sakit tersebut diarahkan pemeriksaan swab antigen terlebih
dahulu, jika hasil swab negative diarahkan ke tempat perawatan pasien dan jika
hasil swab positif diarahkan ke bed isolasi

20
Gambar 4.2. Bagan alur pelayanan pasien IGD di tempat perawatan pasien

21
Pasien datang ke
IGD
Antigen
positif
False True
Emergency Emergenc

Isolasi Mandiri

Kasus umum dengan antigen Kasus bedah/obgyn


positif

Rujuk
Tatalaksana awal dan
konsul DPJP

Gambar 4.3. Alur Pasien COVID 19


Komponen dari pengelolaan alur pasien termasuk:
a. Ketersedian tempat tidur rawat inap
b. Perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi medis,
dan kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien
c. Perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di beberapa
lokasi sementara dan atau pasien yang tertahan di unit darurat
d. Pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien
e. Akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti pekerja sosial,
keagamaan)

1. Pembiayaan Layanan :
a. Mengikuti standar pelayanan dalam panduan tata laksana pada pasien
sesuai kebutuhan medis pasien sesuai dengan Keputusan menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/238/2020
b. Pembiayaan pelayanan pada layanan rawat jalan dan rawat inap
meliputi : administrasi pelayanan, akomodasi (kamar dan
pelayanan di ruang gawat darurat, ruang rawat inap, ruang perawatan
intensif, dan ruang isolasi), jasa dokter, tindakan di ruangan,
pemakaian ventilator, bahan medis habis pakai, pemeriksaan
penunjang diagnostik (laboratorium dan radiologi sesuai dengan
indikasi medis), obat-obatan, alat kesehatan termasuk penggunaan

22
APD di ruangan, rujukan, pemulasaran jenazah, dan pelayanan
kesehatan lain sesuai indikasi medis.

2. Standar Pelayanan sesuai Keputusan menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/238/2020 Tentang Petunjuk Teknis
Klaim Penggantian Biaya Perawatan Pasien Penyakit Infeksi Emerging
Tertentu Bagi Rumah Sakit yang Menyelenggarakan Pelayanan
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

3. Pasien diberikan pelayanan sesuai indikasi medisnya :


o Derajat ringan dengan dan tanpa dapat dilakukan rawat jalan isolasi
mandiri di rumah maksimal 10 hari sejak muncul gejala di tambah 3 hari
bebas gejala
o Derajat sedang dengan dan tanpa komorbid dikonsulkan terlebih dahulu
ke DPJP dan kemudian dilakukan perawatan di rumah sakit di ruang
perawatan isolasi khusus.
o Derajat berat atau kritis dikonsulkan terlebih dahulu ke DPJP dan
ditindaklanjut sesuai dengan advis DPJP

4. Jika pasien bersedia dilakukan perawatan di Ruang Isolasi Khusus Covid


19, maka administrasi IGD atau Kepala Ruang Isolasi Khusus Covid 19
wajib melakukan update data pasien di Aplikasi RS dan Whatsapp Group
Tim Satgas RSAAM.

5. PIC RS Online melakukan pengambilan data pasien Covid 19 dari Aplikasi


RS dan Whatsapp Group Tim Satgas RSAAM untuk diinput ke Aplikasi
RS Online sebelum pukul 11.00

6. Setelah pasien dinyatakan pulang, Tim Casemix melakukan verifikasi akhir


data pasien Covid 19 pada Aplikasi RS Online sesuai berkas rekam medis
masing-masing pasien dan update pasien keluar.

7. Setelah mendapat pelayanan, pasien dapat dinyatakan keluar dengan cara:


 Sembuh
 Meninggal
 Dirujuk
 Isolasi Mandiri Di Rumah (Jika pasien masih memerlukan perawatan
namun bisa dilakukan mandiri di rumah)
8. Pasien tidak diperkenankan keluar atas permintaan sendiri. Jika didapati
pasien atau keluarga memaksa untuk keluar rumah sakit, petugas jaga harus
memberitahu atasan agar dilakukan koordinasi lintas sektoral.

23
9. Pemberkasan Klaim :
a. Rawat Jalan:
1. Fotokopi KTP
2. Resume Medis
3. Billing pasien
4. Resep
5. Hasil Laboratorium
6. Bacaan Radiologi

b. Rawat Inap
1. Fotokopi KTP
2. Pengantar MRS
3. Resume Medis
4. Billing Pasien
5. Resep
6. Hasil Laboratorium
7. EKG
8. Lampiran tranfusi darah bila ada
9. Bacaan Radiologi
10. Surat Kematian
11. Pemulasaraan Jenazah
12. Ambulance Jenazah

Keduanya akan ditambahkan oleh casemix data, sebagai berikut :


a) Lembar ina cbg
b) Screenshoot sirs online v.2 yang tampak nama pasien

Semua berkas di scan dan dimasukkan dalam 1 folder tiap pasien oleh tim
casemix

10. Penggunaan APD di ruangan tetap dientri sesuai kebutuhan, masuk ke


resep.
11. Pelayanan harian akan dilakukan verifikasi oleh casemix.
12. Pasien kontrol ditanggung penjamin awal (Bukan Kemenkes/APBD).
13. Pemindahan pasien Suspek, probable, konfirmasi COVID 19 yang
ditemukan di ruang non COVID 19 setelah dilakukan penunjang dan
konsultasi tim pinere, dilakukan pemindahan pasien ke ruangan COVID 19
lewat jalur COVID 19. Jumlah pasien yang datang ke Instalasi Gawat
Darurat tidak bisa ditentukan karena tergantung dari beberapa faktor.
Apabila jumlah pasien yang datang melebihi jumlah bed yang ada di
Instalasi Gawat Darurat maka pasien ditempatkan di ekstra bed.

24
4.14. Pelayanan Pasien Instalasi Gawat Darurat
Pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat meliputi pelayanan pasien
Kuratif, Preventif, Paliatif dan Rehabilitatif. Contoh pelayanan kuratif di
Instalasi Gawat Darurat adalah Febris, Vulnus Appertum, Cephalgia, Konvulsi,
Fraktur, Vomiting, dan lain-lain. Contoh pelayanan preventif di Instalasi Gawat
Darurat adalah pasien dengan risiko tetanus diberikan injeksi tetanus. Contoh
pelayanan pasien paliatif adalah pasien kanker stadium lanjut yang datang
untuk perbaikan kondisi. Contoh pasien rehabilitatif adalah pasien stroke
dengan lemah setengah badan dan membutuhkan terapi rehabilitasi.

25
BAB V
LOGISTIK

Pengelolaan obat dan alat kesehatan/alkes meliputi pemesanan,


pengambilan, penyimpanan dan pencatatan obat/alkes untuk pasien–pasien
IGD. Mekanisme pengadaan obat dan alat medis di IGD adalah sebagai berikut:
1. Persiapan alat
a. Lembaran stock obat
b. Buku keluar/ masuk alat
c. Buku inventaris alat
d. Blanko pemesanan obatdan alkes
e. Buku laporan harian pemakaian obat
2. Setiap hari petugas/ pekarya pagi mengantar alat kesehatan yang
terpakai untuk disterilkan dan mengambil kembali setelah disterilkan
untuk disimpan pada tempatnya.
3. Pemesanan alat kesehatan dilakukan oleh perawat penanggungjawab
dinas pagi setiap hari Senin dengan mengisi blanko pemesanan alat
kesehatan yang ditandatangani Kepala ruangan/Kepala IGD dengan
jumlah yang sesuai pengeluaran/kebutuhan, kecuali bila jatuh pada
hari libur,pemesanan dilakukan sehari sebelumnya.
4. Pengadaan alat umum:
a. Petugas IGD membuat permintaan kebagian Gudang, dengan
mengisi Formulir Pengambilan Barang yang ditandatangani oleh
Kepala ruangan IGD atau Ka. IGD.
b. Formulir diserahkan ke Bagian Gudang.
5. Pengadaan alat – alat kesehatan:
a. Bagian Gawat Darurat mengajukan permintaan barang dengan
mengisi formulir permintaan barang.Formulir tersebut terlebih
dahulu diajukan kepada Direktur untuk diketahui, dipertimbangkan
dan disetujui serta ditandatangani oleh Wadir Pelayanan.
b. Permintaan barang yang telah disetujui oleh Wadir
Pelayanan,selanjutnya diajukan kepada Tim Pengadaan,untuk
dipertimbangkan dan pengesahan.
c. Tim pengadaan melakukan negoisasi penawaran harga untuk
mendapat kesepakatan harga dengan pemasok.
d. Tim pengadaan memberi perintah kepada bagian/petugaspembelian,
untuk membeli barang–barang sesuai kebutuhan bagian yang
meminta. Dalam hal kebutuhan barang – barang rutin yang telah
dilakukan perjanjian kerjasama,maka pembelian dapat langsung

26
dilakukan ke pemasoknya, setelah ada pengesahan dari Tim
Pengadaan.
e. Bagian/petugas pembelian melakukan transaksi atas pembelian
barang– barang sesuai permintaan baik untuk barang–barang rutin
atau barang– barang yang non stock.
f. Pemasok mengantar barang ke Rumah Sakit Arafah Anwar Medika
sesuai pesanan dan barang tersebut diterima oleh bagian, petugas
gudang memeriksa apakah barang–barangtersebut sesuai dengan
pesanan baik jenis maupun jumlah pesanan.
g. Kemudian bagian gudang mendistribusikan barang kepada bagian
Gawat Darurat.
h. Untuk pengambilan barang di gudang yang sudah diajukan,Petugas
IGD melakukan prosedur pada permintaan alat – alat umum diatas.

27
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

6.2. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnyakejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program–program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

6.3. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Keselamatan pasien merupakan hal yang terutama dalam pelayanan IGD.
2. Terdapat petugas IGD yang memahami mengenai keselamatan pasien.
3. Terdapat sistem pelayanan yang komprehensif, baik medis maupun
keperawatan sehingga meminimalkan terjadinya kasus yang tidak diharapkan
(KTD).
4. Setiap pasien yang masuk melalui IGD harus mendapat penilaian langsung
oleh dokterjaga, untuk menyatakan kondisi kedaruratannya.
5. Pasien yangmengalami kondisi yang darurat, yaitu mengancam keselamatan
pasien, harus ditatalaksana dengan lengkap di IGD. Konsultasi spesialistik
kdilakukan di IGD, kecuali bila penyakit pasien dianggap tidak
membahayakan.
6. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa status
maupun gelang identitas.
7. Segala bentuk pemindahan pasien, baik keruang perawatan atau kamar
operasi harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan diketahui oleh
kepala perawat jaga saat itu.
8. Sarana dan prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien : sterilitas
alat, tabung oksigen, tempat tidur dorong, privasi, dll.
9. Terdapat evaluasi berkala kelengkapan sarana dan prasarana.

28
10. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan,yaitu:
- Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
- Insidens pasien jatuh.
- Insidens kejadian infus blong.
- Insidens kesalahan pemberian obat.
- Insidens kesalahan carapemberian obat.
- Insidens kesalahan persiapan operasi.
- Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.
11. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien

6.4. Indikator Mutu Instalasi Gawat Darurat


Indikator mutu di Instalasi Gawat darurat baik dilihat dari indikator
berikut:

29
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja/aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.

7.2. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit Arafah Anwar
Medika.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

7.3. Tata Laksana Keselamatan Karyawan


a. Setiap petugas medis maupun non medis pada area IGD tetap menerapkan
protokol pencegahan COVID-19 yaitu:
- Harus mengenakan masker bagi petugas, pasien dan pengunjung
- pengaturan jarak antar orang >1m
- rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
b. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip
pencegahan infeksi, yaitu :
- Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat
menularkan infeksi.
- Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas
kaki tertutup, celemek,masker, dll) terutama bila terdapat kontak dengan
spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret,dll.
- Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai
prosedur yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit luka,
memasang infus, dll
- Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani
pasien.
c. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
d. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
- Dekontaminasi dengan larutan klorin
- Pencucian dengan sabun
- Pengeringan

30
e. Semua petugas Rumah Sakit dianjurkan memakai pakaian kerja atau seragam
hanya di tempat kerja.
f. Kewaspadaan Standar terdiri dari:
- Kebersihan Tangan/Hand Hygiene
a) Kebersihan tangan dilakukan pada kondisi dibawah ini sesuai 5
moment WHO:
1) Sebelum menyentuh pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik
3) Setelah kontak atau terpapar dengan cairan tubuh
4) Setelah menyentuh pasien
5) Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien
b) Selain itu, kebersihan tangan juga dilakukan pada saat:
1) Melepas sarung tangan steril
2) Melepas APD
3) Setelah kontak dengan permukaan benda mati dan objek termasuk
peralatan medis
4) Setelah melepaskan sarung tangan steril.
5) Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan
c) Kebersihan tangan dilakukan sebagai berikut:
1) Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir apabila terlihat
kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya
atau setelah menggunakan toilet
2) Penggunaan handrub berbasis alkohol dipilih untuk antiseptik
tangan rutin pada semua situasi
d) Cara melakukan Kebersihan tangan:
1) Kebersihan tangan dengan alkohol handrub selama 20-30 detik
bila tangan tidak tampak kotor
2) Kebersihan tangan dengan mencuci tangan di air mengalir pakai
sabun selama 40-60 detik bila tangan tampak kotor.
- Alat Pelindung Diri (APD)
APD dipakai untuk melindungi petugas atau pasien dari paparan darah,
cairan tubuh sekresi maupun ekskresi yang terdiri dari sarung tangan,
masker bedah atau masker N95, gaun, apron, pelindung mata (goggles),
faceshield (pelindung wajah), pelindung/penutup kepala dan pelindung
kaki.
1) Penggunaan Alat Pelindung diri memerlukan 4 unsur yang harus
dipatuhi:
a) Tetapkan indikasi penggunaan APD mempertimbangkan risiko
terpapar dan dinamika transmisi:

31
- Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan
kontak: Gaun, sarung tangan, masker bedah, penutup kepala,
pelindung mata (goggles), sepatu pelindung
- Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu
terjadinya aerosol: Gaun, sarung tangan, masker N95, penutup
kepala, goggles, face shield, sepatu pelindung
b) Cara “memakai” dengan benar
c) Cara “melepas” dengan benar
d) Cara mengumpulkan (disposal) yang tepat setelah dipakai
2) Hal – hal yang harus dilakukan pada penggunaan APD:
a) Melepaskan semua aksesoris di tangan seperti cincin, gelang dan
jam tangan
b) Menggunakan baju kerja/ scrub suit sebelum memakai APD
c) Melakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah memakai APD
d) Menggunakan sarung tangan saat melakukan perawatan kepada
pasien
e) Melepaskan sarung tangan setelah selesai melakukan perawatan di
dekat pasien dan lakukan kebersihan tangan
f) Memakai APD di anteroom atau ruang khusus. APD dilepas di
area kotor segera setelah meninggalkan ruang perawatan
g) Menggunakan masker N95 pada saat melakukan tindakan yang
menimbulkan aerosol
h) Mengganti googles atau faceshield pada saat sudah kabur/kotor
i) Mandi setelah melepaskan APD dan mengganti dengan baju
bersih
3) Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada penggunaan APD:
a) Menyentuh mata, hidung dan mulut saat menggunakan APD
b) Menyentuh bagian depan masker
c) Mengalungkan masker di leher
d) Menggantung APD di ruangan kemudian mengunakan kembali
e) Menggunakan APD keluar dari area perawatan
f) Membuang APD dilantai
g) Menggunakan sarung tangan berlapis saat bertugas apabila tidak
dibutuhkan
h) Menggunakan sarung tangan terus menerus tanpa indikasi
i) Menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang rekam
medik pasien, memegang handle pintu, memegang HP
j) Melakukan kebersihan tangan saat masih menggunakan sarung
- Kebersihan Pernafasan

32
1) Perhatikan etika batuk atau bersin
2) Gunakan masker kain /masker bedah apabila mengalami ganguan
system pernafasan.
3) Apabila tidak ada masker, maka tutup mulut dan hidung
menggunakan tissue / menggunakan lengan atas bagian dalam saat
batuk atau bersin.
4) Tissue segera buang ke tempat sampah tertutup
5) lakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan sekret pernafasan
6) Pisahkan penderita dengan infeksi pernafasan idealnya > 1meter di
ruang tunggu Fasyankes

33
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
8.1. Pengertian
Pengendalian mutu adalah suatu upaya dalam mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan dari suatu institusi. Pengendalian mutu IGD
berdasarkan dari indikator mutu yang telah ditetapkan oleh komite mutu dan
kepala instalasi IGD secara bersama-sama.

8.2. Tujuan
1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.
2. Mencari permasalaham dan akar masalah yang berkaitan dengan mutu
pelayanan.
3. Menjadi dasar penetapan keputusan direksi yang berkaitan dengan pasien.

8.3. Tatalaksana
1. Meningkatkan budaya kendali mutu dan meningkatkan mutu pelayanan.
2. Indikator Mutu Instalasi Gawat Darurat
Indikator mutu di instalasi gawat darurat dilihat dari indikator berikut:
a. Indikator Unit:
 Waktu tanggap pelayanan Gawat Darurat <2 menit.
 Kelengkapan pengisian for Timbang Terima pasien IGD ke
Rawat inap.
 Durasi Pelayanan IGD maksimal 2 jam.
 Kepatuhan pemasangan gelang identitas pasien.
 Kejadian gagal pemasangan akses intravena <5%
 Pengkajian status gizi >80%
b. Indikator Prioritas:
 Skrining Covid-19 100%
c. Indikator Mutu Nasional:
 Kepatuhan identifikasi pasien 100%
 Kepatuhan kebersihan tangan >85%
 Kepatuhan penggunaan APD.
 Waktu tanggap SC emergensi >80%

34
35
a. Indikator Unit
Waktu tanggap pelayanan gawat darurat ≤ 2 menit
1 Nama Indikator Waktu tanggap pelayanan gawat darurat ≤ 2 menit
2 Program Peningkatan Mutu

Alasan Pemilihan Indikator


Belum terdapat keseragaman waktu tanggap pelayanan gawat darurat oleh staf yang sedang berjaga
3 Dimensi Kelayakan Efisiensi Kehormatan dan Harga diri
Ketersediaan Ketepatan Waktu Lainnya, sebutkan :
Kesinambungan Manfaat
Efektifitas Keselamatan
4 Tujuan Meningkatkan angka tanggap pelayanan gawat darurat menjadi ≤ 2 menit yang akan berefek pada
peningkatan kualitas pelayanan gawat darurat
5 Dasar Pemikiran / Literatur UU 44/2009 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6 Waktu tanggap pelayanan gawat darurat adalah waktu yang di butuhkan pasien untuk mendapatkan
Definisi pertolongan yang sesuai dengan kegawat daruratan penyakitnya sejak memasuki IGD sampai dinilai
(diasesmen) oleh dokter ataupun perawat
7 Kriteria
a. Inklusi Semua pasien yang berobat melalui pintu layanan IGD
b. Eksklusi Semua pasien dalam situasi bencana / disaster atau pasien MCU yang datang ke IGD
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
1
Numerator
0 Jumlah pasien yang dilayani di IGD dengan respon time ≤ 2 menit dalam suatu satuan waktu
1
Denominator
1 Jumlah keseluruhan pasien yang dilayani di IGD dalam satuan waktu
1 Jumlah pasien yang dilayani di IGD dengan respon time ≤ 2 menit dalam suatu satuan waktu / jumlah
Cara Pengukuran / Formula
2 keseluruhan pasien yang dilayani di IGD dalam satuan waktu x 100%

1
1 Standard Pengukuran / Target
3 Pengukuran Indikator dan/atau 100%
ambang batas

1 Sumber Data Medical record Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan :


4
Catatan Data Lainnya :
Laporan kepuasan pasien
1 Target sampel dan Ukuran
128
5 Sampel (n):
Wilayah pengamatan : IGD
1 Metodologi Pengumpulan Data Retrospektif Concurrent
6 (Pilih salah satu)
1
Pengumpul Data Ka Instalasi Gawat Darurat/Kepala ruangan
7
1 Frekuensi pengumpulan Data : (Pilih salah satu)
8
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
1 Periode waktu pelaporan :
9
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
2 Periode Analisa Data
0
Triwulan V Semester Lainnya : ….
2 Mohon dijelaskan mengenai Menggunakan Run Chart
1 rencana analisis:
2 Mohon dijelaskan bagaimana Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
2 hasil-hasil data akan
disebarluaskan pada staf :
2 Nama alat atau file audit: Rekam medis

2
3

3
Kelengkapan Pengisian Form Timbang Terima Pasien IGD ke Rawat Inap
1 Nama Indikator Kelengkapan Pengisian Form Timbang Terima Pasien IGD ke Rawat Inap
2 Program Keselamatan Pasien

Alasan Pemilihan Indikator Belum tertibnya kelengkapan pengisian form timbang terima pasien IGD ke rawat inap

3 Dimensi Kelayakan Efisiensi Kehormatan dan Harga diri


Ketersediaan Ketepatan Waktu Lainnya, sebutkan :
Kesinambungan Manfaat
Efektifitas Keselamatan
4 Tercapainya ketertiban dan kelengkapan dalam pengisian form timbang terima pasien IGD ke rawat
Tujuan
inap
5 Dasar Pemikiran / Literatur Permenkes RI No. 1691 tahun 2011 Tentang Standar Keselamatan Pasien
6 Timbang terima pasien adalah pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk
Definisi beberapa atau semua aspek perawatan pasien di IGD kepada staf tenaga medis di unit rawat inap
secara sementara atau permanen
7 Kriteria
a. Inklusi Semua pasien yang masuk dari IGD ke rawat inap
b. Eksklusi Tidak ada
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
10 Jumlah form timbang terima pasien IGD ke rawat inap yang diisi secara lengkap dalam kurun waktu
Numerator
tertentu
11 Denominator Jumlah semua form timbang terima pasien IGD ke rawat inap dalam kurun waktu yang sama
12 Jumlah form timbang terima pasien IGD ke rawat inap yang diisi secara lengkap/jumlah semua form
Cara Pengukuran / Formula
timbang terima pasien IGD ke rawat inap dalam kurun waktu tertentu x 100%

4
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau 100%
ambang batas

14 Sumber Data Medical record Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan :


Catatan Data Lainnya :
Laporan kepuasan pasien
15 Target sampel dan Ukuran Sampel (n): 128
Wilayah pengamatan : IGD
16 Metodologi Pengumpulan Data Retrospektif Concurrent
17 Pengumpul Data Ka Instalasi Gawat Darurat/Kepala ruangan
18 Frekuensi pengumpulan Data :
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
19 Periode waktu pelaporan :
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
20 Periode Analisa Data
Triwulan Semester Lainnya : ….
21 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
22 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
23 Nama alat atau file audit: Rekam medis

5
Durasi Pelayanan IGD adalah Maksimal 2 Jam
1 Nama Indikator Durasi Pelayanan IGD adalah Maksimal 2 Jam
2 Program Peningkatan Mutu

Alasan Pemilihan Indikator Belum adanya kesegaraman waktu durasi pelayanan pasien di IGD

3 Dimensi Kelayakan Efisiensi Kehormatan dan Harga diri


Ketersediaan Ketepatan Waktu Lainnya, sebutkan :
Kesinambungan Manfaat
Efektifitas Keselamatan
4 Tujuan Meningkatkan kepatuhan staf jaga terhadap ketepatan waktu durasi pelayanan pasien di IGD
5 Dasar Pemikiran / Literatur KMK No. 856 tahun 2009 tetang Instalasi Gawat Darurat Rumah S
6 Durasi pelayanan IGD adalah waktu maksimal yang dibutuhkan untuk melayani pasien di IGD
Definisi samapi selesai, sehingga pasien tersebut berstatus sebagai pasien rawat jalan, rawat inap, rujuk,
ataupun meninggal
7 Kriteria
a. Inklusi Semua pasien yang dilayani di IGD
b. Eksklusi Tidak ada
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
10 Numerator Jumlah pasien dengan durasi pelayanan di IGD nya ≤ 2 jam dalam kurun waktu tertentu
11 Denominator Jumlah seluruh pasien yang dilayani di IGD dalam kurun waktu yang sama
12 Jumlah pasien dengan durasi pelayanan di IGD nya ≤ 2 jam / jumlah seluruh pasien yang dilayani di
Cara Pengukuran / Formula
IGD dalam kurun waktu tertentu X 100%
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau 100%
ambang batas
14 Sumber Data Medical record Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan :

6
Catatan Data Lainnya :
Laporan Kepuasan Pasien
15 Target sampel dan Ukuran Sampel (n): 128
Wilayah pengamatan : IGD
16 Metodologi Pengumpulan Data (Pilih Retrospektif Concurrent
salah satu)
17 Pengumpul Data Ka Instalasi Gawat Darurat/Kepala ruangan
18 Frekuensi pengumpulan Data : (Pilih salah satu)
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
19 Periode waktu pelaporan :
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
20 Periode Analisa Data
Triwulan Semester Lainnya : ….
21 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
22 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
23 Nama alat atau file audit: Rekam medis dan SIM RS (E-HOS)

7
Transfer Pasien IGD Ke Rawat Inap ≤ 2 Jam
1 Nama Indikator Transfer Pasien IGD Ke Rawat Inap ≤ 2 jam
2 Program Peningkatan Mutu

Alasan Pemilihan Indikator Meningkatnya pasien rawat inap dari IGD

3 Dimensi Kelayakan Efisiensi Kehormatan dan Harga diri


Ketersediaan Ketepatan Waktu Lainnya, sebutkan :
Kesinambungan Manfaat
Efektifitas Keselamatan
4 Tujuan Mempercepat transfer pasien dari IGD ke rawat inap
5 Dasar Pemikiran / Literatur SPM rumah sakit
6 Definisi Transfer pasien IGD ke ruangan adalah pasien yang dipindahkan ke ruang rawat inap, ruang intensif
7 Kriteria
a. Inklusi Semua pasien yang rawat inap melalui IGD
b. Eksklusi Pasien rawat inap dari IGD yang masih harus observasi di IGD
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
10 Numerator Jumlah pasien IGD yang ditransfer ke ruangan ≤ 2 jam
11 Denominator Jumlah seluruh pasien yang ditransfer ke ruangan
12 Jumlah pasien IGD yang ditransfer ke ruangan ≤2 jam / Jumlah seluruh pasien yang ditransfer ke
Cara Pengukuran / Formula
ruangan X 100%
13 Standard Pengukuran / Target ≥80%
Pengukuran Indikator dan/atau
ambang batas

14 Sumber Data Medical record Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan :


Catatan Data Lainnya :

8
15 Target sampel dan Ukuran Sampel
Seluruh pasien rawat inap dari IGD
(n):
Wilayah pengamatan : IGD
16 Metodologi Pengumpulan Data Retrospektif Concurrent
17 Pengumpul Data Kepala Ruangan/ Kepala Instalasi
18 Frekuensi pengumpulan Data :
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
19 Periode waktu pelaporan :
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
20 Periode Analisa Data
Triwulan Semester Lainnya : ….
21 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
22 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
23 Nama alat atau file audit: Rekam Medis dan SIM-RS (EHOS)

9
Kepatuhan Pemasangan Gelang Identitas Pasien
1 Nama Indikator Kepatuhan Pemasangan Gelang Identitas Pasien
2 Program Keselamatan Pasien

Alasan Pemilihan Indikator Masih ditemukan pasien yang tidak dipasang gelang sebagai salah satu proses identifikasi pasien

3 Dimensi Kelayakan Efisiensi Kehormatan dan Harga diri


Ketersediaan Ketepatan Waktu Lainnya, sebutkan :
Kesinambungan Manfaat
Efektifitas Keselamatan
4 Meningkatkan ketertiban staf IGD dan rawat inap dalam memasang gelang identitas pasien agar
Tujuan
keselamatan pasien dalam pemberian obat dan tindakan lainnya dapat terjamin dengan baik
5 Dasar Pemikiran / Literatur PMK No. 10 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit
6 Gelang identitas pasien adalah gelang yang berisikan informasi identitas pasien berupa nama lengkap,
tanggal lahir, dan nomer rekam medis yang dipakaikan ke pasien rawat inap yang berfungsi sebagai
Definisi
identifikasi pasien dan menjadi peringatan dini untuk tenaga medis pada saat akan melakukan
tindakan medis atau pemberian obat
7 Kriteria
a. Inklusi Semua pasien di IGD dan rawat jalan yang diputuskan untuk menjalani rawat inap
b. Eksklusi Tidak ada
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
10 Jumlah semua pasien IGD yang diputuskan untuk rawat inap yang dipakaikan gelang identitas oleh
Numerator
petugas dalam kurun waktu tertentu
11 Denominator Jumlah semua pasien IGD yang diputuskan untuk rawat inap dalam kurun waktu yang sama
12 Jumlah semua pasien IGD yang diputuskan untuk rawat inap yang dipakaikan gelang identitas oleh
Cara Pengukuran / Formula petugas / jumlah seluruh pasien IGD yang diputuskan untuk rawat inap dalam kurun waktu tertentu x
100%

10
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau 100%
ambang batas

14 Sumber Data Medical record Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan : Pelaporan tim rawat inap jika
terdapat pasien yag sudah ditransfer ke rawat inap tetapi belum terpasang
gelang
Catatan Data Lainnya :
Laporan Kepuasan Pasien
15 Target sampel dan Ukuran Sampel (n): 128
Wilayah pengamatan : IGD
16 Metodologi Pengumpulan Data (Pilih Retrospektif Concurrent
salah satu)
17 Pengumpul Data Ka Instalasi Gawat Darurat/Kepala ruangan
18 Frekuensi pengumpulan Data : (Pilih salah satu)
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
19 Periode waktu pelaporan :
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
20 Periode Analisa Data
Triwulan V Semester Lainnya : ….
21 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
22 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
23 Nama alat atau file audit: Buku pelaporan/form harian

11
Kejadian Gagal Pemasangan Akses Intravena (Infus) ≤ 5%
1 Nama Indikator Kejadian Gagal Pemasangan Akses Intravena (Infus)
2 Program Keselamatan pasien

Alasan Pemilihan Indikator Masih banyaknya angka kejadian gagal infus di IGD

3 Dimensi Kelayakan Efisiensi Kehormatan dan Harga diri


Ketersediaan Ketepatan Waktu Lainnya, sebutkan :
Kesinambungan Manfaat
Efektifitas Keselamatan
4 Meningkatkan kemampuan petugas IGD untuk dapat melakukan tindakan infus pasien dengan tepat
Tujuan sesuai dengan SPO yang berlaku sehingga dapat mengurangi angka kejadian gagal infus yang
berakibat meningkatnya kemungkinan terjadinya flebitis pada pasien
5 Dasar Pemikiran / Literatur Undang undang Nomer 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
6 Pemasangan akses intravena adalah proses memasukkan jarum infus ke dalam pembuluh darah vena
pasien yang kemudian disambungkan dengan selang infus dan di alirkan cairan infus guna untuk
Definisi tatalaksana penyakit yang diderita oleh pasien
Kegagalan pemasangan akses intravena diartikan jika dilakukan penusukan jarum infus lebih dari satu
kali
7 Kriteria
Jumlah keseluruhan pasien yang dilakukan tindakan pemasangan askes intravena dalam kurun waktu
a. Inklusi
yang sama
b. Eksklusi Pasien neonatus
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
10 Numerator Jumlah pasien IGD yang gagal dalam pemasangan akses intravena dalam kurun waktu tertentu
11 Jumlah keseluruhan pasien yang dilakukan tindakan pemasangan askes intravena dalam kurun waktu
Denominator
yang sama

12
12 Jumlah pasien IGD yang gagal dalam pemasangan akses intravena / jumlah keseluruhan pasien yang
Cara Pengukuran / Formula
dilakukan tindakan pemasangan askes intravena dalam jangka waktu tertentu x 100%
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau ≤ 5%
ambang batas

14 Sumber Data Medical record Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan :


Catatan Data Lainnya : Sensus Harian
Laporan Kepuasan Pasien
15 Target sampel dan Ukuran Sampel (n): Semua pasien IGD yang dilakukan tindakan pemasangan infus dalam kurun waktu tertentu
Wilayah pengamatan : IGD
16 Metodologi Pengumpulan Data (Pilih Retrospektif Concurrent
salah satu)
17 Pengumpul Data Ka Instalasi Gawat Darurat/Kepala ruangan
18 Frekuensi pengumpulan Data : (Pilih salah satu)
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
19 Periode waktu pelaporan :
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
20 Periode Analisa Data
Triwulan V Semester Lainnya : ….
21 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
22 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
23 Nama alat atau file audit: Buku pelaporan/form harian

13
Pengkajian Antropometri ≥ 80%
1 Nama Indikator Pengkajian Antropometri
2 Program Manajemen risiko

Alasan Pemilihan Indikator Belum terlaksananya skrining status gizi berupa pengukuran BB dan TB dari IGD

3 Dimensi Kelayakan Efisiensi Kehormatan dan Harga diri


Ketersediaan Ketepatan Waktu Lainnya, sebutkan :
Kesinambungan Manfaat
Efektifitas Keselamatan
4 Merencanakan intervensi gizi dengan menghitung kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta
Tujuan
pemberian makanan yang sesuai dengan status gizi pasien
5 Dasar Pemikiran / Literatur Peraturan Menteri Kesehatan No 78 Tahun 2013 Tentang Pedoman Gizi Rumah Sakit
6 Status gizi jadalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrien.
Definisi
Penilaian status gizi di IGD berdasarkan antropometri berat badan (BB) dan tingggi badan (TB) atau
panjang badan (PB) pada bayi/balita
7 Kriteria
a. Inklusi Semua pasien yang berobat melalui pintu layanan IGD
b. Eksklusi Pasien tidak kooperatif atau tirah baring
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
10 Numerator Jumlah pasien yang dilayani di IGD dengan pencatatan BB dan TB/PB di rekam medis
11 Denominator Jumlah keseluruhan pasien yang dilayani di IGD dalam satuan waktu
12 Jumlah pasien IGD dengan pencatatan BB dan TB/PB di rekam medis / jumlah keseluruhan pasien
Cara Pengukuran / Formula
yang dilayani di IGD dalam satuan waktu x 100%

14
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau ≥80%
ambang batas

14 Sumber Data Medical record Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan :


Catatan Data Lainnya : Lenbar triage
Laporan Kepuasan Pasien
15 Target sampel dan Ukuran Sampel (n): 128
Wilayah pengamatan : IGD
16 Metodologi Pengumpulan Data (Pilih Retrospektif Concurrent
salah satu)
17 Pengumpul Data Ka Instalasi Gawat Darurat/ Kepala ruangan
18 Frekuensi pengumpulan Data : (Pilih salah satu)
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
19 Periode waktu pelaporan :
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
20 Periode Analisa Data
Triwulan V Semester Lainnya : ….
21 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
22 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
23 Nama alat atau file audit: Rekam Medis

15
b. Indikator Prioritas
Skrining Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
1 Nama Indikator Skrining Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
2 Program Peningkatan Mutu
Indonesia masih berada dalam massa pandemi Covid-19 dan hal tersebut mempengaruhi pelayanan
Alasan Pemilihan Indikator
rumah sakit
3 Dimensi Kelayakan Efisiensi Kehormatan dan Harga diri
Ketersediaan Ketepatan Waktu Lainnya, sebutkan :
Kesinambunga Manfaat
n
Efektifitas Keselamatan
4 Tujuan Meningkatkan mutu pengkajian klinis dan keselamatan pasien dalam massa pandemi Covid-19
5 KMK. R.I NO. HK.01.07/MENKES/413/2020 dan Buku Tatalaksana COVID-19 5 OP Edisi 4 Jan
Dasar Pemikiran / Literatur
2022
6 Skrining atau deteksi dini adalah sebuah prosedur untuk identifikasi populasi yang berpotensi terkena
Definisi suatu penyakit tertentu. Skrining Covid-19 dilakukan dengan menggunakan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan swab antigen
7 Kriteria
a. Inklusi Semua pasien di IGD
b. Eksklusi Tidak ada
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
10 Jumlah pasien yang dilakukan skrining Covid-19 berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan
Numerator
atau pemeriksaan swab antigen
11 Denominator Jumlah pasien yang diperiksa di IGD
12 Jumlah pasien IGD yang dilakukan skrining COVID-19/ jumlah seluruh pasien IGD dalam kurun
Cara Pengukuran / Formula
waktu tertentu x 100%

16
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau 100%
ambang batas

14 Sumber Data Medical record Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan :


Catatan Data Lainnya :
Laporan Kepuasan
Pasien
15 Target sampel dan Ukuran Sampel (n): 128
Wilayah pengamatan : IGD
16 Metodologi Pengumpulan Data (Pilih Retrospektif Concurrent
salah satu)
17 Pengumpul Data Ka Instalasi Gawat Darurat
18 Frekuensi pengumpulan Data : (Pilih salah satu)
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
19 Periode waktu pelaporan :
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
20 Periode Analisa Data
Triwulan V Semester Lainnya : ….
21 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
22 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
23 Nama alat atau file audit: Rekam Medis

17
Kesalahan Penginputan Data Di Sistem Informasi Management RS ( E-HOS )
1 Nama Indikator Kesalahan Penginputan Data Di Sistem Informasi Management RS ( E-HOS ) 0%
2 Program Peningkatan Mutu

Alasan Pemilihan Indikator Masih banyak terdapat kejadian pengisian EHOS pasien RIK yang salah

3 Dimensi Kelayakan Efisiensi Kehormatan dan Harga diri


Ketersediaan Ketepatan Waktu Lainnya, sebutkan :
Kesinambungan Manfaat
Efektifitas Keselamatan
4 Meningkatkan skills dan ketertiban staf keperawatan RIK dalam mengisi EHOS pasien-pasien yang
Tujuan
dirawat di RIK
5 Dasar Pemikiran / Literatur PMK Nomor 82 Tahun 2013
6 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah sebuah sistem informasi yang terintegrasi
yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses manajemen rumah sakit mulai dari pelayanan
diagnosa dan tindakan untuk pasien, medical record, apotek, gudang farmasi dan berbagai informasi
Definisi
lainnya yang harus diisi secara berkala oleh staf terkait.
Kesalahan penginputan data di SIMRS (E-HOS) meliputi kesalahan input data, salah tulis, ataupun
pengisian yang tidak lengkap
7 Kriteria
a. Inklusi Pasien IGD yang diputuskan rawat inap di RIK
b. Eksklusi Tidak ada
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
10 Jumlah pasien IGD yang diputuskan rawat inap di RIK yang ditemukan salah input ke E-HOS dalam
Numerator
kurun waktu tertentu
11 Jumlah keseluruhan pasien IGD yang diputuskan rawat inap di RIK yang diinput ke E-HOS dalam
Denominator
kurun waktu yang sama

18
12 Jumlah pasien RIK yang diisi secara lengkap dalam E-HOS / Jumlah keseluruhan pasien RIK yang
Cara Pengukuran / Formula
diinput ke E-HOS dalam kurun waktu x 100 %
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau 100%
ambang batas

14 Sumber Data Medical record Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan :


Catatan Data Lainnya : Data E-HOS
Laporan Kepuasan Pasien
15 Target sampel dan Ukuran Sampel (n): 100%
Wilayah pengamatan : RIK dan IGD
16 Metodologi Pengumpulan Data (Pilih Retrospektif Concurrent
salah satu)
17 Pengumpul Data Kepala Ruangan / Penanggung jawab RIK
18 Frekuensi pengumpulan Data : (Pilih salah satu)
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
19 Periode waktu pelaporan :
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
20 Periode Analisa Data
Triwulan V Semester Lainnya : ….
21 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
22 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
23 Nama alat atau file audit: Data E-HOS

19
c. Indikator Nasional
1. 1. Kepatuhan identifikasi pasien
1 Nama Indikator Kepatuhan Identifikasi Pasien
2 Program Keselamatan Pasien

Alasan Pemilihan Indikator Masih ditemukan ketidakpatuhan terhadap identifikasi pasien

3 Dimensi Kelayakan Efisiensi Kehormatan dan Harga diri


Ketersediaan Ketepatan Waktu Lainnya, sebutkan :
Kesinambungan Manfaat
Efektifitas Keselamatan
4 Mengukur kepatuhan pemberi pelayanan untuk melakukan identifikasi pasien dalam melakukan tindakan
Tujuan
pelayanan.
5 Dasar Pemikiran / Literatur PMK No 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
6 Definisi Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang mencakup nomor rekam
medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat membedakan antara pasien satu dengan yang
lainnya guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan atau prosedur kepada pasien.
1. Pemberi pelayanan terdiri dari tenaga medis dan tenaga kesehatan.
2. Identifikasi pasien secara benar adalah proses identifikasi yang dilakukan pemberi pelayanan dengan
menggunakan minimal dua penanda identitas seperti: nama lengkap, tanggal lahir, nomor rekam medik,
NIK sesuai dengan yang ditetapkan di Rumah Sakit.
3. Identifikasi dilakukan dengan cara visual (melihat) dan atau verbal (lisan).
4. Pemberi pelayanan melakukan identifikasi pasien secara benar pada setiap keadaan terkait tindakan
intervensi pasien seperti :
-Pemberian pengobatan : pemberian obat, pemberian cairan intravena, pemberian darah dan produk
darah, radioterapi, dan nutrisi.
-Prosedur tindakan : tindakan operasi atau tindakan invasif lainnya sesuai kebijakan yang ditetapkan
rumah sakit.
-Prosedur diagnostik : pengambilan sampel, pungsi lumbal, endoskopi, kateterisasi jantung, pemeriksaan
radiologi, dan lain-lain.
-Kondisi tertentu : pasien tidak dapat berkomunikasi (dengan ventilator), pasien bayi, pasien tidak sadar,

20
bayi kembar.
5. Identifikasi pasien dianggap benar jika pemberi pelayanan melakukan identifikasi seluruh tindakan
intervensi yang dilakukan dengan benar.
7 Kriteria
a. Inklusi Semua pemberi pelayanan yang memberikan pelayanan kesehatan.
b. Eksklusi -
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
10 Numerator Jumlah pemberi pelayanan yang melakukan identifikasi pasien secara benar dalam periode observasi
11 Denominator Jumlah pemberi pelayanan yang melakukan identifikasi pasien dalam periode observasi
12 Jumlah pemberi pelayanan yang melakukan identifikasi pasien secara benar dalam periode observasi /
Cara Pengukuran / Formula Jumlah pemberi pelayanan yang melakukan identifikasi pasien secara benar dalam periode observasi x
100%
13 Standard Pengukuran / Target 100%
Pengukuran Indikator dan/atau
ambang batas

14 Sumber Data Medical record Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan :


Catatan Data Lainnya : Hasil Observasi
Instrumen Pengambilan Data Formulir Observasi Kepatuhan Identifikasi Pasien
15 Target sampel dan Ukuran Sampel
128
(n):
16 Cara Pengambilan Data Non probability Sampling - Consecutive sampling
17 Instlasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Inap Khusus,Instlasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Wilayah pengamatan :
Laboratorium, Instlasi Farmasi, Instalasi Radiologi, Instalasi Gizi, Instalasi Bedah Sentral
18 Metodologi Pengumpulan Data Retrospektif Concurrent
19 Pengumpul Data Kepala Instalasi/Kepala Ruangan/Kanit
20 Frekuensi pengumpulan Data :

21
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
21 Periode waktu pelaporan :
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
22 Periode Analisa Data
Triwulan Semester Lainnya : ….
23 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
24 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
25 Nama alat atau file audit: Hasil Observasi
26 Penanggung Jawab Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan

22
2. Waktu Tanggap Operasi Seksio Sesarea Emergensi
1 Nama Indikator Waktu Tanggap Operasi Seksio Sesarea Emergensi
2 Program Peningkatan Mutu

Alasan Pemilihan Indikator Masih ditemukannya penundaan operasi seksio SC emergency

3 Dimensi Kelayakan Efisiensi Kehormatan dan Harga diri


Ketersediaan Ketepatan Waktu Lainnya, sebutkan :
Kesinambungan Manfaat
Efektifitas Keselamatan
4 Tergambarnya pelayanan kegawatdaruratan operasi seksio sesarea yang cepat dan tepat sehingga
Tujuan
mampu mengoptimalkan upaya menyelamatkan Ibu dan Bayi
5 1. Undang Undang tentang Rumah Sakit
2. Berdasarkan SUPAS tahun 2015, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015 adalah
305 per 100.000 kelahiran hidup, ini masih merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Kejadian
Dasar Pemikiran / Literatur kematian ibu ini terbanyak ditemukan di rumah sakit sebesar 78%. Tingginya kematian Ibu ini
mengindikasikan masih perlunya dilakukan peningkatan tata kelola dan peningkatan mutu pelayanan
antenatal care dan persalinan. Untuk itu diperlukan indikator untuk memantau kecepatan proses
pelayanan operasi seksio sesarea.
6 1. Waktu tanggap operasi seksio sesarea emergensi adalah waktu yang dibutuhkan pasien untuk
mendapatkan tindakan seksio sesarea emergensi sejak diputuskan operasi sampai dimulainya insisi
operasi di kamar operasi yaitu ≤ 30 menit.
2. Seksio sesarea emergensi adalah tindakan seksio sesarea yang bertujuan untuk menyelamatkan ibu
Definisi dan/atau bayi dan tidak dapat ditunda pelaksanaannya.
3. Seksio sesarea emergensi kategori I adalah tindakan seksio sesarea pada keadaan di mana terdapat
ancaman langsung bagi kelangsungan hidup ibu atau janin.
4. Pengukuran indikator waku tanggap operasi seksio sesarea emergensi dilakukan oleh rumah sakit
yang memberikan pelayanan seksio sesaria.
7 Kriteria
a. Inklusi Seksio sesarea emergensi kategori I

23
Misalnya : fetal distress menetap, prolaps tali pusat atau tali pusat menumbung, gagal vakum/forsep,
ruptur uteri imminent, ruptur uteri, perdarahan ante partum dengan perdarahan aktif, Persalinan pada
Bekas Seksio Sesarea (PBS), Kala 2 lama
b. Eksklusi -
8 Tipe Indikator
Struktur Proses Outcome Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
Rate based Persentase Waktu Lainnya :
10 Jumlah pasien yang diputuskan tindakan seksio sesarea emergensi kategori I (satu) yang mendapatkan
Numerator
tindakan seksio sesarea emergensi ≤ 30 menit
11 Denominator Jumlah pasien yang diputuskan tindakan seksio sesarea emergensi kategori I
12 Jumlah pasien yang diputuskan tindakan seksio sesarea emergensi kategori I (satu) yang mendapatkan
Cara Pengukuran / Formula tindakan seksio sesarea emergensi ≤ 30 menit / Jumlah pasien yang diputuskan tindakan sectio sesarea
emergensi kategori I dalam kurun waktu yang sama x 100 %
13 Standard Pengukuran / Target
Pengukuran Indikator dan/atau ≥ 80%
ambang batas

14 Sumber Data Rekam Medis Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan : laporan surveilance
Laporan Operasi Lainnya :
Instrumen Pengambilan Data Formulir Waktu Tanggap Seksio Sesarea Emergensi
15 Target sampel dan Ukuran Sampel
Total sampel
(n):
16 Wilayah pengamatan : Instlasi Gawat Darurat
17 Cara Pengambilan Sampel Total Sampling
18 Metodologi Pengumpulan Data Retrospektif Concurrent
19 Pengumpul Data Kepala Instalasi
20 Frekuensi pengumpulan Data :
Harian Bulanan Yang lain, mohon disebutkan :
21 Periode waktu pelaporan :

24
Bulanan Triwulan 6 bulanan Lainnya :
22 Periode Analisa Data
Triwulan Semester Lainnya : ….
23 Mohon dijelaskan mengenai rencana Menggunakan Run Chart
analisis:
24 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam rapat koordinasi
hasil data akan disebarluaskan pada
staf :
25 Nama alat atau file audit: Rekam Medis dan Laporan Operasi
26 Penanggung Jawab Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan

25
BAB IX
PENUTUP

Demikianlah Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini disusun. Kami mengajak
semua pihak yang bekerja di Rumah Sakit Arafah Anwar Medika untuk dapat bersama-sama
membina dan mengembangkan sistem pelayanan di IGD. Semua petugas baik tenaga medis,
paramedis, maupun non medis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan gawat darurat
hendaknya selalu menaati ketentuan yang telah digariskan di dalam pedoman ini.

Ditetapkan di : Sidoarjo
Pada tanggal :

DIREKTUR
RSU ARAFAH ANWAR MEDIKA

dr. Achmad Yudi Arifiyanto


NIK.AAM 193

Anda mungkin juga menyukai